Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH SDAM

“Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Air Minum”

Dosen:
Triyono, ST, M.Sc

Disusun Oleh:
Esa Mahendra A. S.
16250348

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Air Minum”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Sistem Distribusi Air Minum, jurusan Teknik Lingkungan,
Institut Teknologi Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, terutama
Bapak Triyono, ST, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Distribusi
Air Minum.
Makalah ini Penulis susun berdasarkan pengetahuan yang penulis peroleh
dari beberapa buku dan media elektronik dengan harapan dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pemanfaatan air hujan
sebagai air minum.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 24 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3
2.1 Pengertian Air Hujan ......................................................................3
2.2 Pengolahan dan Pemanfaatan Air Hujan ........................................4
2.3 Teknologi Pengolahan Air Hujan Sederhana .................................6
2.3.1 Tahap Pengolahan .................................................................6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................10
3.1 Kesimpulan...................................................................................10
3.2 Saran .............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah air di bumi sangat banyak, namun jumlah air bersih yang tersedia
belum dapat memenuhi permintaan sehingga banyak orang mengalami
kekurangan air. Chiras (2009) menyebutkan bahwa kekurangan air dipicu
naiknya permintaan seiring peningkatan populasi, tidak meratanya distribusi
air, meningkatnya polusi air dan pemakaian air yang tidak efisien. Beberapa
penelitian mengindetifikasi bahwa pada aras rumah tangga kekurangan air
diperburuk kebocoran air akibat kerusakan home appliances yang tidak
segera diperbaiki, pemakaian home appliances yang boros air, perilaku buruk
dalam pemakaian air, dan minimnya pemanfaatan air hujan sebagai sumber
air alternatif. Pemakaian air yang tidak terkontrol akan mengancam
keberlanjutan air, sehingga perlu dilakukan konservasi air. Salah satu metode
konservasi air dalam rumah tangga adalah memanen air hujan, yaitu
mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan.
Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan dengan
proses kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil)
membentuk tetes air yang lebih besar kemudian jatuh kembali ke permukan
bumi. Pada waktu berbentuk uap air terjadi proses transportasi (pengangkutan
uap air oleh angin menuju daerah tertentu yang akan terjadi hujan). Ketika
proses transportasi tersebut uap air tercampur dan melarutkan gas-gas dan
senyawa lain yang ada di udara. Karena itulah, air hujan mengandung debu,
bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara. Jadi, kualitas air
hujan akan banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
Pemanenan air hujan (rainwater harvesting) sudah banyak dilakukan
sejak lama khususnya di pedesaan dimana sumber air lainnya yaitu air tanah
tidak mencukupi, atau pengadaannya terlalu mahal. Air hujan yang dipanen
dapat digunakan untuk multi tujuan seperti menyiram tanaman, mencuci,
mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak jika kualitas air tersebut
memenuhi standar kesehatan. Cara yang dilakukan yaitu dengan

1
pengumpulan air hujan yang mengucur dari atap rumah. Untuk skala besar
pemanenan air hujan dapat dilakukan di daerah tangkapan air.
Kondisi reservoir di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Namun ada
satu hal yang jelas yang bisa dimanfaatkan dengan penggunaan teknologi
tepat guna yang sederhana, yaitu pemanfaatan dan penyelamatan curah hujan
untuk ditampung dan di konservasi agar bagi penduduk dapat digunakan
sebagai sumber cadangan air. Jumlah curah hujan di permukaan bumi
Indonesia cukup besar dan merupakan karunia yang harus dimanfaatkan
dengan baik yaitu dengan ditampung untuk kemudian dikonservasi baik
untuk air minum maupun disimpan di penampungan untuk cadangan musim
kemarau.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah air hujan dapat dijadikan sebagai air layak konsumsi?
2. Bagaimana proses pengolahan air hujan menjadi air minum?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apakah air hujan dapat digunakan sebagai air layak konsumsi.
2. Mengetahui bagaimana proses pengolahan air hujan menjadi air minum.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pemanfaatan air hujan.
2. Menambah pengetahuan mengenai pengolahan air hujan sebagai air
minum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air Hujan


Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan dengan
proses kondensasi membentuk tetes air yang lebih besar kemudian jatuh
kembali ke permukan bumi. Pada waktu berbentuk uap air terjadi proses
transportasi (pengangkutan uap air oleh angin menuju daerah tertentu yang
akan terjadi hujan). Ketika proses transportasi tersebut uap air tercampur dan
melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu, dan senyawa
lain. Karena itulah, air hujan juga mengandung debu, bakteri, serta berbagai
senyawa yang terdapat dalam udara. Jadi kualitas air hujan juga banyak
dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. (Slamet,1986).
Air atmosfir dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi sering
terjadi pengotoran karena industri, debu dan sebagainya. Oleh karena itu
untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena
masih banyak mengandung kotoran. Air hujan memiliki sifat agresif terutama
terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini
mempercepat terjadinya karatan (korosi) air hujan juga memiliki sifat lunak,
sehingga boros terhadap pemakaian sabun (Waluyo, 2005).
Dibandingkan dengan air minum biasa, air hujan mempunyai sedikit
kelemahan yaitu kandungan garam-garam. Bila perlu ke dalam air hujan
dapat ditambahkan atau dibubuhi garam. Karena beberapa garam juga
terdapat dalam bahan makanan kita, sedang garam dapur selalu ditambahkan
dalam persiapan hidangan, maka dalam prakteknya bila dibubuhkan kapur
saja sudah cukup. Kapur yang dapat digunakan adalah kapur-kapur yang
banyak didapat di pedagangpedagang bahan bangunan. Sebelum digunakan
kapur disaring sehingga baik batu/kerikil serta kotoran lain dapat dipisahkan.
Jumlah kapur yang ditambahkan adalah 25-100 mg/liter (Hadi, 1973 dalam
Winarno,1996).

3
Pada umumnya kualitas air hujan cukup baik, namun air hujan yang
berasal langsung dari langit akan bisa mengakibatkan kerusakan - kerusakan
terhadap logam yaitu akan menimbulkan karatan. Disamping itu untuk daerah
perkotaan air hujan akan dikotori pula oleh debu- debu dan apabila terjadi
ledakan gunung berapi maka air hujan pun akan terkotori oleh debu gunung
berapi. Beberapa sifat dari air hujan:
1. Air hujan bersifat lunak (soft water) karena tidak mengandung larutan
garam dan zat mineral sehingga terasa kurang segar.
2. Dapat mengandung beberapa zat yang ada di udara seperti NH3 dan
CO2 agresif sehingga bersifat korosif.
3. Dari segi bakteriologis maka relatif lebih bersih tergantung pada tempat
penampungannya.
4. Besarnya curah hujan di suatu daerah merupakan patokan yang utama
dalam perencanaan penyediaan air bersih bagi masyarakat. (Sanropie,
APK).
Air hujan diduga mengandung lebih banyak gas-gas daripada air tanah,
terutama kandungan CO2 dan O2. Kelarutan gas CO2 didalam air hujan akan
membentuk asam askorbat (H2CO3) yang menjadikan air hujan bereaksi
asam. Beberapa macam gas oksida dapat berada pula di udara, diantaranya
yang penting adalah oksida belerang dan oksida nitrogen (S2O2 dan N2 NO3).
Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan akan membentuk larutan
asam sulfat dan larutan asam nitrat ( H2SO4 dan H2 NO3), ( Depkes,1991).
Oleh karena itu air hujan harus diolah sebelum digunakan untuk keperluan
kita sehari-hari.

2.2 Pengolahan dan Pemanfaatan Air Hujan


Pengelolaan air hujan sendiri pada intinya memiliki dua tujuan utama,
yaitu bagaimana mendapatkan manfaat yang optimal, baik ketika melimpah
(musim hujan) ataupun ketika surut (musim kemarau), serta bagaimana
menghindarkan dari bencana, baik ketika melimpah pada musim hujan
sehingga tidak sampai banjir ataupun ketika musim kemarau sehingga tidak
sampai kekeringan.

