Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GIZI BURUK

Nama: Eka Putri Suratningsih

Nim: 5023031057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN

SERANG BANTEN

TAHUN 2023/2024
1. Definisi Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
jurang mengkonsusmsi makanan yang bergizi atau menderita sakit dalam waktu lama.
Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurutBB terhadap TB) atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor.
Dalam menentukan status gizi harus ada ukuan baku yang sering disebut reference.
Buku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health
Organization- National Centre for Health Statistic (WHO – NCHS). Berdasarkan
buku WHO – NHCS status gizi dibagi menjadi empat:
 Gizi lebih untuk over Weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
 Gizi baik untuk well nourished.
 Gizi kurang untuk under Weight yang mencakup mild dan moderat, PCM
(Protein Calori Malnutrition) atau disebut juga Protien Energi Malnutrisi
( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi Energi dan Protein.
 Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik -
kwasiorkor dan kwashiorkor
Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, merasmik- kwashiorkor dan
kwashiorkor:
 Marasmus yaitu kekurangan kalori
 Kwarshiorkor iala defesiensi proterin yang biasa dijumpai pada bayi nasa
disapih dan anak praskolah (balita)
 Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan
kwashiorkor
2. Etiologi
a. Agen
1) Makanan tidak seimbangb.
2) Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.
3) Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
4) Pola pengasuhan anak yang tidak memadai
5) Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
6) Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai
b. Host
1) Berat Badan lahir anak Balita
2) Status imunisasi: tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian
anak balita yang disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak
balita yang telah memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya
otomatis sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada
kuman yang masuk ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk
antibodi terhadap kuman tersebut
3) Status asi eksklusif: asi mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan
tubuh bayi. keunggulan lainnya asi disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi
sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan
tambahan yang diberikan secara dini kepada bayi. Susu formula sangat susah
diserap usus bayi sehingga dapat menyebabkancsusah buang air besar pada
bayi. proses pembuatan susu formula yang tidak steril menyebabkan bayi
rentan terkena diare. Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya kur ng gizi pada
anak.
4) Pemberian kolostrume
5) Tingkat pendidikan ibu: latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah
satu unsurpenting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan
tingkatpendidkan yang lebih tingggi diharapkan pengetahuan atau
informasitentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
6) pengetahuan gizi ibu: pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat
mengatasi masalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu
sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan bagi
keluarga, ibu harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik melalui pendidikan
formal maupun informal.
7) Pekerjaan Ibu: meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi
waktu untuk tugas-tugas pemeliharaan anak, kurang pemberian asi.
8) Jumlah anak dalam keluarga: hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan
kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan
keluarga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi
makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang
tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi
diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling
terpengaruh oleh kekurangan pangan.
9) Penyakit infeksi: gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan

dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi


pada anak-anak yaitu kwashiorkor atau Marasmus sering didapatkan pada taraf
yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan
makanan melalui muntah-muntah dan diare.
c. Environment (Lingkungan)
 Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan
kebersihan lingkungan.
 Tidak cukupnya persediaan pangan di keluarga (house hold
food insecurity)
3. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan
yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan
edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk
sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi
insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino
dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang
berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat
terjadinya penimbunan lemak di hati
4. Manisfestasi Klinik/ Tanda dan Gejala
 Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang.
Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
 Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan
lebih rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunan BB ini tidak mencolok
atau mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
 Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun
berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian
muka, lengan, tungkai, rongga tubuh,dan pada stadium lanjut mungkin edema
anasarka.
 Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis
dan lembek.
 Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare
terdapat pada sebagian besar penderita, yang selain infeksi penyebabnya mungkin
karena gangguan fungsi hati,pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga
bisa terjadi.
 Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada
tahap lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering,halus, dan berwarna pucat atau
putih, juga dikenal signo debandero
5. Pemeriksaan Diagnostic
 Pemeriksaan laboratorium kadar gula darah, darah tepi lengkap,feses lengkap,
elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. pada pemeriksaan
laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom
karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang disamping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,kerusakan
hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang
menurun.
 Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
 Tes Mantoux
 EKG
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang akan diberikan pada anak dengan malnutrisi yaitu berupa
pengobatanyang berbentuk makanan yang mengandung banyak protein bernilai
tinggi, banyak sayuran, cukup vitamin dan mineral, masing- masing mudah diserap
dan dicerna.
7. Pathway
8. Analisa data

No Analisa Data Etiologi Diagnose


Keperawatan
1. Ds: Malabsorpsi, infeksi Defisit nutrisi b.d
- Nafsu makan anoreksia ketidakmampuan
menurun ↓ menelan makanan
- Cepat kenyang Intake kurang dari
setelah makab kebutuhan
- Nyeri abdomen ↓
Do: Daya tahan tubuh menurun
- Beat badan ↓
menurun Resiko infeksi
- Bising usus ↓
hiperaktif Diare
- Otot pengunyah ↓
lemah Defisit nutrisi
- Otot menelan lemah
- Membrane mukosa
pucat
- Sariawan
- Serum albumin
turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare
2. Ds: - Kegagalan melakukan Gangguan intergritas
Do: sintesis protein dan kalori kulit/ jaringan b.d
- Kerusakan jaringan ↓ perubahan status
dan atau lapisan Intake kurang dari nutrisi
kulit kebutuhan
- Nyeri ↓
- Perdarahan Hilangnya lemak di
- Kemerahan bantalan kulit
- Hematoma ↓
Turgor kulit menurun/
keriput

Gangguan intergritas kulit/
jaringan
3. Ds: Malabsorpsi, infeksi Resiko infeksi b.d
Do: anoreksia kerusakan integritas
↓ kulit
Intake kurang dari
kebutuhan

Daya tahan tubuh menurun

Resiko infeksi
9. Rencana keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan


1. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 Manajemen nutrisi
makanan jam maka status nutrisi membaik, dengan Observasi:
kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makan yang dihabiskan - Identifikasi makanan yang disukai
meningkat - Monitor asupan makanan
- Kekuatan otot mengunyah meningkat - Monitor berat badan
- Kekuatan otot menelan meningkat Terapeutik
- Perasaan cepat kenyang menurun - Berikan makanan tinggi serat untuk
- Nyeri abdomen menurun mencegah konstipasi
- Sariawan menurun - Berikan makanan tinggi kalori dan
- Rambut rontok menurun tinggi protein
- Diare menurun Edukasi:
- Berat badan membaik - Anjurkan posisi duudk, jika mampu
- Indeks masa tubuh membaik Kolaborasi:
- Frekuensi makan membaik - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Nafsu makan membaik menentukan jumlah kalori dan jenis
- Bising usus membaik nutrient yang dibutuhkan
2. Gangguan intergritas kulit/ jaringan b.d Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 Perawatan integritas kulit
perubahan status nutrisi jam maka integritas kulit dan jaringan Observasi:
meningkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi penyebab integritas kulit
- Kerusakan jaringan menurun Terapeutik:
- Kerusakan lapisan kulit menurun - Gunakan produk berbahan
- Nyrti menurun petroleum atau minyak pada kulit
- Kemerahan menurun kering
- Hematoma menurun - Hindari produk berbahan alcohol
- Suhu kulit membaik ‘sensasi membaik pada kulit kering
- Tekstur membaik Edukasi:
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Ajurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
3. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 Pencegahan infeksi
jam maka tingkat infeksi menurun, dengan Observasi:
kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi
- Kebersihan badan meningkat local sistemik
- Nafsu makan meningkat Terapeutik:
- Demam menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
Daftar Pustaka

Ayu, R. (n.d.). Laporan Pendahuluan Gizi buruk . academia.edu, p. 24.


Sari, H. N. (2021, November 20). LP Dan Askep Gizi Buruk. SCRIBD, p. 34.
Betz, & Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pesiatrik Edisi 2 . jakarta : E G C, Engel
Joyce.
Guyton , E., & Arthur, C. (n.d.). Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit edisi 3.
Jakarta .
PPNI, T. S. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus
Pusat.

PPNI, T. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus


Pusat.

PPNI, T. S. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Anda mungkin juga menyukai