Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

ANALISIS VEKTOR

DISUSUN OLEH:

Kelompok V

DETRI GUSVIRA 17140401012

ELDA MIRANDA 1714040025

GUSLIZA LESTARI 1714040042

DOSEN PEMBIMBING:

Juli Afriadi, M. Pd

TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

TP. 1441 H / 2020M


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunianya lah kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalh ini dengan baik dan benar, serta dapat diselesaikan
pada waktunya.

Kemudian ucapan terima kasih yang tak lupa kami berikan kepada semua pihak atas
partisipasinya dalam pembuatan makalah ini. Selanjutnya penulis tidak perna bosan – bosannya
meminta sedikit kritik dan saran yang membangun bagi penulis, agar penulisan makalah ini lebih
baik di masa yang akan datang, akhirnkata penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada
pembaca sekalian.

Padang,24 Maret 2020

penulis
DIFERENSIASI VEKTOR

A. Turunan Biasa Dari Vektor


Misalkan R (u) sebuah vektor yang bergantung pada sebuah variabel skalar tunggal

△ R R (u+ △ u ) −R (u)
u. Maka = dimana △ u menunjukkan suatu pertambahan dalam
△u △u
u.
Turunan biasa dari vektor R (u) terhadap skalar u diberikan oleh

dR R ( u+ △ u )−R (u)
= lim njika limitnya ada.
du △u → 0 △u

dR
Karena adalah sebuah vektor yang bergantung pada u, kita dapat meninjau
du

d2 R
turunannya terhadap u. Jika turunan ini ada, ia dinyatakan oleh dengan cara yang
d u2
sama dibahas turunan dengan orde lebih tinggi.

B. Kurva-Kurva Ruang
Bila R (u) adalah vektor kedudukan r (u) yang menghubungkan titik asal O dari
suatu sistem koordinat dan sebarang titik (x, y, z), maka
r ( u )=x ( u ) 1+ y ( u ) j+ z (u ) k
dan spesifikasi fungsi vektor r (u) mendefinisikan x, y dan z sebagai fungsi-fungsi
dari u. Bila u berubah, titik terminal r menggambarkan sebuah kurva ruang yang
memiliki persamaan-persamaan parameter
x=x (u ) , y= y ( u ) , z=z (u)

△ r r ( u+△ u ) −r (u )
Maka = adalah sebuah vektor yang searah dengan △ r .
△u △u
△ r dr
Jika lim = ada, maka limitnya akan berupa sebuah vektor yang searah
△ u→0 △ u du
dengan arah garis singgungnya pada kurva ruang di (x, y, z) dan diberikan oleh

dr dx dy dz
= 1+ j+ k
du du du du

dr
Bila u adalah waktu t, maka menyatakan kecepatan V yang mana dengannya
du

dv d 2 r
titik terminal dari r menggambarkan kurvanya. Dengan cara yang sama =
dt dt2
menyatakan percepatan a sepanjang kurva.

C. Kontinuitas dan Diferensiabilitas

Sebuah fungsi skalar ϕ (u) disebut kontinu di u jika △lim ϕ ( u+ △ u )=ϕ (u)
u→0

Ekivalen dengan ini, ϕ (u) kontinu di u jika setiap bilangan positif ∈ kita dapat
memperoleh bilangan positif δ sehingga
|ϕ ( u+ △ u )−ϕ(u)|<∈ apabila |△ u|<δ.
Sebuah fungsi vektor R (u) = R1 ( u ) i+ R2 ( u ) j+ R3 (u ) k disebut kontinu di u
jika ketiga fungsi skalar R1 ( u ), R2 ( u ) dan R3 ( u ) kontinu di u atau jika

lim R (u +△ u ) =R(u) Ekivalen dengan ini, R (u) kontinu di u jika untuk setiap
△ u→0

bilangan positif ∈ kita dapat memperoleh bilangan positif δ sehingga

|R ( u+ △ u )−R(u)|<∈ apabila |△ u|<δ.

Sebuah fungsi vektor atau skalar dari u disebut diferensiabel berorde n


jika turunan ke n nya ada. Sebuah fungsi yang diferensiabel haruslah kontinu
tetapi sebaliknya tidak berlaku. Bila tidak ada pernyataan lainnya, maka kita
menganggap bahwa semua fungsi yang ditinjau adalah diferensiabel hingga orde
yang diperlukan dalam pembahasan.

D. Rumus Diferensial
Jika A, B, C adalah fungsi – fungsi vektor dari sebuah scalar u yang
diferensiabel dan ∅ sebuah fungsi scalar dari u yang diferensiabel, maka

d dA dB
1. ( A+ B ) = +
du du du
d dB dA
2. ( A.B) = A . + .B
du du du
d dB dA
3. ( A x B) = A x + xB
du du du
d dA d ∅
4. ( ∅ A )=∅ + xA
du du du
d dC dA
5. ( A . B x C) = A . B x +A. . BxC
du du du
d dC dA
6. { ( A x(B x C ) ) }= A x (B x ¿+ A x ¿ x C) + x (B x C)
du du du

E. Turunan Parsial dari Vektor-Vektor

Jika A adalah sebuah vektor yang bergantung pada lebih dari pada
satu variabel scalar, katakana x, y, z misalnya, maka kita tuliskan A = A( x, y,
z). turunan parsial dari A terhadap x didefenisikan sebagai

∂A A ( x + ∆ x , y , z )− A( x , y , z )
= lim
∂ x ∆ x→ 0 ∆x

Jika limitnya ada begitu pula,

∂A A ( x , y + ∆ y , z )− A( x , y , z )
= lim
∂ y ∆ y→0 ∆y

∂A A ( x , y , z + ∆ z ) −A ( x , y , z)
= lim
∂ z ∆ z →0 ∆z

Adalah masing – masing turunan parsial dari A terhadap y dan z jika


limitnya ada.
Pernyataan kontinuitas dan diferensiabilitas untuk fungsi – fungsi dari
satu variabel dapat diperluas bagi fungsi – fungsi dari dua atau lebih variabel.
Misalnya, ∅ ( x , y) dikatakan kontinu di (x, y) jika

lim ∅ ( x + ∆ x , y +∆ y )=∅ ( x , y ) ,
∆ x →0 atau bila untuk setiap bilangan positif ϵ kita
∆ y→ 0

dapat menemukan bilangan positif


δ sehingga│ ∅ ( x + ∆ x , y+ ∆ y )−∅ ( x , y ) │< ϵ apabila|∆ x|<δ dan|∆ y|< δ . defenisi
yang sama berlaku pula untuk fungsi – fungsi vektor.

Untuk fungsi – fungsi dari dua atau lebih variabel kita pergunakan
istilah diferensiabel dengan pengertian bahwa fungsinya memiliki turunan –
turunan parsial pertama yang kontinu. (istilah ini dipergunakan oleh yang
lainnya dalam pengertian yang agak lebih lunak).

Turunan – turunan yang lebih tinggi dapat didefenisikan seperti dalam


kalkulus. Jadi, misalnya,

∂2 A ∂ ∂ A ∂2 A ∂ ∂ A ∂2 A ∂ ∂A
∂x 2
= ( )
, 2
= , 2 =
∂x ∂x ∂ y ∂ y ∂ y ∂z
(( )
∂z ∂ z
)

∂2 A ∂ ∂A ∂2 A ∂ ∂A ∂2 A ∂ ∂2 A
= ( )
, = , ( )
= (
∂ x ∂ y ∂ x ∂ y ∂ y ∂ x ∂ y ∂ x ∂ x ∂ z2 ∂ x ∂ z2
)

Jika A memiliki sekurang – kurangnya turunan – turunan parsial orde

∂2 A ∂2 A
kedua yang kontinu, maka = , yakni urutan diferensiasinya
∂x ∂ y ∂ y∂ x
tidaklah menjadi persoalan.

Aturan – aturan untuk turunan parsial dari vektor – vektor mirip dengan
yang digunakan dalam kalkulus elementer dari fungsi – fungsi scalar. Jadi jika A
dan B adalah fungsi – fungsi dari x, y, z maka, misalnya,

∂ ∂B ∂ A
1. ( A . B) = A . + .B
∂x ∂ x ∂x
∂ ∂B ∂ A
2. (A xB) = A x + xB
∂x ∂ x ∂x
∂2 ( ∂ ∂ ( ∂ ∂B ∂ ∂ A
3.
∂ y∂ x
A . B )= {
∂y ∂x
A . B) = }
∂y
{A. + ,
∂X ∂ y ∂x
. B}

∂2 B ∂ A ∂ B ∂ A . ∂ B ∂2 A
¿ A. + . + + . B, dan seterusnya
∂ y∂x ∂ y ∂x ∂x ∂ y ∂ y∂ x
F.DIFERENSIAL DARI VEKTOR – VEKTOR

Mengikuti aturan – aturan yang mirip dengan yang dari kalkulus


elementer misalnya,

1. Jika A = A1 i+ A 2 j+ A 3 k ,maka dA=d A 1 i+d A2 j+d A 3 k


2. d(A . B) = A . dB + dA . B
3. d(A x B) = A x dB + dA x B
∂A ∂A ∂A
4. jika A = A (x, y, z), maka dA = dx + dy + dz, dst
∂x ∂y ∂z

GEOMETRI DIFERENSIAL

Bila c adalah sebuah kurva ruang yang didefinisikan oleh kurva r (u)

dr
maka telah dilihat bahwa adalah sebuah vektor yang searah dengan garis
du
singgung pada C. jika sklara u diambil sebagai panjang busur s yang diukur dari

dr
suatu titik pada C maka adalah sebuah vektor singgung satuan pada c dan
ds
dinyatakan dengan T. Laju perubahan terhadap s adalah ukuran dari

dT dT
kelengkungan c dan diberikan oleh arah dari pada sebarang titik pada C
ds ds
adalah normal terhadap kurva pada titik tersebut
Jika nadalah sebuah vektor satuan dalam arah normal ini maka disebut

dT
normal utama pada kurva. Jadi =kN dimana k disebut kelengkungan dari c
ds

1
pada titik yang dispesifikasikan. Besaran p= disebut jejari kelengkungan.
k

Vektor satuan B yang tegak lurus pada bidang dari T dan N dan
sedemikian rupa sehingga B=T × N disebut binormal terhadap kurva. Dari sini
diperoleh bahwa T,N,B membentuk sebuah sistem koordinat tegak lurus tangan
kanan lokal pada sebarang titik dari C . sistem koordinat ini disebut trihedral
pada titik yang ditinjau. Bila s berubah, maka sistem koordinatnya bergerak
dan dikenal sebagai trihedral bergerak.

Himpunan relasi- relasi yang mengandung turunan-turunan dari vektor-


vektor fundamental T,N dan B secara kolektif dikenal sebagai rumus frenet-

dT dN dB
serret yang diberikan oleh =kN , =TB−kT , =−TN
ds ds ds

1
Dimana radalah sebuah scalar yang disebut torsi. Besaran σ = disebut
t
jejari torsi.

MEKANIKA

Menyangkut studi terhadap gerak partikel sepanjang kurva-kurva, studi ini


dikenal sebagai kinematika. Dalam hubungan ini beberapa hasil dari geometri
diferensial dapat mempunyai arti. Studi terhadap gaya-gaya pada objek-objek yang
bergerak ditinjau dalam dinamika . yang mendasar dalam studi ini adalah hukum
newton yang terkenal yang menyatakan bahwa jika F adalah gaya total yang bekerja

d
pada sebuah objek bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v maka F= (mv)
dt
dimana mvadalah momentum dari objek. Jika M konstan, maka rumus ini menjadi

dv
F=m =ma dimana a adalah percepatan dari objek.
dt

DAFTAR PUSTAKA
Hans, J wospakrik. 1999. Analysis vektor. Jakarta: Erlangga

Kusumastuti, ari. 2008. Analiysis vektor. Uin malang Press

Anda mungkin juga menyukai