Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS

“Ruang Hasil Kali Dalam”

Dosen Pengampu : Armayani Arsal,S.Pd,M.Si

Disusun oleh :
TRYA AYU CAHYANTI (413423046)

PROGRAM STUDI S1 STATISTIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

SEMESTER GANJIL T.A 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini secara garis besar membahas
menegenai ruang hasil kali dalam.
Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Armayani Arsal,S.Pd,M.Si sebagai dosen mata kuliah Aljabar Linier dan
Matriks yang senantiasa memberikan pentujuk, arahan, dan motivasi selama
mengikuti mata kuliah Aljabar Linier dan Matriks.
Dengan segala kerendahan hati, “Tak ada gading yang tak retak” penulis
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
yang berguna bagi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkalian antara dua vektor tidak seperti perkalian antara dua bilangan
real. Perkalian antara dua bilangan real hasil kalinya adalah sebuah bilangan
real. Namun hasil kali dua vektor belum tentu demikian. Ada beberapa jenis
perkalian vektor dengan notasi dan hasil yang berbeda. Ada perkalian yang
menghasilkan skalar yang disebut hasil kali titik (dot product) dan ada
perkalian yang menghasilkan vektor yang disebut hasil kali silang (cross
product).
Hasil kali titik antara dua vektor didefinisikan sebagai hasil kali
panjang/norma kedua vektor dan cosinus sudut antara vektor tersebut. Begitu
juga dengan hasil kali silang antara dua vektor didefinisikan sebagai hasil
kali panjang/norma kedua vektor dan sinus sudut antara vektor tersebut.
Nilai dari hasil kali titik adalah bilangan real dan nilai dari hasil kali silang
dapat berupa vektor.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana penjelasan tentang ruang hasil kali dalam?
2) Bagaimana penjelasan hasil kali titik?
3) Bagaimana penjelasan hasil kali silang?
4) Bagaimana definisi orthogonal dan ortonormal?
5) Bagaimana penjelasan proses gram-schmidt?
1.3 Tujuan Penulis
1) Mengetahui penjelasan tentang ruang hasil kali dalam
2) Mengetahui penjelasan hasil kali titik dan hasil kali silang
3) Mengetahui definisi ortogonal
4) Mengetahui definisi ortonormal
5) Memahami proses gram-schmidt
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Ruang vektor V atas lapangan R merupakan himpunan tidak kosong


yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan vektor dan pergandaan scalar
serta memenuhi beberapa aksioma. Setiap vektor memiliki panjang vector
atau yang disebut dengan norma. Norma merupakan suatu fungsi yang
memetakan dari V kehimpunan semua bilangan real dan memenuhi
aksioma norma. Ruang vektor V yang dilengkapi aksioma norma disebut
ruang bernorma. Hasil kali dalam adalah fungsi yang memetakan dari V×V
ke himpunan semua bilangan real dan memenuhi aksioma hasil kali dalam.
Ruang vector V yang dilengkapi aksioma hasil kali dalam disebut ruang
hasil kali dalam. Diketahui bahwa setiap ruang hasil kali dalam merupakan
ruang bernorma, namun sebaliknya belum tentu berlaku. Setiap ruang hasil
kali dalam merupakan ruang bernorma dengan x = 〈x,x〉 1/2 untuk setiap x
di V.

2.2 Definisi Ruang Hasil Kali Dalam

Misalnya V adalah suatu ruang vektor, dan ,u , v ∈V maka notasi < , >
dinamakan hasil kali dalam jika memenuhi keempat aksioma sebagai berikut:

(i) ⟨ u , v ⟩ =⟨ v , u ⟩ (Simetris)
(ii) < u+ v , w > = < u , , w > + < v , w > (Aditivitas)
(iii) untuk suatu k∈R, berlaku
< k u,v > = < u,k v > = k < u,v > (Homogenitas)
(iv) ⟨ u ,u ⟩ ≥ 0 , untuk setiap u dan
⟨ u ,u ⟩ ⇔ u=0 (Positifitas)
Ruang vektor yang dilengkapi dengan hasil kali dalam dinamakan
ruang hasilkali dalam (RHD). Jika V merupakan suatu ruang
hasil kali dalam, maka norm (panjang) sebuah vektor u
dinyatakan oleh ‖u‖ yang didefinisikan oleh :
‖u‖ = ⟨ u ,u ⟩ 1/ 2 ≥ 0

Definisi di atas menggunakan asumsi untuk field yang lebih umum,


yakni F = C, sehingga defnisi ini juga berlaku untuk F = R, karena
R ⊆C .
Jika F = C maka V disebut Ruang Hasil kali Dalam Kompleks,
sedangkan jika F = R maka V disebut Ruang Hasil kali Dalam Real.

