Anda di halaman 1dari 39

Medan Listrik

Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Instrumensi

Disusun oleh :
Simon Reza Pasaribu (NIM : 193303030024)

Fakultas : Teknologi dan Ilmu Komputer


Prodi : Teknik Informatika

Medan
2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan saya membuat makalah ini yaitu untuk melaksanakan
tugas yang diberikan oleh Bapak Saut Siregar selaku dosen mata kuliah Fisika
Instrumensi, selain itu saya juga berharap agar makalah ini bermanfaat dan
dapat menambah wawasan pembaca tentang Fisika Instrumensi.
Selain menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini
membahas tentang Hukum Gauss dan Distribusi Muatan Listrik.
Saya ucapkan terimakasih kepada dosen Fisika Intrumensi yang telah
memberikan tugas makalah ini.
Ibarat pribahasa tak ada gading yang tak retak, saya selaku penyusun dari
makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materi yang diangkat. Kritik dan saran dari
pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………………….i


Daftar Isi ………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Medan Listrik
A. Hukum Gauss
B. Distribusi Muatan listrik
C. Konsep Medan Listik
D. Medan Listrik Oleh Muatan Listrik
2. Medan Magnet
A. Percobaan Oersted
B. Medan Magnet Disekitar Kawat Berarus Listrik
C. Kumparan
D. Seloonoida
E. Toroida
3. GGL Induksi
A. Hukum Faraday
B. Hukum Henry
C. Hukum Lenz
D. Aplikasi Hukum Faraday
E. Induksi Magnet

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita
semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama
dengan lingkungan masyarakat.
Keteerampilan berbahasa merupakan modal utama dalam komunikasi yang
terdiri dari 4 aspek yaitu: menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis.
Komunikasi pula tidak lepas dari kegatan berbicara, maka dari itu keterampila
berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi. Maka salah satu aspek
berbahasa yang harus dikuasai oleh sisa adalah berbicara, sebab keterampilan
berbicara menunjang ketearampilan lainnya
B.Rumusan Masalah
Dengan melihat yang ada dala latar maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa
rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
a) Apakah yang dimaksud berbicara?
b) Apa sajakah tujuan berbicara?
c) Apa sajakah faktor penunjang kegiatan berbicara?
d) Apa sajakah faktor penghambat kegiatan berbiara?
C.Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud berbicara
b) Untuk mengetahui apa tujuan berbicara
c) Untuk mengetahui apa faktr penunjang kegiatan berbucara
d) Untuk mengetahui apa faktor penghambat kegiatan berbicara

BAB II
PEMBAHASAN
1. Medan Listrik
A. Hukum Gauss
Hukum Gauss merupakan salahsatu hukum dasar elektromagnetisme.
Hukum Gauss menyatakan bahwa total flukslistrik 𝜓 yang melalui suatu
permukaan tertutup adalah sama dengan total muatan listrik yang terlingkupi
oleh permukaan tersebut.
Jadi, 𝜓 = 𝑄𝑒𝑛𝑐
.
Yakni , 𝜓 = ∮ 𝑑𝜓 = ∮𝑠 𝐷. 𝑑𝑆
= total muatan yang terlingkupi Q=∫ 𝜌𝑣 𝑑𝑣
Atau
. .
Q= ∮𝑠 𝐷. 𝑑𝑆 = ∮𝑠 𝜌𝑣 𝑑𝑣

Dimana, D = vector rapat fluks listrik = E (C / m 2 )

E = vector intensitas medan listrik (V/m)

 =  0  r = permitivitas dielektrik medium (F/m)

 r = permitivitas relatif (tidak memiliki dimensi)

Berdasarkan definisi muatan q Coulomb yang menempati volume V


dengan kerapatan muatan ruang qv yang terdisribusi merata diberikan oleh
q= q
V
V dV

dari persamaan (11) dan(12), kita peroleh :

 E   D.dS  q V dV
S v volume

Teorema Divergensi

Operator del  didefinisikan sebagai operator vektor derivatif :

  
 = ax  ay  az
x y z

Divergensi vektor D, ditulis div D, adalah produk skalar antara operator vektor
derivatif dan vektor D :

   
Div D = .D   a x  ay  a z   ( Dxax+ Dyay + Dzaz )
 x y z 

Dx D y Dz
=  
x y z

Teorema divergensi menurut teori kalkulus ádalah mengubah bentuk integral


luasmenjadi bentuk integral volume :

 D.dS     DdV
S luas V  volume

Sisi kiri Persamaan dapat ditulis

 D.dS    dD  dS

 D a D y a y Dz a z 
Dimana : dD =  x x dx  dy  a z dz  dan
 x y z 

dS = dydzax + dxdzay +dxdyaz, maka persamaan menjadi


 Dx D y Dz 
 D.dS  
S luas

 x

y

z
dxdydz   .DdV
 v  volume

Dari persamaan diperoleh

  D  qv

Persamaan diatas mengisyaratkan bahwa divergensi vektor rapay fluks


listrik D adalah fluks listrik total yang dipancarkan persatuan volume yang
memancarkan fluks tesebut.

Dalam tiga dimensi, persamaannya menjadi

Dx D y Dz
 D =   = qv
x y z

Dengan menerapkan teorema divergensi pada bagian tengah persamaan


. .
∮𝑠 𝐷. 𝑑𝑆 = ∮𝑉 ∇. 𝐷 𝑑𝑣
Dengan membandingkan integral volume persamaan dengan diperoleh
𝜌𝑣 = ∇. 𝐷
Dimana ini merupakan persamaan pertama dari empat persamaan Maxwell.

Catatan:
1. Persamaan 11 dan 13 padadasarnyamenyatakanHukum Gauss dalamcara
yang berbeda; pers. 11 adalah bentuk integral, sedangkan pers.13 adalah
bentuk diferensial atau bentuk titik dari hukum Gauss.
2. Hukum Gauss adalah pernyataan alternative dari hukum Coulomb;
penerapan yang tepat dari teorema divergensi terhadap hukum Coulomb
menghasilkan hukum Gauss.
3. Hukum Gauss memberikan kemudahan dalam mencari E atau D untuk
distribusi muatan yang simetris seperti muatan titik, muatan garis tak
terhingga, muatan permukaan silinder tak-terhingga dan muatan yang
terdistribusi dengan bentuk bola. Distribusi muatan Kontinyu memilik simetri
jika distribusi tersebut hanya bergantung pada x (atau y atau z), simetri
silinder jika hanya bergantung pada 𝜌, atau simetri bola jika hanya
bergantung pada r (tidak bergantung pada 𝜃 𝑎𝑡𝑎𝑢 Φ). Perlu ditekankan di
sini bahwa apakah distribusi muatan simetris atau tidak, hukum Gauss tetap
berlaku.

2.4 PENERAPAN HUKUM GAUSS


Prosedur penerapan hukum Gauss untuk menghitung medan listrik melibatkan
pengetahuan tentang apakah ada simetri distribusi muatan atau tidak. Apabila
distribusi muatan ada, selanjutnya adalah membentuk permukaan tertutup
matematika (dikenal sebagai permukaan gauss).Permukaan Gauss dipilih
sehingga D tegaklurus (normal) atau menyinggung (tangential) terhadap
permukaan Gauss bila D tegakluruspermukaan, D.dS = D dskarena D tetap di
permukaan ini. Bila D menyinggung (tangensial) permukaan, D.ds = 0. Jadi kita
harus memilih permuakaan sehingga diperoleh simetri dari distribusi muatan.
a. MuatanTitik
Misalkan terdapat muatan titik Q di titik asal. Untuk menentukan D di titikP,
dengan mudah terlihat bahwa memilih permukaan bola yang mengandung P
akan memenuhi kondisi simetri. Jadi, permukaan bola yang berpusat di titik asal
merupakan permukaan Gauss dalam kasus ini dan ditunjukkan pada gambar

Gambar 2 Permukaan Gauss untukmuatantitik


Karena D dimana-mana tegak lurus terhadap permukaan Gauss, yakni D = Drar,
maka dengan menerapkan hukum Gauss (𝜓= muatan yang terlingkupi, Qenclose),
diperoleh
. .
Q= ∮𝑠 𝐷. 𝑑𝑆 =𝐷𝑟 ∮𝑠 𝑑𝑆 =𝐷𝑟 4𝜋𝑟 2

Merupakan luas area permukaan Gauss.Jadi,


𝑄
D= 𝑎𝑟
4𝜋𝑟 2

b. MuatanGarisTak -Terhingga

Gambar 3 Permukaan Gauss untukmuatangaristakterhingga


Misalkan terdapat muatan garis tak-terhingga dengan kerapatan muatan
seragam terletak di sepanjang sumbu-z.Untukmenentukan D di titik P, dipilih
permukaan silinder yang mengandung P untuk memenuh ikondisi simetris
seperti ditunjukan pada gambar 4.10D konstan pada dan tegak lurus terhadap
permukaan Gauss silinder; yakni D=𝐷𝜌 𝑎𝜌 .Jika diterapkan hukum Gauss pada
sembarang panjang 𝑙 darigaris,
𝜌𝜄𝜄 = Q = ∮ 𝐷. 𝑑𝑆 = 𝐷𝜌 ∮ 𝑑𝑆
= 𝐷𝜌 2𝜋𝜌𝜄
Dimana∮ 𝑑𝑆 = 2𝜋𝜌𝜄 adalah luas permukaan Gauss.
∮ 𝐷. 𝑑𝑆pada permukaan atas dan bawah silinder adalah nol karena D tidak
memiliki komponen di arah–z dan dalam hal ini D menyinggung permukaan
tersebut. Jadi,
𝜌𝐿
D = 2𝜋𝜌 𝑎𝜌

c. Lembaran Muatan Tak-Terhingga

Gambar 4 Permukaan Gauss untuk lembaran muatan tak terhingga


Peratikanlembarantak-terhingga dari muatan seragam𝜌𝑠 𝐶/𝑚2yang
terletak pada bidang z = 0. Untuk menentukan D di titik p, dipilih kotak segi-
empat yang dipotong secara simetri soleh lembaran muatan dan memiliki dua
permukaan sejajar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.karena D tegak lurus
lembaran, maka D=𝐷𝑧 𝑎𝑧 , dan jika di terapkan hokum Gauss diperoleh:
. .
𝜌𝑠 ∫ 𝑑𝑠 = 𝑄 = ∮ 𝐷. 𝑑𝑆 = 𝐷𝑧 [∫𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑆 + ∫𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑆] (14)
. .
𝜌𝑠 ∫ 𝑑𝑆 = 𝑄 = ∮ 𝐷. 𝑑𝑆 = 𝐷𝑧 [∫𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑆 + ∫𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑑𝑆] (15)
Perhatikan bahwa D.dS pada sisi samping kotak adalah nol karena D tidak
memiliki komponen sepanjang ax dan ay . jika area atas dan bawah dari kotak
masing – masing memiliki luas A, persamaan (14) menjadi:
𝜌𝑠𝐴 = 𝐷𝑧 (𝐴 + 𝐴)(16)
𝜌𝑠
Dan dengan begitu 𝐷 = 𝑎𝑧
2
𝐷 𝜌𝑠
Atau 𝐸 = 𝜖 = 2𝜖 𝑎𝑧
0 0

d. Bola Bermuatan Seragam / Distribusi Muatan Simetri

Perhatikan bola dengan jejari a dan kerapatan muatan seragam 𝜌𝑣 𝐶/𝑚3. Untuk
menentukan D di setiap titik, akan dibangun permukaan Gauss untuk 𝑟 ≤ 𝑎 dan
𝑟 ≥ 𝑎 secara terpisah. Karena muatan memiliki simetri bola, sangat jelas bahwa
permukaan bola merupakan permukaan Gauss yang sesuai.

Untuk 𝑟 ≤ 𝑎 , total muatan yang terlingkupi oleh permukaan bola berjejari r,


seperti ditunjukkan oleh gambar,
2Π 𝜋 𝑟
𝑄𝑒𝑛𝑐 = ∫ 𝜌𝑣 𝑑𝑣 = 𝜌𝑣 ∫ 𝑑𝑣 = 𝑝𝑣 ∫ ∫ ∫ 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜙
𝜙=0 𝜃=0 𝑟=0

4
=𝜌𝑣 3 𝜋𝑟 3
2Π 𝜋
Dan 𝜓 = ∮ 𝐷. 𝑑𝑆 = 𝐷𝑟 ∮ 𝑑𝑆 = 𝐷𝑟 ∫𝜙=0 ∫𝜃=0 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜙
= 𝐷𝑟 4𝜋𝑟 2
Oleh karenanya, 𝜓 = 𝑄𝑒𝑛𝑐 memberikan
4
𝐷𝑟 4𝜋𝑟 2 = 𝜌𝑣 𝜋𝑟 3
3
𝑟
Dan 𝐷 = 3 𝜌𝑣 𝑎𝑟 0 < 𝑟 ≤ 𝑎 (18)

Untuk 𝑟 ≥ 𝑎, permukaan Gauss ditunjukkan gambar . muatan yang terlingkupi


oleh permukaan pada kasus ini adalah seluruh muatan, yakni
2Π 𝜋 𝑎
𝑄𝑒𝑛𝑐 = ∫ 𝜌𝑣 𝑑𝑣 = 𝜌𝑣 ∫ 𝑑𝑣 = 𝑝𝑣 ∫ ∫ ∫ 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜙
𝜙=0 𝜃=0 𝑟=0

4
=𝜌𝑣 3 𝜋𝑎3

Sedangkan 𝜓 = ∮ 𝐷 . 𝑑𝑆 = 𝐷𝑟 4𝜋𝑟 2
Seperti halnya dalam persamaan.. Oleh karenanya
4
𝐷𝑟 4𝜋𝑟 2 = 𝜌𝑣 𝜋𝑎3
3
𝑎3
Atau 𝐷 = 𝜌𝑣 𝑎𝑟 𝑟 ≥ 𝑎 (19)
3𝑟 2

Jadi, dari persamaan ( 18 ) dan (19 ), D di setiap titik diberikan oleh:


𝑟
𝜌 𝑎 0<𝑟≤𝑎
3 𝑣 𝑟
𝐷={
𝑎3
𝜌 𝑎 𝑟≥𝑎
3𝑟 2 𝑣 𝑟
Dan |𝐷| ditunjukkan pada gambar
B. Distribusi Muatan Listrik

1. DISTRIBUSI MUATAN DISKRIT

Sesuai dengan pengertiannya, diskrit artinya terpisah, yaitu muatannya


tunggal dan terpisah. Analisis medan elektrostatisnya dilakukan dengan
menghitung resultan gaya Coulomb dari masing-masing gaya. Distribusi muatan
diskrit biasa disebut sebagai distribusi muatan titik.
Misalkan muatan sumber terdiri atas 3 muatan titik q1, q2 dan q3. Gaya resultan
pada muatan uji q‘ pada titik P adalah superposisi gaya pada q’ oleh masing-
masing muatan sumber.
Bila kuat medan pada titik P (vektor posisi r) oleh q1 saja adalah E1(r), dan kuat
medan oleh q2 saja adalah E2(r), dan oleh q3 saja adalah E3(r), kuat medan
resultan pada titik P adalah

**Contoh soal

Dua muatan titik masing-masing sebesar 0,05 μC dipisahkan pada jarak 10 cm.
Tentukan (a) besarnya gaya yang dilakukan oleh satu muatan pada muatan
lainnya dan (b) Jumlah satuan muatan dasar pada masing-masing muatan.

**Penyelesaian:

Kedua muatan dan gambar gaya yang bekerja seperti berikut.


2. DISTRIBUSI MUATAN KONTINYU

Sesuai dengan namanya, kontinyu artinya bersambung, muatannya


bersambung pada suatu panjang, luasan, atau volume tertentu. Jika distribusi
muatan tersebut adalah kontinu, maka medan yang ditimbulkannya di setiap titik
P dapat dihitung dengan membagi elemen2 yang sangat kecil dq. Medan dE(r),
yang ditimbulkan oleh setiap elemen akan dihitung, dengan memperlakukan
elemen2 tsb sebagai muatan titik. dE(r) diberikan oleh:

Dimana r adalah jarak dari elemen muatan dq ke titik P. medan resultan


kemudian dicari dari prinsip superposisi dengan menjumlahkan kontribusi2
medan yang ditimbulkan oleh semua elemen muatan, atau:

Total muatan Q yang terdapat pada muatan garis, luasan, dan volume adalah:

Gaya Coulomb untuk muatan kontinyu di atas adalah:


C. Konsep Medan Listrik
Medan listrik

Apa itu medan listrik ? ialah akibat yang ditimbulkan oleh adanya muatan listrik,
misalnya elektron, ion maupun proton dalam ruangan yang ada di sekelilingnya.
Medan ini mempunyai satuan N/C (Newton/Coulomb). Dan biasanya medan ini
dituntut dalam bidang ilmu fisika dan bidang terkait dan menurut secara
langsung juga di bidang elektronika yang sudah menggunakan medan listrik ini
dalam kawat konduktor.
medan listrik

Medan ini juga dapat didefinisikan sebagai suatu medan yang disebabkan oleh
adanya muatan listrik yang representasi dalam dalam kehidupan sehari-hari
berupa medan yang disebabkan oleh suatu benda yang bertegangan. Hal ini
dengan jelas diterangkan dalam persamaan Maxwell I yang diturunkan
dari hokum Gauss untuk medan listrik dan medan magnetik.

V ⋅ε ⋅ E = ρ

Rumus V ⋅D = ρ

V⋅B=0

∇ = operator del (vektor differensial)


E = kuat medan listrik

Keterangan D = kerapatan flux listrik

ρ = kerapatan muatan yang menyebabkan timbulnya D dan E

B = kerapatan fluks magnetic


Sifat Medan Listrik
Berikit ini merupakan beberapa sifat dari medan listrik antara lain sebagai
berikut:

1. Pertama, Pada skemanya gaya listrik tidak mudah terpotong.


2. Kedua, Skema gaya sering menuju radial berhenti dari muatan positif dan
bertemu menuju muatan negatif.
3. Ketiga, Pertambahan skema gaya listrik pada suatu tempat, sehingga
bertambah kuat dan sebaliknya.

Kuat Medan Listrik


Kuat medan listrik yang berada di suatu titik dalam medan listrik didefinisikan
sebagai gaya per satuan muatan listrik di titik tersebut. Kuat medan listrik
dinyatakan dengan lambang E. Kuat medan listrik ini karena dipengaruhi oleh
besarnya muatan sumber dan jarak benda (muatan yang diuji).

Lalu, Kuat medan listrik di rumuskan sebagai besarnya gaya Coulomb untuk
setiap satuan muatan. Secara matematis rumus medan listrik yaitu:

Rumus

E = kuat medan listrik (N/C)


Keterangan F = gaya coulomb (F)
q = muatan uji (C)

Dari arah kuat medan listrik yang dialami muatan uji bergantung pada jenis
muatan uji dan muatan sumber. Jika positif dan negatif bertemu maka akan tarik
menarik namun jika jenis muatannya sama akan tolak menolak. Berikut ilustrasi
selengkapnya:
Q = bermuatan positif
q = bermuatan negatif

Q = bermuatan positif
q = bermuatan positif

Q = bermuatan negatif
q = bermuatan positif

Q = bermuatan negatif
q = bermuatan negatif

Rumus Medan Listrik


Apabila Diketahui rumus gaya coulomb antara muatan sumber Q dengan muatan
uji q ialah:

Rumus
Maka rumus medan listrik berubah menjadi :
E = kuat mendan litrik (N/C)
Keterangan Q = muatan sumber (C)
r = . Jarak muatan uji dengan muatan sumber (m)

Garis-Garis Medan Listrik

Memvisualisasikan pola pola-pola medan listrik ialah dengan dengan menggambarkan


garis-garis dalam arah medan listrik listrik.

Vector medan listrik di sebuah titik titik, , tangensial tangensial terhadap garis garisgaris
medan listrik listrik.

Jumlah garis persatuan pada luas permukaan yang berbentuk tegak lurus dan sebanding
dengan medan listrik di daerah tersebut.

Besaran medan listrik dari sebuah benda yang dialiri listrik disebut dengan kuat medan
listrik. Apabila pada sebuah muatan uji q’ dimasukkan kedalam medan listrik dari sebuah
benda , kuat medan listrik E benda tersebut ialah besar gaya listrik F yang timbul di
antara keduanya dibagi besar muatan uji. Jadi, dituliskan

F = E q’
D. Medan listrik oleh Muatan Listrik

Muatan listrik adalah sifat atau muatan dasar yang dibawa partikel dasar
sehingga menyebabkan partikel dasar tersebut mengalami gaya tarik menarik
dan tolak menolak. Muatan listrik suatu partikel dasar dapar berjenis positif dan
negatif. Jika dua benda memiliki muatan yang sama akan tolak menolak dan
kedua benda akan tarik menarik jika memiliki muatan yang berbeda jenis. Perlu
diketahui, partikel dasar dan subatomik seperti elektron dan proton memiliki
muatan listrik. Elektron bermuatan negatif dan proton bermuatan positif.

Muatan listrik adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang membuatnya
mengalami gaya pada benda lain yang berdekatan dan juga memiliki muatan
listrik. Simbol Q sering digunakan untuk menggambarkan muatan. Sistem Satuan
Internasional (SI) dari satuan Q adalah coulomb, yang merupakan 6.24 x
1018 muatan dasar.

Jenis Muatan Listrik


Adapun jenis muatan listrik diantaranya yaitu

Muatan Listrik Positif (Proton)


Menurut Benyamin Franklin, Muatan Listrik Positif umumnya bersifat saling tolak
menolak dengan suatu benda yang mmuatan, dan dalam hal ini terjadi karena
muatan positif itu sejenis sehingga akan beraksi saling tolak menolak.

Muatan Listrik Negatif (Elektron)


Menurut Benyamin Franklin, Muatan Listrik Negatif pada suatu benda dapat
dipastikan jika terdapat benda yang memiliki muatan negatif dan saling tolak
menolak dengan plastik yang memiliki muatan, maka dapat dipastikan bahwa
muatan benda tersebut negatif.

Penjelasan lebih lengkapnya yaitu:

Muatan 1 elektron = -1,6.10-19 coulomb


-19
Muatan 1 proton = +1,6.10 coulomb

Muatan listrik suatu benda ditentukan oleh jumlah proton dan elektron yang
dikandung benda tersebut.

 Jika suatu benda kelebihan elektron = kekurangan proton (Σ elektron > Σ


Proton), maka benda tersebut bermuatan negatif
 Jika suatu benda kekurangan elektron = kelebihan proton (Σ elektron < Σ
Proton), maka benda tersebut bermuatan positif
 Jika jumlah elektron = jumlah proton (Σ proton = Σ elektron) maka benda
tersebut tidak bermuatan (muatan netral)

Sifat-Sifat Muatan Listrik


Adapun sifat muatan listrik yaitu:

a. Muatan listrik yang sejenis akan saling tolak menolak dan muatan tidak sejenis
akan saling tarik menarik.

b. Muatan Listrik merupakan besaran pokok fisika yang diukur dalam satuan
coulomb disimbolkan dengan (C). Satu coulomb sama dengan 6.24 x 10 18 e (e =
muatan proton). Sehingga mautan yang dikandung oleh proton adalah 1,602 x
10-19 coulomb. Elektron memiliki muatan yang sama dengan proton namun
berbeda jenis (-)1,602 x 10-19 coulomb.

c. Muatan listrik memiliki hukum kekekalan muatan. Gaya yang ditimbulkan dua
muatan memiliki karakter yang sama seperti gaya gravitasi yang ditumbulkan dua
buah benda dengan massa tertentu. Gaya antar muatan juga bersifat konservatif
dan terpusat.

Rumus Muatan Listrik


Rumus yang berlaku dalam muatan listrik adalah rumus yang dimatematiskan
dari hukum coulomb. Hukum coulomb ditemukan oleh Charles Augustin de
Coulomb pada akhir abad ke-18. Bunyi Hukum Coulomb yaitu:

“Gaya tarik menarik atau gaya tolak menolak antara dua muatan listrik sebanding
dengan muatan-muatannya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang
memisahkan kedua muatan tersebut.”

Maka secara sistematis dirumuskan dengan:

Keterangan:

F = gaya tarik manarik/tolak menolak (newton)


q = muatan listrik (coulomb)
r = jarak antara kedua muatan
k = konstanta = 1/4πεo = 9 x 10 N.m2/C2
9

εo = permitivitas listrik dalam ruang hampa/udara = 8,85 x 10-12 C2/Nm2


Apabila medium muatan bukan pada medium vakum atau udara maka besar
gaya antaran muatan q1 dan q2 akan lebih kecil

F udara/vakum < F medium

Hal tersebut dikarenakan nilai permisivitas listrik pada medium bukan udara
lebih besar. Permisivitas εo diganti dengan ε yaitu

ε = εr εo

Dalam vakum nilai εr adalah 1, sedangkan dalam udara εr adalah 1,0006. Dengan
demikian gaya coloumb dalam medium rumusnya yaitu:
2. Medan Magnet
A. Percobaan Oersted

Jika muatan listrik mengalir melalui kawat penghantar konduktor, maka akan
timbul pengaruh magnetik di sekitar kawar berarus tersebut. Pengaruh magnetik
ini mampu menarik bahan magnetik lainnya. Jika serbuk besi diletakkan disekitar
kawat berarus maka serbuk besi tersebut akan berarah secara teratur. Hans
Christian Oersted, pada tahun 1820, mengadakan penelitian tentang pengaruh
medan magnet disekitar kawat berarus. Susunan percobaan Oersted tersusun
seperti gambar di bawah ini.

Gambar percobaan Oersted


Percobaan Oersted ini mengawali penelitian lanjutan mengenai bentuk medan
magnet yang dihasilkan oleh energi listrik. Di sekitar medan magnet permanen
atau kawat penghantar berarus merupakan daerah medan magnet. Vektor dalam
medan magnet tersebut dilambangkan dengan B atau disebut dengan induksi
medan magnet. Dalam SI, satuan induksi magnet B adalah Tesla. Dari percobaan
ini dapat diketahui:

 Dalam kawat penghantar yang dilewati arus listrik disekitarnya akan timbul
garis gaya magnet.
 Arus listrik menghasilkan gaya yang dapat memutar magnet yang ada di
dekatnya.
 Kawat berarus akan menimbulkan jarum pada kompas bergerak.
 Simpangan jarum kompas tergantung arah arus pada kawat dan letaknya.
 Pada penghantar yang arah arus listriknya mengalir menurut arah selatan ke
utara, jika magnet
jarum diletakkan di bawah kawat maka kutub utara magnet jarum akan
berputar ke kiri
 Pada penghantar yang arah arus listriknya mengalir menurut arah selatan ke
utara, jika magnet jarum diletakkan di atas kawat maka kutub utara magnet
jarum akan berputar ke kanan
 Efek ini akan berlaku kebalikan jika arah arus listrik pada penghantar mengalir
menurut arah Utara ke Selatan.

B. Medan magnet disekitar kawat berarus listrik

Gejala ini pertama kali dikaji oleh Hans Christian Oersted. Melalui percobaan, ia
berhasil mengungkap hubungan antara listrik dan magnet. Ia berhasil
membuktikan bahwa penghantar yang berarus listrik dapat menghasilkan medan
magnetik.
Kumparan kawat berinti besi yang dialiri listrik dapat menarik besi dan baja. Hal
ini menunjukkan bahwa kumparan kawat berarus listrik dapat menghasilkan
medan magnet. Medan magnet juga dapat ditimbulkan oleh kawat penghantar
lurus yang dialiri listrik. Berdasarkan hasil percobaan tersebut terbukti bahwa
arus listrik yang mengaliri dalam kawat penghantar ini menghasilkan medan
magnetik, atau disekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnetik.
Pada saat arus listrik yang mengalir dalam penghantar diperbesar, ternyata kutub
utara jarum kompas menyimpang lebih jauh. Hal ini berarti semakin besar arus
listrik yang digunakan semakin besar medan magnetik yang dihasilkan.

Gambar: penyimpangan magnet kompas


Arah medan magnetik di sekitar kawat penghantar lurus berarus listrik dapat

ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Jika arah ibu jari menunjukkan
arah arus listrik (I), maka arah keempat jari yang lain menunjukkan arah medan
magnetik (B). Kaidah tangan kanan ini juga dapat digunakan untuk menemukan
arah medan magnetik pada penghantar berbentuk lingkaran yang dialiri listrik.

Gambar: kaidah tangan kanan


Untuk mengetahui letak kutub utara dan kutub selatan yang terbentuk pada
kumparan berarus listrik, dapat dilakukan dengan cara:
Perhatikan arah listrik yang mengalir pada kumparan.
Ujung kumparan yang pertama kali mendapat arus listrik dijadikan sebagai
pedoman untuk menentukan letak kutub-kutub magnet.
Kemudian, genggam ujung kumparan yang pertama kali teraliri arus listrik
dengan posisi jari tangan kanan sesuai dengan letak kawan pada inti besi.

Apabila kawat itu berada di depan inti besi, letakkan telapak tangan menghadap
ke depan, kemudian genggam kumparan yang berinti besi.
Letak kutub utara magnet ditunjukkan oleh arah ibu jari, sedangkan arah
sebaliknya menunjukkan kutub selatan.
Jika kawat penghantar yang pertama kali teraliri arus listrik berada di belakang
inti besi, maka hadapkan telapak tangan ke belakang, kemudian genggam
kumparan kawat itu.
Dengan cara yang sama kita dapat juga menentukan letak kutub utara, dan kutub
selatan magnet.
Ternyata penghantar berarus listrik yang ditempatkan dalam medan magnet
juga mengalami gaya magnet. Hal ini ditemukan pertama kali oleh Hendrik
Antoon Lorentz. Gaya Lorentz terjadi apabila kawat penghantar berarus listrik
berada di dalam medan magnetik. Besar gaya Lorentz bergantung pada besar
medan magnetik, panjang penghantar, dan besar arus listrik yang mengalir
dalam kawat penghantar. Untuk arah aliran arus listrik tegak lurus terhadap arah
medan magnet, gaya Lorentz dapat dinyatakan dengan:
F=BxIxl
Keterangan:
F = gaya Lorentz pada kawat (N)
B = medan magnet (Tesla)
I = arus listrik (A)
l = panjang kawat (m)
Gaya Lorentz sudah banyak diterapkan dalam peralatan sehari-hari, antara lain:
C. Kumparan

PENGERTIAN KUMPARAN

Kumparan adalah sebuah gulungan kawat berisolator untuk di aliri arus listrik atau
suatu gulungan kawat diatas suatu inti. Kumparan merupakan ukuan bagi arus yang
dibawa oleh kumparan tersebut. Sebuah cermin yang dipasang pada kumparan
menyimpangkan seberkas cahaya dan menyebabkan sebuah bintik cahaya yang telah
diperkuat bergerak di atas skala pada suatu jarak dari instrument. Fek optiknya adalah
sebuah jarum penunjuk yang panjang tetapi massanya nol. Dengan demikian
penyimpangan kumparan merupakan ukuan bagi arus yang dibawa oleh kumparan
tersebut.

JENIS-JENIS KUMPARAN

Jenis jenis kumparan:


• Kumparan Primer .
Adalah bagian dari coil yang berupa lilitan kabel yang jumlah lilitannya lebih sedikit
daripada kumparan sekunder.

Ciri-ciri:
- Menciptakan medan magnet
- Penampang kawatnya besar
- Jumlah gulungan sedikit ( +/- 400 gulungan )
• Kumparan Sekunder.
Adalah bagian dari coil yang berupa lilitan kabel yang jumlah lilitannya lebih banyak
daripada kumparan primer.

Ciriciri:
- Merubah induksi menjadi tegangan tinggi
- Penampang kawat kecil
- Jumlah gulungan banyak ( +/- 30.000 gulungan)

Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah
lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:
PENGGUNAAN KUMPARAN

 TRAFO

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah
energy listrik satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu
gendeng magnet berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Kumparan transformator
adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan.Kumparan
tersebut terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang berisolasi baik terhadap inti
besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton dll.
Kumparan tersebut berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

PENAMPANG TRAFO
Prinsip kerja transformator:

Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik,


perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang
berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan
inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan
timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance).

Jenis – jeins trafo:


1. Step-Up

Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih


banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan
yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak
jauh.

2.Step-down

Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan


primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat
mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.

 IGNITION COIL

Pengertian:
Coil adalah sebuah kumparan elektomagnetik (transformator) yang terdiri dari sebuah
kabel tembaga terisolasi yang solid (kawat tembaga/email) dan inti besi yang terdiri atas
kumparan primer dan kumparan sekunder. Coil merupakan transformator step-up yang
berfungsi menaikan tegangan kecil 12 V dari kumparan primer menjadi tegangan tinggi
15.000 V pada kumparan sekunder.

Fungsi:

Ignition coil berfungsi merubah arus listrik 12 V yang diterima dari baterai menjadi
tegangan tinggi (10 KV atau lebih) untuk menghasilkan loncatan bunga api yang kuat
pada celah busi.Pada ignition coil,kumparan primer dan sekunder di gulung pada suatu
inti besi. Kumparan-kumparan ini akan menaikan tegangan yang deterima dari baterai
menjadi tegangan yang sangat tinggi dengan cara induksi panas.

Kontruksi:

Inti besi (core), yang dikelilingi oleh kumparan terbuat dari baja slicon tipis yang
digulung ketat. Kumparan sekunder terbuat dari kawat tembaga tipis yang digulung
15.000 sampai 30.000 kali lilitan pada inti besi, sedangkan kumparan primer terbuat dari
kawat tembaga relatif tebal yang digulung 150-300 kali lilitan mengelilingi kumparan
sekunder.

Cara kerja:

Cara kerja coil yang saya bahas berikut ini adalah pada rangkaian sistem pengapian
pada mobil menggunakan platina:

- Pada saat arus listrik mengalir ke terminal positif,maka lilitan primer akan dialiriarus
listrik.Hal ini akan menyebabkan kemagnetan pada lilitan primer.Arus listrik akan
mengalir darililitan primer menuju terminal negatif.

- Pada saat platina membuka maka hubungan antara terminal negatif ke massa akan
terputus.Arus listrik dari terminal positif tidak akan mengalir kelilitan primer .Hal ini
akan mengakibatkan kemagnetan pada lilitan primer menghilang.Dengan hilangnya
kemagnetan padalilitan primer ,maka timbulah induksipada lilitan sekunder.Dimana
lilitan sekunder akan menghasilkan listrik dengan tegangan yang sangat tinggi. Listrik
yang di hasilkan pada lilitan sekunder ini akan dialirkan ke terminal sekunder untuk
diteruskan ke kabeltegangan tinggi.

 PENGGUNAAN LAIN

Tergantung pada kebutuhan,yang banyak digunakan pada radio adalah inti ferrite. Coil
juga disebut inductora ,nilai induksinya dinyatakan dalambesaran henry [H].

Dalam pesawat radio coil digunakan untuk:

Sebagai kumparan redam

- Sebagai pengatur frekuensi

- Sebagai filter

- Sebagai alat kopel [penyambung]


D. Solenoida
Pengertian Solenoida (Solenoid) dan jenis-jenis Solenoida – Solenoida
atau Solenoid adalah perangkat elektromagnetik yang dapat mengubah energi
listrik menjadi energi gerakan. Energi gerakan yang dihasilkan oleh Solenoid
biasanya hanya gerakan mendorong (push) dan menarik (pull). Pada dasarnya,
Solenoid hanya terdiri dari sebuah kumparan listrik (electrical coil) yang dililitkan
di sekitar tabung silinder dengan aktuator ferro-magnetic atau sebuah Plunger
yang bebas bergerak “Masuk” dan “Keluar” dari bodi kumparan. Sebagai
informasi tambahan, yang dimaksud dengan Aktuator (actuator) adalah sebuah
peralatan mekanis yang dapat bergerak atau mengontrol suatu mekanisme.
Solenoid juga tergolong sebagai keluarga Transduser, yaitu perangkat yang dapat
mengubah suatu energi ke energi lainnya. Solenoid sering digunakan di aplikasi-
aplikasi seperti menggerakan dan mengoperasikan mekanisme robotik,
membuka dan menutup pintu dengan listrik, membuka dan menutup katup
(valve) dan sebagai sakelar listrik. Solenoida yang dapat membuka dan menutup
katup biasanya disebut dengan Solenoid Valve (Solenoida Katup).
Jenis-jenis Solenoida (Solenoid)
Solenoid pada umumnya tersedia dalam dua bentuk yaitu Solenoid Linier
atau sering dikenal dengan nama Linear ElectroMechanical Actuator (LEMA)
dan Solenoid Rotasi (Rotary Solenoid).

1. Solenoida Linier (Linear Solenoid)


Solenoida Linier adalah alat elektromagnetik atau elektromekanis yang
mengubah energi listrik menjadi sinyal magnetik atau energi gerakan
mekanis. Cara kerjanya sama dengan prinsip kerja Relay Elektromekanis yang
dapat dikendalikan dengan menggunakan Transistor, MOSFET dan komponen
elektronika lainnya.
Solenoid jenis ini disebut dengan Solenoid Linier karena plunger atau
aktuatornya bergerak secara linier. Solenoid Linier ini biasanya tersedia
dalam dua bentuk konfigurasi dasar yaitu Solenoid Linier tipe Tarik (Pull Type)
yang dapat menarik beban kearah dirinya apabila diberi arus listrik dan
Solenoida Linear tipe Dorong (Push Type) yang dapat mendorong beban
menjauhi dirinya apabila diberikan arus listrik secukupnya. Pada umumnya,
konstruksi dan struktur dasar Solenoid linier Tipe Tarik maupun tipe Dorong
adalah sama, perbedaannya hanya terletak di desain Plunger dan arah
pegasnya.
Cara Kerja Solenoida Linier
Ketika arus listrik diberikan ke Koil, koil tersebut akan menghasilkan medan
magnet, medan magnet tersebut akan menarik Plunger yang berada di dalam
koil masuk ke pusat koil dan merapatkan atau mengkompreskan pegas yang
terdapat di satu ujung Plunger tersebut. Gaya dan kecepatan Plunger
tergantung pada kekuatan Fluks magnetik yang dihasilkan oleh Koil.
Bila arus listrik dimatikan (OFF), medan elektromagnet yang dihasilkan
sebelumnya akan hilang sehingga energi yang tersimpan pada pegas yang
dikompres tersebut akan mendorong plunger keluar kembali ke posisi
semula.
Solenoid Linier ini sangat berguna dan banyak digunakan di aplikasi yang
memerlukan gerakan “Tutup” dan “Buka” atau “Keluar” dan “Masuk” seperti
pada kunci pintu yang dioperasikan secara elektronik, kontrol katup
pneumatik atau hidrolik, robotika, mesin otomotif dan pintu irigasi.
2. Solenoida Rotasi (Rotary Solenoid)
Kebanyakan Solenoida elektromagnetik yang kita temukan di pasaran adalah
perangkat linier yang menghasilkan gaya maju dan gaya mundur secara linier.
Namun ada juga Solenoida yang tersedia dalam bentuk Rotasi yang
digunakan untuk menghasilkan gerakan sudut atau gerakan putar (rotasi) dari
posisi netral ke posisi searah jarum jam ataupun posisi berlawanan arah
dengan jarum jam dengan sudut tertentu.
Solenoid jenis Rotasi ini dapat digunakan untuk mengantikan fungsi motor DC
kecil ataupun motor stepper yang sudut gerakannya sangat kecil.
Berdasarkan sudut gerakannya, Solenoid Rotasi biasanya tersedia dalam
sudut gerakan 25⁰, 35⁰, 45⁰, 60⁰ dan 90⁰. Ada juga yang tersedia dalam
bentuk gerakan yang dapat menuju ke sudut tertentu kemudian kembali lagi
ke posisi awal (posisi nol), contohnya dari posisi 0 ke 90⁰ kemudian kembali
lagi ke posisi 0.
Cara Kerja Solenoida Rotasi
Solenoid Rotasi dapat menghasilkan gerakan rotasi ketika diberikan energi
atau arus listrik ataupun pada saat berubah polaritas medan
elektromagnetik. Solenoid Rotasi terdiri dari gulungan listrik yang dililitkan di
sekitar rangka baja dengan disk magnetik yang terhubung ke poros output
yang berada di atas koil.
Pada saat diberikan arus listrik, medan elektromagnetik menghasilkan kutub-
kutub utara dan kutub-kutub selatan yang menolak kutub magnet permanen
yang berdekatan sehingga menyebabkannya berputar pada sudut yang
ditentukan oleh konstruksi mekanis Solenoid Rotasi itu sendiri.
Solenoid Rotasi ini umumnya diaplikasikan printer dot matriks, mesin-mesin
otomotif dan peralatan-peralatan otomatis
D. Toroida
Solenoida panjang yang dilengkungkan sehingga berbentuk lingkaran dinamakan
toroida, seperti yang terlihat pada Gambar berikut:

Toroida

Induksi magnetik tetap berada di dalam toroida, dan besarnya dapat diketahui
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Perbandingan antara jumlah lilitan N dan keliling lingkaran 2πa merupakan


jumlah lilitan per satuan panjang n, sehingga diperoleh:

B = μ0 .I.n
3. GGL Induuksi
A
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
A. Kesimpulan
· Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak
hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak
baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang
serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta
dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-
gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.
· Tujuan berbicara dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:
(1) menghibur,
(2) menginformasikan,
(3) menstimulasi,
(4) meyakinkan, dan
5) menggerakkan.
Saran
Untuk para pembaca yang membaca karya tulis ini, dimohon mengajukan kritik
dan saran kepada penulis demi peningkatan karya tulis yang penulis buat
kedepannya, semoga karya tulis ini bermanfaat.

Daftar Pustaka
https://contohsoal.co.id/medan-listrik/
http://blog.ub.ac.id/hamu/2013/10/23/distribusi-muatan-pada-medan-elektrostatis-
rev/

https://www.pelajaran.co.id/2018/21/pengertian-jenis-sifat-rumus-dan-contoh-soal-
muatan-listrik.html

https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Medan-
Magnetik-2015/konten5.html

https://artikelnesia.com/2012/09/18/medan-magnet-di-sekitar-kawat-berarus-listrik/

http://uzlivatuljanah018.blogspot.com/2013/05/makalah-kumparan.html

https://teknikelektronika.com/pengertian-solenoida-cara-kerja-jenis-solenoid/

https://sainsmini.blogspot.com/2015/10/induksi-magnetik-pada-sumbu-solenoida.html

Anda mungkin juga menyukai