Anda di halaman 1dari 10

ALJABAR LINEAR

RUANG VEKTOR, RUANG VEKTOR UMUM DAN SUBRUANG

OLEH :

DWI CHANDRA PUSPITA APSARI 1713011073/4C(3D)

ROSSA RATNA HAPSARI DEWI 1813011002/3D

PANDE NYOMAN AWIK WIDANA JAYA 1813011032/3D

NI PUTU NINA INDRIANA DEWI 1813011051/3D

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
A. RUANG VEKTOR-N EUCLIDES
Konsep generalisasi dari vektor R2 atau R3 dikembangkan pada subbab ini. Seperti yang
telah diketahui, sebuah vektor di R2 dinyatakan oleh sepasng bilangan berurut u = (u1, u2),
begitu juga vector di R3 dinyatakan tiga bilangan berurut u = (u1, u2, u3). Permasalahan
mulai timbul setelah R3 yaitu apakah perlu konsep vector dikembangkan R 4, dan
bagaimana visualisasinya? Jawabnya tentu perlu dikembangkan ke R4, R5, bahkan sampai
Rn. Hal ini dapat dilihat pada system persamaan linier yang telah dibicarakan pada subbab
sebelumnya yang ternyata permasalahan vector bukan hanya sampai R3 melainkan sampai
Rn. Masalah visualisasi tidak dapat dilaksanakan karena dunia ini hanya disusun oleh
konsep tiga dimensi.

Definisi : Sebuah vector di Rn dinyatakan oleh n bilangan terurut yaitu u = (u1, u2, …, un).

Pada R2 dan R3 sebuah urutan bilangan diatas ada maknanya yaitu sebagai titik atau
sebagai vector. Dalam Rn keduanya dianggap sama sehingga Rn merupakan generalisasi
titik sekaligus generasisasi vector.

Definisi : Vektor nol ialah vector yang semua entrinya nol, ditulis o = (0,0,0,..0).

Misalkan u, v ∈ Rn, dua vector disebut sama, atau u = v, jika dan hanya jika u1 = v1, u2 =
v2, …, un = vn {semua entri yang seletak sama}.

1. Operasi – operasi pada Vektor di Rn


a. Penjumlahan
Misalkan u, v ∈ Rn, didefinisikan
u + v = ( u1 + v1, u2 + v2, …., un + vn) {entri yang seletak
dijumlahkan}
Contoh :
Diketahui u = (2, -1, 9, 3, 4), v = (1, -2, 3, -2, 1, 0), w = ( 5, -8, 2, 3, 4, 5).
Hitunglah : (a). u + v
(b). u + w
Penyelesaian :
(a). u + v = tidak terdefinisi karena u ∈ R5 sedangkan v ∈ R6
(b). v + w = (1 +5, (-2) + (-8), 3 + 2, (-2) + 3, 1 + 4, 0 + 5)
2
= (6, -10, 5, 1, 5, 5)

b. Perkalian dengan Skalar


Misalkan u ∈ Rn , skalar, didefinisikan
ku = (ku1, ku2, …., kun) {setiap entri dikalikan dengan skalar}
Contoh :
Jika diketahui u = (2, -1, 9, 3,4). Hitunglah -3u
Penyelesaian :
-3u = -3(2, -1, 9, 3, 4)
= (-6, 3, -27, -9,-12)

Dari didefinisikannya perkalian dengan scalar, kita memproleh operasi


pengurangan, yaitu :
u – v = u + (-v)
= u + (-1) v
Sifat – sifat Penjumlahan dan Perkalian dengan Skalar
Misalkan u, v, w ∈ Rn, k, 1 scalar, dalam hal ini berlaku
a. u + v = v + u { komutatif }
b. (u + v) + w = u + (v + w) { asosiatif }
c. u + o = o + u = u { anggota identitas }
d. u + (-u) = (-u) + u = o { invers anggota }
e. k(u + v) = ku + kv { distributive terhadap scalar }
f. (k + l)u = ku + lu { distributive terhsdsp skalar }
g. (kl)u = k (lu) { asosiatif perkalian dengan
scalar}
h. 1 . u = u { perkalian dengan scalar 1 }

Kedelapan sifat diatas nantinya akan diambil sebagai sebuah kebenaran (aksioma)
dan ditambah dengan dua aksioma ketertutupan yang dipakai untuk
mendefinisikan ruang vector.

c. Hasil – kali Titik (Hasil – kali dalam Euclides)


Misalkan u, v ∈ Rn, didefinisikan

3
u . v = u1v1 + u2v2 + ….. + unvn {jumlah dari semua hasil-kali entri yang
seletak}
Contoh :
Jika diketahui u = (2, -1, 9, 3, 4), v = (1, -2, 3, -2, 1, 0), w = (5, -8, 2, 3, 4, 5).
Hitunglah : (a). u . v
(b). v . w

Penyelesaian :
(a). u . v = tidak terdefinisi, karena u ∈ R5, sedangkan v ∈ R6
(b). v. w = 1.5 + (-2).(-8), 3.2, (-2).3, 1.4, 0.5
= 5 + 16 + 6 – 6 + 4 + 0
= 25
Sifat – sifat Hasil-kali Titik.
Misalkan u, v, w ∈ Rn, k adalah scalar, dalam hal ini berlaku
a. u . v = v . u { komunikatif }
b. u . (v + w) = u . v + u . w { distributive }
c. k(u . v) = (ku) . v = u . (kv) { kehomogenan }
d. u . u > 0, jika u≠o , dan u . u = 0, jika u = o { kepositifan }
Keempat sifat diatas nantinya akan diambil sebagai kebenaran (aksioma) untuk
membentuk definisi Hasil-kali dalam.

d. Norm/Besar/Panjang Vektor
Dari sifat hasil-kali titik bagian (d) diatas, dijamin bahwa hasil-kali titik diatas
antara vector dengan vector itu sendiri tak –negatif yang oleh karena itu dapat
digunakan untuk mendefinisikan norm atau panjang vector. Misalkan u ∈ Rn
didefinisikan
|| u || = (u . u)1/2 { akar dari hasil-kali titik dengan dirinya sendiri }
Contoh :
Jika diketahui u = (2, -4, 9, -2, 4). Hitunglah norm atau panjang vector ini!

Penyelesaian :
Panjang vector ini dapat diperoleh dari :
|| u || = ( 2 . 2 + (-4) . (-4) + 9 . 9 + (-2) . (-2)+ 4 . 4)1/2

4
= (4 + 16 + 81 + 4 + 16)1/2
= (121)1/2
= 11
e. Sudut antara Dua Vektor
Secara geometris kita tak mampu memvisualisasikan vector Rn. Oleh kaena itu
sudut diantara dua vector pun bukanlah sudut dalam makna yang dapat
divisulisasikan seperti itu, melainkan sudut dalam makna gagasan saja.

Misalkan u, v Rn. Didefinisikan sudut diantara dua vector u dan vector v,

dinyatakan sebagai kosinusnya.

, jika u≠o , dan v≠o

Contoh :
Jika diketahui u = (2, -1, 9, 3, 4) dan v = (1, -2, 3, -2, 1). Hitunglah cosinus sudut
yang dibentuk oleh kedua vector tersebut.

Penyelesaian :

f. Jarak antara Dua Vektor


Hasil lain dari sifat hasil-kali titik pada bagian (d) sebelum ini dapat

digunakan mendefinisikan jarak antara dua vector. Misalkan u, v Rn

didefiisikan :
d(u, v) = ||u – v||

5
= ((u - v) . (u - v))1/2 {norm dari u dikurangi v}

Contoh :
Jika diketahui u = (2, -4, 9, -2, 4) dan v = (1, -2, 0, 2, 3). Hitunglah jarak
kedua vector ini!

Penyelesaian :
d(u, v) = ||u – v|| = (2-1, (-4)-(-2), 9-0, (-2)-2, 4-3)
= (1, -2, 9, -4, 1)
= ((u - v) . (u - v))1/2
= (1 . 1 + (-2) . (-2) + 9 .9 + (-4) . (-4) + 1 .1)1/2
= (1 + 4 + 81 + 16 + 1)1/2
= (103)1/2
= 10,15
Himpunan semua vector di Rn yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan,
perkalian dengan scalar, dan hasil-hasil titik yang telah didefinisikan diatas
disebut ruang n Euclides.

2. Proyeksi Ortogonal

Misalkan u, v Rn, proyeksi orthogonal u pada v adalah

proyvu

dan komponen u yang orthogonal pada v = u - proyvu.

B. RUANG VEKTOR REAL


Definisi : Misalkan V sebarang himpunan benda yang dua operasinya kita definisikan,
yakni penambahan dan perkalian dengan skalar (bilangan riil) . u + v disebut jumlah, V
sebagai ruang vektor, k dan l adalah skalar.

Aksioma-Aksioma Sebagai berikut:

1. Jika u dan v adalah objek-objek pada V, maka u + v berada pada V.


2. u + v = v + u

6
3. u + (v + w) = (u + v) + w
4. Terdapat suatu objek 0 di V, disebut vektor nol sehingga 0 + u = u + 0 = u untuk
semua u di V.
5. Untuk setiap u di V, terdapat suatu objek -u di V, disebut negatif u, sehingga u + (-u)
= (-u) + u = 0
6. Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang objek di V, maka ku terdapat di
V.
7. k(u + v) = ku + kv
8. (k + l)u = ku + lu
9. k(lu) = (kl)(u)
10. lu = u

Teorema

Misalkan V adalah sebuah ruang vector, u sebuah vector pada V, dan k sebuah skalar,
maka:

a. 0u = 0
b. K0 = 0
c. (-1)u = -u
d. Jika ku = 0, maka k = 0 atau u = 0

C. SUBRUANG

Definisi. Subhimpunan W dari sebuah ruang vektor V dinamankan subruang (subspace)


V jika W itu sendiri adalah ruang vektor di bawah penambahan dari perkalian skalar yang
didefinisikan pada V.
Umumnya, kita harus membuktikan kesepuluh aksioma ruang vektor tersebut untuk
memperlihatkan bahwa himpunan W dengan penambahan dan perkalian skalar membentuk
sebuah ruang vektor. Akan tetapi, jika W adalah bagian dari himpunan V yang lebih besar,
yang kita kenal sebagai ruang vektor, aksioma-aksioma tertentu tidak perlu dibuktikan untuk
W karena aksioma-aksioma tersebut “diwarisi” dari V. Misalnya, tidak perlu memeriksa
bahwa u + v = v + u (Aksioma 2) untuk W karena ini berlaku untuk semua vektor pada vektor
V dan sebagai konsekuensinya akan berlaku juga untuk semua vektor pada W. Aksioma-
aksioma lain yang diwarisi oleh W dan V adalah: aksioma 3, 7, 9 dan 10. Jadi, untuk
memperlihatkan bahwa himpunan W adalah subruang dari ruang vektor V, kita hanya perlu
membuktikan Aksioma 1, 4, 5, dan 6. Teorema berikut memperlihatkan bahwa Aksioma 4
dan 5 pun dapat dihilangkan.

7
Teorema 4.2. Jika W adalah himpunan dari satu atau lebih vektor dari sebuah ruang
vektor V, maka W adalah subruang dari V jika dan hanya jika kondisi-kondisi berikut berlaku.

(a) Jika u dan v adalah vektor-vektor pada W, maka u + v terletak di W.


(b) Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang vektor pada W, maka ku berada di
W.

[Kondisi-kondisi (a) dan (b) sering kita jelaskan dengan menyatakan bahwa W tertutup di
bawah penambahan dan tertutup di bawah perkalian skalar]

Bukti. Jika W adalah subruang dari V, maka semua aksioma ruang vektor terpenuhi;
khususnya aksioma 1 dan aksioma 6 berlaku. Tetapi dalam hal ini persis merupakan kondisi
(a) dan kondisi (b).
Sebaliknya, anggaplah kondisi (a) dan kondisi (b) berlaku. Karena kondisi-kondisi ini
adalah Aksioma 1 dan Aksioma 6 untuk ruang vektor, maka kita hanya perlu memperlihatkan
bahwa W memenuhi ke delapan aksioma selebihnya Aksioma 2, 3, 7, 8, 9 dan 10 secara
otomatis dipenuhi vektor-vektor pada W karena aksioma-aksioma tersebut dipenuhi oleh
semua vektor pada V. Maka, untuk melengkapi bukti tersebut, kita hanya perlu membuktikan
bahwa Aksioma 4 dan Aksioma 5 dipenuhi oleh W.
Misalkan u sebarang vektor pada W. Menurut kondisi (b), maka ku berada di W untuk
setiap skalar k. Dengan membuat k = 0, maka jelaslah bahwa 0u = 0 berada di W, dan dengan
membuat k = -1, maka jelaslah bahwa (-1)u = -u berada di W.
Setiap ruang vektor pada V mempunyai paling sedikit dua subruang. V sendiri adalah
subruang, dan himpunan {0} yang terdiri dari vektor nol saja pada V yang merupakan sebuah
subruang yang kita namakan subruang nol (zero subspace).
Contoh
Ruang vektor V=

Misalkan U terdiri dari seluruh vektor di dalam yang entri-entrinya sama; dalam hal ini,
U ={(a, b, c) : a = b = c}
Sebagai contoh, (1, 1, 1), ( , dan ( adalah vektor-vektor di
dalam U.
Secara geometris, U adalah garis yang melalui titik asal O dan titik (1, 1, 1). Jelaslah bahwa
0= (0, 0, 0) adalah bagian dari U, karena seluruh entri di dalam 0 adalah sama. Di samping
itu, anggaplah u dan v adalah sebarang vektor di dalam U, katakanlah u = (a, a, a) dan v = (b,
b, b). Maka, untuk sebarang skalar k R, berikut ini juga merupakan vektor-vektor di dalam
U:
u+v (a + b, a + b, a + b) dan ku = (ka, ka, ka).

Sehingga U adalah subruang dari .

8
Teorema 4.3:Irisan dari beberapa pun banyaknya subruang-subruang dari ruang
vektor V adalah subruang dari V.
Perhatikan sistem persamaan linear AX = B dengan n variabel tidak diketahui. Maka setiap
solusi u dapat dipandang sebagai sebuah vektor di dalam . Sehingga, himpunan solusi dari

sistem seperti ini adalah sub himpunan dari .


Anggaplah sistem tersebut homogen, dalam hal ini sistem ini berbentuk AX = 0.
Misalkan W adalah himpunan solusinya. Karena A0 = 0, maka vektor nol 0 W.
Anggaplah u dan v adalah bagian dari W. Maka u dan v adalah solusi-solusi dari AX = 0
Dengan demikian, untuk sebarang skalar a dan b, kita mempunyai A(au + bv) = aAu + bAv =
a0 + b0 = 0+0 = 0.
Sehingga au + bv adalah bagian dari W, karena merupakan solusi dari AX = 0.
Dengan demikian, W adalah subruang dari .
Teorema 4.4: Himpunan solusi W dari sistem homogen AX = 0 dengan n variabel
tidak diketahui adalah subruang dari .

Himpunan solusi dari sistem tak homogen AX = B bukan merupakan subruang dari .
Vektor nol, 0, bukan merupakan bagian dari himpunan solusinya.

9
LATIHAN SOAL
1. Misalkan u = (0, -1, 2, 3, 4), v = (1, 2, -3, 2, 1), dan w = (4, 2, 1, -3, 2). Hitunglah
a. 2u + 3v
b. (3v + 2u) – 6w
c. d(v, w)
d. kosinus sudut antara u dan w
e. provvu
f. komponen u yang orthogonal terhadap v

2. Himpunan V= {(a,b) | a,b∈R} dengan operasi:(a,b)+(a′,b′)=(a+a′+aa′,b+b′+bb′) dan


k(a,b)=(a,kb) .
3. Tunjukkan bahwa himpunan vektor dalam bentuk (b1 ,b2 ,b3) dengan b1 =b2merupakan
subruang dari R3

10

Anda mungkin juga menyukai