Anda di halaman 1dari 48

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)

PADA GANGGUAN
AKIBAT KEKURANGAN ASUPAN ENERGI –
PROTEIN (KEP)

Disampaikan Oleh :
WIRALIS
POKOK BAHASAN
Setelah belajar mahasiswa terampil melakukan
asuhan gizi pada kasus KEP dengan menyusun:
• Assesment pada kasus KEP
• Diagnosa Gizi pada KEP
• Intervensi Pada KEP
• Monitoring pada KEP
• Evaluasi pada kasus KEP
PENDAHULUAN
• Gangguan Akibat KEP  Masalah kesehatan
dunia, terutama negara miskin dan
berkembang ( negara ketiga)  Indonesia
• Indonesia : KEP banyak terjadi pada anak usia
bawah lima tahun (balita). KEP pada orang
dewasa biasanya akibat kekurangan pangan
atau infeksi kronis, pola hidup yang salah.
• Balita  usia rawan : fase pertumbuhan cepat
kebutuhan nutrisi tinggi, tidak diimbangi
dengan konsumsi yang cukup : terjadi
penurunan kadar Hb, kurang KH, Protein dan
Lemak, vitamin A

• Periode Anak Balita: Melatih anak untuk mulai


kenal jenis, rasa, bentuk makanan secara
bertahap kenal makanan keluarga agar
terbentuk kebiasaan makan sehat
KURANG ENERGI PROTEIN
• Bentuk Kurang gizi: whasting
(Marasmus, kwashiorkor &
Marasmic-kwashiorkor ) atau
Stunting (kurang gizi kronis)
KURANG ENERGI PROTEIN
• Kasus kurang gizi  terjadi pada semua
kelompok usia : bayi, anak balita, anak susia
sekolah, remaja, dewasa dan lansia serta ibu
hamil dan menyusui

• Etiologi: infeksi kronis (AIDS, kanker,


cahsecsia) dan kurang asupan
PATOGENESA UMUM KEKURANGAN
ASUPAN ENERGI PROTEIN
LANGKAH ASESMEN GIZI
1.Kelompokkan data berdasarkan katagori
asesmen gizi:
a. Antropometri  AD ( Anthropometry
data)
b. Pemeriksaan fisik  PD (Physical Data)
c. Laboratorium  BD (Biochemical data)
d. Riwayat Gizi  FH (Food History)
e. Riwayat Klien  CH ( Clien History)
2. Data diinterpretasikan dengan membandingkan
terhadap kriteria atau standar yang sesuai
untuk mengetahui terjadinya penyimpangan
ANTROPOMETRI (AD)
• Melakukan pengukuran atau mengolah data yang
tersedia : individu atau kelompok (masyaraakat)
1.BB/U
2.BB/TB
3.TB/U
4.LLA
5.Lingkar Kepala
6.Tinggi Lutut
7.Lain-lain
Untuk mendapatkan informasi  data perlu
diinterpretasikan (bandingkan dengan standar)
obesitas Gizi lebih

Gizi baik

Gizi kurang

Gizi buruk
FISIK/KLINIS (PD)
 Data antromometri  dibawah nilai normal : terjadi atropi
jaringan, terutama lapisan subkutan dan badan tampak kurus
seperti orang tua  berhubungan dengan gambaran klinis
MANIFESTASI KLINIS
Marasmus
Badan kurus kering
Tampak seperti orang tua
Lethargi
Iritabel
Kulit berkeriput
Ubun – ubun cekung pada bayi
Jaringan subkutan hilang
Turgor kulit jelek
Malaise
Apatis
Gambaran Klinis Kwashiorkor
Rambut
jarang Wajah

‘Puffy’
Gambaran Klinis Kwashiorkor

Hepatomegali
(pembesaran hati)

