Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
ii
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...2
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...16
4.2 Saran……………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….17
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 1: Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Sumur Resapan……………6
Gambar 2: Disain Pemanfaatan Air Hujan dan Sumur Resapan Tampak Atas………7
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Air hujan merupakan sumber daya air yang sangat penting bagi makhluk hidup.
Air hujan sangat bermanfaat untuk mengisi sumber air guna keperluan pertanian,
domestik dan industri. Sesungguhnya air yang berada diperut bumi secara daur
ulang berasal dari atmosfir melalui curah hujan yang sampai dibumi sebagian
tersimpan dalam air tanah, mengalir sepanjang permukaan dan sebagian menguap
kembali melalui cyclus ekologis.
Air yang telah tersimpan dalam perut bumi sesungguhnya dengan pendekatan
teknologi bisa saja terus menerus dimanfaatkan. Namun pengembangan teknologi
tersebut bagi Indonesia adalah sementara tak terjangkau dari segi biaya. Negara-
negara maju mampu mendatangkan hujan dan kemudian disimpan melalui suatu
konservasi. Situasi kantong- kantong air diperut bumi di Indonesia tidak diketahui
secara pasti. Namun ada satu hal yang jelas yang bisa dimanfaatkan dengan
penggunaan teknologi tepat guna yang sederhana. Yaitu pemanfaatan dan
penyelamatan curah hujan untuk ditampung dan di konservasi agar bagi penduduk
dapat digunakan sebagai sumber cadangan air.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4. Besarnya curah hujan di suatu daerah merupakan patokan yang utama dalam
perencanaan penyediaan air bersih bagi masyarakat.(Sanropie, APK).
Air hujan diduga mengandung lebih banyak gas-gas daripada air tanah, terutama
kandungan CO2 dan O2. Kelarutan gas CO2 didalam air hujan akan membentuk asam
askorbat (H2CO3) yang menjadikan air hujan bereaksi asam. Beberapa macam gas
oksida dapat berada pula di udara, diantaranya yang penting adalah oksida belerang
dan oksida nitrogen (S2O2 dan N2 NO3). Kedua oksida ini bersama-sama dengan air
hujan akan membentuk larutan asam sulfat dan larutan asam nitrat ( H2SO4 dan H2
NO3).( Depkes,1991).Oleh karena itu air hujan harus diolah sebelum digunakan untuk
keperluan kita sehari-hari.
Proses pengumpulan air hujan dengan metode pembuatan bak-bak atau kolam
penampungan (khususnya di daerah pedesaaan atau kawasan pertanian) maupun
dengan pembuatan sumur-sumur resapan (khususnya di kawasan perkotaan)
seringkali dihadapkan pada sejumlah kendala, antara lain menyangkut kurangnya
kesadaran warga akan pentingnya mengoptimalkan potensi air hujan, keterbatasan
tempat pembuatan (khususnya di kota-kota besar), hingga ”meragukannya” kualitas
air hujan yang didapatkan.
Hujan asam (hujan dengan pH di bawah 5,6) serta kualitas udara kota yang kurang
baik menjadi penyebab utama kekhawatiran warga kota untuk menggunakan air hujan,
khususnya untuk dijadikan sebagai air minum. Salah satu upaya pemecahan yang
biasa ditawarkan adalah dengan memasang saringan alami sebelum air masuk ke bak
penampungan dan mengukur pH air tampungan sebelum digunakan dengan
menggunakan pH meter atau kertas lakmus. Apabila kualitas tidak terlalu baik, air
tampungan ini sebaiknya digunakan untuk kebutuhan air baku bukan untuk kebutuhan
air minum.
Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah dan pihak-pihak berwenang,
termasuk kalangan akademisi, bahkan masyarakat secara umum, perlu memikirkan
cara yang paling tepat, paling efisien, murah, tidak memakan tempat dan biaya yang
mahal untuk memanfaatkan karunia Tuhan bernama curahan air hujan ini. Sebab, mau
tidak mau, kita harus mencari solusi yang tepat dan multimanfaat untuk mengatasi
aneka permasalahan terkait sumber daya air di tengah melimpahnya air hujan, semisal
banjir, minimnya air bersih akibat pencemaran, rendahnya kualitas dan kuantitas air
tanah, dan sebagainya.
Salah satu solusi yang dapat dipilih adalah dengan metode ”memanen air hujan”
alias rain water harvesting dengan pendekatan terpadu.Pendekatan terpadu di sini
maksud adalah mengoptimalkan pemanfaatan air hujan dengan bantuan ”teknologi
alternatif” yang telah ada yang dipadukan dengan teknologi pengolahan dan
pemurnian air bersih yang sudah dikembangkan. Pemanfaatan kedua jenis teknologi
ini digunakan untuk mendukung dan mengoptimalkan bak-bak penampungan air
hujan dan sumur-sumur resapan akan tetapi dengan menggunakan sedikit modifikasi.
Selain itu, dengan pendekatan terpadu ini, aspek diutamakan bukan sekadar
5
menghasilkan air baku dan air layak minum, tetapi juga mendapatkan suplay energi
dari alam dan pangan.
Selain itu water purifier atau alat pemurni air yang merupakan salah satu
teknologi yang dapat digunakan adalah teknologi pure it. Proses kerja dari ”Teknologi
Germkill” dapat menghasilkan air yang benar-benar aman dari bakteri dan virus
sehingga layak diminum tanpa dimasak terlebih dahulu. Untuk menerapkan konsep
ini, kita dapat memanfaatkan tempat-tempat dan pusat keramaian, seperti halte
busway, gedung-gedung pemerintahan, sekolah atau universitas, rumah sakit,
apartemen, atau bahkan rumah tempat tinggal kita.
Hal pertama yang dapat dilakukan adalah mendesain atap-atap bangunan
sedemikian rupa sehingga dapat menampung air hujan. Konsepnya mirip dengan bak
penampungan air hujan. Hal semacam ini sudah dipraktikkan di Jepang. Pihak yang
berwenang di sana berusaha mendayagunakan bangunan-bangunan pemerintah
sebagai pengumpul air hujan. Salah satu contohnya adalah Gedung Ryogoukan di
Tokyo yang terkenal sebagai arena pertandingan Sumo. Atap gedung yang memiliki
luas sekitar 8.400 meter persegi ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan sebagai penampung air hujan. Air yang berhasil ditampung digunakan
untuk keperluan perawatan gedung akan tetapi tidak digunakan sebagai air minum.
Atap yang sudah didesain sebagai bak penampungan tersebut, atau setidaknya
memiliki tempat penampungan air, kemudian dilengkapi dengan saluran-saluran yang
memungkinkan air tersebut mengalir ke bawah. Pada bagian bawah bangunan dibuat
semacam kolam-kolam resapan yang dipinggir-pinggirnya dibiarkan berupa material
tanah atau bebatuan untuk memudahkan proses peresapan air. Akan tetapi, sebelum
masuk ke kolam resapan ada tabung penampungan sementara yang di dalamnya
dipasangi alat yang memungkinkan sebagian air yang mengalir ke sumur resapan
mengalami proses filtrasi.
Alat tersebut bisa menggunakan teknologi Pure It atau perangkat desalinasi
berbasis reverse osmosis atau penguapan dan kondensasi berulang. Pada teknologi
Pure It misalnya, air yang mengalir ke tempat penampungan sementara setidaknya
akan diproses melalui empat tahapan, yaitu:
Tahap 1: adalah saringan serat mikro menghilangkan semua kotoran yang terlihat.
Tahap 2 adalah filter karbon aktif untuk menghilangkan pestisida, zat-zat dan
parasit berbahaya.
Tahap 3 adalah prosesor pembunuh kuman menghilangkan bakteri dan virus
berbahaya dalam air.
Tahap 4 adalah proses penjernihan untuk menghasilkan air yang jernih, tidak
berbau, dengan rasa yang alami. Dengan demikian, proses pemurnian air dalam
tabung penampungan sementara ini dapat melayani penyediaan air baku yang
dialirkan ke tempat-tempat khusus untuk diminum secara langsung.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Gambar 1: Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Sumur Resapan
(SURES)
Gambar 2: Disain Pemanfaatan Air Hujan dan Sumur Resapan Tampak Atas
8
c) Jika hujan berlangsung terus menerus, dan bak penampung penuh maka air akan
melimpah melalui pipa outlet masuk kedalam sumur resapan dengan kedalaman
lubang sumur resapan sekitar 3 meter, kontruksi terbuat dari bis beton,
sepanjang 2,5 meter dan resapan sekitar 0,5 meter.. Air hujan didalam sumur
resapan ini akan meresap melalui zona resapan dari sumur resapan kedalam tanah
sebagai sumber air tanah. Bidang resapan terletak dibagian dasar, tanpa bis beton,
agar bis beton di atasnya tidak merosot diberi penyangga batubata. Bidang
resapan diisi dengan kerikil dan ijuk, sebagai penyaring agar tidak terjadi
kebuntuan.
d) Air dari bak penampung air hujan dipompa ke unit ARSINUM yang terdiri dari
pompa air baku, statix mixer, filter multi media, filter penukar ion, cartridge filter,
Ultrafiltarsi, sterilisator ultra violet dan post catridge filter.untuk diolah menjadi
air minum.
Spesifikasi teknis sistem pemanfaatan air hujan (PAH) adalah sebagai berikut :
Volume bak : 10 m3
Lebar : 2,1 m
Panjang : 3,0 m
Kedalaman : 2,5 m
Luas Bak Penyaring : 1,0 m3
Volume Resapan : 10 m3
Panjang Talang : 75 m
Luas Atap Rumah : 375 m
Kemiringan Atap : 35 o
Tinggi Jatuhan Air : 3 m
Pompa Air : 25 l/m
Saringan Pasir/Karbon : 1,0 m
9
Gambar 3: Penggalian Bak Penampung Pemanenan Air Hujan
10
Gambar 4: Pemasangan Buis Beton Untuk Sumur Resapan
11
Gambar 5: Kegiatan Pemasangan Talang Air di Atap Bangunan
12
Gambar 7: Sistem Pengolahan Air Siap Minum
Gambar 8: Tangki Air Produk, Unit Ultrafiltrasi, Multi Media Filter dan Statik
Mixer
14
Gambar 9: Statik Mixer, Tangki Kaporit dan Pompa Umpan
15
Gambar 11: Unit Ultrafiltrasi
16
Cara Kerja dan Perawatan Unit Ultrafiltrasi :
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Air hujan dapat dimanfaatkan untuk keperluan penunjang rumah tangga seperti
air minum.
Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) di lingkungan rumah dapat dimanfaatkan
dengan cara menampung dalam bak penampungan, membuat sumur resapan dan
dengan menggunakan teknologi ARSINUM.
4.2 Saran
Saran dari penulis untuk pemanfaatan air hujan di lingkungan rumah adalah sebagai
berikut:
Diadakan gerakan nasional pemanfaatan air hujan terutama didaerah perkotaan.
Pemerintah memfasilitasi teknologi yang ramah lingkungan dan terjangkau oleh
masyarakat untuk memanfaatkan air hujan.
Setiap rumah setidaknya ada 1 bak penampungan air hujan atau sumur resapan.
Secara rutin membersihkan sampah yang berada diatap penangkap dan talang
saluran air hujan.
Perlu adanya saringan filter yang dapat menyaring kotoran- kotoran sehingga
tidak masuk dan mengotori bak penampungan air.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
20