4
Untuk memenuhi dua tujuan ini, manusia terus berpikir untuk mencari
tahu, meneliti, dan bereksperimen tentang bagaimana mengelola air sehingga
lahirlah puluhan cabang ilmu yang khusus mempelajari seluk beluk air, mulai
dari oseanografi, hidrologi, limnologi, potamologi, hingga geohidrologi.
Dengan landasan ilmu-ilmu ini yang dipadupadankan dengan ilmu dalam
bidang teknik, semacam teknik rekayasa bangunan, manusia berkreasi dan
berinovasi sehingga lahirlah aneka cipta dan karya yang bersifat fisik, mulai
dari bak penampungan air, sumur resapan, saluran irigasi, hingga bendungan
atau waduk raksasa dengan PLTA-nya.
Dalam skala kecil, khususnya di wilayah dengan curah hujan yang tinggi,
sejumlah cara untuk mengelola limpahan air hujan telah banyak dilakukan,
antara lain:
1. Membuat bak penampungan air.
Cara yang paling umum dan paling tradisional dalam mengelola curahan
atau limpahan air hujan adalah dengan membuat bak-bak penampungan,
baik kecil maupun besar, yang memungkinkan curahan air hujan dapat
ditampung. Di daerah-daerah pertanian, pembuatan kolam-kolam
penampungan air hujan pun sudah lazim dilakukan. Kolam-kolam ini,
selain sebagai difungsikan sebagai penampungan air hujan, biasa
difungsikan pula sebagai tempat memelihara ikan. Namun demikian,
pembuatan bak penampungan kurang efektif dalam menyimpan dan
menampung limpahan air hujan karena kapasitas yang sedikit, yaitu
tergantung pada seberapa besarnya ukuran bak. Oleh karena itu, bak
penampungan lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam
skala kecil, yaitu untuk mencuci, mandi, memasak, atau sebagai air
minum. Itu pun hanya bisa dinikmati oleh penduduk yang memiliki cukup
lahan untuk membuat bak-bak penampungan air
2. Membuat sumur resapan air.
Sumur resapan termasuk salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk
sumur gali dengan kedalaman tertentu. Fungsi utamanya adalah sebagai
tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah

5
kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan ini dapat
memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air
hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi pembuatan sumur resapan adalah
daerah resapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran,
pertokoan, industri, sarana dan prasarana olahraga serta fasilitas umum
lainnya.
Adapun manfaat dari pembuatan sumur resapan ini, antara lain:
a. mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya banjir dan genangan air.
b. mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.
c. mengurangi erosi dan sedimentasi.
d. mengurangi atau menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan
dengan kawasan pantai.
e. mencegah penurunan tanah (land subsidance).
f. mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

2.3 Teknologi Pengolahan Air Hujan Sederhana


Alat pengolah air hujan sederhana adalah alat pengolah air minum yang
merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki), Pengaduk, Pompa aerasi dan
saringan dari pasir atau disingkat Model TP2AS. Alat ini dirancang untuk
keperluan rumah tangga sedemikian rupa sehingga cara pembuatan dan cara
pengoperasiannya mudah serta biayanya murah. Alat Pengolah Air Minum
model TP2AS ini sangat cocok digunakan untuk pengolahan air hujan baik
yang ditampung dari atap maupun air hujan yang ditangkap dengan embung,
serta air baku lainnya mengandung zat besi dan mangan dan zat organik,
dengan biaya yang sangat murah.
2.3.1 Tahap Pengolahan
Proses pengolahan air hujan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Netralisasi
Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman
air agar menjadi netral (pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam
misalnya air gambut, yang paling murah dan mudah adalah dengan

6
pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur, disamping
untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu
efektifitas proses selanjutnya.
2. Aerasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara
dengan air baku agar kandungan zat besi dan mangan yang ada
dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara
memben tuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat
diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk
menghilangkan gas-gas yang tak diinginkan misalnya gas H2S,
Methan, Karbon Dioksida (CO2) serta gas-gas racun lainnya. Reaksi
oksidasi Besi dan Mangan oleh udara dapat ditulis sebagai berikut:
4Fe2+ + O2 + 10H2O → 4Fe(OH)3 + 8H+