Edema
Gambaran Klinis Kwashiorkor

Crazy Pavement
Dermatosis
MANIFESTASI KLINIS  PD
Kwashiorkor
Muka sembab
Letargi
Edema
Jaringan otot mengecil
Jaringan subkutan tipis dan lembut
Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
Kulit kering dan besisik  depigmentasi
Alopecia
Anoreksia
Gagal dalam tumbuh kembang
anemia
Biochemical Data = BD

Pemeriksaan laboratorium :
1. Albumin
2. creatinine
3. nitrogen
4. Elektrolit
5. Hb
6. Ht
7. transferin
LABORATORIUM (BD)
 vitamin A dalam serum  minimal atau tidak ada 
kaitannya dengan data klinis (gangguan penglihatan
dan kulit)
 Kekurangan protein  asam amino essensial dalam
serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme
terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel 
Rendah  sintesa albumin hati rendah
 Gangguan metabolisme lemak (kwoshiorkor)
 Hipoproteinemia  kwashiorkor (odem)  acites
 mineral : besi, kalsium & seng kurang
RIWAYAT GIZI (FH)
• Pola makan keluarga dan klien
• Pantangan makanan
• Bila bayi  pola pemberian ASI
• Jangkauan akses makanan
• Ketersedian bahan pangan tingkat keluarga dan
masyarakat
• Budaya makan
• Sosek
RIWAYAT KLIEN (CH)
• Ada riwayat penyakit kronis
• Keluarga memiliki penyakit yang tinggal
serumah
• Kebersihan lingkungan
• Kaitkan dengan etiologi
• Kondisi politik masyarakat
• Dukungan masyarakatterhadap program 
kasus kelompok
DIAGNOSA GIZI
• NI.1.2  peningkatan kebutuhan energi
diatas kebutuhan  dikaitkan dengan
komposisi tubuh, pengobatan, hormon
endokrin, neurologic atau faktor genetik
• Etiologi :
- Anabolisme atau proses pertumbuhan
- Aktivitas fisik yang disengaja atau tidak
DIAGNOSA GIZI
• NI.1.2  peningkatan kebutuhan energi diatas
kebutuhan  dikaitkan dengan komposisi
tubuh, pengobatan, hormon endokrin,
neurologic atau faktor genetik
• Signs/symtoms :
- Kajian data: AD (penurunan BB tidak
disengaja 1% 6 bulan terakhir), PD (BMR), FH
(peningkatan aktivitas), CH (berhub dengan
diagnosa medis)
DIAGNOSA GIZI
• NI.1.4  kekurangan intake energi
• Etiologi: faktor patologis atau fisiologis 
peningkatan kebutuhan atau penurunan
kemampuan untuk mengkonsumsi energi secara
mutlak:
- kekurangan masukan makanan atau zat gizi artifisial pada
tekanan ekonomi, kepercayaan-budaya (tidak makan-
makanan tertentu pada usia tertentu
- kurang ilmu pengetahuan terhadap makanan dan zat gizi
- faktor psikologi ( stres/eating disorders)
DIAGNOSA GIZI
• NI.1.4  kekurangan intake energi
• Signs/Symtom:
- PD : penurunan BB, pertumbuhan gigi terhambat
- FH : ketidakcukupan intake dari diet, pembatasan energi,
menghindari mabahan makanan tertentu,
parenteral/enteral nutrisi tidak cukup
- CH : kelebihan mengkonsumsi alkohol atau obat yang
menurunkan nafsu makan
DIAGNOSA GIZI
• NI.1.6  perkiraan intake energi kurang
optimal
• NI.2.1  kekurangan intake makanan dan
minuman oral
• NI.2.3  kekurangan intake nutrisi enteral
• NI.2.5  intake enteral kurang optimal
• NI.2.6  kekurangan nutrisi parenteral
• NC.2.8  nutrisi parenteral kurang optimal
DIAGNOSA GIZI
• NI.5.2  Malnutrisi energi-protein
yang nyata
• Problem: intake protein dan atau
