Anda di halaman 1dari 47

A.

Pendahuluan
Untuk membekali mahasiswa agar menjadi lulusan seperti yang
diharapkan, Jurusan Kesehatan Masyarakat Fikes Unsoed memberlakukan
persyaratan bahwa mahasiswa harus menempuh mata kuliah Praktik Belajar
Lapangan (PBL). Praktik Belajar Lapangan (PBL) I merupakan proses belajar
mahasiswa pada tahap analisis situasi masalah yang telah ditetapkan. Analisis
situasi merupakan tahap awal dari satu siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle). Tujuan analisis situasi adalah mengumpulkan data dan
informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi wilayah yang terkait dengan
permasalahan kesehatan. PBL I diharapkan mahasiswa mampu menganalisis
faktor-faktor penyebab dari masalah kesehatan serta menentukan alternatif-
alternatif pemecahan masalah kesehatan. Analisis faktor-faktor penyebab dari
prioritas masalah tersebut dilakukan dengan cara mengkaji teori-teori dan
hasil-hasil penelitian yang relevan.
Pada PBL I ini mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, salah
satunya di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Desa
Kalibenda mempunyai jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 785 yang
terbagi dalam 2 RW dan 11 RT. Jumlah total penduduk Kalibenda yaitu 2.295
jiwa yang terdiri dari 1.149 laki-laki dan 1.146 perempuan. Berdasarkan
Focus Grup Discussion (FGD) yang telah dilakukan antara mahasiswa, kader
kesehatan desa dan pihak Puskesmas pada 9 Oktober 2017, disepakati bahwa
PBL I di Desa Kalibenda ini mengambil permasalahan mengenai perilaku
penggunaan jamban. Hal ini sejalan dengan data dari Puskesmas II Ajibarang
bahwa capaian penduduk dengan akses jamban sehat di Desa Kalibenda
sebesar 60.02%. Meskipun desa Kalibenda menempati presentase tertinggi
dibandingkan desa lainnya, namun presentasenya masih di bawah target untuk
menjadi Desa ODF (Open Defecation Free) yaitu desa yang 100%
masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat. Dampak dari Buang Air
Besar Sembarangan salah satunya adalah diare. Data dari Puskesmas juga
menyebutkan bahwa kasus diare di Desa Kalibenda selalu ada tiap tahunnya
dan tahun ini menempati posisi kedua tertinggi setelah Desa Sawangan dengan
jumlah 45 kasus.

1
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan
jamban, beberapa diantaranya adalah faktor pengetahuan, sikap, dan
karakteristik responden. Berbagai macam penelitian telah dilakukan, salah
satunya adalah penelitian Trismon (2016) yang berjudul “Analisis Beberapa
Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Jamban Keluarga di Desa
Ranah Singkuang Kabupaten Kampar”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan, pengetahuan dan
sikap dengan partisipasi masyarakat dalam penggunaan jamban keluarga.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan jamban di Desa
Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku pemanfaatan jamban di Desa Kalibenda
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan pekerjaan di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang
Kabupaten Banyumas tahun 2017.
b. Mendeskripsikan pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat, peran
tokoh masyarakat, dan peran tenaga kesehatan mengenai pemanfaatan
jamban di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten
Banyumas tahun 2017.
c. Mengetahui pengaruh antara pengetahuan dengan pemanfaatan jamban
di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas tahun
2017.
d. Mengetahui pengaruh antara sikap dengan pemanfaatan jamban di
Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas tahun
2017.

2
e. Mengetahui pengaruh antara perilaku dengan pemanfaatan jamban di
Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas tahun
2017.
f. Mengetahui pengaruh antara peran tokoh masyarakat dengan
pemanfaatan jamban di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang
Kabupaten Banyumas tahun 2017.
g. Mengetahui pengaruh antara peran petugas kesehatan dengan
pemanfaatan jamban di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang
Kabupaten Banyumas tahun 2017.
h. Mengetahui faktor paling dominan yang berpengaruh terhadap
pemanfaatan jamban di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang
Kabupaten Banyumas tahun 2017.
i. Mengetahui alternatif pemecahan masalah dalam menentukan
intervensi yang akan diberikan untuk meningkatkan pemanfaatan
jamban di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten
Banyumas tahun 2017.
C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas dan Instansi Pemerintah
Hasil kegiatan PBL I dapat memberikan informasi terkait dengan
masalah kesehatan yaitu pemanfaatan jamban di Desa Kalibenda
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas.
2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
a. Kegiatan PBL I dapat meningkatkan kerjasama antara mahasiswa
dengan instansi pemerintah.
b. Melalui hasil PBL I dapat memperoleh umpan balik yang berkaitan
dengan pengintegrasian mahasiswa dengan pembangunan masyarakat,
sehingga kurikulum Jurusan Kesehatan Masyarakat dapat lebih
disesuaikan.

3
3. Bagi Masyarakat Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten
Banyumas
Kegiatan ini dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan jamban,
sehingga masyarakat dapat melakukan upaya preventif secara mandiri.
4. Bagi Mahasiswa Kegiatan PBL I
Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman belajar kepada
mahasiswa, sehingga mampu menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan masyarakat. Dengan demikian,
mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari selama
perkuliahan secara langsung di masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya (Depkes, 2004).
a. Pengertian Jamban keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau
WC. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
menyebabkan kontaminasi pada air tanah (Ahmad, 2014).
b. Pengertian Jamban Sehat
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan No. 852 Tahun
2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif
untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit.
2. Syarat-syarat Jamban Sehat
Menurut Arifin yang dikutip oleh Abdullah (2010) ada tujuh
syarat-syarat jamban sehat yaitu:
a. Tidak mencemari air

4
b. Tidak mencemari tanah permukaan Jamban yang sudah penuh, segera
disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran ditimbun di
lubang galian.
1) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.
Dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah
liat atau diplester.
2) Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.
3) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air
kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
4) Tidak mencemari tanah permukaan Jamban yang sudah penuh,
segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran
ditimbun di lubang galian.
c. Bebas dari serangga
1) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya
dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah
bersarangnya nyamuk demam berdarah.
2) Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk.
3) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang
bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
4) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
5) Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung.
d. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan.
1) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan.
2) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa
harus tertutup rapat oleh air.
3) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.
4) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodik.

5
e. Aman digunakan oleh pemakainya
Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu
atau bahan penguat lain.
f. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya
1) Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang
kotoran.
2) Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke
saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.
3) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran
karen jamban akan cepat penuh.
g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
1) Jamban harus berdinding dan berpintu.
2) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan (Abdullah, 2010).
3. Jenis-jenis Jamban
Menurut Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan
berdasarkan kontruksi dan cara menggunakannya yaitu:
a. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban
cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi
lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu
atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban
semacam ini masih menimbulkan gangguan karena baunya.
b. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang
dihubungkan oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan
kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di atas
penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik
dan menguntungkan daripada jamban cemplung, karena baunya agak
berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.

6
c. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya
dibuat dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor
tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm.
Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan
sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini adalah
perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah.
d. Angsatrine (Water Seal Latrine)
Di bawah tempat jongkok, jamban ini ditempatkan atau
dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut
bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang
berada di tempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang
oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. Dengan
demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.
e. Jamban Septic Tank
Berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan
kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang
sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta
dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa
(misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang),
sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak
tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses
penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dalam bak terdapat tiga
macam lapisan yaitu:
1) Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat.
2) Lapisan cair.
3) Lapisan endap.
Saptic tank merupakan cara yang efektif untuk pembuangan
tinja rumah tangga yang memiliki air yang mencukupi tetapi tidak
memiliki hubungan dengan sistem limbah penyaluran masyarakat.

