Anda di halaman 1dari 9

JURNAL

PERBEDAAN PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN


SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH ATAS

Dosen Pengampu:
Noffiyanti, S.Sos.I.,M.A

Disusun Oleh:
Nabila Putri Amalia
2041040207

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN RADEN INTAN LAMPUNG 2020/2021
ABSTRAK

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan pada perubahan
tingkah laku siswa sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan merubah tingkah laku
dengan cara interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Watson tingkah laku siswa merupakan
hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan, sedangkan menurut Pavlov merujuk pada
sejumlah prosedur pelatihan antara satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan
stimulus lain dalam mengembangkan respon, terakhir menurut Skinner hubungan antara stimulus dan
respons terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku. Dengan demikian, teori belajar behavioristik lebih memfokuskan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan penjelasan
atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Penggunaan
teori belajar dengan langkah-langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi pelajaran
serta penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat memberikan kemudahan kepada siswa
dalam memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, suasana belajar akan terasa lebih santai
dan menyenangkan. Proses belajar pada hakikatnya adalah kegiatan mental yang tidak
tampak. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar
tidak dapat disaksikan dengan jelas, tetapi dapat dilihat dari gejala-gejala perubahan perilaku.
Teori belajar yang menekankan terhadap perubahan perilaku siswa adalah teori
belajar behavioristik. Di lihat dari pengertiannya teori belajar behavioristik merupakan suatu
teori psikologi yang berfokus pada prilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan kesadaran
atau konstruksi mental. Ciri utama teori belajar behavioristik adalah guru bersikap otoriter
dan sebagai agen induktrinasi dan propaganda dan sebagai pengendali masukan prilaku.
Sasaran yang dituju dari pembelajaran ini adalah agar terjadi perubahan perilaku siswa ke
arah yang lebih baik. Selain dalam pemberian point terhadap pelanggaran aturan sekolah,
teori belajar behavioristik juga diterapkan dalam pembelajaran. Teori belajar behavioristik
menekankan kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara
stimulus dengan respon yang biasa diamati dan tidak menghubungkan dengan kesadaran
maupun konstruksimental. Teori belajar behavioristik berlawanan dengan teori kognitif yang
mengemukakan bahwa proses belajar merupakan proses mental yang tidak diamati secara
kasat mata.
Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu adanya
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Hasil belajar
diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap lingkungan belajar, baik
yang internal maupun eksternal. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat, dan
kecenderungan untuk merubah perilaku.Teori belajar behavioristik dalam pembelajaran
merupakan upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan.

B. Tujuan
1. Apa yang dimaksud Teori Behavioristik?
2. Bagaimana hubungan Teori Behavioristik dengan pembelajaran?
3. Bagaimana hasil dari Teori Behavioristik dalam pembalajaran?
4. Apa perbedaan Teori Behavioristik dalam siswa Sekolah Dasar dan Menengah Atas?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber
data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan pengambilan data melalui
wawancara online dengan 2 (dua) informan dari berbagai pengajar di sekolah Menengan Atas
dan Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) Teknik dalam pengumpulan data,
yaitu observasi dan wawancara. Data dianalisis melalui dua jalur kegiatan yaitu penyajian
data dan perumusan kesimpulan.

B. Hasil dan Pembahasan


1. Pengertian Sekolah Dasar dan Menengah Atas

Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas
6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (EBTANAS) yang
mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke
tingkat SMP/SLTP. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Di Indonesia,
setiap warga negara berusia 6-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah
dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. 1
Sedangkan Sekolah Menengah Atas dalah jenjang pendidikan menengah pada
pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).
Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas
12. Pada saat pendaftaran masuk SMA yang menggunakan sistem online, siswa dapat
memilih sekolah yang diinginkan dan memilih jurusan yang diminati. Pada akhir tahun
ketiga (yakni kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas)
yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi atau langsung bekerja.2
Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun. SMA tidak termasuk program wajib
belajar pemerintah - yakni SD (atau sederajat) 6 tahun dan SMP (atau sederajat) 3 tahun -
meskipun sejak tahun 2005 telah mulai diberlakukan program wajib belajar 12 tahun yang
mengikut sertakan SMA di beberapa daerah, contohnya di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul.3

2. Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku
manusia. Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku
manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya
1
Sekolah Dasar, https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar, 21 November 2021, 20:48.
2
Sekolah Menengah Atas, https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_atas#cite_note-kompas-1, 21
November 2021, 20:51.
3
Wajar 12 Tahun Diberlakukan, https://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/11/jogja/21941.htm, 21
November 2021, 20:51.
pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya
dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan
dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. 4 Teori ini mengutamakan
pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar juga
merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menguasai hal tertentu. Menurut Slameto
(2010: 2), ”belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 5
Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respon
perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku
memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-
prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah
perilakunya ke arah yang lebih baik (King, 2010:15).Teori belajar behavioristik adalah
teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon.Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap
pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran
behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar.
Berdasarkan temuan penelitian, dapat dikemukakan bahwa guru memberikan
stimulus disertai dengan penguatan dalam menumbuhkembangkan perilaku peduli
lingkungan hidup pada siswa. Kata stimulus dapat berarti rangsangan. Stimulus ditandai
dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan
respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi
ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon
merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan, misalnya seseorang ingin
mendapatkan hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku,
dan mengikuti tes.6 Adapun stimulus yang dimaksud dalam sekolah adalah segala sesuatu
yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan pembelajaran siswa.

3. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik melihat semua tingkah laku manusia dapat ditelusuri dari
bentuk refleks. Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut juga dengan teori
pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian
lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini dilihat
secara sistematis dapat diamati dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan keadaan
mental.
Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu.
Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan
mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang
dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala
4
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: 2009), 44.
5
Lallo, Pengertian Belajar dan Hakikat Belajar,
http://lpmpsulteng.kemdikbud.go.id/index.php/2017/01/18/pengertian-belajar-dan-hakikat-belajar/,
21November 2021, 21:06.
6
Fatkhan Amirul Huda, Pengertian Stimulus, https://fatkhan.web.id/pengertian-stimulus/, 21 November 2021,
21:26.
perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling
sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks
adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu
yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada
waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah
maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan
pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.

4. Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliranpsikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan dan praktik pendidikan serta pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responsnya mendudukkan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.7
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini
disebabkan oleh adanya rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental
state. Hal ini karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja.
Pandangan dalam psikologi dan naturalisme science, timbulah aliran baru ini. Jiwa atau
sensasi atau image tidak dapat diterangkan melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya
jiwa itu adalah respons-respons psikologis. Aliran terdahulu memandang bahwa badan
adalah skunder, padahal sebenarnya justru menjadi titik tolak. Natural science melihat
semua realita sebagai gerakan-gerakan dan pandangan natural science mempengaruhi
timbulnya behaviorisme.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar yang sangat
menekankan pada perlunya tingkah laku (behavior) yang dapat diamati. Menurut aliran
behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang
ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara
stimulus dan respons. Oleh karena ituteori ini juga dinamakan teori stimulus-respons.
Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon
sebanyakbanyaknya.Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu
lebih kepada sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti
kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Peristiwa belajar
semata-mata dilakukan dengan melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus (S) dengan respons (R). Menurut teori ini, dalam belajar
yang penting adalah adanya input berupa stimulusdan output yang berupa respon
(Andriyani, 2015)