energi yang tidak adekuat dalam
jangka waktu lama menghasilkan
hilangnya cadangan lemak dan atau
otot
DIAGNOSA GIZI
• NI.5.2  Malnutrisi energi-protein yang nyata
• Etiologi:
- fisiologis  katabolik yang lama atau malabsorbsi
- kekurangan dalam mendapatkan makanan: keadaan
ekonomi mendesak, praktek budaya atau keagamaan,
pemberian makanan yang sangat ketat kepada orang
tua/anak2
- kurang pengetahuan  penolakan makanan berprotein
tinggi
- Psikologi : depresi, gangguan pola makan
DIAGNOSA GIZI
• NI.5.2  Malnutrisi energi-protein yang nyata
• Signs/symptom
- AD : BMI < 18,5, kegagalan tumbuh, pertambahan BB
tidak adekuat , kehilangan BB > 10 % dalam 6 bulan,
underweight dengan otot yang terbuang,
pertumbuhan terhambat (pada anak)
- BD : serum albumin normal (tidak ada komplikasi),
albumin : < 3,4 mg/dl (penyakit/trauma yang
berhubungan dengan malnutrisi)
DIAGNOSA GIZI
• NI.5.2  Malnutrisi energi-protein yang nyata
• Signs/symptom
- PD :
1). malnutrisi tanpa komplikasi  kurus, penampakan kurus,
otot habis, lemak tubuh minimal, rambut jarang dan tipis sertaa
mudah dicabut, kulit tipis dan kering, tulang menonjol, suhu
tubuh rendah, tekanan darah rendah, denyut jantung lemah.
2). Penyakit/trauma: kurus/normal, ada odem (perifer, acites,
anasarka), ekstremitas rendah, beberapa otot habis dengan
retensi lemak, perlemakan hati, dispigmentasi rambut dan kulit
3). Penyembuhan luka terhambat
DIAGNOSA GIZI
• NI.5.2  Malnutrisi energi-protein yang nyata
• Signs/symptom
- FH: intake energi dari diet kurang, intake protein tidak
cukup, penolakan terhadap makanan
- CH : penyakit/ trauma akut atau kronik, letak
geografis/status sosial ekonomi yang berhubungan
dengan gizi dalam masyarakat, malabsorbsi protein
dan zat gizi lain yang parah,konsumsi alkohol atau
obat-obatan
DIAGNOSA GIZI
• NI.5.3  Malnutrisi energi-protein (dalam
waktu singkat)
• Etiologi:
- fisiologis  katabolik yang lama atau malabsorbsi
- kekurangan dalam mendapatkan makanan: keadaan
ekonomi mendesak, praktek budaya atau keagamaan,
pemberian makanan yang sangat ketat kepada orang
tua/anak2
- kurang pengetahuan  penolakan makanan berprotein
tinggi
- Psikologi : depresi, gangguan pola makan
DIAGNOSA GIZI
• NI.5.2 dan NI.5.3  Malnutrisi energi-protein
yang nyata dan dalam waktu singkat pada
PAGT masyarakat
• Etiologi:
- bisa sama dengan individu
• Signs/symtom
- hasil program lebih rendah dari target : D/s, N/D dst….
- 2 kali tidak naik berat badan komplikasi dengan diare
DIAGNOSA GIZI
• NC.1.4
• NC.3.1
• NB.3.2
• NB.3.3
INTERVENSI GIZI
• Kasus individu  asuhan diet
(perencanaan – evaluasi) dan edukasi
gizi dan kesehatan
• Kasus masyarakat  edukasi gizi dan
kesehatan
• Tidak ada pemisahan tegas antara
kasus individu dan masyarakat dalam
PAGT
INTERVENSI  perhatikan etiologi
penyakit
1. Kekurangan energi
2. Kekurangan protein
3. Infeksi kronis (infantil gastroenteritis,
bronkhopnemonia, pielonefritis, sifilis
kongenital)
4. Kelainan struktur bawaan (jantung bawaan, deformitas
palatun, hidrosepalus dll)
5. Prematuritas dan penyakit masa neonatus

