ANALISIS VEKTOR
DISUSUN OLEH:
Kelompok V
DOSEN PEMBIMBING:
Juli Afriadi, M. Pd
TADRIS MATEMATIKA
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunianya lah kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalh ini dengan baik dan benar, serta dapat diselesaikan
pada waktunya.
Kemudian ucapan terima kasih yang tak lupa kami berikan kepada semua pihak atas
partisipasinya dalam pembuatan makalah ini. Selanjutnya penulis tidak perna bosan – bosannya
meminta sedikit kritik dan saran yang membangun bagi penulis, agar penulisan makalah ini lebih
baik di masa yang akan datang, akhirnkata penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada
pembaca sekalian.
penulis
DIFERENSIASI VEKTOR
△ R R (u+ △ u ) −R (u)
u. Maka = dimana △ u menunjukkan suatu pertambahan dalam
△u △u
u.
Turunan biasa dari vektor R (u) terhadap skalar u diberikan oleh
dR R ( u+ △ u )−R (u)
= lim njika limitnya ada.
du △u → 0 △u
dR
Karena adalah sebuah vektor yang bergantung pada u, kita dapat meninjau
du
d2 R
turunannya terhadap u. Jika turunan ini ada, ia dinyatakan oleh dengan cara yang
d u2
sama dibahas turunan dengan orde lebih tinggi.
B. Kurva-Kurva Ruang
Bila R (u) adalah vektor kedudukan r (u) yang menghubungkan titik asal O dari
suatu sistem koordinat dan sebarang titik (x, y, z), maka
r ( u )=x ( u ) 1+ y ( u ) j+ z (u ) k
dan spesifikasi fungsi vektor r (u) mendefinisikan x, y dan z sebagai fungsi-fungsi
dari u. Bila u berubah, titik terminal r menggambarkan sebuah kurva ruang yang
memiliki persamaan-persamaan parameter
x=x (u ) , y= y ( u ) , z=z (u)
△ r r ( u+△ u ) −r (u )
Maka = adalah sebuah vektor yang searah dengan △ r .
△u △u
△ r dr
Jika lim = ada, maka limitnya akan berupa sebuah vektor yang searah
△ u→0 △ u du
dengan arah garis singgungnya pada kurva ruang di (x, y, z) dan diberikan oleh
dr dx dy dz
= 1+ j+ k
du du du du
dr
Bila u adalah waktu t, maka menyatakan kecepatan V yang mana dengannya
du
dv d 2 r
titik terminal dari r menggambarkan kurvanya. Dengan cara yang sama =
dt dt2
menyatakan percepatan a sepanjang kurva.
Sebuah fungsi skalar ϕ (u) disebut kontinu di u jika △lim ϕ ( u+ △ u )=ϕ (u)
u→0
Ekivalen dengan ini, ϕ (u) kontinu di u jika setiap bilangan positif ∈ kita dapat
memperoleh bilangan positif δ sehingga
|ϕ ( u+ △ u )−ϕ(u)|<∈ apabila |△ u|<δ.
Sebuah fungsi vektor R (u) = R1 ( u ) i+ R2 ( u ) j+ R3 (u ) k disebut kontinu di u
jika ketiga fungsi skalar R1 ( u ), R2 ( u ) dan R3 ( u ) kontinu di u atau jika
lim R (u +△ u ) =R(u) Ekivalen dengan ini, R (u) kontinu di u jika untuk setiap
△ u→0
D. Rumus Diferensial
Jika A, B, C adalah fungsi – fungsi vektor dari sebuah scalar u yang
diferensiabel dan ∅ sebuah fungsi scalar dari u yang diferensiabel, maka
d dA dB
1. ( A+ B ) = +
du du du
d dB dA
2. ( A.B) = A . + .B
du du du
d dB dA
3. ( A x B) = A x + xB
du du du
d dA d ∅
4. ( ∅ A )=∅ + xA
du du du
d dC dA
5. ( A . B x C) = A . B x +A. . BxC
du du du
d dC dA
6. { ( A x(B x C ) ) }= A x (B x ¿+ A x ¿ x C) + x (B x C)
du du du
Jika A adalah sebuah vektor yang bergantung pada lebih dari pada
satu variabel scalar, katakana x, y, z misalnya, maka kita tuliskan A = A( x, y,
z). turunan parsial dari A terhadap x didefenisikan sebagai
∂A A ( x + ∆ x , y , z )− A( x , y , z )
= lim
∂ x ∆ x→ 0 ∆x
∂A A ( x , y + ∆ y , z )− A( x , y , z )
= lim
∂ y ∆ y→0 ∆y
∂A A ( x , y , z + ∆ z ) −A ( x , y , z)
= lim
∂ z ∆ z →0 ∆z
lim ∅ ( x + ∆ x , y +∆ y )=∅ ( x , y ) ,
∆ x →0 atau bila untuk setiap bilangan positif ϵ kita
∆ y→ 0
Untuk fungsi – fungsi dari dua atau lebih variabel kita pergunakan
istilah diferensiabel dengan pengertian bahwa fungsinya memiliki turunan –
turunan parsial pertama yang kontinu. (istilah ini dipergunakan oleh yang
lainnya dalam pengertian yang agak lebih lunak).
∂2 A ∂ ∂ A ∂2 A ∂ ∂ A ∂2 A ∂ ∂A
∂x 2
= ( )
, 2
= , 2 =
∂x ∂x ∂ y ∂ y ∂ y ∂z
(( )
∂z ∂ z
)
∂2 A ∂ ∂A ∂2 A ∂ ∂A ∂2 A ∂ ∂2 A
= ( )
, = , ( )
= (
∂ x ∂ y ∂ x ∂ y ∂ y ∂ x ∂ y ∂ x ∂ x ∂ z2 ∂ x ∂ z2
)
∂2 A ∂2 A
kedua yang kontinu, maka = , yakni urutan diferensiasinya
∂x ∂ y ∂ y∂ x
tidaklah menjadi persoalan.
Aturan – aturan untuk turunan parsial dari vektor – vektor mirip dengan
yang digunakan dalam kalkulus elementer dari fungsi – fungsi scalar. Jadi jika A
dan B adalah fungsi – fungsi dari x, y, z maka, misalnya,
∂ ∂B ∂ A
1. ( A . B) = A . + .B
∂x ∂ x ∂x
∂ ∂B ∂ A
2. (A xB) = A x + xB
∂x ∂ x ∂x
∂2 ( ∂ ∂ ( ∂ ∂B ∂ ∂ A
3.
∂ y∂ x
A . B )= {
∂y ∂x
A . B) = }
∂y
{A. + ,
∂X ∂ y ∂x
. B}
∂2 B ∂ A ∂ B ∂ A . ∂ B ∂2 A
¿ A. + . + + . B, dan seterusnya
∂ y∂x ∂ y ∂x ∂x ∂ y ∂ y∂ x
F.DIFERENSIAL DARI VEKTOR – VEKTOR
GEOMETRI DIFERENSIAL
Bila c adalah sebuah kurva ruang yang didefinisikan oleh kurva r (u)
dr
maka telah dilihat bahwa adalah sebuah vektor yang searah dengan garis
du
singgung pada C. jika sklara u diambil sebagai panjang busur s yang diukur dari
dr
suatu titik pada C maka adalah sebuah vektor singgung satuan pada c dan
ds
dinyatakan dengan T. Laju perubahan terhadap s adalah ukuran dari
dT dT
kelengkungan c dan diberikan oleh arah dari pada sebarang titik pada C
ds ds
adalah normal terhadap kurva pada titik tersebut
Jika nadalah sebuah vektor satuan dalam arah normal ini maka disebut
dT
normal utama pada kurva. Jadi =kN dimana k disebut kelengkungan dari c
ds
1
pada titik yang dispesifikasikan. Besaran p= disebut jejari kelengkungan.
k
Vektor satuan B yang tegak lurus pada bidang dari T dan N dan
sedemikian rupa sehingga B=T × N disebut binormal terhadap kurva. Dari sini
diperoleh bahwa T,N,B membentuk sebuah sistem koordinat tegak lurus tangan
kanan lokal pada sebarang titik dari C . sistem koordinat ini disebut trihedral
pada titik yang ditinjau. Bila s berubah, maka sistem koordinatnya bergerak
dan dikenal sebagai trihedral bergerak.
dT dN dB
serret yang diberikan oleh =kN , =TB−kT , =−TN
ds ds ds
1
Dimana radalah sebuah scalar yang disebut torsi. Besaran σ = disebut
t
jejari torsi.
MEKANIKA
d
pada sebuah objek bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v maka F= (mv)
dt
dimana mvadalah momentum dari objek. Jika M konstan, maka rumus ini menjadi
dv
F=m =ma dimana a adalah percepatan dari objek.
dt
DAFTAR PUSTAKA
Hans, J wospakrik. 1999. Analysis vektor. Jakarta: Erlangga