5. Hasil Wawancara

7
RK Rusli dan MA kholik, Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan,
file:///C:/Users/Axioo/Downloads/unidajump2019,+62-
67+JSH+4(2)+Oktober2013+RK+Rusli+dan+MA+Kholik.pdf, 21 November 2021, 21:30.
Dari proses wawancara yang dilakukan, didapatkan data bahwa dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan, menggunakan teori belajar behaviorisme. Pada saat
siswa dan guru melakukan pembelajaran, guru sering menanamkan belajar pada siswa
supaya terjadi perubahan tingkah laku. Dalam proses pembelajarannya terjadi proses
pemberian stimulus dari guru berupa tugas untuk menyelesaikan soal-soal, siswa yang
menjawab akan mendapatkan berupa nilai sebagai penghargaan. Dalam wawancara pada
guru Sekolah Dasar, para guru setiap hari memberikan salam selamat pagi kepada siswa
agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih semangat.
Selain itu juga, setiap hari diadakan istirahat makan bersama. Dalam hal ini, siswa
diajarkan perilaku berbagi dengan teman-temannya dan sikap toleransi untuk menghargai
pemberian teman. Menurut Mardiah, S. Pd dalam membentuk perilaku yang baik beliau
tidak pelit dengan pemberian penghargaan kepada siswanya, dengan tujuan supaya anak
itu dapat merasa diperhatikan oleh guru, beliau juga tidak memarahi anak yang
berperilaku tidak baik ataupun belum bisa mengikuti pembelajaran yang baik. Jika ada
siswanya yang belum mampu mengerjakan tugas, maka akan dilempar kepada teman
yang lain supaya memberikan motivasi kepadanya untuk belajar lagi.
Sedangkan pada guru Menengah Atas, memang tidak seramah guru Sekolah Dasar
tetapi penerapan Teori Belajar Behavioristik pun dilakukan, seperti mengerjakan soal
dengan hasil akan mendapatkan nilai. Juga mengikuti ekstrakulikuler yang diharapkan
siswa dapat bertanggung jawab dalam hal yang mereka pilih. Menurut Nur Atikah, S.Pd
siswa Menengah Atas lebih ditekankan dalam hal yang berkaitan dengan tanggung jawab.
Para siswa juga diajak untuk disiplin dan mandiri untuk hal-hal yang dilakukan seperti
bertanggung jawab dalam tugas-tugas yang telah diberikan, jika tidak akan mendapat
sanksi atau hukuman.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan pada
perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang
bertujuan merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon. Menurut
Watson tingkah laku siswa merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan, sedangkan menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan antara satu
stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lain dalam mengembangkan
respon, terakhir menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons terjadi karena melalui
interaksi dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Dengan
demikian, teori belajar behavioristik lebih memfokuskan untuk mengembangkan tingkah laku
siswa ke arah yang lebih baik.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Sekolah Dasar dan Menengah Atas,
hanya saja di Menengah Atas lebih ditekankan rasa tanggung jawab dan apabila salah akan
mendapatkan hukuman. Tetapi secara teori masih sama adanya stimulus-respons seperti
diberikannya tugas-tugas yang menghasilkan nilai sebagai penghargaan.

B. Saran

Dengan adanya pembahasan tentang Perbedaan Penerapan Teori Behavioristik dalam


Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar dan Menengah Atas ini, diharapkan pembaca dapat
memahami lebih lanjut tentang Teori Belajar Behavioristik dan dapat menerapkannya suatu
saat nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Irwan Nahar, Novi.2016 “PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES


PEMBELAJARAN” Sumatera Barat: DPRD Kabupaten Agam.
Sekolah Dasar, https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar, 21 November 2021, 20:48.
SekolahMenengahAtas, https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_atas#cite_note-kompas-1,
21 November 2021, 20:51.
Wajar 12 Tahun Diberlakukan, https://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/11/jogja/21941.htm, 21
November 2021, 20:51.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: 2009), 44.
Lallo, Pengertian Belajar dan Hakikat Belajar,
http://lpmpsulteng.kemdikbud.go.id/index.php/2017/01/18/pengertian-belajar-dan-hakikat-belajar/,
21November 2021, 21:06.
Fatkhan Amirul Huda, Pengertian Stimulus, https://fatkhan.web.id/pengertian-stimulus/, 21
November 2021, 21:26.
RK Rusli dan MA kholik, Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan,
file:///C:/Users/Axioo/Downloads/unidajump2019,+62-
67+JSH+4(2)+Oktober2013+RK+Rusli+dan+MA+Kholik.pdf, 21 November 2021, 21:30.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai