Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Oleh:

ARI CENDANI PRABAWATI

219012694

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Kasus ( Masalah Utama)


1. Pengertian
Deficit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting) (Fitria,
2011).
Deficit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang
yang mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri, seperti mandi, berganti pakaian, makan dan toileting
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2012).
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor Predisposisi
Deficit perawatan diri seringkali disebabkan oleh intoleransi
aktivitas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas, atau gangguan kognitif
atau persepsi (misalnya deficit perawatan diri : makan yang berhubungan
dengan disorientasi). Sebagai etiologi, deficit perawatan diri dapat
menyebabkan depresi, ketakutan terhadap ketergantungan dan
ketidakberdayaan (misalnya, ketakutan menjadi ketergantungan total yang
berhubungan dengan deficit perawatan diri akibat kelemahan residual
karena penyakit stroke)
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2013) faktor predisposisi deficit
perawatan diri adalah:
a. Perkembangan:
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan Realitas turun
Klien dengan dengan gangguan jiwa, dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri. Masalah psikologi tersebut contohnya harga
diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri, body
image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri, misalnya individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya. Situasi
lingkngan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Menurut Wilkinson dan Ahern (2012) deficit perawatan diri berhubungan


dengan:
a. Defisit perawatan diri mandi / hygiene berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, kendala lingkungan, ketidakmampuan untuk
merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan untuk merasakan hubungan
spasial, gangguan musculoskeletal, kerusakan neuromuscular, nyeri,
gangguan persepsi atau kognitif, ansietas hebat, kelemahan dan
kelelahan (NANDA).
Faktor lain yang berhubungan (non NANDA international)
depresi, ketunadayaan perkembangan, intoleran aktivitas, pembatasan
karena pengobatan, gangguan psikologis.
b. Defisit perawatan diri berpakaian / berhias berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, hambatan lingkungan,
keletihan, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri,
gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan / kelelahan.
c. Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, hambatan lingkungan, keletihan, hambatan
mobilitas, hambatan kemampuan berpindah, gangguan
musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif
atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.
d. Defisit perawatan diri eliminasi (BAB / BAK) berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan, keletihan,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan
kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, gangguan kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik, individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:


a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik
yang terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan kebersihan diri / personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial

3. Mekanisme Koping
a. Regresi
Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan cirri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
b. Penyangkalan
Penyangkalan merupakan mekanisme koping / pertahanan untuk
mengurangi kesulitan untuk menegakkan diagnosis.
c. Isolasi diri, menarik diri
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada
atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan
(sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk
melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga
mengandung unsur penipuan diri.
d. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia
menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang
amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh
dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi
yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau
merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat
dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi,
manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak
menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada
dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.
4. Rentang Respon
Rentang respon meliputi respon adaptif dan maladaptif
a. Respon Adaptif
Respon adaptif merupakan respon yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat dan individu dalam menyelesaikan masalahnya, dengan
kata lain respon adaptif adalah respon atau masalah yang masih dapat
ditoleransi atau masih dapat diselesaikan oleh kita sendiri dalam batas
yang normal
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif merupakan respon yang diberikan individu dalam
menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma-norma dan
kebudayaan suatu tempat atau dengan kata lain diluar batas individu
tersebut.
Adaptif Maladaptif

- Pola perawatan - Kadang perawatan diri - Tidak melakukan

diri seimbang kadang tidak perawatan saat stres

Keterangan :

a. Pola perawatan diri seimbang, saat pasien mendapatkan stresor dan


mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
pasien seimbang, pasien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat pasien mendapatkan stresor
kadang – kadang pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri, pasien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
5. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2)   Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri
6. Klasifikasi
Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri
C. Pohon Masalah
Perawatan diri tidak efektif (BAB / BAK / PH / Nutrisi dan cairan )

Defisit Perawatan Diri

Penurunan Motivasi dan kemampuan

2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Subjektif
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau
di RS tidak tersedia alat mandi
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
3) Klien mengatakan ingin disuapi makan
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK maupun BAB
b. Objektif
1) Ketidakmampuan mandi / membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku
panjang dan kotor
2) Ketidakmampuan berpakaian / berhias ditandai dengan rambut
acak – acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
tidak bercukur, (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita)
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran dan
makan tidak pada tempatnya
4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK
D. Diagnosa Keperawatan

Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK


E. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl No. Dx. Perencanaan


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx Keperawatan
Defisit TUM :
Perawatan Klien dapat melakukan 1. Setelah …x…… interaksi 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
Diri. perawatan diri secara mandiri. klien menunjukkan tanda-  Beri salam setiap berinteraksi.
tanda percaya pada  Perkenalkan nama, nama panggilan
perawat : perawat, dan tujuan perawat
 Wajah cerah, berinteraksi.
TUK 1 :
tersenyum.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan
Klien dapat membina hubungan
 Mau berkenalan. klien.
saling percaya.
 Ada kontak mata.  Tunjukkan sikap empati, jujur dan
 Bersedia menceritakan menepati janji setiap kali berinteraksi.
perasaan.  Tanyakan perasaan klien dan masalah
 Bersedia yang dihadapi klien.
mengungkapkan  Buat kontrak interaksi yang jelas.
masalahnya.  Dengarkan dengan empati.
 Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK 2 : 2. Dalam…x interaksi klien 2. Diskusikan dengan klien :


Klien mengetahui pentingnya menyebutkan :  Penyebab klien tidak merawat diri.
perawatan diri.  Penyebab tidak  Manfaat menjaga perawatan diri
merawat diri. untuk keadaan fisik, mental dan
 Manfaat menjaga sosial.
perawatan diri.  Tanda-tanda perawatan diri yang
 Tanda-tanda bersih baik.
dan rapi.  Penyakit atau gangguan kesehatan
 Gangguan yang yang bisa dialami oleh klien bila
dialami jika perawatan perawatan diri tidak adekuat.
diri tidak diperhatikan.
TUK 3 : 3.1 Dalam …x interaksi klien 3.1 Diskusikan frekuensi menjaga perawatan
Klien mengetahui cara-cara menyebutkan frekuensi diri selama ini.
melakukan perawatan diri. menjaga perawatan diri :  Mandi.
 Frekuensi mandi.  Gosok gigi.
 Frekuensi gosok gigi.  Keramas.
 Frekuensi keramas.  Berpakaian.
 Frekuensi ganti  Berhias.
pakaian.  Gunting kuku.
 Frekuensi berhias.
 Frekuensi gunting
kuku.
3.2 Dalam …x interaksi klien 3.2 Diskusikan cara praktek perawatan diri
menjelaskan cara yang baik dan benar.
menjaga perawatan diri :  Mandi.
 Cara mandi.  Gosok gigi.
 Cara gosok gigi.  Keramas.
 Cara keramas.  Berpakaian.
 Cara berpakaian.  Berhias.
 Cara berhias.  Gunting kuku.
 Cara gunting kuku.
3.3 Berikan pujian untuk setiap respon kliken
yang positif.

TUK 4 : 4. Dalam …x interaksi klien 4.1 Bantu klien saat perawatan diri :
Klien dapat melaksanakan mempraktekan perawatan  Mandi.
perawatan diri dengan bantuan diri dengan dibantu oleh  Gosok gigi.
perawat. perawat :  Keramas.
 Mandi.  Berpakaian.
 Gosok gigi.  Berhias.
 Keramas.  Gunting kuku.
 Berpakaian.
 Berhias. 4.2 Beri pujian setelah klien selesai
 Gunting kuku. melaksanakan perawatan diri.

