Anda di halaman 1dari 11

II.

2 SUB POKOK BAHASAN SEBARAN PENCEMARAN UDARA

2.1 Pendahuluan
2.1.1. Deskripsi Singkat
Sub pokok bahasan ini menjelaskan tentang dasar-dasar sebaran polutan dalam
pencemaran udara. Berbagai tahap sebaran tersebut adalah proses adveksi,
dilusi, difusi dan dispersi, peranan angin dalam distribusi polutan, faktor turbulensi
di atmosfer, temperatur dan kestabilan atmosfer serta kelembaban udara. Setiap
tahap penjelasan akan diberikan rumus-rumus ataupun bagan untuk memperjelas
keterangan

2.1.2. Relevansi
Materi ini diharapkan sebagai jembatan penghubung antara materi dasar
pengetahuan atmosfer dengan pengetahuan tentang model sebaran. Dengan
mengetahui dasar-dasar sebaran polutan di atmosfer, maka diharapkan
mahasiswa lebih mudah mempelajari sistem model pencemaran udara..

2.1.3.1 Standar Kompetensi


Dengan diberikannya prinsip-prinsip dasar pengetahuan tentang sebaran
pencemaran udara ini maka diharapkan mahasiswa memperoleh standar
kompetensi dalam sikap dan perilaku berkarya (berpikir kritis, mandiri, kreatif,
inovatif dan tanggap terhadap lingkungan) melalui tugas individu merangkum
dasar-dasar sebaran dari berbagai teori yang ada, diskusi kelompok tentang studi
kasus kestabilan atmosfer, adveksi, dilusi, difusi dan dispersi.

2.1.3.2. Kompetensi Dasar


Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mahasiswa akan mampu menjelaskan
konsep sebaran polutan di atmosfer dengan dasar meteorologi.

2.2. Penyajian
2.2.1. Uraian
Model Dispersi Pencemaran Udara
Secara umum model pencemaran udara terdiri atas dua model utama yaitu model
sebaran (dispersion model) dan model penerima (receptor model). Dengan
semakin berkembangnya sektor – sektor yang menimbulkan pencemaran udara
akan membuat peningkatan kadar polutan di udara tetapi kita tidak akan tahu
berapa konsentrasi polutan di masa datang. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
model sebaran pencemaran udara yang membantu kita untuk mengetahui
bagaimana perilaku polutan-polutan udara di lingkungan. Model ini adalah model
kualitas udara yang seperti, model sejenisnya, memerlukan pekerjaan
pendahuluan yang akan membutuhkan waktu, terutama dalam penyiapan data
masukan sumber emisi dan intensitas emisi serta data meteorologi. Ada banyak
alasan mengapa model sangat diperlukan antara lain : dapat diketahui sumber
mana yang bertanggungjawab atas besarnya konsentrasi polutan yang diterima
oleh receptor, memprediksi perubahan konsentrasi sesuai dengan waktu,
membuat target emisi untuk sumber-sumber yang tingkat pencemarannya tinggi.
Menrut Soedomo (1990), model yang dikembangkan terdiri atas beberapa sub-
model, yaitu :
1. Submodel emisi sumber
Data masukan untuk submodel emisi adalah informasi sumber pencemar yang
ditekankan pada penggunaan energi pada sektor transportasi. Data yang
masuk dalam submodel ini akan menghasilkan emission load dari sumber emisi
transportasi, dan akan diolah datanya bersama-sama dengan hasil dari
submodel meteorologi untuk membuat model dispersi pencemar.
2. Submodel meteorologi
Data masukan untuk submodel meteorologi meliputi data arah dan kecepatan
angin, radiasi sinar matahari, dan ketinggian lapisan pencampur. Submodel ini
digunakan untuk menghitung frekuensi distribusi dari data meteorologi selama
1 tahun. Hasil keluaran submodel ini akan menjadi masukan dalam submodel
dispersi bersama dengan data keluaran submodel emisi.
3. Submodel dispersi pencemar
Menurut Colls (2002) untuk model dispersi pencemar dapat dibagi menjadi 3
model utama yaitu :
1. Model Eulerian
Secara numerik model ini dapat digunakan untuk menyelesaikan perhitungan
difusi atmosfer. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengetahui pergerakan
emisi dari sumber titik di atmosfer. Alat untuk sensor eulerian adalah windvane
atau anemometer.
2. Model Gaussian
Model ini dibuat berdasarkan distribusi probabilitas normal gaussian dari ektor
angin dan fluktuasi konsentrasi polutan. Model ini hampir sam dengan model
eulerian tetapi lebih diperuntukkan dalam skala lebih besar.
3. Model Lagrangian
Berdasarkan proses dari pergerakan massa udara atau proses dari dispersi
partikel. Dalam pengukuran untuk model ini digunakan balon natural densitas.

Deskripsi Model Dispersi


Dasar dari sebuah model dispersi dapat dijelaskan sebagai berikut : apabila
sebuah sumber emisi misalnya kendaraan bermotor mengeluarkan emisi polutan

NOx sebesar 1 ppm ke atmosfer, maka yang menjadi pertanyaan adalah seberapa
besar yang diterima oleh penerima (receptor) yang dalam hal ini adalah manusia,
dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi seperti arah angin, kecepatan angin,
dan sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan-perhitungan memadai,
yang dikenal sebagai pemodelan pola dispersi polutan yang mana akan
menggunakan rumus-rumus yang ada saat ini untuk menganalisa.
Pemodelan dispersi polutan berbasis komputer pada dasarnya dapat disebut
sebagai sebuah “black box”, dimana apabila data input yang diperlukan
dimasukkan akan melakukan perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan, dan
hasilnya adalah gambaran mengenai konsentrasi polutan pada tiap penerima
(receptor) yang dalam hal ini adalah manusia, seperti terlihat pada gambar berikut
ini.
Emisi
Sumber
Transportasi
P e n e rim a
B la c k B o x
(Receptors)

F aktor-
faktor
Meteorologi

Gambar 3.7 Model Black Box


(Sumber: Soedomo, 1999)

Penerapan Model Dispersi


Dasar dari dispersion simulation model adalah persamaan Gauss dari plume dan
puff. Model ini menjelaskan hubungan antara polutan yang diemisikan dari
sumbernya dengan konsentrasi polusi udara di ambien. Untuk mendapatkan
hubungan yang baik antara polutan yang diemisikan dengan konsentrasi polutan di
udara ambien, maka ketepatan/ketelitian inventarisasi sumber emisi dan
kecocokan penggunaan data meteorologi sangat diperlukan. Dengan demikian
maka diharapkan dapat memberikan hasil simulasi yang akan mewakili hubungan
antara sumber emisi dan konsentrasi polutan di udara ambien.
Berdasarkan Colls (2002), asumsi yang digunakan dalam simulasi ini adalah :
1. Material polutan yang berbentuk gas di udara bentuknya tidak reaktif,
2. Bentuk dari kepulan asap sesuai dengan arah datangnya angin (sumbu x),
3. Kecepatan angin dan arah angin konstan terhadap ketinggian.
Tujuan dari simulasi ini adalah untuk mengklarifikasikan hubungan antara masing-
masing sumber, demikian juga total emmision load masing-masing polutan yang
diemisikan ke udara dan konsentrasi polutan di udara ambien. Pendekatannya
adalah dengan menggunakan persamaan Gauss. Dasar pendekatan adalah model
difusi Eddy dalam tiga kordinat atau disebut persamaan difusi Fickian.

dC =K ∂
2
C +K ∂
2
C +K ∂ C
2
xx 2 yy 2 zz 2

dt ∂x ∂y ∂z
dimana :
C = konsentrasi, T = waktu, Kxx, Kyy, Kzz = koefisien difusi arah sumbu x, y, z
Persamaan difusi Fickian dimodifikasi dan digunakan untuk mempelajari model
penyebaran polutan dari sumber-sumber emisi. Persamaan Gaussian
menggunakan sistem koordinat seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.8 Sistem Koordinat untuk Distribusi Gaussian


Pada Arah Horisontal Dan Vertikal (Sumber: Colls, 2002)
Persamaan asli (original) dari Gauss adalah :
2
Qp y
C(x, y, z) = .exp − 2 .F

2πσ yσ z u 2σ y
dimana :
( z − He) 2 ( z + He) 2
F = exp − + exp −
2 2
σ 2 σ 2

z z

Persamaan asli Gaussian diatas mengansumsikan bahwa permukaan tanah


sebagai dinding pembatas untuk difusi selanjutnya. Jika tidak ada pengendapan
dan absorpsi, maka dinding pembatas ini dapat dihitung dengan mengasumsikan
adanya bayangan sumber yang simetris dengan sumber di bawah permukaan
tanah.

Source

Ground
Image
Source

Gambar 3.9 Sumber dan Bayangan Sumber di Bawah Permukaan Tanah


(Sumber: Perkins, 1974)
Persamaan Plume model (windy condition)
Pada persamaan asli Gaussian diatas nilai (z-H) untuk sumber sebenarnya
diatas permukaan tanah, sedangkan nilai (z+H) untuk sumber bayangannya.
Oleh karena itu, pada ground level z = 0, persamaan diatas dapat
disederhanakan, sehingga persamaannya menjadi :
Q y2 He2
C= exp − exp −
2 2
πσ yσ z u σ 2 σ 2

y z

Persamaan Gaussian Plume digunakan untuk keadaan dimana terdapat


kecepatan angin di sumber emisi (windy condition).

Persamaan Puff model (calm condition)

Qp ( x − ut ) 2 y
2

C(x, y, z) = 1/ 2 .exp− 2 − 2 .F

(2π ) σ σ yσ z 2σ x 2σ y
Persamaan Puff model (calm condition) disederhanakan karena terlalu banyak menggunakan
faktor waktu, persamaan di atas disederhanakan menjadi :
2Q 1
C= 3/2 2 2 2

(2π ) γ R + (α / γ ) He
Persamaan Gaussian Puff digunakan jika tidak terdapat angin di sumber emisi
atau kecepatan anginnya sama dengan 0 (nol), kondisi ini disebut sebagai kondisi
tenang (calm condition).
Keterangan persamaan Gaussian :
C = konsentrasi pada titik perhitungan (ppm)
x = jarak dari sumber ke titik perhitungan searah arah angin (m)
y = jarak dari sumber ke titik perhitungan arah kanan atas dari arah angin
z = tinggi pada titik perhitungan (m)
3
Q = emission rate dari polutan (m /dt)
u = rata-rata kecepatan angin (m/dt)
He = tinggi stack efektif
σy,z = koefisien difusi dalam arah y dan z (m)
α / γ = rate of increase of the horizontal/vertical plume width (m/dt)
t = waktu dari stack atau pipa pembuangan gas (dt)
Nilai He (tinggi stack efektif) sama dengan tinggi stack awal, karena cerobong
kendaraan bermotor diletakkan horisontal (tidak ada penambahan tinggi), berbeda
dengan cerobong industri dan rumah tangga yang diletakkan vertikal; sehingga :
He = Ho (tinggi awal stack)
Lebar Difusi Kepulan
Nilai dari σy, σz menggambarkan lebar dari distribusi konsentrasi polutan yang

keluar dari stack (pipa gas buang). Nilai σ y adalah lebar difusi kepulan secara

horisontal, sedangkan nilai σz untuk lebar vertikal difusi kepulan. Persamaan JEA
(Japan Environmental Agency) untuk mensimulasikan tabel Pasquill-Gifford
digunakan untuk persamaan plume. Persamaannya sebagai berikut :
σ y (x) = γ y .xα y σ z (x) = γ z .xα z

dimana :
αy, γy, αz, γz = konstanta yang tergantung dari stabilitas atmosfer (Tabel 3.2)
x = jarak dari sumber ke titik perhitungan searah arah angin (m)

Tabel 3.2 Nilai Konstanta Untuk Lebar Difusi Kepulan Persamaan Plume
Kelas Arah horisontal Arah vertikal

Stabilitas αy γy x αz γz x
1.122 0.0800 0~300
0.901 0.426 0~1000
A 1.514 0.00855 300~500
0.851 0.602 1000~ 2.109 0.000212 500~
0.914 0.282 0~1000 0.964 0.1272 0~500
B 0.865 0.396 1000~ 1.094 0.0570 500~
0.924 0.1772 0~1000
C 0.855 0.232 1000~ 0.918 0.1068 0~
0.826 0.1046 0~1000
0.929 0.1107 0~1000
D 0.632 0.400 1000~10000
0.889 0.1467 1000~ 0.555 0.811 10000~
0.788 0.0928 0~1000
0.921 0.0864 0~1000
E 0.565 0.433 1000~10000
0.897 0.1019 1000~ 0.415 1.732 10000~
0.784 0.0621 0~1000
0.929 0.0554 0~1000
F 0.526 0.370 1000~10000
0.899 0.0733 1000~ 0.323 2.41 10000~
0.794 0.0373 0~1000
0.921 0.0380 0~1000 0.637 0.1105 1000~2000
G 0.896 0.0452 1000~ 0.431 0.529 2000~10000
0.222 3.62 10000~
Sumber : JEA, 1993
Lebar Difusi Kepulan untuk Persamaan Puff
Tabel JEA yang diperoleh dari grafik Turner (1970) digunakan untuk persamaan
puff terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3.Nilai α Dan γ Untuk Persamaan Puff
Kelas Stabilitas α γ
A 0.948 1.569
B 0.781 0.474
C 0.635 0.208
D 0.470 0.113
E 0.439 0.067
F 0.439 0.048
G 0.439 0.029
Sumber : JEA, 1993
2.2.2. Latihan
Perkiraan konsentrasi SO2 pada sisi hilir dari sebuah PLTU 1.000 MW pada jarak 1 km
dan 5 km, yang menggunakan 10.000 ton batubara per hari sebagai bahan bakarnya, kadar sulfur 1%, tinggi
stack efektif 250 m, angin bergerak dengan kecepatan 3m/det, diukur pada kondisi sedikit cerah, siang hari
pada ketinggian 10 m.

x, km τy , m τz , m
1 140 125
5 540 500

Kondisi atmosferik tidak stabil, kecepatan angin pada ketinggian stack efektif
adalah sebesar:
v = v1 (H/z1)n = 3(250/10)0,25 = 6,6 m/det.
Jumlah sulfur
= 10.000 ton/hari x 1/100
= 100 ton/hari (27.777.700 mg/detik)
Emisi SO2
= (64/32)(27.777.700)mg/det
= 55.555.400 mg/det.
Pada ground level concentration maximum (GLC), konsentrasi SO2 adalah:
C1 km = [55.555.400 /3,14.6,6 x 140 x 125] exp-[{2502/2(125)2}]
= 750 mg/m3
C5km = [55.555.400 /3,14.6,6 x 540 x 500] exp-
[{2502/2(500)2}] = 315 mg/m3

2.3. Penutup
2.3.1. Tes Formatif
1. Secara umum sebutkan dua model utama dalam pencemaran udara!
2. Sebutkan data apa yang diperlukan dalam submodel emisi sumber?
3. Sebutkan asumsi yang digunakan dalam pembuatan simulasi model!
4. Pendekatan apa yang digunakan dalam persamaan Gauss?

2.3.2. Umpan Balik


Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada
bahasan berikut ini, hitunglah jawaban anda yang benar, dan gunakan rumus ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Σ jawaban yang benar x 100%
4
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah :
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% - 69% : kurang
0% - 59% : gagal

2.3.3. Tindak Lanjut


Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda
belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut
terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman
tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
2.3.4. Rangkuman
Secara umum model pencemaran udara terdiri atas dua model utama yaitu model
sebaran (dispersion model) dan model penerima (receptor model). Model dispersi
digunakan untuk memperkirakan tingkat cemaran dari sumbernya terhadap fungsi
jarak dan waktu. Submodel dispersi terdiri atas emisi sumber, meteorologi, dispersi
pencemar. Model dispersi pencemar secara garis besar terdiri atas tiga model
yaitu model eulerian, model gaussian, model lagrangian.

2.3.5 Kunci Jawaban Tes Formatif


1. Model dispersi dan model reseptor
2. Data faktor emisi, jumlah emiter untuk mencari emission load
3. Asumsi yang digunakan dalam pembuatan simulasi ini adalah :
1. Material polutan yang berbentuk gas di udara bentuknya tidak reaktif,
2. Bentuk dari kepulan asap sesuai dengan arah datangnya angin (sumbu x),
3. Kecepatan angin dan arah angin konstan terhadap ketinggian.
4. Dasar pendekatan adalah model difusi Eddy dalam tiga kordinat atau disebut
persamaan difusi Fickian

DAFTAR PUSTAKA
Neiburger, Morris. (1995). Memahami Lingkungan Atmosfer Kita-Terjemahan.
Ardino Purbu. Bandung. ITB.
Perkins H.C, (1974), Air Pollution (International Student Edn) McGrawHill, New
York
Turner D.B (1970), Workbook of Atmospheric Dispersion Estimates. Office of Air
Programs Pub. No.AP-26, Environmental Protection Agency, U.S.A.
Colls, Jeremy. 2002. Air Pollution, Second Edition, Spon Press Tylor & Francis
Group, London.

Cooper, C David & Alley, F.C. (1994). Air Pollution Control, A Design Approach,
Second Edition. Waveland Press. Inc, United States.

JICA (Japan International Cooperation Agency) dan EIMA (Environmental Impact


Management Agency of Indonesia), (1995). Main Report : The Study on The
Integrated Air Quality Management for Jakarta Metropolitan Area, Bapedal,
Indonesia.

Soedomo, Moestikahadi. (1999). Kumpulan Karya Ilmiah Mengenai Pencemaran


Udara, Penerbit ITB, Bandung.

SENARAI

Anda mungkin juga menyukai