6. Gangguan Metabolik
INTERVENSI KASUS KEP
• Di Rumah Sakit  diberikan formula makanan tinggi
kalori MODISCO :susu, minyak/margarie, gula, dan
pisang hijau, dengan tahapan awal memberikan
rehidrasi pada anak
• Dirumah atau di pos gizi kelompok masyarakat
dengan Menambahkan kalori setiap porsi makan
sehari-hari dengan lauk digoreng
• Kekambuhan terjadi apabila pola makan diberikan
seperti semula
• Komplikasi  memperlama penyembuhan
KOMPLIKASI

Marasmus : infeksi, tuberkulosis,


parasitosis, desentri, malnutrisi kronik,
ggn tumbuh kembang

Kwashiokor : diare, infeksi, anemia,


gangguan tumbuh kembang, hipokalemi
dan hipernatremi
PRINSIP DASAR INTERVENSI KEP BERAT/GIZI
BURUK

1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan
elektrolit
PRINSIP DASAR INTERVENSI KEP BERAT/GIZI
BURUK

5.  Obati/cegah infeksi


6.  Mulai pemberian makanan
7.  Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
9. Koreksi defisiensi nutrien mikro
10. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan
emosi/mental
Penatalaksanaan Terapeutik

Terapi KEP berat/Gizi buruk  terdapat 3


fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan
fase rehabilitasi
Fase Stabilisasi:
Fase Transisi :
Fase Rehabilitasi:
Penatalaksanaan Terapeutik
1. Diit tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit sesuai
dengan kondisi
3. Penanganan diare bila ada; cairan, antidiare dan
antibiotik
4. Frekwensi makan dapat ditingkatkan setiap 3 – 4
jam dan selingi dgn malanan kecil yg tinggi kallori
dan protein
5. Timbang berat badan setiap hari
6. Tingkatkan pemberian ASI dgn pemasukan intake
nutrisi yg adekuat pd orang tua.
PERTIMBANGAN DALAM TERAPI GIZI

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


 intake nutrisi tidak cukup
2. Konstipasi kurangnya intake cairan
3. Gangguan integritas kulit  tidak adanya
kandungan makanan yang cukup
4. Resiko infeksi  gangguan respon imun
sekunder dari malnutrisi
5. Kurangnya pengetahuan  tidak tahu
memberikan intake nutrisi yg adekuat pada anak
CATATAN : PEMBERIAN CAIRAN
Berikan cairan per oral

Berikan cairan atau nutrisi perparenteral,


perhitungkan infus

Perlu juga  Kaji tanda – tanda dehidrasi


MONITORING
Riwayat medis yang terkait gizi dari pasien/klien
atau keluarga
Riwayat status sosial - ekonomi
Kaji riwayat pola makan
Pengkajian antropometri
Kaji manifestasi klinis
Monitor hasil laboratorium
Timbang berat badan
Kaji tanda – tanda vital
PERTIMBANGKAN:
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN/GIZI

• Makanan dan obat dapat saling berinteraksi


 menimbulkan akibat yang
menguntungkan atau merugikan
• Pasien dengan malnutrisi atau penyakit atau
komplikasi faktor lingkungan (usia, genetik,
lingkungaan)  akibat memperberat
malnutrisi (pengaruh nafsu makan)
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN
KLASIFIKASI EFEK SAMPING INTERVENSI
OBAT YANG SERING YANG DAPAT
TERJADI DILAKUKAN
ANTI BIOTIK : Mua l, muntah, Minum obat
Amoksilin, diare, gangguan sesudah makan
Ampisilin, saluran cerna (makanan
azitromisin, (azitromisin memperlambat
eritromisin, &eritromisin) absorbsi)
tetrasiklin , jangan minum
bersama jus buah
yang asam
EVALUASI
• Status gizi
• Fisik/klinis
• Laboratorium
Te
ri ma
K asi
h !!
!!

Anda mungkin juga menyukai