TUK 5 : 5. Dalam …x interaksi klien 5.1 Pantau klien dalam melaksanakan


Klien dapat melaksanakan melaksanakan praktek perawatan diri :
perawatan secara mandiri. perawatan diri secara  Mandi.
mandiri :  Gosok gigi.
 Mandi 2x sehari.  Keramas.
 Gosok gigi sehabis  Berpakaian.
makan.  Berhias.
 Keramas 2x  Gunting kuku.
seminggu. 5.2 Beri pujian saat klien melaksanakan
 Ganti pakaian 1x perawatan diri secara mandiri.
sehari.
 Berhias sehabis
mandi.
 Gunting kuku setelah
mulai panjang.
TUK 6 : 6.1 Dalam …x interaksi 6.1 Diskusikan dengan keluarga :
Klien mendapatkan dukungan keluarga menjelaskan  Penyebab klien tidak melaksanakan
keluarga untuk meningkatkan cara-cara membantu perawatan diri.
perawatan diri. klien dalam memenuhi  Tindakan yang telah dilakukan klien
kebutuhan perawatan selama di rumah sakit dalam menjaga
dirinya. perawatan diri dan kemajuan yang
6.2 Dalam …x interaksi telah dialami oleh klien.
keluarga menyiapkan  Dukungan yang bisa diberikan oleh
sarana perawatan diri keluarga untuk meningkatkan
klien : sabun mandi, kemampuan klien dalam perawatan
pasta gigi, sikat gigi, diri.
sampo, handuk, pakaian 6.2 Diskusikan dengan keluarga tentang :
bersih, sandal dan alat  Sarana yang diperlukan untuk menjaga
berhias. perawatan diri klien.
6.3 Keluarga mempraktekan  Anjurkan kepada keluarga menyiapkan
perawatan diri kepada sarana tersebut.
klien. 6.3 Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang
perlu dilakukan keluarga dalam perawatan
diri :
 Anjurkan keluarga untuk
mempraktekan perawatan diri ( mandi,
gosok gigi, keramas, ganti baju,
berhias dan gunting kuku ).
 Ingatkan klien waktu mandi, gosok
gigi, keramas, ganti baju, berhias dan
gunting kuku.
 Bantu jika klien mengalami hambatan
dalam perawatan diri.
 Berikan pujian atas keberhasilan klien.
F. Implementasi

SP 1.
1. Mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan, makan, dan BAB / BAK.
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Menjelaskan alat dan cara kebersihan diri.
4. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 2.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 ).
2. Menjelaskan pentingnya berdandan.
3. Melatih cara berdandan.
a. Untuk pasien laki-laki meliputi cara :
1) Berpakaian.
2) Menyisir rambut.
3) Bercukur.
b. Untuk pasien perempuan :
1) Berpakaian.
2) Menyisir rambut.
3) Berhias.
4) Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 3.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan 2 ).
2. Menjelaskan cara dan alat makan yang benar.
a. Menjelaskan cara menyiapkan makanan.
b. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.
c. Mempraktekan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
3. Melatih kegiatan makan.
4. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 4.
1. Mengevaluasi kemampuan pasien yang lalu ( SP 1, 2, dan 3 ).
2. Melatih cara BAB dan BAK yang baik.
3. Menjelaskan tempat BAB / BAK yang sesuai.
4. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB / BAK.
SP 1.
1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien dengan masalah
kebersihan diri, berdandan, makan, BAB / BAK.
2. Menjelaskan defisit perawatan diri.
3. Menjelaskan cara merawat kebersihan diri, berdandan, makan, BAB / BAK.
4. Memainkan peran cara merawat.
5. Rencana tindak lanjut keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
SP 2.
1. Mengevaluasi SP 1.
2. Melatih keluarga merawat langsung ke pasien, kebersihan diri, dan
berdandan.
3. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
SP 3.
1. Mengevaluasi kemampuan SP
2. Melatih keluarga merawat langsung ke pasien cara makan.
3. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
SP 4.
1. Mengevaluasi kemampuan keluarga.
2. Mengevaluasi kemampuan pasien.
3. Merencanakan tindak lanjut keluarga.
a. Follow Up.
b. Rujukan.

G. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Keliat, dkk 2009).

Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan defisit perawatan diri yaitu,

1. Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Keperawatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. 2011. Keperawatan Jiwa.

Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika

Keliat. Budi Anna. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Tarwoto,Wartonah.2014.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta;

Salemba Medika

Wilkinson,J.M & Ahem.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA

Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta;EGC

Anda mungkin juga menyukai