Ingatlah Definisi Hasil Kali dalam Euclidean:

Perkalian titik Euclidean 2 buah vektor dalam Rn yang dinotasikan


u.v

Jika u=(u1 ,u2 ,…,un), v=(v1 ,v2 ,…, vn) adalah vektor-vektor dalam Rn
, maka Euclidean Inner Product u.v dinyatakan oleh

u·v = u1v1+u2v2+…+unvn

Pada bab ini u.v dinotasikan juga dalam <u,v>

 Hasil Kali Dalam yang Diboboti

jika u=(u1, u2, ....un)

v= (v1, v2,.....,vn)

Jika w1,w2,...,wn adalah bilangan riil positif yang disebut pembobot,


maka:

<u,v>= w1 u1 v1 + w2 u2 v2 +...+wn un vn
a) contoh hasil kali dalam Euclidis yang diboboti:

Misal u=(u1, u2)

v= (v1, v2)

w= (w1 ,w2 )

adalah vektor-vektor pada R2

buktikan bahwa hasil kali dalam Eulicdis yang diboboti:

<u,v> = 3 u1 v1 + 2 u2 v2

dapat memenuhi keempat aksioma hasil kali dalam tersebut.

Jawab:

Kita akan buktikan bahwa <u,v> memenuhi keempat aksioma diatas:

Aksioma 1:

<u,v> = <v, u>

Bukti:

<u,v>= 3 u1v1+ 2u2v2

=3v1u1+2v2u2

= <v, u>

:. Aksioma 1 terpenuhi

Aksioma 2:

<u +v, w> = <u,w> + <v, w>


Bukti:

<u +v, w> =3(u1+ v1)w1+2(u2+v2)w2

=3u1w1+3v1w1+2u2w2+2v2w2

=(3u1w1+ 2u2w2)+(3v1w1+2v2w2)

=<u,w> + <v, w>

:. Aksioma 2 terpenuhi

Aksioma 3:

<ku,v> = k <u,v>

Bukti:

<ku,v> =3(ku1)v1+ 2(ku2)v2

= k(3v1u1+ 2v2u2)

= k <u,v>

:. Aksioma 3 terpenuhi

Aksioma 4:

<v,v>≥ 0 ; dan <v,v> = 0 jika dan hanya jika v = 0

Bukti:

<v,v> = 3v1v1 + 2 v2v2

= 3v12 + 2 v22
jelaslah bahwa:

<v,v> = 3v12 + 2 v22 ≥0 ( terpenuhi )

<v,v> = 3v12 + 2 v22 =0 ( terpenuhi )

jika dan hanya jika v1=v2=0 sehingga v=(v1,v2)=0

:. Aksioma 4 terpenuhi

2.3 Hasil Kali Titik dan Hasil Kali Silang


- Hasil Kali Titik
Misalkan OAB adalah sebuah segitiga, O (0,0). A (a1, a2), dan B (b, by). Maka panjang sisi
OA,OB, dan AB maing-masing adalah

OA=√+ OB+ AB ¿=√(as−by) ²+(02−by)².


Menurut Aturan Kosinus, jika ZAOB, maka

ABOA+OB 2−20 A∨¿ OB cos


(as−by) ²+(az−by ) ²=(1+2)+(b+ b ²)−2 abcos 0
af −2 ab+b+ 2 ab+b=(a+a)+(b+b)−2ab cos
−2 a 1 b 2 a 2by =−2 ab cos 0
yang setelah disederhanakan, memberikan

OA OB cos 0=a+by
(1)
Dari hubungan ini kita dapat melihat bahwa hasil sederhana aby+ab memuat informasi yang
sangat berharga mengenai panjang sisi-sisi dan sudut. Dengan demikian, ungkapan aby+agba
yang sederhana tapi sangat berharga diberi nama khusus.

Definition 1 Jiku x=(1 ,2 , 3)dan y =(1.92 .13), maka hasil kali titk x dan y adalah

X , y=x 1 y 1+ x 2 y 2+ x 3 y 3
Khususnya jika x=y.
2 2 2
x , y =x1 + x 2 + x 3
Jadi, x,x adalah kuadrat panjang vektor x. Panjang vektor x ditulis sebagai ||x||, dibaca norm x.
Maka

x ,x = ¿∨x∨¿2

Hasil (1) dalam notasi ini ditulis sebagai ||a|| ||b cost a b. Dengan mudah kita dapat melihat
bahwa hubungan ini berlaku untuk vektor mumm, yaitu
Theorem 2 Jika x = (1,121) dan y (9.12), maka =
abcosa-b

dengan 0 adalah sudut antara kedua vektor, 0=¿(a ,b), dan 0 ≤ 0 ≤ x

Sifat-sifat Hasil Kali Titik


Theorem 3. Jika a, b, dan e adalah vektor-rektor dan k adalah bilangan real. Maka

1. a.a¿ ¿∨a∨¿2

2. a.b= b. a
3. a (b+c) = a . b + a . c
4. (ka) b= (ab) = k(ab)
5. ¿∨ca∨¿=¿ c∨¿∨a∨¿∨¿

-Hasil Kali Silang


Bila garis ditentukan oleh dua titik yang dilaluinya, maka bidang ditentukan oleh tiga titik tak
segaris yang dilaluinya. Misalkan A, B, dan C tak segati berada pada sebuah bidang P. Untuk
menentukan persamaan Bidang (3). kita memerlukan vektor normal n.
Karena vektor All dan AC berada pada bidang, maka tentunya All dan AC tegak hurus terdap n.
Jadi, kita perlu menentukan sebuah vektor n yang tegak lurus terhadap dua vektor Al dan AC,
yaitu

{n ,⃗

AB=0
n , AC=0
Ini adalah satu contoh munculnya masalah menentukan vektor yang tegak harus terhadap dua
vektor yang diketahui:
Maka masalahnya secara umum dapat diformulasikankan sebagai berikut. Misalkan
a=a 1 i+ a2 j+a 3 k dan b=b1 i+ bj+ b3 k dua vektor tak nol yang tidak sejajar. Tentukan vektor
x=x 1 i+ x 2 j+ x3 k sehingga
x .a=a 1 x 1+ a2 x2 + a3 x 3=0

x .b=b 1 x 1+ b2 x 2 +b 3 x 3=0

Tulis ulang sebagai


a 1 x 1+ a2 x2=−a3 x 3

b 1 x 1+ b2 x 2=−b3 x3
Karma a dan b tidak sejajar, artinya a bukan kelipatan dari b, maka dapat dirumuskan bahwa
a1 a2
≠ jadi, a 1 b 1−a2 b2 ≠ 0. Misalkan p=−a3 x3 dan q=−b 3 x 3. Maka system persamaan
b1 b2
linear
a 1 x 1+ a2 x2= p

b 1 x 1+ b2 x 2=q
Mempunyai penyelesaian

pb2−qa 2 (−a3 b2 + a2 b 3) x 3
=
a1 b2−a2 b 1 a1 b 2−a 2 b 1

qa1− pb 1 (−a1 b3 + a3 b 1) x 3
=
a1 b2−a2 b 1 a1 b 2−a 2 b 1

2.4. Ortogonal
Sebuah himpunan vektor pada ruang hasil kali dalam dinamakan himpunan ortogonal
jika semua pasangan vector yang berbeda dalam himpunan tersebut adalah orthogonal
(saling tegak lurus).
Definisi 1
Misalkan V merupakan ruang hasil kali dalam dan misalkan u,v ∈V . Kemudian u dan v
disebut saling ortogonal jika ⟨ u , v ⟩=0.
Contoh:
Diketahui dua matriks u dan v:
[ ]
5 −8
u=
[ 9 0
−3 4 ]
v=
3
−9
8

Apakah u dan v saling ortogonal terhadap hasil kali dalam


a.¿ a , b ≥=a1 b1 +2 a2 b2 +3 a3 b3 + 4 a 4 b4

b. .¿ a , b ≥=a1 b1 +a2 b2 + a3 b 3 +a 4 b 4

c. .¿ a , b ≥=a1 b1 +a2 b2 + a3 b 3 +8 a4 b 4
Jawaban:
−9
a.¿ a , b ≥=9.5+2.0 . (−8 ) +3. (−3 ) .3+4.4 .( )
8
¿ 45+ 0−27 +18
¿ 0 ( 0 rtogonal )

b. ¿ a , b ≥=9.5+0. (−8 ) + (−3 ) .3+ 4. ( −98 )


¿ 45+ 0−9−4 , 5
¿ 31 ,5 {tidak ortogonal }

c. ¿ a , b ≥=9.5+0. (−8 ) + (−3 ) .3+ 8.4 . ( −98 )


¿ 45+ 0−9−36
¿ 0 ( 0 rtogonal )

Definisi 2
Misalkan V merupakan ruang hasil kali dalam dan misalkan W = {u1 ,u 2 , . . . ,un }⊆ V.
Vektor v ∈ V disebut ortogonal pada setiap anggota W dan berlaku < u , v > = 0.
Contoh:
Apakah u=(2,-1,0) ortogonal terhadap himpunan W={a=(2,2,3),b=(3,3,-1),c=(-4,-4,3)}
terahadap hasil kali dalam ¿ p , q≥p 1 q 1+ 2 p2 p 2+ q3 b3 ?
Jawaban:
<u, a> =2.2+2. (- 1) * 0.2 + 0.3=4-4+0
=0
<u, b>= 2.3 + 2.(-1).3 + 0.(-1)
=6-6+0
=0
<u ,c>=2.(-4)+2.(-1). (- 4) + 0.3
=-8+8+0
=0
Jadi, u ortogonal terhadap himpunan W, karena hasil <u, a>, <u, b>, dan <u, c> adalah
nol. Dan apabila salah satu dari ketiga itu hasil nya ada yang tidak nol, maka u tidak
ortogonal.

Definisi 3
Misal V merupakan RHD dan misalkan W ={ u1 ,u 2 , . . . ,un }⊆ V. Vektor v ∈ V. W
disebut himpunan ortogonal jika setiap dua anggota W ada yang berbeda saling
ortogonal, atau < ui , u j > = 0, untuk setiap i≠ j dengan i, j = 1,2,…, n.
Apakah W={a = (- 1, 0, 3) b = (2, 1, 1) c = (1, - 7, 1/2) } merupakan himpunan
ortogonal terhadap hasil kali dalam <u,v >= 3 u1 v 1 +u2 v 2 +2u 3 v 3 ?
Jawab:
<a, b>=3. (- 1) .0.2 + 0.1 + 2.3.0.1
=-6+0+6
=0
<a, c> = 3.(-1).1 + 0.(-7) + 2.3.(1/2)
=-3+0+3
=0
<b, c> = 3.2.1 + 1.(-7) + 2.1.(1/2)
= 6-7+1
=0
Jadi, himpunan W himpunan ortogonal, karena hasil <a, b>, <a, c>,dan <b, c> adalah
nol. Dan apabila salah satu dari ketiga itu hasilnya ada yang tidak nol, maka W bukan
himpunan ortogonal.

2.5. Ortonormal
Definisi 1:
Misalkan V merupakan ruang hasil kali dalam. W = {1, 2,..., un V. Himunan W disebut
himpunan ortonormal jika W himpunan ortogonal dan panjang setiap anggota W adalah
satu. Atau dalam bentuk lambang ditulis:
1. <u₁, u₁> = 0, untuk i, j = 1, 2, ..., n dan i z j
2. ||ul| = 1, untuk setiap i = 1, 2, ..., n
Contoh:
Apakah W = {a = (-1, 0, 3), b = (2, 1, 1), c = (1, -7, 1/2)} merupakan himpunan
ortonormal terhadap hasil kali dalam <u, v> = 3 u1 v 1 +u2 v 2 +2u 3 v 3 ?
Jawab:
<a, b> = 3.(-1).2 +0.1 + 2.3.1
=-6+0+6
=0
<a, c> = 3.(-1).1 + 0.(-7) + 2.3.(1/2)
=-3+0+3
=0
<b, c>= 3.2.1 + 1.(-7) + 2.1.(1/2)
=6-7+1
=0
Jadi, himpunan W himpunan ortogonal.
Ilall = <a, a>1/2
= [3.(-1).(-1) + 1.0.0 + 2.3.3]1/2
= [3+18]1/2
= [21]1/2
= √21 ≠ 1
Karena, ||all #1 maka dapat disimpulkan bahwa W bukan ortonormal, tetapi W
merupakan ortogonal. Ingat! jika W merupakan himpunan ortogonal dan semua vektor
panjangnya satu maka W merupakan himpunan ortonormal.

2.6 Proses Gramm-Schmidt


S= { v 1 , v 2 , … v n } basis bagi RHKD V

B= { w1 , w2 , … w n } basis orthogonal bagi V

N= { p 1 , p2 , … p n } basis ortonormal V

Langkah yang dilakukan:

STEP 1: v 2 → w2 → p2

Misalkan

w 1=v1

Hitung ‖w1‖

w1
p1 =
‖w1‖

STEP 2
V 2 →W 2 → p 2
W2 gambar V2

p2

W1 a1

a 1=proy W V 2=¿ V 2 ,W 1> ¿ W ¿


2 1
‖w1‖
1

w 2=V 2=−¿V 2 , W 1 > ¿ 2 W 1 ¿ w 2=v 2−a1


‖w1‖
w2
p2 =
‖w2‖

STEP 3: v 3 → w3 → p 3

a 2=proy w v 3=
⟨ v 3 , w 1 ⟩ w + ⟨ v 3 , w2 ⟩ w
2 1 2 2
‖w 1‖ ‖w2‖

w 3=v 3=
⟨ v 3 , w1 ⟩ w − ⟨ v 3 , w 2 ⟩ w w 3=v 3−a2
2 1 2 2
‖w1‖ ‖w 2‖
w3
p3 = → vector satuan yang tegak lurus bidang W
‖w3‖
Contoh soal
Diketahui
  1 0  0 
      
B  v1  1 , v2   1  , v3   0  
  1 1  1 
      

B merupakan basis pada RHKD Euclides di R3.Transformasikan basis tersebut menjadi basis
Ortonormal
Jawab :
STEP 1. Misalkan

()
1
 w 1=v1 = 1
1

 ‖w1‖=√1 2+12 +12= √3


 1
   1 
 1  3
w1  1  
p1      1 
w1 3  3
 1 
 
 3

STEP 2 :

w 2=v 2=
⟨ v3 , w 1 ⟩ w
2 1
‖w 1‖

Sementara itu
 0   1
   
 1  ,  1  1 2 
 1   1  1  1  3 
 v2 , w1         0 1  11  11   2    2 
w1   1   1  3  1   3 
 
2 2
w1 3  1 3  1  1  
      2 
 3

 2   2 
0  3   3
  2   1 
w2   1   
 3  3 
1 
  2     1 
 w2  4 1 1  6 1 6
 3  3  9 9 9 9 3
 2 
 6
p2 
w2

 2
3
, 1
3
, 1
3  
 1


w2 1 6  6 
3
 1 
 
 6 

STEP 3 :

w 3=v 3−
⟨ v 3 , w1 ⟩ w − ⟨ v 3 , w 2 ⟩ w
2 1 2 2
‖w1‖ ‖w 2‖
 0   1
   
 0  ,  1  1 
 1   1  1  1  3
v3 , w1       1   1 
w1   1  3  1  
w1
2
3 3
 1  1 
     1 
 3

 2 
0  3
   1 
0 ,
   3   2   2   1 
1   3 3 3
   1    
v3 , w2  3   1  1  1  1 
w2 
w2
2 6  3  2 3   6 
9  1     1 
   1   
 3   3   6 

Jadi

 p1 , p2 , p3 =
 1   2   0 
 3   6   
 ,  16 ,   12 
1
3

 1 
  1 
  1 

 3   6   2 
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ruang vektor V atas lapangan R merupakan himpunan tidak kosong yang
dilengkapi dengan operasi penjumlahan vektor dan pergandaan scalar serta
memenuhi beberapa aksioma. Setiap vektor memiliki panjang vector atau yang
disebut dengan norma. Norma merupakan suatu fungsi yang memetakan dari V
kehimpunan semua bilangan real dan memenuhi aksioma norma. Ruang vektor
V yang dilengkapi aksioma norma disebut ruang bernorma.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini termasuk jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca. Bagi para pembaca makalah ini, sebaiknya juga
tidak merasa puas, karena masih banyak ilmu-ilmu yang didapat dari berbagai
sumber. Sebaiknya mencari sumber lain untuk lebih memperdalam materi
mengenai “Ruang Hasil Kali Dalam”.

Anda mungkin juga menyukai