7
Cara ini memiliki keuntungan dan kerugian, diantaranya :
1) Keuntungannya adalah memudahkan proses dekomposisi oleh
bakteri.
2) Kerugian :
a) Penggunaan desinfektan atau air sabun berlebihan dapat
membunuh bakteri dalam septic tank.
b) Endapan lumpur yang menumpuk dapat mengurangi kapasitas
septic tank.
4. Manfaat Memiliki Jamban Sehat
Manfaat jamban sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan, jamban
yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal,
yaitu :
a. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman
c. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
(Chayatin, 2009).
5. Dampak Buang Air Besar Sembarangan
Menurut Wijayanti, dkk (2016) dampakbuang air besar
sembarangan mengakibatkan pencemaran terhadap :
a. Sumber air bersih.
b. Menimbulkan pencemaran pada permukaan tanah.
c. Keterjangkauan lalat yang dapat menyebabkan penyakit berbasis
lingkungan misalnya saja penyakit diare, Setelah itu bisa menjadi
dehidrasi, lalu karena kondisi tubuh turun maka masuklah penyakit-
penyakit lain dan mudah terserang pneumonia dari pencemaran tinja
melalui udara.
d. Dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau
busuk serta estetika, semakin besar presentase yang BAB sembarangan
maka ancaman penyakit itu semakin tinggi intesitasnya.

8
Sedangkan menurut Dinkes Sumatera Utara (2017), sebanyak 39-
40 juta orang yang buang air besar sembarangan, itu termasuk orang yang
mempunyai WC, namun masih membuang kotorannya ke sungai.  Riset
yang dilakukan UNICEF dan WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita
Indonesia meninggal akibat perilaku buruk BAB sembarangan. WHO juga
mencatat 88 persen angka kematian akibat diare disebabkan  kesulitan
mengakses air bersih dan keterbatasan sistem sanitasi.  Hal itu juga
diperparah oleh perilaku BAB sembarangan.  Selain penyakit perilaku
BAB sembarangan juga memperbesar risiko yang menghambat
pertumbuhan fisik anak-anak.
6. Karakteristik Responden
a. Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk; baik yang hidup maupun yang
mati (Depkes RI, 2009). Menurut penelitian Kurniawati dan
Windraswara (2017), berdasarkan variabel umur yang diteliti
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur
dengan penggunaan jamban.
b. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dengan
laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir (Hungu, 2007). Menurut
Darsana dkk (2012), faktor jenis kelamin mempengaruhi kepemilikan
jamban yaitu pada laki-laki lebih banyak tidak menggunakan jamban
di bandingkan perempuan.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani)
(Ihsan, 2005). Menurut Dunggio (2012), faktor pendidikan
mempengaruhi penggunaan jamban karena semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mampu dia mengetahui,
memahami ataupun menganalisis apa yang disampaikan demikian

9
sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan yang dia miliki maka
semakin tidak tahu pula dia mencerna apa yang menjadi isi pesan dari
informasi khususnya dalam hal penggunaan maupun pemanfaatan
jamban.
d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan
nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kesibukan atau
pekerjaan sehara-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk
memperoleh informasi (Depkes RI, 2001). Menurut Darsana dkk
(2012) faktor pekerjaan berhubungan dengan penggunaan jamban
yaitu pada kelompok yang tidak memiliki jamban paling banyak pada
pekerja menengah kebawah.
7. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari pemahaman setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo
(2010). Berdasarkan hasil penelitian Darsana, dkk (2012), pengetahuan
memiliki hubungan yang bermakna dengan penggunaan jamban.
8. Sikap
Menurut Sunyoto 2013, sikap merupakan sesuatu yang mengarah
pada tujuan yang dihadapi dalam bentuk tindakan, ucapan, perbuatan
maupun emosi seseorang. Sikap merupakan pernyataan evaluatif terhadap
objek, orang atau peristiwa sehingga hal ini mencerminkan perasaan
seseorang terhadap sesuatu (Budiman & Riyanto, 2013). Menurut
Notoadmojo (2003), mengemukakan bahwa sikap “A syndrome of
response consistency with regard to social objects” artinya sikap adalah
sekumpulan respon yang konsistensi terhadap obyek sosial, bahwa sikap
(attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau obyek, serta salah satu strategi untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap adalah dengan adanya penyuluhan atau pendidikan
kesehatan. Menurut Azwar (2007), pembentukan sikap dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman pribadi, dimana pengalaman

10
pribadi yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi tertentu.
Komponen sikap Menurut Azwar (2007) sikap terdiri dari 3
komponen yang saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki
individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)
terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.
b. Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap
yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu.
Menurut penelitian Darsana, dkk (2012), sikap memiliki hubungan
yang bermakna dengan penggunaan jamban.
9. Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku
merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa
tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan
tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di
rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan

11
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap
tentang kesehatan.
Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak,
seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan
bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap,
dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude,
practice (Sarwono, 2004). Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu
tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun
luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua
macam, yaitu :
a. Perilaku Pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan
tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum
ada tindakan yang nyata.
b. Perilaku Aktif (respons eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang
dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan yaitu suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut
dapat dirumuskan bahwa perilaku kesehatan berkaitan dengan perilaku
pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari penyakit;
perilaku peningkatan kesehatan; perilaku gizi (makanan dan minuman).
Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), ada
perbedaan di antara tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan,
yaitu :
a. Perilaku sehat yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang
meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau
mendektesinya dalam tahap asimptomatik.

12
b. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu
yang merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan
untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.
c. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan
mendapatkan kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan
diri mereka sendiri sakit, hal ini mencakup mendapatkan pengobatan
dari ahli terapi yang tepat.
Menurut Budiharto (2010), perilaku kesehatan merupakan fungsi
dari:
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
pemeliharaan kesehatan (Behavior intention).
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitar (Social support).
c. Ada atau tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan
(Accessibility of information).
d. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak
(Action situation).
Oleh karena itu kelompok kami memodifikasi Teori H. L. Blum
dengan L. Green. Dimana L. Green mengklasifikasikan faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan, yaitu:
a. Faktor Predisposing (Predisposing factors)
Merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, kelompok, dan
masyarakat, yang mempermudah individu berperilaku seperti
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan budaya. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku salah satunya adalah pengetahuan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang atau over behavior
(Notoatmodjo, 2003:139-140). Pengetahuan merupakan hasil tahu dan
ini terjadi melalui panca indera manusia yakni : indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia, diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003:139-
140). Perilaku seseorang apabila didasari oleh penglihatan, kesadaran,
dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng, akan

13
tetapi sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
b. Faktor Pemungkin (Enabling factors)
Merupakan faktor yang memungkinkan individu berperilaku seperti
yang terwujud dalam lingkungan, fisik, tersedia atau tidak tersedia
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
c. Faktor Penguat atau Faktor Pendorong (Reinforsing factors)
Merupakan faktor yang menguatkan perilaku seperti terwujud dalam
sikap seperti dukungan dari tenaga kesehatan serta dukungan dari
keluarga terutama suami merupakan koordinasi referensi dalam
perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
10. Sarana Prasarana
Menurut Meiridhawati (2011), faktor pendukung (enabling factor)
yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana bagi masyarakat yang mendukung terjadinya
perilaku manusia. Ketersediaan sarana merupakan salah satu faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Kondisi
jamban dan sebagainya merupakan faktor yang memungkinkan orang
menggunakan atau memanfaatkan jamban tersebut. Semakin lengkap
sarana penunjang semakin besar kemungkinan seseorang memanfaatkan
jamban yang dimilikinya, sebaliknya walaupun sudah punya jamban
keluarga tetapi kalau sarana prasarana penunjang tidak lengkap atau tidak
ada maka kemungkinan jamban yang ada tidak dimanfaatkan. Menurut
Wardani (2014), faktor sarana buang air besar yang baik meningkatkan
perilaku responden dalam buang air besar sehingga responden selalu
menggunakan sarana buang air besar yang dimiliki. Saranan prasarana
yang mendukung perilaku penggunaan jamban yaitu:
a. Jamban
Jamban yang memenuhi syarat merupakan suatu ruangan yang
mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia, yang dilengkapi
dengan atap, dinding dan lantai kedap air, ventilasi udara yang baik.

14
b. Air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari
dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi
sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimaksud
adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik,
kimia, biologis dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (ketentuan umum Permenkes No.
416/Menkes/PER/IX/1990).
Menurut Anggoro dkk (2015), ada hubungan antara kondisi
jamban dan ketersediaan air bersih dengan partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan jamban. Kondisi jamban yang buruk dan ketersediaan air
bersih yang tidak banyak membuat partisipasi masyarakat rendah dalam
pemanfaatan jamban.
11. Peran Tenaga Kesehatan
Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan
posisi yang dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan,
nilai, dan sikap yang diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang
seharusnya diperlihatkan oleh individu pemegang peran tersebut dalam
situasi yang umumnya terjadi (Sarwono, 2012). Peran merupakan suatu
kegiatan yangbermanfaat untuk mempelajari interaksi antara individu
sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai macam peranan di
dalam hidupnya, seperti dokter, perawat, bidan atau petugas kesehatan lain
yang mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas atau kegiatan atau
yang sesuai dengan peranannya masing-masing (Muzaham, 2007).
Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia
Tentang Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu
yang memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Tenaga
kesehatan juga memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat

15
mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
sehingga mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi. Tenaga kesehatan memiliki beberapa petugas
yang dalam kerjanya saling berkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, dan ketenagaan medis lainnya (Peraturan Pemerintah No 32 Tahun
1996). Penyuluhan tenaga kesehatan juga memiliki berbagai macam
peranan penting lainnya di dalam proses meningkatkan derajat kesehatan.
Macam-macam peran tenaga kesehatan dibagi menjadi beberapa,
yaitu:
a. Sebagai komunikator
Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang
yang menerimanya. Menurut Mundakir (2006) komunikator
merupakan orang ataupun kelompok yang menyampaikan pesanataus
stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain
yangmenerima pesan (komunikan) tersebut memberikan respons
terhadap pesan yang diberikan. Proses dari interaksi antara
komunikator ke komunikan disebut juga dengan komunikasi. Selama
proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan psikologis harus
hadir secara utuh, karna tidak cukup hanyadengan mengetahui teknik
komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga sangat penting untuk
mengetahuisikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi.
b. Sebagai motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain.
Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar
mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut
diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dilakukan (Notoatmodjo,
2007). Menurut Syaifudin (2006) motivasi adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah
kebutuhan, keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran
tenaga kesehatan sebagai motivator tidak kalah penting dari peran
lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan

16
motivasi, arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran pihak
yang dimotivasi agar tumbuh ke arah pencapaian tujuan yang
diinginkan (Mubarak, 2009).
c. Sebagai fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan
dalam menyediakan fasilitas sebagai orang lain yang membutuhkan.
Sementara itu, menurut Sulaeman (2012) peran fasilitator adalah
katalis, yaitu mendorong timbulnya perasaan tidak puas di masyarakat
mengenai hasil pembangunan yang ada; penemu solusi, yaitu
memberikan kejelasan gagasan pembangunan yang direkomendasikan
kepada sasaran perubahan; pendamping, yaitu mendampingi proses
penentuan solusi masalah sebagai aplikasi inovasi pembangunan;
perantara, yaitu mempersatukan antara dua kepentingan yakni pembuat
kebijakan dan sasaran pembangunan dengan membuat keputusan
terbaik; motivator, yaitu memberikan dorongan serta memfasilitasi
proses pemberdayaan masyarakat. Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Meiridhawati (2012), peranan petugas kesehatan
meningkatkan penggunaan jamban masyarakat.
12. Peran Tokoh Masyarakat
Partisipasi yang dilakukan masyarakat selalu diperankan secara
dominan oleh tokoh masyarakat. Pengertian Tokoh Masyarakat sendiri
diartikan juga dengan elit masyarakat dimana, ia bertindak mewakili
masyarakat atau mengatasnamakannya. Penokohan tersebut karena
pengaruh posisi, kedudukan, kemampuan, dan kepiawaiannya. Menurut
Lipset dan Solari (2001) tokoh masyarakat dapat dikategorikan atau dibagi
kedalam 2 kategori yaitu :
a. Tokoh masyarakat formal atau elit formal seperti Ketua
RT/RW,Kepala Desa/ Lurah, dan Camat.
b. Tokoh masyarakat informal atau elit informal seperti tokoh agama,
tokoh adat, tokoh perempuan, dan tokoh pemuda.
Menurut penelitian Meiridhawati (2012), peranan tokoh masyarakat
meningkatkan penggunaan jamban masyarakat.

17
13. Kerangka Teori
Sehat merupakan kondisi yang diinginkan setiap individu. Menurut
WHO dalam Notoatmodjo (2007) definisi sehat adalah keadaan sejahtera,
sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada
bebas dari penyakit atau kelemahan. Paradigma hidup sehat (health and
well being paradigma) dari Hendrik L. Blum menjelaskan empat faktor
utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan individu atau
masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan atau
penentu timbulnya masalah kesehatan pada seorang individu atau
kelompok masyarakat. Keempat faktor tersebut terdiri atas faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor
genetik (keturunan). Oleh karena itu, kelompok kami memodifikasi teori
H. L. Blum dengan teori L. Green dimana perilaku di pengaruhi oleh tiga
faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.
Bagan 1. Teori H. L. Blum dan L. Green

Lingkungan

Pemanfaatan Pelayanan
Genetik
Jamban Kesehatan

Perilaku

Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat


(Predisposing Factor) : (Enabling (Reinforcing Factor) :
Factor) :
1. Karakteristik 1. Peran Tenaga Kesehatan
Sarana prasarana : 2. Peran Tokoh Masyarakat :
responden :
a. Jamban a. Kepala Desa
a. Umur
b. Ketersediaan air b. Ketua RW
b. Jenis Kelamin
bersih c. Ketua RT
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
2. Pengetahuan
18
3. Sikap
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi secara dinamis dan
mempengaruhi kesehatan perorarangan dan derajat kesehatan kelompok
masyarakat. Diantara keempat faktor tersebut faktor perilaku manusia
merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sulit
ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Alasan mengapa faktor
perilaku lebih dominan dibandingkan faktor lingkungan karena lingkungan
hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia (Mubarak, 2009).
Status kesehatan akan tercapai secara optimal apabila keempat
faktor tersebut bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal juga. Jika
salah satu faktor tersebut berada dalam keadaan yang terganggu (tidak
optimal), maka status kesehatan akan tergeser dibawah optimal
(Notoatmodjo, 2007).
Keempat faktor derajat kesehatan menurut Hendrik L. Blum
sebagai berikut:
a. Perilaku
Perilaku menjadi faktor pengaruh dan peranan terbesar dalam derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh
kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi dan
perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
b. Lingkungan
Lingkungan menjadi faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan, diikuti fasilitas kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan
sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi dua kategori, yaitu
yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah,
iklim, perumahan dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial
merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan,
pendidikan, ekonomi dan sebagainya.

19
c. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan
sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan
terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok
masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan
fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak.
Selanjutnya adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh
pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
d. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan.
E. Metode Pelaksanaan
1. Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan (PBL) I kelompok 4
dilakukan di Desa Kalibenda, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten
Banyumas. Kegiatan PBL I dilaksanakan pada 30 Oktober sampai 4
November 2017.
2. Jenis dan Metode
Jenis penelitian yang digunakan pada Praktik Belajar Lapangan I yaitu
penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.
Dalam penelitian jenis Cross-sectional ini, peneliti melakukan observasi
atau pengukuran variabel pada satu saat. Hal ini berarti bahwa setiap
responden penelitian hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran
variabel responden dilakukan pada saat itu pula. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan suatu pendekatan observasi ataupun dengan
pengumpulan data tentang analisis penyebab masalah pemanfaatan jamban
di Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun
2017.

20
3. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
a. Karakteristik Responden

1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Pendidikan Perilaku Penggunaan
4) Pekerjaan Jamban di Desa
b. Pengetahuan Kalibenda, Ajibarang

c. Sikap

d. Sarana prasarana

e. Peran Tenaga Kesehatan


Bagan 2. Kerangka Konsep
4. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional

Cara
No. Variabel Definisi Kategori Skala
Ukur
1. Umur Lama hidup a. Remaja akhir: 17 – 25 Kuesioner Ordinal
responden yang tahun
dihitung sejak lahir b. Dewasa awal : 26 – 35
hingga dilakukan tahun
wawancara, dengan c. Dewasa akhir: 36 – 45
usia minimal 17 tahun
tahun. d. Lansia awal : 46 – 55
tahun
e. Lansia akhir : 56 – 65
tahun
f. Manula : >65 tahun
(Kemenkes RI, 2009)
2. Jenis Karakteristik Jenis kelamin adalah Kuesioner Nominal
Kelamin biologi responden laki-laki dan perempuan.
dabawa sejak lahir (WHO, 2012)
bersifat permanen
seperti laki-laki dan
perempuan
3. Pendidikan Tingkatan status 1.Pendidikan Dasar (SD, Kuesioner Ordinal
pendidikan terakhir MI, SMP, MTs)
yang di tempuh 2.Pendidikan Menengah
oleh responden (SMA, MA, SMK,)
3.Pendidikan Tinggi
(Diploma S1, S2,
Spesialis, S3)
(PP No. 66 Tahun 2010)

21
Cara
No. Variabel Definisi Kategori Skala
Ukur
4. Pekerjaan Jenis kegiatan 1. Pedagang Kuesioner Ordinal
sehari-hari yang 2. Buruh/Tani
dilakukan oleh 3. PNS
responden untuk 4. TNI/POLRI
mendapatkan 5. Pensiunan
penghasilan 6. Wiraswasta
7.RT (Ibu
RumahTangga)
(Notoatmodjo, 2012)
5. Pengetahuan Pemahaman res- Jika data berdistribusi Kuesioner Ordinal
ponden meliputi : normal, maka:
1. Jamban 1. Pengetahuan
2. Jenis jamban masyarakat baik ≥ mean
3. Syarat jamban 2. pengetahuan
sehat masyarakat buruk <
4. Manfaat jamban mean
5. Dampak BAB
sembarangan Jika data berdistribusi
tidak normal, maka :
1. pengetahuan
masyarakat baik ≥
median
2. pengetahuan
masyarakat buruk <
median

6. Sikap Respon responden Jika data berdistribusi Kuesioner Ordinal


terhadap : normal, maka:
1. Jamban 1. sikap masyarakat
2. Jenis jamban mendukung ≥ mean
3. Syarat jamban 2. sikap masyarakat tidak
sehat mendukung < mean
4. Manfaat jamban
5. Dampak BAB Jika data berdistribusi
sembarangan tidak normal, maka :
1. sikap masyarakat
mendukung ≥ median
2. sikap masyarakat tidak
mendukung < median
7. Perilaku Tindakan Jika data berdistribusi Kuesioner Ordinal
responden dalam normal, maka:
menggunakan 1. perilaku masyarakat
jamban baik ≥ mean
2. perilaku masyarakat
buruk < mean

22
Jika data berdistribusi
tidak normal, maka :
1. perilaku masyarakat
baik ≥ median
2. perilaku masyarakat
buruk < median
8. Sarana Fasilitas yang Jika data berdistribusi Kuesioner Ordinal
Prasarana mendukung buang normal, maka:
air besar 1. sarana prasarana
tersedia ≥ mean
2. sarana prasarana tidak
tersedia < mean

Jika data berdistribusi


tidak normal, maka :
1. sarana prasarana
tersedia ≥ median
2. sarana prasarana tidak
tersedia < median

9. Peran Bentuk perilaku Jika data berdistribusi Kuesioner Ordinal


Tenaga dari petugas tenaga normal, maka:
Kesehatan Kesehatan berupa : 1. peran tenaga kesehatan
pemberian mendukung ≥ mean
penyuluhan 2. peran tenaga kesehatan
petugas kesehatan tidak mendukung < mean
dan kunjungan
rutin ke rumah Jika data berdistribusi
responden. tidak normal, maka :
1. peran tenaga kesehatan
mendukung ≥ median
2. peran tenaga kesehatan
tidak mendukung <
median
10. Peran Bentuk perilaku Jika data berdistribusi Kuesioner Ordinal
Tokoh dari tokoh normal, maka:
Masyarakat masyarakat berupa 1. Peran tokoh
tindakan dalam masyarakat mendukung
pemberian ≥ mean
informasi terkait 2. Peran tokoh
pemanfaatan masyarakat tidak
jamban dan mendukung < mean
penyediaan sarana
prasarana. Jika data berdistribusi
tidak normal, maka :
1. Peran tokoh
masyarakat mendukung

23
≥ median
2. Peran tokoh
masyarakat tidak
mendukung < median

5. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang
ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang
diteliti itu (Sukmadinata, 2009). Populasi dalam PBL 1 adalah seluruh
Kepala Keluarga (KK) atau ibu yang mewakili di Desa Kalibenda,
Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas dengan jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 785 yang terbagi dalam 2 RW dan 11 RT.
Jumlah total penduduk 2.295 jiwa yang terdiri dari 1.149 laki-laki dan
1.146 perempuan.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi (Novita, 2015). Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik simple random sampling dengan mengacak
RT yang ada di Desa Kalibenda. Menurut Cohen, et.al, (2007) semakin
besar sampel dari besarnya populasi yang ada adalah semakin baik.
1) Kriteria Inklusi
a) Kepala keluarga atau ibu yang berdomisili di Desa Kalibenda
b) Kepala keluarga atau ibu yang bersedia menjadi responden
2) Kriteria ekslusi
a) Kepala keluarga atau ibu yang tidak bersedia menjadi responden
b) Kepala keluarga atau ibu yang tidak bisa berkomunikasi dengan
baik.

24
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus:

Keterangan:
n = besar sampel minimal
N = Jumlah populasi
Z = Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI= 95%
d = Derajat ketepatan yang digunakan oleh 10% atau 0,1
P = Proporsi target populasi (jika tidak diketahui gunakan 0,5)

Berdasarkan data dari Desa Kalibenda diketahui :


N = 785 KK
Z = 1,96
P = 0,5
d = 0,1
Hasil Perhitungan:

6. Instrumen
Instrumen yang digunakan terdiri dari kuesioner, ceklis,
wawancara, alat perekam gambar dan form data sekunder. Jenis
Kuesioner yang digunakan adalah Kuesioner tertutup yaitu jawaban
sudah ditentukan. Ceklis digunakan untuk mengamati kondisi lingkungan
yang sebenarnya di Desa Kalibenda dengan melakukan pengamatan pada
objek yang bisa diamati dengan panca indra misalnya: kondisi rumah,
jamban, dan lain-lain. Alat perekam gambar adalah alat yang digunakan
untuk mengabadikan kondisi lingkungan yang ada di masyarakat.

25
Sedangkan, form data sekunder menjadi salah satu instrumen yang
digunakan dalam PBL I untuk mengetahui status derajat kesehatan
masyarakat Desa Kalibenda. Form ini berupa pernyataan-pernyataan yang
berisi keterangan status derajat kesehatan masyarakat dan data demografi
Desa Kalibenda.
a. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menujukkan
kevalidan atau kesahihan suatu instrumental. Jadi pengujian validitas
itu mengacu pada sejauh mana suatu instrumen dalam menjalankan
fungsi. Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,
2006).Uji validitas PBL I kelompok 4 dilakukan di Desa Banjarsari ,
Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas dengan mengambil
sampel kecil sebanyak 30 responden yang memiliki karakteristik
sama seperti variabel yang sudah ditentukan. Hasil analisis didapat
dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel, r tabel dicari
pada signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi dan jumlah data (n)= 30.
Rumus yang digunakan (df= n-2) maka akan menjadi df=30-2 yaitu
28. Dapat disimpulkan bahwa nilai r tabel adalah sebesar 0,3610
1) Hasil Uji Validitas
a) Pengetahuan
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

Nilai Nilai
No. Pernyataan Variabel Pengetahuan Keterangan
r-hitung r-tabel
1 Jamban bukan hanya suatu bangunan
yang digunakan untuk membuang
0,443 0,361 Valid
dan mengumpulkan kotoran manusia
dalam suatu tempat tertentu.
2 Rumah yang sehat adalah rumah
yang memiliki jamban 0,528 0,361 Valid

3 Septictank adalah tempat


penampungan tinja manusia. 0,528 0,361 Valid

26
Nilai Nilai
No. Pernyataan Variabel Pengetahuan Keterangan
r-hitung r-tabel
4 Pembuatan jamban membutuhkan
0,091 0,361 Tidak valid
lahan yang cukup
5 Jenis jamban yang sehat adalah
0,528 0,361 Valid
jamban yang memiliki septictank
6 Buang air besar adalah buang air
0,310 0,361 Tidak valid
besar yang tidak di jamban.
7 Buang air besar boleh dilakukan di
0,722 0,361 Valid
kolam atau di sungai.
8 Jamban yang baik adalah jamban
0,460 0,361 Valid
yang mudah ditempati serangga.
9 Jamban yang sehat tidak harus
0,508 0,361 Valid
memiliki ventilasi (saluran udara)
10 Jamban yang sehat harus memiliki
0,174 0,361 Tidak valid
lantai yang tidak licin
11 Jamban yang sehat tidak harus
0,839 0,361 Valid
memiliki atap pelindung.
12 Buang air besar tidak dapat
0,216 0,361 Tidak valid
mencemari lingkungan.
13 Buang air besar sembarangan tidak
0,356 0,361 Tidak valid
menyebabkan penyakit.
14 Air yang tercemar tinja dapat
0,517 0,361 Valid
menyebabkan penyakit diare.
(Sumber : Data Primer, Terolah 2017)

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pernyataan pada variabel


pengetahuan setelah diuji validitas dengan dibandingkan antara r-hitung > r-tabel
(0,361) diperoleh hasil 9 pernyataan variabel pengetahuan valid dan 5 pernyataan
variabel pengetahuan yang tidak valid yaitu pada pernyataan nomor :
1) Pernyataan nomor 4 tentang pengertian septictank
2) Pernyataan nomor 6 tentang kriteria jamban
3) Pernyataan nomor 10 tentang syarat jamban
4) Pernyataan nomor 12 tentang syarat jamban
5) Pernyataan nomor 13 tentang pencemaran air oleh tinja

27
Lima pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian akan diubah
kalimatnya sehingga menjadi pernyataan yang lebih mudah dipahami.
b) Sikap
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap

Nilai Nilai
No. Pernyataan Variabel Sikap Keterangan
r-hitung r-tabel
1 Menurut saya setiap rumah harus
0,538 0,361 Valid
memiliki jamban.
2 Menurut saya setiap jamban harus
0,630 0,361 Valid
dilengkapi dengan septictank.
3 Menurut saya buang air besar di
0,626 0,361 Valid
sungai adalah hal yang biasa.
4 Saya merasa buang air besar di
kolam lebih nyaman daripada buang 0,723 0,361 Valid
air besar di jamban.
5 Saya merasa nyaman buang air besar
0,748 0,361 Valid
di sungai.
6 Saya merasa senang apabila
0,593 0,361 Valid
mempunyai jamban di dalam rumah.
7 Saya merasa buang air besar di
0,209 0,361 Tidak valid
jamban memerlukan air yang bersih
8 Saya merasa buang air besar di
sungai tidak menyebabkan 0,534 0,361 Valid
pencemaran air.
9 Saya merasa buang air besar di
kolam tidak menyebabkan -0,144 0,361 Tidak valid
pencemaran.
10 Saya merasa buang air besar di
sembarang tempat dapat 0,686 0,361 Valid
menimbulkan penyakit.
11 Menurut saya memiliki jamban dapat
0,651 0,361 Valid
mencegah penyakit diare.
12 Menurut saya buang air besar di
0,606 0,361 Valid
jamban lebih aman.
13 Menurut saya buang air besar
merupakan hal yang merepotkan. 0,602 0,361 Valid

28
Nilai Nilai
No. Pernyataan Variabel Sikap Keterangan
r-hitung r-tabel
14 Menurut saya jamban tidak harus
0,453 0,361 Valid
memiliki atap.
15 Menurut saya jamban yang baik
harus memiliki ventilasi udara 0,641 0,361 Valid
(saluran udara).
(Sumber : Data Primer, Terolah 2017)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pernyataan pada variabel sikap


setelah diuji validitas dengan dibandingkan antara r-hitung > r-tabel (0,361)
diperoleh hasil 13 pernyataan variabel sikap valid dan 2 pernyataan variabel sikap
yang tidak valid yaitu pada pernyataan nomor:
1) Pernyataan nomor 7 tentang penggunaan air
2) Pernyataan nomor 9 tentang pencemaran air
Dua pertanyaan yang tidak valid tersebut kemudian akan diubah kalimatnya
sehingga menjadi pernyataan yang lebih mudah dipahami.
c) Perilaku
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku

Pernyataan Variabel Nilai Nilai


No. Keterangan
Perilaku r-hitung r-tabel
1 Saya buang air besar di
0,930 0,361 Valid
jamban.
2 Saya buang air besar di
0,759 0,361 Valid
sungai.
3 Saya buang air besar di
0,905 0,361 Valid
kolam.
4 Saya buang air besar di
kolam meskipun saya 0,911 0,361 Valid
memiliki jamban.
5 Saya menyikat jamban
0,071 0,361 Tidak valid
setiap hari
(Sumber : Data Primer, Terolah 2017)
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa pernyataan pada variabel perilaku
setelah diuji validitas dengan dibandingkan antara r-hitung > r-tabel (0,361)

29
diperoleh hasil diperoleh hasil 4 pernyataan valid dan 1 pernyataan yang tidak
valid yaitu pada pertanyaan nomor:
1) Pernyataan nomor 5 tentang kebersihan jamban
Satu pertanyaan yang tidak valid tersebut kemudian akan diubah kalimatnya
sehingga menjadi pernyataan yang lebih mudah dipahami.
d) Sarana Prasarana
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Sarana Prasarana
Pernyataan Variabel Sarana Nilai Nilai
No Keterangan
Prasarana r-hitung r-tabel
1 Tersedia jamban sehat di rumah 0,671 0,361 Valid
2 Tersedia Septictank sebagai
0,689 0,361 Valid
tempat penampung tinja
3 Tersedia air bersih untuk buang air
0,634 0,361 Valid
besar
4 Jamban memiliki atap 0,075 0,361 Tidak valid
5 Jamban memiliki lantai yang tidak
0,276 0,361 Tidak valid
licin
6 Jamban memiliki dinding kedap
0,671 0,361 Valid
air
7 Di desa Kalibenda tersedia jamban
0,484 0,361 Valid
umum
8 Di desa Kalibenda tersedia kolam
0,582 0,361 Valid
untuk buang air besar
9 Di desa Kalibenda tersedia sungai
0,451 0,361 Valid
untuk buang air besar
10 Saat musim kemarau tidak ada air
0,328 0,361 Tidak valid
bersih
(Sumber : Data Primer, Terolah 2017)
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa pernyataan pada variabel sarana
prasarana setelah diuji validitas dengan dibandingkan antara r-hitung > r-tabel
(0,361) diperoleh hasil 7 pernyataan valid dan 3 pernyataan yang tidak valid yaitu
pada pernyataan nomor:
1) Pernyataan nomor 4 tentang kriteria jamban
2) Pernyataan nomor 5 tentang kriteria jamban
3) Pernyataan nomor 10 tentang ketersediaan air bersih

30
Tiga pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian akan diubah
kalimatnya sehingga menjadi pernyataan yang lebih mudah dipahami.
e) Peran Tenaga Kesehatan
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Variabel Peran Tenaga Kesehatan
Pernyataan Variabel Peran Nilai Nilai
No. Keterangan
Tenaga Kesehatan r-hitung r-tabel
1 Petugas kesahatan pernah
memberikan penyuluhan tentang 0,301 0,361 Tidak valid
jamban

2 Petugas kesehatan mengadakan


kunjungan rutin ke rumah warga 0,805 0,361 Valid
untuk memeriksa keadaan jamban

3 Petugas kesehatan pernah


menyuruh masyarakat untuk 0,444 0,361 Valid
memiliki jamban di rumah.

4 Petugas kesehatan menyediakan


0,746 0,361 Valid
jamban umum untuk masyarakat.

5 Petugas kesehatan pernah


mencarikan solusi dalam
0,773 0,361 Valid
menghadapi permasalahan jamban
yang ada.

(Sumber : Data Primer, Terolah 2017)


Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa pernyataan pada variabel peran
petugas kesehatan setelah diuji validitas dengan dibandingkan antara r-hitung > r-
tabel (0,361) diperoleh hasil 4 pernyataan valid dan 1 pernyataan yang tidak valid
yaitu pada pernyataan nomor:
1) Pernyataan nomor 1 tentang penyuluhan jamban
Satu pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian akan diubah kalimatnya
sehingga menjadi pernyataan yang lebih mudah dipahami.

f) Peran Tokoh Masyarakat

31
Tabel 7. Hasil Uji Validitas Variabel Peran Tokoh Masyarakat
Pernyataan Variabel Peran Nilai Nilai
No Keterangan
Tokoh Masyarakat r-hitung r-tabel
1 Kepala desa pernah memberikan
-0,215 0,361 Tidak valid
informasi tentang jamban
2 Kepala desa menyediakan jamban
0,662 0,361 Valid
umum untuk masyarakat
3 Ketua RT mengadakan pertemuan
0,449 0,361 Valid
untuk membahas tentang jamban
4 Ketua RT pernah menyuruh
masyarakat untuk memiliki 0,510 0,361 Valid
jamban di rumah
5 Kepala desa pernah mencarikan
solusi dalam menghadapi 0,722 0,361 Valid
permasalahan jamban yang ada
6 Kepala RW mengadakan
kunjungan rutin ke rumah warga 0,682 0,361 Valid
untuk memeriksa keadaan jamban.
7 Ketua RT menyarankan warga
0,682 0,361 Valid
untuk mengikuti arisan jamban
(Sumber : Data Primer, Terolah 2017)
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa pernyataan pada variabel peran
tokoh masyarakat setelah diuji validitas dengan dibandingkan antara r-hitung > r-
tabel (0,361) diperoleh hasil 6 pernyataan valid dan 1 pernyataan yang tidak valid
yaitu pernyataan pada nomor:
1) Pernyataan nomor 1 tentang informasi jamban
Satu pertanyaan yang tidak valid tersebut kemudian akan diubah kalimatnya
sehingga menjadi pernyataan yang lebih mudah dipahami.
b. Uji Reabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang
sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subyek memang belum berubah (Matondang, 2009). Instrumen
yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil

32
penelitian yang valid dan reliabel. Kegiatan PBL 1 ini, instrumen yang
digunakan akan diuji validitas dan reliabilitas pada 30 responden. Variabel
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach's Alpha > 0,6.
1) Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's
No Variabel R Keterangan
Alpha
1 Pengetahuan 0,782 0,6 Reliabel
2 Sikap 0,807 0,6 Reliabel
3 Perilaku 0,813 0,6 Reliabel
4 Sarana Prasarana 0,697 0,6 Reliabel
5 Peran Tenaga
0,685 0,6 Reliabel
Kesehatan
6 Peran Tokoh
0,684 0,6 Reliabel
Masyarakat
(Sumber : Data Primer, Terolah 2017)
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan reliabel
karena nilai Cronbach’s Alpha 0,782 > 0,6 ; variabel sikap reliabel karena nilai
Cronbach’s Alpha 0,807 > 0,6 ; variabel perilaku reliabel karena nilai Cronbach’s
Alpha 0,813; variabel sarana prasarana reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha
0,697 > 0,6 ; variabel peran tenga kesehatan reliabel karena nilai Cronbach’s
Alpha 0,685 > 0,6 ; dan variabel peran tokoh masyarakat reliabel karena nilai
Cronbach’s Alpha 0,684 > 0,6.
7. Pengumpulan data
a. Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara langsung, observasi dan
dokumentasi.Wawancara langsung dapat dilakukan terhadap tiap-tiap
kepala keluarga atau ibu yang mewakili dari keluarga Desa Kalibenda
dengan menggunakan kuesioner. Observasi dilakukan dengan
menggunakan ceklis yang berisi pernyataan-pernyataan untuk
menggali dan mengumpulkan data dengan cara mengamati sarana dan
prasarana di setiap rumah yang berkenaan masalah kesehatan.

33
Dokumentasi dilakukan dengan mencatat hal-hal yang penting selama
pengumpulan data.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang
terkait dengan penelitian ini.Data sekunder yang diperoleh berupa data
dari Puskesmas dan Kantor Kelurahan Desa Kalibenda Kecamatan
Ajibarang. Data sekunder yang diambil di puskesmas berupa data
profil kesehatan Kecamatan Ajibarang tahun 2017 yang berisi
mengenai keadaan demografi, dan situasi derajat kesehatan. Data
sekunder yang diambil dari Kantor Kelurahan Kalibenda berupa Profil
Kependudukan Desa Kalibenda berupa jumlah KK Desa Kalibenda,
jumlah RW, jumlah RT per RW, jumlah KK per RT, dan karakteristik
penduduk Desa Kalibenda.
8. Analisa data
Analisis data penelitian merupakan media untuk menarik
kesimpulan dari seperangkat data hasil pengumpulan. Analisis data dapat
dibedakan berdasarkan jumlah variabelnya yaitu analisis univariat,
bivariat, maupun multivariat (Setiawan, 2010). Analisis data yang
dilakukan dalam penelitian kali ini adalah analisis univariat, analisis
bivariat dan analisis multivariate.
a. Analisa Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada masing–
masing variabel yaitu karakteristik responden yang terdiri dari
karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
pekerjaan), pengetahuan, sikap, perilaku, dan persepsi peran petugas
kesehatan responden.
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kuatnya hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik Chi
Square pada alpha 5% (Akbar, 2009).
c. Analisa Multivariat

34
Analisis multivariat digunakan untuk melihat pengaruh antara
variabel bebas dan variabel terikat dengan uji regresi logistic yang
diperoleh dari uji bivariat dimana variabel yang memiliki nilai p <
0,05 menjadi variabel berpengaruh. Uji multivariat ini untuk
mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh (Akbar, 2009).
F. Jadwal Kegiatan
Bulan ke-10 Bulan ke-11 Bulan ke-12
No . Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survei ke Puskesmas Ajibarang II dan
1. meminta data sekunder, Analisis data
sekunder
FGD, Menentukan masalah, Menyebar
2.
kuesioner
Penyusunan Proposal Praktek Belajar
3.
Lapangan I

4. PelaksanaanPraktek Belajar Lapangan I

Penyusunan draft laporan Praktek Belajar


5.
Lapangan I
Seminar laporan Praktek Belajar
6.
Lapangan I

Revisi laporan Praktek Belajar Lapangan


7.
I

Pengumpulan draf laporan Praktek


8.
Belajar Lapangan I

35
G. Daftar Pustaka

Abdullah, 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat.


http://sanitasi.or.id/index.php?option=com (diakses pada 12 Oktober
2017).

Ahmad, khalid. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo.

Akbar, Husaini, Purnomo Setiadi.2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:


Bumi Aksara.

Anggoro, Febri Fani, dkk. 2015. “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Jamban di Kawasan Perkebunan Kopi (Analysis of Factors
Associated with the Use of Toilets at Coffee Plantation Region)”, e-Jurnal
Pustaka Kesehatan. Vol 3 (1) : 171-178

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Budiharto. 2010. Pengantar Ilmu perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan


Gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Budiman dan Riyanto. 2013. Pengukuran Sikap. Jakarta: Salemba Medika.

Chayati, Nurul. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori Edisi 1.
Jakarta: Salemba Medika.
Cohen, L., et al. 2007. Research Methods in Education, (Sixth Edition). New
York : Routledge.

Dayakisni dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: Universitas


Muhammadiyah.

Darsana, I Nengah, dkk. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kepemilikan jamban keluarga di desa Jehem kecamatan tembuku
kabupaten bangli. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 4 no 2,
November 2014: 124-133.

Depkes RI. 2001. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta : Depkes RI.

________. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

________. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di


Indonesia. Jakarta: Dirjen PP& PL.

________. 2007. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

36
________. 2007. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Jakarta.

________. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Dinkes Jateng. 2014. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun


2009.www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL...2014/13_J
ateng_2014.pdf (diakses pada 12 Oktober 2017)

Dunggio , Neydi Chandra Dewi. 2012. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Perilaku Masyarakat tentang Penggunaan Jamban di Desa Modelomo
Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2012”,
Skripsi, Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.

Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia.Jakarta: Grasindo

Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Kemenkes


RI

Kemenkes RI. 2014. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf (diakses pada 12 Oktober 2017).

Kurniawati, Linda Destiya, Rudatin Windraswara. 2017. “Faktor-Faktor yang


Berpengaruh terhadap Perilaku Kepala Keluarga dalam Pemanfaatan
Jamban di Pemukiman Kampung Nelayan Tambaklorok Semarang”.
Jurnal Public Health Vol 2 no 1 Halaman 72-79.

Lipset dan Solari. 2001. Consensus and Conflict Essay In Poitics Sociology. New
Jersey : Oxfort Univesity Press.
Matondang, Zulkifli. 2009. “Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen
Penelitian”. Jurnal Tabularasa Pps Unimed. Vol.6(1).
Meiridhawati. 2011. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Jamban
Community Led Total Sanitation (CLTS) Di Kenagarian Kurnia
Selatan Kecamatan Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya”, Skripsi,
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Meiridhawati. 2012. “Faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Jamban
Community LED Total Sanitation (CLTS) di Kenagarian Kurnia Selatan
Kecamatan Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya”. Padang: Skripsi

Mubarok, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Komunitas Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika.

37
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.
Yogyakarta:Graha Ilmu.

Muzaham. 2007. Sehat Itu Murah. Jakarta: Kompas

Ningsih, Fitriani Gustia dan Jonyanis.2014. “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Dalam Rumah Tangga (PHBS) pada Masyarakat Desa Gunung
Kesiangan, Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi”. Jom FISIP.
1(2): 5

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.
Novita, Bunga Asri. 2015. Pengaruh Struktur Modal dan Likuiditas terhadap
Profitabilitas. Jurnal Akuntansi. Vol 2 (1).
Saifuddin, Azwar. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarwono, S. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Greafindo.

Setiawan, A.dan Saryono.2010. Metodologi Penelitian Kebidanan.Jakarta:


Nuhamedika

Soeparman dan Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, N. 2009. Metode penelitian pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Sulaeman, ES dkk. 2012. “Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan: Studi Pada Program Desa Siaga”.
Jurnal Kedokteran YARSI. Volume 20 (3): 118 – 27.

Sunanti, Soejoeti. 2005. “Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial
Budaya. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI”. Jurnal: Jakarta.

Sunyoto, Danang, 2013. Perilaku Konsumen, CAPS (Center of Academy


Publishing Service). Yogyakarta.
Trismon, Ignatius., Zulfan Saam, dan Elda Nazriati. 2016. “Analisis Beberapa
Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Jamban Keluarga di
Desa Ranah Singkuang Kabupaten Kampar”, Dinamika Lingkungan
Indonesia. Vol 3 (2) : 122-125.

38
Triyono, Agus. 2014. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang
Air Besar Masyarakat Nelayan Di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir
Kabupaten Tangerang Propinsi Banten”, Forum Ilmiah. 11 (3) : 365 –
374.

Triyono, Agus. 2014. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang


Air Besar Masyarakat Nelayan Di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir
Kabupaten Tangerang Propinsi Banten”, Forum Ilmiah. 11 (3) : 365 –
374.

Wardani, Ratna. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis kepemilikan


jamban di desa Bogem Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri. The
Indonesian Journal of Health Science. Vol 5 (1).

Wijayanti, dkk. 2016.”Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Buang Air Besar


di Jamban Desa Gunungsari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang”.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 4 (1).

39
H. Lampiran

1. Kuesioner
No Tanggal

KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGGUNAAN JAMBAN DI DESA KALIBENDA KECAMATAN
AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2017

Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin* :L/P
4. Pendidikan*
a. SD/MI
b. SMP/MTs.
c. SMA/MA/SMK Sederjat
d. Pendidikan Tinggi (Diploma/S1/S2/Spesialis/S3)
e. Lain-Lain (................................)
5. Pekerjaan*
a. Pedagang
b. Buruh/Tani
c. PNS
d. Wiraswasta
e. Ibu Rumah Tangga
f. Lain-Lain (................................)
6. Apakah anda memiliki jamban?* 1. Ya , 2.Tidak
7. Jenis Jamban yang dimiliki. #
Tidak ada Leher angsa tanpa septictank
Cemplung tanpa tutup Leher angsa dengan septictank dan resapan
Cemplung dengan tutup
Keterangan :
*: Lingkari salah satu
#: Cek list

40
A. Pengetahuan
Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada satu alternatif jawaban yang
tersedia.
Jawaban
No. Pernyataan
Benar Salah
Jamban bukan hanya suatu bangunan yang
1. digunakan untuk membuang dan mengumpulkan
kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu. *
2. Rumah yang sehat adalah rumah yang memiliki
jamban
3. Septictank adalah tempat penampungan tinja
manusia.
4. Pembuatan jamban membutuhkan lahan khusus.

5. Jenis jamban yang sehat adalah jamban yang


memiliki septictank.
6. Buang air besar sembarangan adalah buang air
besar yang tidak di jamban.
7. Buang air besar boleh dilakukan di kolam atau di
sungai. *
8. Jamban yang baik adalah jamban yang mudah
ditempati serangga.*
9. Jamban yang sehat tidak harus memiliki ventilasi
(saluran udara).*
10. Jamban yang sehat harus memiliki lantai kedap air.
11. Jamban yang sehat tidak harus memiliki atap
pelindung.*
12. Buang air besar sembarangan tidak dapat
mencemari lingkungan.*
13. Buang air besar sembarangan tidak menimbulkan
penyakit.*
14. Air yang tercemar tinja dapat menyebabkan
penyakit diare.

41
B. Sikap
Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada satu alternatif jawaban yang
tersedia.
Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS
1. Menurut saya setiap rumah harus memiliki
jamban.
2. Menurut saya setiap jamban harus
dilengkapi dengan septictank.
3. Menurut saya buang air besar di sungai
adalah hal yang biasa.*
4. Saya merasa buang air besar di kolam lebih
nyaman daripada buang air besar di
jamban.*
5. Saya merasa nyaman buang air besar di
sungai.*
6. Saya merasa senang apabila mempunyai
jamban di dalam rumah.
7. Saya merasa buang air besar di jamban
memerlukan air yang lebih banyak.
8. Saya merasa buang air besar di sungai
tidak menyebabkan pencemaran air.*
9. Saya merasa buang air besar di kolam tidak
menyebabkan pencemaran air.*
10. Saya merasa buang air besar di sembarang
tempat dapat menimbulkan penyakit.
11. Menurut saya memiliki jamban dapat
mencegah penyakit diare.
12. Menurut saya buang air besar di jamban
lebih aman .
13. Menurut saya buang air besar di jamban
merupakan hal yang merepotkan.*
14. Menurut saya jamban tidak harus memiliki
atap.*
15. Menurut saya jamban yang baik harus
memiliki ventilasi udara (saluran udara).

Keterangan:
a. SS : Sangat Setuju
b. S : Setuju
c. TS : Tidak Setuju
d. STS : Sangat Tidak Setuju

C. Perilaku

42
Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada satu alternatif jawaban yang
tersedia.
Selalu Sering Kadang- Tidak
No. Pernyataan kadang pernah

1. Saya buang air besar di jamban.


2. Saya buang air besar di sungai.*
3. Saya buang air besar di kolam.*
4. Saya buang air besar di kolam
meskipun saya memiliki jamban.*
5. Saya menyikat jamban setiap satu
minggu sekali

D. Sarana Prasarana

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada satu alternatif jawaban yang
tersedia.
Jawaban
No. Pernyataan
Ya Tidak
1. Tersedia jamban sehat di rumah
2. Tersedia Septictank sebagai tempat penampung tinja
3. Tersedia air bersih untuk buang air besar
4. Jamban memiliki atap pelindung
5. Jamban memiliki lantai kedap air
6. Jamban memiliki dinding kedap air
7. Di desa Kalibenda tersedia jamban umum
8. Di desa Kalibenda tersedia kolam untuk buang air besar
9. Di desa Kalibenda tersedia sungai untuk buang air
besar
10. Saat musim kemarau ketersediaan air bersih tidak
banyak.

E. Peran Tenaga Kesehatan

43
Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada satu alternatif jawaban yang
tersedia.
Jawaban
No. Pernyataan
Ya Tidak
1. Petugas kesahatan pernah memberikan penyuluhan
tentang jamban sehat kepada masyarakat
2. Petugas kesehatan mengadakan kunjungan rutin ke
rumah warga untuk memeriksa keadaan jamban.
3. Petugas kesehatan pernah menyuruh masyarakat untuk
memiliki jamban di rumah
4. Petugas kesehatan menyediakan jamban umum untuk
masyarakat
5. Petugas kesehatan pernah mencarikan solusi dalam
menghadapi permasalahan jamban yang ada

F. Peran Tokoh Masyarakat


Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada satu alternatif jawaban yang
tersedia.
Jawaban
No. Pernyataan
Ya Tidak
1. Kepala desa pernah memberikan informasi tentang
jamban sehat kepada masyarakat
2. Kepala desa menyediakan jamban umum untuk
masyarakat
3. Ketua RT mengadakan pertemuan untuk membahas
tentang jamban
4. Ketua RT pernah menyuruh masyarakat untuk memiliki
jamban di rumah
5. Kepala desa pernah mencarikan solusi dalam
menghadapi permasalahan jamban yang ada
6. Kepala RW mengadakan kunjungan rutin ke rumah
warga untuk memeriksa keadaan jamban.
7. Ketua RT menyarankan warga untuk mengikuti arisan
jamban

2. Hasil community diagnose (matrix FGD dan tabel data sekunder)

44
Komponen Telaah Data Rumusan
No. Hasil FGD
Diagnosis Sekunder Masalah
1. Status A. Morbiditas Meskipun masyarakat Bagaimana
Kesehatan Distribusi kasus di Desa Kalibenda meningkatkan
menurut penyakit mempunyai status status kesehatan
di Desa Kalibenda kesehatan yang masyarakat di
Puskesmas 2 paling baik dibanding Desa Kalibenda ?
Ajibarang Januari desa-desa lain di
– Agustus 2017 : wilayah kerja
a. ILI (Influenza Puskesmas II
Like Illness) = Ajibarang, akan tetapi
337 Kasus masih harus
b. Diare Akut = ditingkatkan.
45 Kasus
c. Diare Berdarah
(Disentri) = 5
Kasus
d. AFP (Lumpuh
Layuh
Mendadak) = 3
Kasus
e. Demam
Thyphoid = 1
Kasus
f. Pneumonia = 1
Kasus
B. Mortalitas akibat
penyakit-penyakit
tersebut = 0 kasus
(tidak ada)
2. Lingkungan Berdasarkan data Di desa Kalibenda Bagaimana
dasar kepemilikan & permasalahan mengatasi
akses Sarana Sanitasi lingkungannya yaitu permasalahan
Dasar tahun 2017, di mengenai sampah, lingkungan di
desa Kalibenda BABS, dan asap desa Kalibenda ?
mempunyai cakupan : rokok
a. Rumah Sehat
(64,728 %)
b. Jamban Sehat
(60,026 %)
c. Rumah yang
memiliki SPAL
(44,375 %)

Presentase tersebut
masih di bawah

45
standar ketetapan
nasional yaitu 100 %.
3. Pelayanan a. Di Kalibenda a. Kader kesehatan
Kesehatan sudah ada PKD dan petugas
dan Posyandu kesehatan telah
yang mana ada menjalankan
bidan desa dan tugasnya dengan
Kader Kesehatan. baik.
b. Jarak masyarakat b. Petugas
ke fasilitas Puskesmas telah
kesehatan dekat melakukan
karena Puskesmas pemicuan yang
II Ajibarang mana penyuluhan
terletak di desa juga termasuk
Kalibenda. kegiatan
c. Jumlah tenaga pemicuan namun
kesehatan di perilaku warga
Puskesmas II desa Kalibenda
Ajibarang terutama
terpenuhi. mengenai BABS
susah diubah.
4. Perilaku Berdasarkan data a. Di desa Kalibenda Bagaimana
PHBS Rumah Tangga masih banyak mengubah
di desa Kalibenda, warga yang perilaku
yang menjadi masalah mempunyai masyarakat desa
utama di desa kebiasaan Buang Kalibenda agar
Kalibenda yaitu Air Besar menerapkan
a. Tidak merokok Sembarangan PBHS
b. Aktifitas fisik (BABS) di kolam sepenuhnya ?
c. ASI eksklusif ataupun sungai
d. Jamban sehat dikarenakan tidak
e. Air Bersih mempunyai
f. Sampah jamban. Selain
itu, ada juga yang
sudah mempunyai
jamban namun
tetap saja masih
BABS di kolam.
b. Masyarakat desa
Kalibenda juga
masih banyak
yang membuang
sampah
sembarangan,
tidak mau
memilah sampah
organic dan
anorganik

46
c. Masyakat desa
masih banyak
yang merokok.
Perdes (Peraturan
Desa) tentang
larangan merokok
di tempat tertentu
juga belum
ditetapkan.
5. Genetik Tidak ada data - -
penyakit genetik yang
diderita oleh
masyarakat Desa
Kalibenda

47

Anda mungkin juga menyukai