Anda di halaman 1dari 11

Contoh 2 :

Gambarlah grafik persamaan linear 2x + 3y = 6 dalam ruang dimensi tiga.


Jawab :
Perpotongan x dan y masing-masing adalah (3, 0, 0) dan (0, 2, 0) dan titik-titik ini menentukan jejak di
bidang xy. Bidang ini tidak pernah memotong sumbu z (x dan y keduanya tidak dapat sama dengan nol),
sehingga bidang ini adalah sejajar sumbu z.
Gambar grafiknya sebagai berikut :
z

y
(3, 0, 0) (0, 2, 0)
x

HASIL KALI TITIK (DOT PRODUCT)

2 3
Jika u, v, vektor-vektor di R dan R dan ø adalah sudut antara u dan v, maka hasil kali titik antara u dan
v dinyatakan sebagai u • v, yaitu :

 u v cos φ, jika u ≠ 0, v≠0


u•v = 
0, jika u=0 atau v=0

Hasil kali titik dari dua vektor adalah skalar.

u • v = u 1v 1 + u 2 v 2 ⇒ di R 2
u • v = u 1v 1 + u 2 v 2 + u 3 v 3 ⇒ di R 3

Contoh 1:
Tinjaulah vektor-vektor u = (2, -1, 1) dan v = (1, 1, 2), carilah u•v dan tentukanlah sudut ø di antara u dan
v.

Jawab :

u • v = 2.1 + ( −1).1 + 1.2 = 3 → u = 6 dan v = 6

u•v 3 1
cos φ = = = Jadi ø = 60°.
u v 6. 6 2

Contoh 2:
Cari sudut ABC jika A = (1, -2, 3), B = (2, 4, -6), dan C = (5, -3, 2).
Jawab :
Tentukan vektor-vektor u dan v (berasal dari titik asal), setara terhadap BA dan BC . Ini dilakukan
dengan cara mengurangkan koordinat-koordinat titik awal dari titik-titik ujungnya, yakni :
u = (1 – 2, -2 – 4, 3 + 6) = (-1, -6, 9)
v = (5 – 2, -3 – 4, 2 + 6) = (3, -7, 8)
A(1, -2, 3)

C(5, -3, 2)
B(2, 4, -6)

u•v ( −1)(3) + ( −6)( −7 ) + (9)(8)


Jadi, cos φ = = ≈ 0,9251 → θ ≈ 0,3894 radian (kira-kira 22,31°)
u v 1 + 36 + 81 9 + 49 + 64

Teorema
Misalkan u dan v adalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3.
2 1
a. v•v = v , yakni v = ( v • v ) 2

b. Jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol dan ø adalah sudut di antara kedua vektor tersebut, maka :
ø lancip jika dan hanya jika u•v > 0
ø tumpul jika dan hanya jika u•v < 0
π
ø= jika dan hanya jika u•v = 0
2
Bukti.
a. Karena sudut ø di antara v dan v adalah 0, maka didapat :
2 2
v • v = v v cos φ = v cos 0 = v
b. Karena u > 0, v > 0, dan u • v = u v cos φ, maka u•v mempunyai tanda sama seperti cos ø.
Karena ø memenuhi 0 ≤ ø ≤ π, maka sudut ø lancip jika dan hanya jika cos ø > 0; dan ø tumpul jika
dan hanya jika cos ø < 0; dan φ = π jika dan hanya jika cos ø = 0.
2
Contoh :
Jika u = (1, -2, 3) , v = (-3, 4, 2), dan w = (3, 6, 3), maka :
u•v = 1.(-3) + (-2).4 + 3.2 = -5
v•w = (-3).3 + 4.6 + 2.3 = 21
u•w = 1.3 + (-2).6 + 3.3 = 0
Maka, u dan v membentuk sudut tumpul, v dan w membentuk sudut lancip, dan u serta w tegaklurus
satu sama lain.
Vektor tegaklurus u dan v ditulis u ⊥ v , disebut juga vektor ortogonal.

Dua vektor tak nol adalah tegaklurus jika dan hanya jika hasil kali titiknya adalah nol.

Contoh 2:
Tunjukkanlah bahwa di ruang-2 vektor n taknol = (a, b) tegaklurus terhadap garis ax + by + c = 0.
Penyelesaian :
Misalkan P1 = (x1, y1) dan P2 = (x2, y2) adalah titik nyata pada sebuah garis, sehingga dengan demikian :
ax1 + by1 + c = 0 .............. (1)
ax2 + by2 + c = 0 .............. (2)
Karena vektor P1P2 = ( x 2 − x 1, y 2 − y 1 ) digerakkan sepanjang garis itu, maka di sini hanya akan
ditunjukkan bahwa n dan P1P2 adalah tegaklurus. Namun pada pengurangan persamaan (1) dan (2) di
atas, diperoleh : a ( x 2 − x 1 ) + b( y 2 − y 1 ) = 0
yang dapat dinyatakan dalam bentuk : (a, b) • ( x 2 − x 1, y 2 − y 1 ) = 0 atau n • P1P2 = 0
Sehingga dengan demikian n dan P1P2 akan tegaklurus.
Teorema
Jika u, v dan w adalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan k adalah skalar, maka :
a. u • v = v • u
b. u • (v + w) = u • v + u • w
c. k(u • v) = (ku) • v = u • (kv)
d. v • v > 0 jika v ≠ 0 dan v • v = 0 jika v = 0

LATIHAN
1. Tentukan apakah u dan v membentuk sudut lancip, tumpul atau ortogonal (siku-siku) :
a. u = (7, 3, 5) , v = (-8, 4, 2)
b. u = (6, 1, 3) , v = (4, 0, -6)
c. u = (1, 1, 1) , v = (-1, 0, 0)
d. u = (4, 1, 6) , v = (-3, 0, 2)
2. Carilah cos ∠ (u, v ) untuk setiap soal berikut :
a. u = (1, 2) , v = (6, -8)
b. u = (-7, -3) , v = (0, 1)
c. u = (1, -3, 7) , v = (8, -2, -2)
d. u = (-3, 1, 2) , v = (4, 2, -5)

PROYEKSI VEKTOR
Menguraikan vektor u ke dalam jumlah dua suku, yang satu sejajar dengan vektor a tak nol sedangkan
yang lain tegak lurus terhadap a.

w2

w1 a

w1 = proyeksi ortogonal u terhadap a = k.a = ; k = skalar


w2 = komponen u yang ortogonal terhadap terhadap a
u = w1 + w2 = k.a + w2
2
u . a = (k.a + w2) . a = k.a.a + w2.a = k.(a.a) + w2.a = k a + 0 → karena w2 ⊥ a, maka w2.a = 0

u⋅a u⋅a u⋅a


Sehingga k = dan w1 = k ⋅ a = ⋅ a = proya u w 2 = u − w1 = u − ⋅a
2 2 2
a a a

Contoh :
1. Jika u = (-7, 1, 3) dan a = (5, 0, 1), carilah proya u.
Jawab :
u.a = (-7, 1, 3) . (5, 0, 1) = -32
2
a = 52 + 02 + 12 = 26
32
proya u = w1 = − (5, 0, 1)
26
2. Jika u = (2, -1, 3) dan a = (4, -1, 2), carilah komponen vektor u sepanjang a dan komponen vektor u
yang ortogonal ke a.
Jawab :
u.a = (2, -1, 3) . (4, -1, 2) = 2.4 + (-1)(-1) + 3.2 = 15
2
a = 42 + ( −1)2 + 22 = 21
Jadi komponen vektor u sepanjang a adalah :
15  20 5 10 
proya u = ( 4, − 1, 2) =  ,− , 
21  7 7 7 
dan komponen vektor u yang ortogonal dengan a adalah :
 20 5 10   6 2 11 
u - proya u = (2, -1, 3) –  ,− ,  = − , − , 
 7 7 7   7 7 7
3. Nyatakan u = (2, 4, 5) sebagai jumlah suatu vektor m yang sejajar v = (2, -1, -2) dan suatu vektor n
yang tegaklurus v.

Jawab :
v
u
n
m

m merupakan proyeksi dari u pada v.


v v u•v v u•v
m= m = u cos θ = = v
v v v v 2
v
(2)(2) + ( 4)( −1) + (5)( −2)  − 20 10 20 
m= (2,−1,−2) =  , , 
4 + 1+ 4  9 9 9 
Maka :
 38 26 25 
n=u–m=  , , 
 9 9 9 

Sudut dan Cosinus Arah


Sudut-sudut antara vektor a yang taknol dengan vektor satuan i, j, dan k disebut sudut-sudut arah
vektor a; sudut-sudut tersebut ditunjukkan masing-masing dengan α, β, dan γ. Biasanya lebih mudah
bekerja dengan kosinus-kosinus arah cos α, cos β, dan cos γ.
z

k γ
β
i y
j
α
x

Jika a = a1i + a2j + a3k, maka :


a•i a1 a2 a3
cos α = = cos β = cos γ =
a i a a a
2 2 2
Perhatikan bahwa : cos α + cos β + cos γ = 1
Sebetulnya, vektor (cos α, cos β, dan cos γ) adalah suatu vektor satuan dengan arah sama seperti
vektor a awal.

Contoh 1:
Cari sudut-sudut arah untuk vektor a = 4i - 5j + 3k.

Jawab :
a = 4 2 + ( −5) 2 + 3 2 = 5 2
4 2 2 − 2 3 2
cos α = = cos β = cos γ = sehingga :
5 2 5 2 10
α ≈ 55,55° β = 135° γ ≈ 64,90°
Contoh 2:
Cari vektor yang panjangnya 5 satuan yang mempunyai α = 32° dan β = 100° sebagai dua dari ketiga
sudut arahnya.

Jawab :
2 2 2
Sudut arah ketiga, γ harus memenuhi : cos γ = 1 - cos 32° - cos 100° ≈ 0,25066
Jadi cos γ ≈ ± 0,50066.
Dua vektor memenuhi persyaratan soal. Keduanya adalah :
5(cos α, cos β, dan cos γ) ≈ 5(0,84805, -0,17365, 0,50066) = (4,2403, -0,8683, 2,5033)
Dan (4,2403, -0,8683, 2,5033).

Bidang
Satu cara yang menguntungkan untuk melukiskan suatu bidang adalah dengan menggunakan bahasa
vektor. Andaikan n = (A, B, C) sebuah vektor taknol tetap dan P1 = (x1, y1, z1) adalah titik tetap. Himpunan
semua titik P = (x, y, z) yang memenuhi P1P • n = 0 adalah bidang yang melalui P1 dan tegaklurus n.
Karena tiap bidang mengandung sebuah titik dan tegaklurus terhadap suatu vektor, maka tiap bidang
dapat dicirikan dengan cara ini.

Untuk memperoleh persamaan Cartesius dari bidang itu, tulis vektor P1P2 dalam bentuk komponen,
yakni :
P1P2 = ( x − x 1, y − y 1, z − z1 )

Maka, P1P • n = 0 setara terhadap :

A( x − x 1 ) + B( y − y 1 ) + C( z − z1 ) = 0 XXXXX (1)

Persamaan ini (dimana paling sedikit salah satu A, B, C tidak nol) disebut bentuk baku persamaan
bidang.
Jika tanda kurung dihilangkan dan disederhanakan, persamaan akan berbentuk persamaan linear umum
Ax + By + Cz = D, A² + B² + C² ≠ D
Jadi, setiap bidang mempunyai persamaan linear. Sebaliknya, grafik suatu persamaan linear dalam
ruang dimensi tiga selalu berupa suatu bidang.
Sehingga, andaikan (x1, y1, z1) memenuhi persamaan, yakni :
Ax1 + By1 + Cz1 = D
pada waktu dilakukan pengurangan persamaan-persamaan di atas, diperoleh persamaan (1), yang
mewakili suatu bidang.

Contoh 1:
Cari persamaan bidang yang melalui (5, 1, -2) tegaklurus terhadap n = (2, 4, 3).
Kemudian cari semua sudut antara bidang ini dan bidang yang persamaannya 3x – 4y + 7z = 5.
Jawab :
2(x – 5) + 4(y – 1) + 3(z + 2) = 0
Atau, setara dengan : 2x + 4y + 3z = 8
Vektor m tegaklurus terhadap bidang kedua adalah m = (3, -4, 7).
Sudut θ antara dua bidang tersebut adalah sudut antara normal-normalnya.

m•n (3)(2) + ( −4)( 4) + (7 )(3)


cos θ = = ≈ 0,2375 θ
m n 9 + 16 + 49 4 + 16 + 9
θ
θ = 76,26°
Andaikan (x1, y1, z1) suatu titik pada bidang dan andaikan m = ( x 0 − x 1, y 0 − y 1, z 0 − z1 ) adalah vektor
dari (x1, y1, z1) ke (x0, y0, z0), seperti pada gambar di bawah ini. Sekarang n = (A, B, C) adalah vektor yang
tegaklurus terhadap bidang yang diberikan, walaupun ia mungkin menunjuk ke arah yang berlawanan
dengan yang digambar tersebut. Maka jarak L dari titik (x0, y0, z0) ke bidang Ax + By + Cz = D, adalah
proyeksi m pada n.
n = (A, B, C)

x0, y0, z0
L θ
m

x1, y1, z1

Jadi,
m•n A( x 0 − x 1 ) + B( y 0 − y 1 ) + C( z 0 − z1 ) Ax 0 + By 0 + Cz 0 − ( Ax 1 + By 1 + Cz 1 )
L = m cos θ = = =
n A 2 + B2 + C2 A 2 + B2 + C2

Tetapi (x1, y1, z1) terletak pada bidang dan sehingga


Ax1 + By1 + Cz1 = D
Penyulihan (substitusi) hasil ini ke dalam rumus L menghasilkan rumus :
Jarak L dari titik (x0, y0, z0) ke bidang Ax + By + Cz = D, yaitu :
Ax 0 + By 0 + Cz 0 − D
L=
A 2 + B2 + C2

Contoh :
Cari jarak antara bidang-bidang sejajar 3x – 4y + 5z = 9 dan 3x – 4y + 5z = 4.
Jawab :
Bidang-bidang itu sejajar karena vektor (3, -4, 5) tegaklurus pada keduanya. Titik (1, 1, 2) dengan mudah
dilihat terletak pada bidang pertama.

Jarak L dari (1, 1, 2) ke bidang kedua :


3(1) − 4(1) + 5(2) − 4 5
L= = ≈ 0,7071
9 + 16 + 25 5 2

Garis
Misalkan Q(x1, y1) adalah sebarang titik pada garis dan posisi vektor n = (a, b) sehingga dengan demikian
titik awalnya terletak di Q.

Vektor n akan tegaklurus terhadap garis jika n • QP0 = 0.

Sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut, jarak D akan sama dengan panjang proyeksi ortogonal
QP0 pada n, jadi dari rumus proyeksi diperoleh :
QP0 • n
D = Pr oy n QP0 =
n

Tetapi QP0 = ( x 0 − x 1, y 0 − y 1 )

QP0 • n = a( x 0 − x 1 ) + b( y 0 − y 1 )

n = a2 + b2
a( x 0 − x 1 ) + b( y 0 − y 1 )
Dengan demikian : D=
a2 + b2
Karena titik Q(x1, y1) terletak pada garis tersebut, maka koordinatnya akan memenuhi persamaan garis,
sehingga
ax1 + by1 + c = 0 atau c = -ax1 - by1
Dengan mensubstitusikan persamaan garis ini ke dalam D, didapat rumus :
ax 0 + by 0 + c
D=
a2 + b2
y
n = (a, b)

D
P0(x0, y0)
Q(x1, y1)
D
x

ax + by + c = 0

Sebagai gambaran, jarak D dari titik (1, -2) ke garis 3x + 4y – 6 = 0 adalah :


(3)(1) + ( 4)( −2) − 6 − 11 11
D= = =
2
3 +4 2 25 5

HASIL KALI SILANG


Hasil kali silang dari dua vektor adalah sebuah vektor.
Jika u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah vektor di ruang 3, dimana :
i = (1, 0, 0) j = (0, 1, 0) k = (0, 0, 1)
u = (u1, u2, u3) = u1 i, u2 j, u3 k
maka hasil kali silang u x v adalah vektor yang didefinisikan sebagai berikut :
u x v = [ (u2v 3 − u3 v 2 ) , (u3 v1 − u1v 3 ) , (u1v 2 − u2 v1) ]

atau dalam notasi determinan :


 u2 u3 u1 u3 u1 u2 
u x v =  − + 

 v2 v3 v1 v 3 v1 v 2 

Gambar vektor u di ruang 3 :


z

u
k

i y
j

x
Hasil kali silang antara u dan v dinyatakan dengan u x v, yaitu :
i j k i j k
u x v = u1 u2 u3 dan v x u = v1 v 2 v3 sehingga u x v = - (v x u) → Hukum Anti Komutasi
v1 v 2 v3 u1 u2 u3

i j k
u2 u3 u1 u3 u1 u2
u x v = u1 u2 u3 = i− j+ k = (u2v 3 − u3 v 2 ) i − (u1v 3 − u3 v1) j + (u1v 2 − u2 v1) k
v2 v3 v1 v 3 v1 v 2
v1 v 2 v3
= (u2v 3 − u3 v 2 ) i + (u3 v1 − u1v 3 ) j + (u1v 2 − u2v1) k
= [ (u2v 3 − u3v 2 ) , (u3 v1 − u1v 3 ) , (u1v 2 − u2 v1) ]

Teorema :
1. u • (u × v ) = 0 (u x v ortogonal ke u atau u x v tegaklurus terhadap u )

2. v • (u × v ) = 0 (u x v ortogonal ke v atau u x v tegaklurus terhadap v)


2 2 2
3. u× v = u v − (u • v )2 (Identitas Lagrange)

Tinjaulah vektor-vektor : i = (1, 0, 0) j = (0, 1, 0) k = (0, 0, 1)


Masing-masing vektor ini mempunyai panjang 1 dan terletak sepanjang sumbu koordinat. Vektor tersebut
dinamakan vektor satuan baku (standard unit vectors) di ruang-3.
Setiap vektor v = (v1, v2, v3) di ruang -3 dapat diungkapkan dengan i, j, dan k, sehingga dapat dituliskan :
v = (v1, v2, v3) = v1(1, 0, 0) + v2(0, 1, 0) + v3(0, 0, 1) = v1i + v2j + v3k

i  1 0 0
 =  
j
  0 1 0

(0, 0, 1) 0 0 1 0 1 0
i x j =  , ,  = (0, 0, 1) = k
1 0 0 0 0 1 
k

i Dengan cara sama didapat :


j (0, 1, 0) ixi=0 jxj=0 kxk=0
(1, 0, 0) ixj=k kxi=j jxk =i
j x i = -k i x k = -j k x j = -i

Peringatan :
Umumnya tidaklah benar bahwa u x (v x w) = (u x v) x w.
Misalnya : i x (j x j) = i x 0 = 0 dan (i x j) x j = k x j = -(j x k) = -i sehingga i x (j x j) ≠ (i x j) x j
Contoh 1 :
Hitung u x v dan v x u jika u = (1, -2, -1) dan v = (-2, 4, 1)
Penyelesaian :
ij k
−2 −1 1 −1 1 −2
uxv= 1 − 2 −1 = i −j +k = 2i− j+ 0k
4 1 −2 1 −2 4
−2 4 1
i j k
4 1 −2 1 −2 4
v x u = −2 4 1 = i −j +k = −2 i + j − 0 k
− 2 −1 1 −1 1 −2
1 − 2 −1
u x v = - (v x u) atau v x u = - (u x v)

Contoh 2 :
Hitung u x v jika u = 3i – 2j + k dan v = 4i + 2j – 3k
Penyelesaian :
uxv = (3i – 2j + k) x (4i + 2j – 3k)
= (3 x 4) (i x i) + (3 x 2) (i x j) + (3 x -3) (i x k) + (-2 x 4) (j x i) + (-2 x 2) (j x j) + (-2 x -3) (j x k) +
(1 x 4) (k x i) + (1 x 2) (k x j) + (1 x -3) (k x k)
= 12 (0) + 6 (k) +(-9) (-j) + (-8) (-k) + (-4) (0) + 6 (i) + 4 (j) + 2 (-i) + (-3) (0)
= 4 i + 13 j + 14 k
Contoh 3 :
Hitung u x v jika u = (1, 2, -2) dan v = (3, 0, 1)
Penyelesaian :
 1 2 − 2
 
3 0 1 

2 −2 1 −2 1 2
u x v =  , − ,  = ( [(2)(1) – (-2)(0)], – [(1)(1) – (-2)(3)], [(1)(0) – (2)(3)] ) = (2, -7, -6)
0 1 3 1 3 0 

Teorema
Dua vektor u dan v dalam ruang dimensi tiga adalah sejajar jika dan hanya jika u x v = 0.

Contoh :
Carilah persamaan bidang yang melalui tiga titik tak segaris : P1 (1, -2, 3), P2 (4, 1, -2) dan P3 (-2, -3, 0).
Penyelesaian :
Andai u = P2 P1 = (-3, -3, 5) dan v = P2 P3 = (-6, -4, 2) , maka :
i j k
−3 5 −3 5 −3 −3
u x v = −3 −3 5 = i −j +k = 14 i − 24 j − 6 k
−4 2 −6 2 −6 −4
−6 −4 2

Bidang yang melalui (4, 1, -2) dengan normal 14i – 24j – 6k


mempunyai persamaan :
P2
14(x – 4) – 24(y – 1) – 6(z + 2) = 0

u atau
v
P1 14x – 24y – 6z = 44
P3
IDENTITAS LAGRANGE

Jika ø menyatakan sudut di antara u dan v , maka :


2 2 2
u× v = u v − (u • v )2

= u
2
v
2
(
− u ⋅ v ⋅ cos φ )2
2 2 2 2
= u v − u ⋅ v ⋅ cos2 φ
2 2
= u v − (1 − cos2 φ)
2 2
= u v sin2 φ
u× v = u v sin φ = Luas jajaran genjang = alas x tinggi

b
b sin θ

Andaikan a, b, dan c vektor-vektor yang semuanya tidak terletak pada bidang yang sama.
Dari gambar di bawah ini pandang jajarangenjang yang ditentukan oleh b dan c sebagai alas balok
genjang.
Luas alas ini dengan b dan c sebagai sisi berdampingan adalah b x c .

Tinggi balok genjang h adalah nilai mutlak proyeksi skalar dari a pada b x c .

a b x c cos θ a • (b x c )
h = a cos θ = = , sehingga :
bxc bxc

Volume jajarangenjang = h b x c = │a • (b x c)│

bx c

h
θ
c

Contoh 1:
Hitung luas ∆ PQR dengan P (2, 2, 0), Q (-1, 0, 2) dan R (0, 4, 3).
Jawab :
S
z
R (0, 4, 3)

Q (-1, 0, 2)

P (2, 2, 0)
x
Luas ∆ PQR adalah ½ luas jajaran genjang yang ditentukan oleh vektor-vektor PQ dan PR .

PQ = (-1, 0, 2) – (2, 2, 0) = (-3, -2, 2)

PR = (0, 4, 3) – (2, 2, 0) = (-2, 2, 3)

PQ x PR = (-10, 5, -10)

Luas ∆ PQR = 1 PQ x PR = ½ . 15 = 7,5 satuan


2

LATIHAN :

1. Berikan semua vektor yang tegaklurus terhadap vektor -2i + j – 4k dan 3i – 4j + 5k.
2. Tentukan luas jajaran jajarangenjang dengan -2i + j + 4k dan 4i – 2j – 5k sebagai dua sisinya yang
berdampingan.
3. Hitung luas segitiga dengan (3, 2, -1) (2, 4, 6) dan (-1, 2, 7) sebagai titik sudut.
4. Cari persamaan bidang yang melalui (2, 5, 6), (1, -1, 2) dan (4, 0, 6).
5. Cari persamaan bidang yang melalui (1, -2, 3) dan tegaklurus terhadap dua bidang x – 3y + 2z = 7
dan 2x – 2y – z = -3.
6. Hitung volume balok genjang (paralelepipedum) dengan sisi (2, 3, 4), (0, 4, -1), dan (5, 1, 3).

Anda mungkin juga menyukai