Mn2+ + O2 + 10H2O → MnO2 + 2H+


Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut,
maka secara teoritis dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen
dapat mengoksidasi 6.98 ppm ion Besi. Reaksi oksidasi ini dapat
dipengaruhi antara lain: jumlah Oksigen yang bereaksi, dalam hal ini
dipengaruhi oleh jumlah udara yang dikontkkan dengan air serta luas
kontak antara gelembung udara dengan permukaan air. Jadi makin
merata dan makin kecil gelembung udara yang dihembuskan
kedalam air bakunya, maka oksigen yang bereaksi makin besar.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi reaksi oksidasi besi dengan
oksigen dari udara adalah pH air. Reaksi oksidasi ini sangat efektif
pada pH air lebih besar 7 (tujuh). Oleh karena itu sebelum aerasi
dilakukan, maka pH air baku harus dinaikkan sampai mencapai pH
8. Hal ini dimaksudkan agar pH air tidak menyimpang dari pH
standart untuk air minum yaitu pH 6,5 - pH 8,5. Oksidasi Mangan
dengan oksigen dari udara tidak seefektif untuk besi, tetapi jika
kadar Mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagaian mangan dapat
juga teroksidasi dan terendapkan

7
3. Koagulasi - Flokulasi
Proses ini digunakan jika air hujan mengandung banyak padatan
tersespensi atau keruh. Jika air hujan ditampung dari atap proses ini
biasanya tidak diperlukan karena air hujan sudah cukup jernih. Jika
air hujan ditampung di dalam embung biasanya masih
memempunyai kekeruhan yang cukup tinggi. Koagulasi adalah
proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam air
yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur
halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap.
Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan
tawas.
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan
alumunium hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang
akan menarik partikel - partikel kotoran sehingga menggumpal
bersama-sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat
mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai
berikut yaitu: sejumlah tawas dilarutkan dalam air kemudian
dimasukkan kedalam air baku lalu diaduk dengan cepat hingga
merata selama kurang lebih 2 menit. Setelah itu kecepatan
pengadukkan dikurangi sedemikian rupa sehingga terbentuk
gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran
tersuspensi yang ada dalam air baku (Flokulasi). Setelah itu
dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan kotoran atau disebut flok
tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
4. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan
kotoran yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah
kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih. Endapan yang
terkumpul didasar tangki dapat dibersihkan dengan membuka kran
penguras yang terdapat di bawah tangki.

8
5. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat
diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang
besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil
dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan
air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah
diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan
pasir.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Air hujan dapat digunakan sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga
seperti menyiram tanaman, MCK, dan jika diolah dengan benar dapat
digunakan sebagai air bersih atau minum.
2. Air hujan di lingkungan rumah dapat dimanfaatkan dengan cara
menampung dalam bak penampungan,membuat sumur resapan dan
menggunakan teknologi pemurnian air.
3. Proses pengolahan air hujan sebagai air minum secara sederhana yaitu
netralisasi, aerasi, koagulasi – flokulasi, pengendapan, penyaringan.

3.2 Saran
Saran dari penulis untuk pemanfaatan air hujan di lingkungan rumah adalah
sebagai berikut:
1. Diadakan gerakan nasional pemanfaatan air hujan terutama didaerah
perkotaan.
2. Pemerintah memfasilitasi teknologi yang ramah lingkungan dan terjangkau
oleh masyarakat untuk memanfaatkan air hujan.
3. Setiap rumah setidaknya ada 1 bak penampungan air hujan atau sumur
resapan.
4. Secara rutin membersihkan sampah yang berada diatap penangkap dan
talang saluran air hujan.
5. Perlu adanya saringan filter yang dapat menyaring kotoran- kotoran
sehingga tidak masuk dan mengotori bak penampungan air.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/spah.html. Diakses pada tanggal


(24 Maret 2019)

http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirTanahBuatan/Bab7-
TeknologiPengolahan.pdf. Diakses pada tanggal (24 Maret 2019)

Riyadi Slamet. 1986. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Usaha Jawa: Surabaya

Sutrisno T. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta: Jakarta.

Waluyo L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press: Malang

Winarno F G. 1996. Air Untuk Industri Pangan. PT Gramedia: Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai