Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No.

2 : 212-216
ISSN : 1411 - 8327

Isolasi dan Identifikasi Microsporum canis


dari Anjing Penderita Dermatofitosis di Yogyakarta
(ISOLATION AND IDENTIFICATION OF Microsporum Canis
FROM DERMATOPHYTOSIS DOGS IN YOGYAKARTA)

Soedarmanto Indarjulianto1, Yanuartono1, Hary Purnamaningsih1,


Puspa Wikansari2, Gerson Yohanes Imanuel Sakan3

1Bagian Ilmu Penyakit Dalam, 2Bagian Farmakologi,

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada,


Jln Fauna No 2, Kampus UGM, Karang Malang, Yogyakarta
3Program Studi Kesehatan Hewan, Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Tel.: + 62-274-

560862, Fax. + 62-274-560861 E-mail: indarjulianto@yahoo.com

ABSTRAK

Dermatofitosis pada anjing dapat disebabkan oleh salah satu spesies dari golongan dermatofita yaitu
Microsporum canis. Namun, masih sangat sedikit informasi penyakit ini di Yogyakarta. Penelitian ini
bertujuan melakukan isolasi dan identifikasi kapang M. canis pada anjing di Yogyakarta yang diduga
menderita dermatofitosis. Kerokan kulit dari 50 ekor anjing yang secara klinis menunjukkan lesi
dermatitis berupa kombinasi dari alopesia, eritema, papula, pustula, bersisik dan berkerak digunakan
dalam penelitian ini. Sampel kerokan kulit dipupuk pada media sabouraud’s dextrose agar (SDA) untuk
selanjutnya diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan 17 dari 50
sampel secara makroskopik tumbuh pada media SDA antara hari ke dua sampai hari ke-18. Koloni
tumbuh dengan topografi datar dan sedikit melipat, permukaan koloni terlihat seperti rambut yang lebat,
berwarna putih pada bagian tengahnya dan dikelilingi warna kuning kecoklatan serta bagian tepi yang
tidak berwarna. Permukaan belakang koloni terlihat datar, sedikit melipat serta berwarna oranye sampai
kecoklatan dan bagian tepi tidak berwarna. Pengamatan struktur mikroskopis kapang memperlihatkan
adanya makrokonidia besar dengan dinding sel yang tebal dan berisi 6-12 sel, serta mikrokonidia
berbentuk oval dengan ukuran yang kecil dan ditemukan sedikit di sepanjang hifa. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa dari sampel anjing penderita dermatofitosis dapat diisolasi dan
diidentifikasi kapang M. canis sebanyak 34%.

Kata-kata kunci : isolasi, identifikasi, Microsporum canis, anjing.

ABSTRACT

Dermatophytosis in dogs can be caused by one species of dermatophytes group called Microsporum canis.
This study aims to isolation and identification of M. canis in dogs suspected dermatophytosis in Yogyakarta. Skin
scrapings from 50 dogs that clinically showed lesions such as combination of alopecia, erythema, papules,
pustules, scaly and crusty used in this study. Samples of skin scraping were cultured in the Sabouraud’s dextrose
agar media for fungi identification macroscopically and microscopically. The results showed that 17 of 50 samples
(34%) grown on SDA medium from 2 to 18 days after cultivation. The colony grew with flat topography and
slightly reflexed, the surface of the colony looks like a thick fur, white in the middle and surrounded by brownish
yellow color and the edges were colorless. The opposite surface of the colony looks flat and slightly reflexed and
orange to brown and the edges were colorless. Observation microscopically, the fungi showed a large
macroconidia with a thick cell wall and contains 6-12 cells and oval microconidia with a small size and found in
few along the hyphae. Based on the research it can be concluded that 17 of 50 (34%) samples of dogs with
dermatophytosis are Microsporum canis.

Keywords : isolation, identification, Microsporum canis, dog.


Soedarmanto Indarjulianto et al Jurnal Veteriner

PENDAHULUAN digunakan adalah pemeriksaan dengan lampu


Wood, pemeriksaan dengan mikroskop secara
Dermatofitosis merupakan penyakit kulit langsung dan kultur. Ketiga jenis metode
yang disebabkan oleh kapang yang tergolong dalam diagnosis harus dilakukan secara rutin dan
kelompok dermatofita, dan pada hewan lebih dipertimbangkan untuk saling melengkapi
dikenal dengan penyakit ringworm. Dalam tubuh dalam penentuan diagnosis (Bond, 2010).
inang, kapang ini biasanya ditemukan terbatas Kejadian dermatofitosis pada anjing di
pada bagian luar dari tubuh, misalnya pada bagian Yogyakarta, secara klinis kemungkinan sering
keratin dari stratum korneum kulit, kuku, dan dijumpai oleh dokter hewan praktisi hewan
rambut. Kapang ini bersifat tidak ganas, tidak kecil, tetapi laporan dermatofitosis masih sangat
dapat tumbuh dalam jaringan hidup maupun pada minim. Hal ini mengakibatkan tindakan
bagian tubuh yang mengalami peradangan secara diagnosis dan terapi terhadap pasien belum
intens (Carter dan Cole, 1990; Olivares, 2003). diberikan secara optimal. Berdasarkan keadaan
Pada hewan kesayangan, dermatofitosis dapat tersebut maka tujuan penelitian yang telah
menginfeksi kulit, rambut, atau kuku. Pada anjing,
dilakukan adalah melakukan diagnosis
dermatofitosis dengan mengisolasi dan
sekitar 70% penderita ringworm disebabkan
mengidentifikasi adanya kapang dermatofita
kapang Microsporum canis, 20% oleh M. gypseum,
sebagai penyebab dermatofitosis pada anjing di
dan 10% oleh Trichophyton mentagrophytes
wilayah Yogyakarta.
(Spakers et al., 1993; Kahn dan Line, 2007;
Vermout et al ., 2008). Penyakit ini hampir
ditemukan pada semua jenis hewan peliharaan. METODE PENELITIAN
Anjing semua umur dapat terinfeksi kapang
dermatofita. Namun, kejadian lebih banyak Sampel kerokan kulit dari 50 ekor anjing yang
ditemukan pada anak anjing. Selain umur, faktor diduga menderita dermatofitosis digunakan dalam
lainnya termasuk status nutrisi yang jelek dan penelitian ini. Pengamatan lesi klinis ditujukan
menejemen pemeliharaan yang buruk serta tidak pada anjing yang memperlihatkan gejala
diisolasinya hewan penderita, akan meningkatkan dermatitis yang terdiri dari kombinasi dari
kejadian penyakit. Mortalitas penyakit rendah, alopecia, erythema, papule, pustule, scaly dan
namun demikian kerugian ekonomis dapat terjadi crusty. Prosedur isolasi dan identifikasi merujuk
karena kerusakan kulit dan rambut atau bobot penuh pada panduan dari Al-Doory (1980), Carter
badan turun karena hewan menjadi tidak tenang dan Cole (1990), Spakers et al., 1994; Ates et al.,
serta adanya risiko zoonosis yang ditimbulkan oleh (2008). Semua peme-riksaan sampel dikerjakan di
M. canis (Olivares, 2003; Kotnik, 2007). Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam, FKH UGM.
Dalam pengamatan klinis, dermatofitosis Media yang digunakan yakni Sabouraud’s Dextrose
dicurigai pada hewan dengan lesi yang terdiri Agar (65g/L) ditambah, cycloheximide (Actidione)
dari kombinasi alopecia, erythema, papula, serta (0,5g/L), chloramphenicol (250mg/L), gen-tamycin
scaly dan crusty. Lesi klasik pada anjing dan 40 mg/mL (0,65 g/L); yeast extract (5g/ L). Semua
kucing umumnya memiliki batasan dengan sampel diinkubasi pada suhu 25–30ºC sampai 21
radang aktif di pinggiran lesi, biasanya hari dan diamati setiap hari. Identifikasi terhadap
ditemukan pada bagian wajah atau anggota pertumbuhan kapang dermatofita dilakukan
badan. Ukuran dan lama terjadinya lesi, secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan
mungkin dapat mengakibatkan pengerasan secara makroskopis dilakukan terhadap lama
kulit atau penyembuhan yang terpusat. Lesi waktu terjadinya pertumbuhan, morfologi koloni
pada planum nasale , telapak kaki, dan kuku dan warna, bentuk, ukuran dan bagian belakang
kemungkinan dapat ditemukan, tetapi jarang dari koloni. Pemeriksaan secara mikroskopis
dilaporkan. Diagnosis dermatofitosis baik dilakukan terhadap kultur kapang yang teramati
dengan metode konvensional dan molekuler positif dengan menggunakan pewarnaan
perlu ditinjau terutama yang khusus berkaitan lactophenol cotton blue (LPCB). Selain itu,
dalam praktek dokter hewan. Tujuan utama pembuatan slide culture dengan metode Riddle
dalam mendiagnosis dermatofitosis adalah dilakukan untuk mengamati struktur mikroskopis
untuk membuktikan adanya invasi oleh kapang kapang secara utuh. Data hasil penelitian yang
dermatofita pada lapisan epidermis atau batang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
rambut. Metode diagnostik utama yang sering

213
Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 212-2156

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dermatofitosis pada anjing biasanya


menimbulkan lesi lokal, paling sering
ditemukan pada wajah, kaki, atau ekor.
Dermatofitosis pada anjing cenderung
membentuk lingkaran alopecia yang klasik pada
kulit disertai dengan scaly atau crusty, papule,
dan pustule (Outerbridge, 2006). Sampel kerokan
kulit yang diperoleh pada penelitian ini berasal
dari 50 ekor anjing yang secara klinis
memperlihatkan lesi berupa gabungan dari
alopecia, erythema, papule, pustule, scaly dan
crusty.
Hasil uji screening menggunakan lampu
Wood pada kulit dan bulu dari 50 ekor anjing
yang diduga menderita dermatofitosis
didapatkan 11 di antaranya memberikan hasil
positif dengan memperlihatkan sinar berpendar/ Gambar 1: Hasil pemupukan salah satu
fluoresensi hijau kekuningan pada area lesi dan sampel (JA/02, hari ke 14) pada
media SDA yang diidentifikasi
39 sampel lainnya memberikan hasil negatif
sebagai M. canis

Gambar 2: Struktur mikroskopik isolat yang diduga Microsporum canis dengan metode slide
culture pada perbesaran 10x40. (a) makrokonidia, (b) mikrokonidia, (c) hifa
berseptat yang panjang, dan (d) klamidokonidia.
214
Soedarmanto Indarjulianto et al Jurnal Veteriner

pada pemeriksaan ini. Fluoresensi ini disebabkan memperlihatkan makrokonidia besar yang
oleh interaksi antara sinar ultra violet dan sangat banyak dengan dinding sel yang tebal
metabolit M. canis yang menginfeksi rambut, tetapi dan berisi 6–12 sel pada setiap
tidak bereaksi dengan elemen kapang yang berada makrokonidianya, sedangkan mikrokonidia
dalam sisik kulit (Chermette et al., 2008). Sinar berbentuk oval dengan ukuran yang kecil dan
fluoresensi berwarna hijau kekuningan secara ditemukan sedikit di sepanjang hifa. Secara jelas
cepat akan dipancarkan oleh lesi kulit yang gambaran mikroskopik ke -17 koloni yang
disebabkan oleh M. canis akibat pteridine yang diidentifikasi sebagai species M. canis pada
disekresikan oleh kapang ini (Olivares, 2003). penelitian ini disajikan pada Gambar 2.
Sinar ini hanya akan terlihat pada poros rambut Hasil pengamatan mikroskopis pada
dan tidak ditemukan pada kuku atau bagian kulit penelitian ini sesuai dengan pendapat dari
dengan lesi scaly dan crusty. Dalam kasus beberapa peneliti bahwa pada pemeriksaan
dermatofitosis pada hewan kecil, hanya species M. mikroskopik dengan zat warna LPCB, species
canis yang mampu memperlihatkan sinar M.canis memperlihatkan hifa berseptat yang
fluoresensi ini, walaupun tidak semua strain M. panjang dalam jumlah banyak serta
canis dapat memancarkan sinar ini (Moriello, makrokonidia besar berbentuk batang bulat
2001). yang biasanya memiliki septum ganda dan
Sampel kerokan kulit yang dipupuk pada mengandung lebih dari enam sel. Beberapa
media SDA dan hasil pertumbuhannya diamati mikrokonidia kecil yang berbentuk seperti
secara makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi alat pemukul gendang dan berdinding halus
kapang secara makroskopis terhadap koloni M. juga dapat ditemukan, serta klamidokonidia
canis pada media SDA menurut Al-Doory (1980) yang berbentuk bulat (Al-Doory, 1980;
dan Olivares (2003), memperlihatkan topografi Olivares, 2003).
koloni datar/flat dengan sedikit melipat yang Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa
tampak putih seperti kapas, seperti rambut yang struktur mikroskopis kapang M. canis secara utuh
lebat atau seperti wool dan akhirnya seperti bubuk hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan slide
dengan warna coklat muda pada bagian sentral culture dengan metode Riddle pada umur biakan
koloni dengan tepi berwarna kuning sampai tidak antara 4–7 hari kultur. Pemeriksaan mikroskopis
berwarna. Pada permukaan bawah koloni, tampak terhadap koloni M. canis menggunakan metode
warna kuning terang–oranye dan tidak berwarna natif hanya terlihat struktur kapang yang terpisah
pada bagian tepinya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut sehingga sedikit menyulitkan dalam menentukan
maka ke-17 isolat yang ditemukan diidentifikasi diagnosis.
sebagai species M. canis karena memperlihatkan
ciri-ciri berupa miselium yang berbentuk cotton
atau wool yang berwarna kuning pucat sampai SIMPULAN
putih pada bagian tengah dengan tepi berwarna
kuning sampai tidak berwarna. Pada sisi belakang Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi
dari koloni berwarna kuning terang sampai oranye secara makroskopik dan mikroskopik terhadap
kecoklatan dan tidak berwarna pada bagian kerokan kulit dari 50 ekor anjing yang secara klinis
tepinya. Ke-17 sampel ini memperlihatkan diduga menderita dermatofitosis, dapat
topografi datar dan beberapa di antaranya sedikit disimpulkan bahwa 34% anjing yang menderita
melipat. Pigmen kuning yang dihasilkan oleh dermatofitosis disebabkan oleh kapang M. canis.
koloni ini baru terlihat saat koloni berumur 2– 3
hari setelah tumbuh. Gambaran makroskopik
UCAPAN TERIMA KASIH
koloni dari salah satu sampel yang disimpulkan
sebagai M. canis disajikan pada Gambar 1. Proyek penelitian ini sepenuhnya
terselenggara atas dukungan dana dari skema
Identifikasi mikroskopik terhadap 17 sampel penelitian Hibah Fundamental dari Universitas
yang sebelumnya telah diidentifikasi sebagai M. Gadjah Mada. Sebagian hasil penelitian telah
canis pada identifikasi makroskopik difokuskan dipresentasikan pada Seminar Internasional
untuk menemukan beberapa kunci identifikasi dan 2nd Congress of SEAVSA di Surabaya 2011.
seperti makrokonidia, mikrokonidia, dan hifa Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada
berseptat yang panjang. Pemeriksaan mikroskopis Nurman Haribowo SPt, Elvi Susianti, dan
terhadap ke-17 sampel ini, Rusmihayati atas dukungan sebagai teknisi
dalam penelitian ini.

215
Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 212-216

DAFTAR PUSTAKA Moriello KA. 2001. Diagnostic Techniques for


Dermatophytes. Clin Tech in Small Anim
Al-Doory. 1980. Laboratory Medical Mycology. Pract. 16(4) : 219-224.
Philadelphia. Lea & Fibeger. Olivares RAC. 2003. Ringworm Infection in Dogs
Ates A, Ilkit M, Ozdemir R, Ozcan K. 2008. and Cats. in Recent Advances in Canine
Dermatphytes isolated from asyptomatic Infectious Diseases. Online. www.ivis.org.
dogs in Adana, Turkey : A Preminary (akses 27 September 2012).
Study. Journal de Mycologie Medicale 18 : Outerbridge CA. 2006. Mycologic Disorders of
154– 157. the Skin. Clin Tech Smal Anim Pract (21)
Bond R. 2010. Superficial Veterinary Mycoses. : 128-134.
Clinics in Dermatology (28) : 226–236. Sparkes AH, Gruffydd-Jones TJ, Shaw SE,
Carter GR, Cole JR. 1990. Diagnostis Prcedure Wright AI, Stokes CR. 1993. Epide-
in Veterinary Bakteriology and Mycology. miological and diagnostic features of
Fifth Edition. California. Academic Press. canine and feline dermatophytosis in the
Chermette R, Ferreiro L, Guillot J. 2008. United Kingdom from 1956 to 1991. Vet
Dermatophytoses in Animals. Rec 133: 57-61
Mycopathologia. Springer Science and Sparkes AH, Werrett G, Stokes CR, Gruffydd-
Business Media B.V. Mycopathologia 166 Jones TJ. 1994. Improved sensitivity in the
: 385–405. diagnosis of dermatophytosis by
Khan CM, Line S. 2007. The Merck / Merial fluorescence microscopy with calcafluor
Manual For Pet Health. Home Edition. white. Vet Rec 134 : 307-308
Merck & CO., INC. Whitehouse Station, Vermout S, Tabart J, Baldo A, Mathy A,
NJ, USA. 266–268 ; 504–505. Losson B, Mignon B. 2008, Pathogenesis
Kotnik T. 2007. Dermatophytoses in Domestic of Dermatophytosis. Mycopathologia 166 :
Animals and Their Zoonotic Potential. 267-275.
Slovenian Veterinary Research 44 (3) : 63-
73.

Anda mungkin juga menyukai