Anda di halaman 1dari 31

ASKEP OBESITAS DAN KKP

PADA ANAK

Mata Kuliah : Keperawatan Anak


Dosen : Ns. Reisy Tane, M.Kep,S.Kep,An

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS KEPERAWATAN
• Nur Intan Sari Pardede
• Nurul Annisa
• Priscilia Sembiring
• Putri Widyawati Gultom
• Radhiyah Ramadhani
• Rafiqa Aini Lubis
• Rahma Putri Rambe Kelompok
• Rahmayani Hasibuan 10
• Ratna Suryani
• Rica Sartika
• Rika Anita
• Rina Helen Elysia Pardede
• Rindu Sonia Martina
• Risky Dewi Nasari Pohan
• Rizky Azzahra Rambe
Obesitas

Obesitas adalah suatu kondisi penyakit kronis dengan


karakteristik kelebihan dari jaringan adipose pada
tubuh. Dalam penilaian ukuran dan tingkat
kegemukan, obesitas didefinisikan apabila body mass
index (BMI) 27,8 atau lebih dari pada pria dan 27,3
atau lebih pada wanita yang kemudian dinilai juga
terjadi peningkatan 20% atau lebih dari berat badan
ideal.
Etiologi dan Faktor Resiko

Walaupun dengan kemajuan dan penelitian modern,


sampai saat ini penyebab pasti dari obesitas belum
diketauhi secara pasti.
Secara patofisiologis kondisi obesitas berhubungan
dengan beberapa factor, yaitu :
• faktor genetic dan fisiologi
• factor lingkungan
• factor sosio ekonomi, dan
• factor psikokultural , (Camdem, 2009).
Manifestasi Klinis

Obesitas dapat menjadi jelas pada setiap umur,


tetapi obesitas tampak paling sering pada usia 1 tahun
pertama, pada usia 5-6 tahun, dan selama remaja.
• Tanda-tanda muka tampak sering sangat tidak sepadan.
• Adipositas di daerah dada laki-laki sering berkesan
tumbuh payudara dan karenanya, mungkin merupakan
tanda yang memalukan.
• Abdomen cenderung menggantung
Lanjutan..
• Genitalia ekterna anak laki-laki tampak kecil tidak sepadan
tetapi sebenarnya paling sering berukuran rata-rata; penis
sering terbungkus dalam lemak pubis.
• Pubertas dapat terjadi awal dengan akibat bahwa akhirnya
ketinggian anak gemuk mungkin kurang dari pada tinggi
akhir dari sebayanya yang dewasa lebih lambat.
• Perkembangan genitalia ekterna normal pada kebanyakan
wanita, dan menarche biasanya tidak tertunda dan mungkin
maju.
• Pada obesitas, ektremitas biasanya lebih besar di lengan
atas dan paha dan kadang-kadang terbatas padanya. Tangan
mungkin relative kecil dan jari sedikit demi sedikit
mengecil. Sering ada lutut bengkok (genu valgum).
OBESITAS
Asuhan Keperawatan pada
Obesitas
A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Observasi adanya manifestasi kegemukan
• Anak tampak kelebihan berat badan
• Berat badan diatas standar
• Ketebalan lipatan kulit lebih dari standar
• Lemak tubuh diatas standar
Lanjutan..
3. Dapatkan riwayat kesehatan termasuk analisa
grafik berat badan, kebiasaan makan dengan
aktivitas fisik
4. Dapatkan riwayat obesitas pada keluarga dan
kebiasaan diet serta makanan kesukaan
5. Wawancarai anak dan keluarga untuk
mengetahui faktor psikologis yang mungkin
berperan pada obesitas- standar budaya,
penggunaan makanan untuk penenangan,
hubungan sebaya dan interpersonal sosial
keluarga, penggunaan makanan sebagai
penghargaan
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfungsi pola makan, faktor
herediter
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya
hidup monoton, fisik yang besar
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
tidak adanya atau kurangnya olahraga, gizi bruk,
kerentanan individu
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan
persepsi penampilan fisik, internalisasi dengan
umpan balik negatif
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
penatalaksanaan remaja obesitas
Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfungsi pola makan,
faktor herediter
Sasaran pasien/keluarga 1:
Pasien (keluarga) mengidentifikasi pola dan
perilaku makan.

Intervensi :
Bimbing remaja dan kadang-kadang keluarga
Untuk :
1.Membuat catatan tentang segala sesuatu yang
dimakan, temasuk:
Lanjutan..

• Waktu makan
• Jumlah yang dimakan
• Dimana makanan tersebut dikonsumsi
• Aktivitas yang dilakukan selama makan
• Dengan siapa makanan itu dimakan atau di
makan sendiri
• Perasaan pada saat makanan tersebut dimakan
(mis marah, depresi, kesepian , gembira)
Lanjutan..
2. Identifikasi stimulus makanan
karena hal ini sering berperan dalam obesitas
- Rasa lapar
- Iklan televisi
- Mencium atau melihat makanan

3. Kaji lingkungan makan untuk menentukan


kemungkinan efek pada obesitas
- Dimana makanan itu dimakan
- Dengan siapa makanan itu di makan
dimakan sendiri
- Perasaan pada saat makan
- Aktivitas yang dilakukan sambil makan
Lanjutan..

3. Kaji lingkungan makan untuk menentukan


kemungkinan efek pada obesitas
- Dimana makanan itu dimakan
- Dengan siapa makanan itu di makan
dimakan sendiri
- Perasaan pada saat makan
- Aktivitas yang dilakukan sambil makan

4. Analisa data sebelumnya untuk pola makan dan


hubungan faktor lain sebagai dasar untuk
membuat penlaian
Kekurangan Kalori Protein (KKP)
Pada kali ini akan membahas secara khusus
mengenai kekurangan kalori protein. Protein yang
berasal dari kata protos atau proteos yang berarti
pertama atau utama. Protein berfungsi sebagai zat
utama dalam pembentukan dan pertumbuhan
tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang
berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak
mendapat asupan protein yang cukup dari makanan
tersebut, maka kita akan mengalami kondisi
malnutrisi energi protein.
Lanjutan..

KKP dapat juga diartikan sebagai


keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi
(AKG). Bergantung pada derajat
kekurangan energy protein yang terjadi,
maka manifestasi penyakitnya pun
berbeda-beda. Penyakit KKP ringan
sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Etiologi
1. Faktor sosial
2. Kemiskinan
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak
diimbangi dengan bertambahnya ketersedian
bahan pangan akan menyebabkan krisis
pangan.
4. Infeksi
5. Pola makan
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu
mempengaruhi pola pengasuhan balita.
7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama
imunisasi
Manifestasi Klinis
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor disebabkan oleh rendahnya protein.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh infeksi, parasit
atau kondisi lain yang mengganggu penyerapan
protein pada saluran pencernaan.
Ditandai dengan : edema, wajah sembab dan
membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan
seperti rambut jagung, mudah dicabut dan
rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran
hati, otot mengecil, bercak merah kecoklatan di
kulit dan mudah terkelupas, sering disertai
penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia
Kwashiorkor
Lanjutan..

2. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama
tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot.Marasmus adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
kalori protein.Marasmus umumnya merupakan
penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena
terlambat diberi makanan tambahan
MARASMUS
Lanjutan..

3. Edema (oedema) atau sembab


meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler) yang disertai dengan penimbunan cairan
abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa.
Edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
Penyebab edema yaitu :
a. Adanya Kongesti
b. Obstruksi Limfatik
c. Permeabilitas Kapiler yang Bertambah
d. Hipoproteinemia
e. Tekanan Osmotic Koloid
f. Retensi Natrium dan Air
 
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Malnutrisi (KKP)

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, agama pendidikan dan alamat.
2. Riwayat pemenuhan Kebutuhan nutrisi anak
3. Faktor predisposisi malnutisi seperti:
• Riwayat prenatal, natal dan postnatal
• Dampak hospitalisasi
• Perubahan peran keluarga
• Riwayat pembedahan
• Alergi
Lanjutan..
• Pola kebiasaan
• Tumbuh-kembang
• Imunisasi
• Psikososial dan psikoseksual
• Kemampuan interaksi anak
4. Riwayat Keluarga, seperti :
•Mengidentifikasi komposisi keluarga
•Fungsi dan hubungan anggota keluarga
•Kultur dan kepercayaan
•Perilaku yang dapat memengaruhi kesehatan
•Persepsi keluarga tentang penyakit pasien.
5. Pengkajian Klinik
Defisiensi Mikronutrien Manifestasi Klinik
Lemah dan cepat lelah
Anemia
Zat Besi Penurunan fungsi kognitif
Sakit kepala
Perubahan pada kuku
Keterlambatan
Perkembangan
Iodin
Penyakit Goiter
Retardasi Mental
Keterlambatan Pertumbuhan
Vitamin D Penyakit Riketsia
Hipokalemi
Defisiensi Mikronutrien
Manifestasi Klinik

Buta Malam
Xeroftalmi
Vitamin A
Keterlambatan Pertumbuhan
Perubahan Rambut

Zinc Anemia

Anemia
Cebol (dwarfisme)
Hepatosplenomegali
Asam Folat
Hiperpigmentasi
Hipogonadisme
Penyembuhan Luka Terlambat
6. Pengkajian Diagnostik Laboratorium
Darah lengkap, urine lengkap, feses lengkap,
protein serum (albumin, globulin), elektrolit
serum, transferin, feritin, profil lemak, fptp toraks
dan EKG.
Diagnosa Keperawatan
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
tidak adekuatnya intake makanan, anoreksia
• Risiko ketidakseimbangan cairan b.d. intake cairan tidak
seimbang dengan pemakaian tubuh, adanya diare.
• Defisit aktivitas b.d penurunan kekuatan, cepat letih dan
perubahan kesadaran.
• Konstipasi b.d. pola makan yang kurang, imobilitas, efek
pengobatan.
• Risiko gangguan integritas jaringan kulit b.d. gangguan
elastisitas kulit, gangguan sirkulasi integritas kulit sekunder dari
penurunan status nutrisi tubuh.
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. intake kalori
dan protein yang tidak adekuat.
• Risiko ketidakadekuatan program pengobatan b.d. salah
persepsi, sumber informasi, penurunan motivasi.
Rencana Keperawatan
Konstipasi b.d. pola makan yang kurang,
imobilitas, efek pengobatan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan keadaan kinstipasi dapat ditoleransi.

Dengan kriteria hasil:


• BAB normal sekali sehari, feses lembek berbentuk.
Intervensi
• Observasi kondisi gastrointestinal, auskultasi bising usus
secara periodik.
• Monitor konsistensi feses.
• Apabila anak mendapatkan intake melalui jalur makanan per
sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya
Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diharapkan ada pada
pasien dengan malnutrisi setelah dilakukan asuhan
Keperawatan adalah:
• Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang
adekuat.
• Risiko ketidakseimbangan cairan tidak terjadi
• Terjadi peningkatan aktivitas perawatan diri.
• Konstipasi tidak terjadi dan frekuensi BAB dalam batas
normal.
• Pasien akan mencapai pertumbuhan dan
perkembangan sesuai standar usia.
• Peningkatan perilaku dan pengetahuan keluarga dan
pasien bertambah
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai