Dosen:
Triyono, ST, M.Sc
Disusun Oleh:
Esa Mahendra A. S.
16250348
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Air Minum”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Sistem Distribusi Air Minum, jurusan Teknik Lingkungan,
Institut Teknologi Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, terutama
Bapak Triyono, ST, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Distribusi
Air Minum.
Makalah ini Penulis susun berdasarkan pengetahuan yang penulis peroleh
dari beberapa buku dan media elektronik dengan harapan dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pemanfaatan air hujan
sebagai air minum.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengumpulan air hujan yang mengucur dari atap rumah. Untuk skala besar
pemanenan air hujan dapat dilakukan di daerah tangkapan air.
Kondisi reservoir di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Namun ada
satu hal yang jelas yang bisa dimanfaatkan dengan penggunaan teknologi
tepat guna yang sederhana, yaitu pemanfaatan dan penyelamatan curah hujan
untuk ditampung dan di konservasi agar bagi penduduk dapat digunakan
sebagai sumber cadangan air. Jumlah curah hujan di permukaan bumi
Indonesia cukup besar dan merupakan karunia yang harus dimanfaatkan
dengan baik yaitu dengan ditampung untuk kemudian dikonservasi baik
untuk air minum maupun disimpan di penampungan untuk cadangan musim
kemarau.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada umumnya kualitas air hujan cukup baik, namun air hujan yang
berasal langsung dari langit akan bisa mengakibatkan kerusakan - kerusakan
terhadap logam yaitu akan menimbulkan karatan. Disamping itu untuk daerah
perkotaan air hujan akan dikotori pula oleh debu- debu dan apabila terjadi
ledakan gunung berapi maka air hujan pun akan terkotori oleh debu gunung
berapi. Beberapa sifat dari air hujan:
1. Air hujan bersifat lunak (soft water) karena tidak mengandung larutan
garam dan zat mineral sehingga terasa kurang segar.
2. Dapat mengandung beberapa zat yang ada di udara seperti NH3 dan
CO2 agresif sehingga bersifat korosif.
3. Dari segi bakteriologis maka relatif lebih bersih tergantung pada tempat
penampungannya.
4. Besarnya curah hujan di suatu daerah merupakan patokan yang utama
dalam perencanaan penyediaan air bersih bagi masyarakat. (Sanropie,
APK).
Air hujan diduga mengandung lebih banyak gas-gas daripada air tanah,
terutama kandungan CO2 dan O2. Kelarutan gas CO2 didalam air hujan akan
membentuk asam askorbat (H2CO3) yang menjadikan air hujan bereaksi
asam. Beberapa macam gas oksida dapat berada pula di udara, diantaranya
yang penting adalah oksida belerang dan oksida nitrogen (S2O2 dan N2 NO3).
Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan akan membentuk larutan
asam sulfat dan larutan asam nitrat ( H2SO4 dan H2 NO3), ( Depkes,1991).
Oleh karena itu air hujan harus diolah sebelum digunakan untuk keperluan
kita sehari-hari.
4
Untuk memenuhi dua tujuan ini, manusia terus berpikir untuk mencari
tahu, meneliti, dan bereksperimen tentang bagaimana mengelola air sehingga
lahirlah puluhan cabang ilmu yang khusus mempelajari seluk beluk air, mulai
dari oseanografi, hidrologi, limnologi, potamologi, hingga geohidrologi.
Dengan landasan ilmu-ilmu ini yang dipadupadankan dengan ilmu dalam
bidang teknik, semacam teknik rekayasa bangunan, manusia berkreasi dan
berinovasi sehingga lahirlah aneka cipta dan karya yang bersifat fisik, mulai
dari bak penampungan air, sumur resapan, saluran irigasi, hingga bendungan
atau waduk raksasa dengan PLTA-nya.
Dalam skala kecil, khususnya di wilayah dengan curah hujan yang tinggi,
sejumlah cara untuk mengelola limpahan air hujan telah banyak dilakukan,
antara lain:
1. Membuat bak penampungan air.
Cara yang paling umum dan paling tradisional dalam mengelola curahan
atau limpahan air hujan adalah dengan membuat bak-bak penampungan,
baik kecil maupun besar, yang memungkinkan curahan air hujan dapat
ditampung. Di daerah-daerah pertanian, pembuatan kolam-kolam
penampungan air hujan pun sudah lazim dilakukan. Kolam-kolam ini,
selain sebagai difungsikan sebagai penampungan air hujan, biasa
difungsikan pula sebagai tempat memelihara ikan. Namun demikian,
pembuatan bak penampungan kurang efektif dalam menyimpan dan
menampung limpahan air hujan karena kapasitas yang sedikit, yaitu
tergantung pada seberapa besarnya ukuran bak. Oleh karena itu, bak
penampungan lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam
skala kecil, yaitu untuk mencuci, mandi, memasak, atau sebagai air
minum. Itu pun hanya bisa dinikmati oleh penduduk yang memiliki cukup
lahan untuk membuat bak-bak penampungan air
2. Membuat sumur resapan air.
Sumur resapan termasuk salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk
sumur gali dengan kedalaman tertentu. Fungsi utamanya adalah sebagai
tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah
5
kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan ini dapat
memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air
hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi pembuatan sumur resapan adalah
daerah resapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran,
pertokoan, industri, sarana dan prasarana olahraga serta fasilitas umum
lainnya.
Adapun manfaat dari pembuatan sumur resapan ini, antara lain:
a. mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya banjir dan genangan air.
b. mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.
c. mengurangi erosi dan sedimentasi.
d. mengurangi atau menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan
dengan kawasan pantai.
e. mencegah penurunan tanah (land subsidance).
f. mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
6
pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur, disamping
untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu
efektifitas proses selanjutnya.
2. Aerasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara
dengan air baku agar kandungan zat besi dan mangan yang ada
dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara
memben tuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat
diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk
menghilangkan gas-gas yang tak diinginkan misalnya gas H2S,
Methan, Karbon Dioksida (CO2) serta gas-gas racun lainnya. Reaksi
oksidasi Besi dan Mangan oleh udara dapat ditulis sebagai berikut:
4Fe2+ + O2 + 10H2O → 4Fe(OH)3 + 8H+
7
3. Koagulasi - Flokulasi
Proses ini digunakan jika air hujan mengandung banyak padatan
tersespensi atau keruh. Jika air hujan ditampung dari atap proses ini
biasanya tidak diperlukan karena air hujan sudah cukup jernih. Jika
air hujan ditampung di dalam embung biasanya masih
memempunyai kekeruhan yang cukup tinggi. Koagulasi adalah
proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam air
yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur
halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap.
Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan
tawas.
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan
alumunium hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang
akan menarik partikel - partikel kotoran sehingga menggumpal
bersama-sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat
mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai
berikut yaitu: sejumlah tawas dilarutkan dalam air kemudian
dimasukkan kedalam air baku lalu diaduk dengan cepat hingga
merata selama kurang lebih 2 menit. Setelah itu kecepatan
pengadukkan dikurangi sedemikian rupa sehingga terbentuk
gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran
tersuspensi yang ada dalam air baku (Flokulasi). Setelah itu
dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan kotoran atau disebut flok
tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
4. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan
kotoran yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah
kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih. Endapan yang
terkumpul didasar tangki dapat dibersihkan dengan membuka kran
penguras yang terdapat di bawah tangki.
8
5. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat
diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang
besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil
dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan
air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah
diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan
pasir.
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Air hujan dapat digunakan sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga
seperti menyiram tanaman, MCK, dan jika diolah dengan benar dapat
digunakan sebagai air bersih atau minum.
2. Air hujan di lingkungan rumah dapat dimanfaatkan dengan cara
menampung dalam bak penampungan,membuat sumur resapan dan
menggunakan teknologi pemurnian air.
3. Proses pengolahan air hujan sebagai air minum secara sederhana yaitu
netralisasi, aerasi, koagulasi – flokulasi, pengendapan, penyaringan.
3.2 Saran
Saran dari penulis untuk pemanfaatan air hujan di lingkungan rumah adalah
sebagai berikut:
1. Diadakan gerakan nasional pemanfaatan air hujan terutama didaerah
perkotaan.
2. Pemerintah memfasilitasi teknologi yang ramah lingkungan dan terjangkau
oleh masyarakat untuk memanfaatkan air hujan.
3. Setiap rumah setidaknya ada 1 bak penampungan air hujan atau sumur
resapan.
4. Secara rutin membersihkan sampah yang berada diatap penangkap dan
talang saluran air hujan.
5. Perlu adanya saringan filter yang dapat menyaring kotoran- kotoran
sehingga tidak masuk dan mengotori bak penampungan air.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirTanahBuatan/Bab7-
TeknologiPengolahan.pdf. Diakses pada tanggal (24 Maret 2019)
11