Isu strategis aspek non teknis yang dimaksudkan dalam bagian ini merupakan isu
strategis pada tataran penataan pengelolaan sektor sanitasi, sedangkan isu
strategis aspek teknis yang terkait langsung dengan operasionalisasi setiap sub
sektor sanitasi yang akan dipaparkan dalam sub bab isu strategis aspek teknis.
Dalam aspek kebijakan daerah dan kelembagaan, yang menjadi isu strategis
adalah:
1. Kebijakan Daerah
Belum adanya tatanan substansi Perda Kabupaten Sijunjung yang
secara jelas dan tegas mengatur penyediaan sarana dan prasarana
sanitasi yang baik dan sehat serta kebijakan dasar yang memuat
substansi yang tegas untuk mengarahkan pola tindak seluruh
pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Kalaupun ada perda, hanya mengatur sektor sanitasi secara parsial
(tidak terpadu dan terintegrasi) misalnya Perda No. 22 Tahun 1998
tentang Retribusi Sampah dan Perda No. 49 tahun 1999 tentang
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
Saat ini Pemerintah Kabupaten Sijunjung belum memiliki desain pola
kerjasama yang spesifik dengan pemerintah propinsi, pemerintah
III - 1
pusat dan pihak ketiga dalam pengelolaan layanan sanitasi di
Kabupaten Sijunjung.
2. Kelembagaan
Belum adanya SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sijunjung
yang secara khusus menangani pengelolaan sanitasi sehingga
pembangunan sektor sanitasi masih ditangani secara parsial (tidak
terintegrasi dan terpadu) tersebar di beberapa SKPD, sehingga-masing
program pembangunan Sanitasi yang dilakukan oleh SKPD masih
belum sinergis;
Pendistribusian tugas terkait sanitasi pada setiap SKPD di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Sijunjung saat ini masih kurang jelas dan tegas.
Sebagai contoh kasus dapat diketahui dalam hal penanganan
persampahan terjadi tumpang tindih penanganannya antara Kantor
Lingkungan Hidup dan Bagian Umum Sekdakab dan Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Sijunjung;
Mekanisme dan prosedur layanan sanitasi yang diterapkan oleh
masing- masing SKPD penanggungjawab layanan sanitasi di Kabupaten
Sijunjung saat ini masih minim dalam mendukung penyediaan layanan
sanitasi yang efektif dan efisien;
SKPD penanggungjawab layanan pengelolaan sanitasi di Kabupaten
Sijunjung saat ini masih berhadapan dengan masalah keterbatasan
personil/aparatur yang memiliki pengetahuan, dan keterampilan teknis
serta keterbatasan sarana dan prasarana sektor sanitasi;
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Sijunjung saat ini masih
berhadapan dengan masalah keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan tentang teknik pengelolaan sanitasi.
III - 2
3.1.2. Keuangan
3.1.3. Komunikasi
III - 3
keagamaan, posyandu) bagi percepatan pembangunan sanitasi skala kota
di Kabupaten Sijunjung;
Belum terbangunnya sistem informasi sanitasi kabupaten sebagai wahana
bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti adanya
pertemuan berkala yang berpotensi sebagai pemicu dan focal point dalam
mendukung percepatan pembangunan sanitasi.
Keterampilan personil yang belum optimal dalam menjaga kualitas
pengemasan isu dalam materi-materi dan perangkat komunikasi kreatif.
Dalam aspek keterlibatan pelaku bisnis, yang menjadi isu strategis adalah :
1. Untuk masalah persampahan sudah ada sektor swasta yang berdiri
sendiri terlibat dalam layanan sanitasi di Kabupaten Sijunjung, tetapi
para pengumpul tersebut masih terikat dengan pengumpul-pengumpul
(agen) di Padang dan Bukittinggi.
2. Untuk terlibatnya sektor swasta dalam bidang sanitasi hanya hasil daur
ulang sampah saja dengan mengumpulkan dan menjual kembali dengan
agen terdekat diluar Kabupaten Sijunjung.
3. Adanya perusahaan pertambangan di Kabupaten Sijunjung tetapi belum
memberikan kontribusi program CSR sesuai yang tertuang didalam
undang.
4. Masih belum diminati sector sanitasi bagi masyarakat maupun pelaku
bisnis.
5. Tidak ada upaya memberdayakan pelaku sanitasi didaerah.
III - 4
masyarakat termasuk dunia perbankkan kurang memberikan
penghargaan tentang keberadaan kelompok masyarakat yang berusaha
dibidang sanitasi, seperti pemulung, agen pengumpul barang-barang
bekas.
2. Perlunya dukungan penerintah daerah tehadap pelaku usaha bidang
sanitasi, mengingat kondisi yang tidak stabil dapat terjadi pada usaha
bidang sanitasi
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas perizinan sehingga pelaku bisnis
bisa lebih antusias untuk menginvestasikan modalnya dalam
pembangunan sanitasi
Dalam aspek monitoring dan evaluasi, yang menjadi isu strategis adalah :
III - 5
1. Belum adanya mekanisme pemantauan berkala dan evaluasi untuk
mengukur keberhasilan kegiatan sanitasi.
2. Kurangnya kualitas individu dalam penyelenggaraan sekaligus
pemantauan indikator keberhasilan upaya advokasi bagi setiap
isu/permasalahan sub sektor serta berbagai aspek pendukung
pembangunan sanitasi.
Isu strategis aspek teknis ini memuat tentang isu strategis dan tantangan
layanan sanitasi sebagaimana berikut:
III - 6
Bagian Umum Setdakab, tetapi setelah disedot dibuang
sembarangan seperti di sungai-sungai.
Operasional mobil tinja ini tidak optimal, selain karena jumlahnya
hanya satu unit, juga tidak dikelola secara khusus.
Kabupaten Sijunjung dan kabupaten yang berdekatan belum
memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masyarakat Kabupaten Sijunjung masih membuang air limbah
bekas mandi, cuci pakaian dan limbah dapur (grey water)
langsung ke badan air melalui saluran drainase yang ada tanpa
pengolahan terlebih dahulu. Hal ini berarti pencemaran terhadap
badan air yang ada.
2). Isu kebijakan daerah dan kelembagaan .
Belum adanya peraturah daerah yang mengatur secara khusus
tentang pengelolaan limbah, yang ada pada saat ini adalah Perda
No. 11 Tahun 2000 tentang retribusi Daerah termasuk didalamnya
retribusi Penyedotan Tinja.
Belum adanya SKPD yang sesuai khusus untuk pengelolaan air
limbah, sehingga penanganannya sifatnya parsial oleh SKPD
terkait.
III - 7
5). Isu keterlibatan pelaku bisnis.
Belum adanya pihak swasta yang tertarik dengan usaha yang
berkaitan dengan air limbah di Kabupaten Sijunjung.
6). Isu peran serta masyarakat.
Masyarakat terutama di lokasi Program Pamsimas sudah
melakukan usaha untuk pengelolaan limbah minimal dengan
membuat jamban keluarga sederhana untuk menunjang program
Stop buang air besar sembarangan.
Pada lokasi yang sudah dibangun MCK Umum, peran serta
masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan masih sangat rendah,
sehingga sarana yang ada tidak terawat.
Tantangan Layanan Sanitasi Kabupaten Pada Aspek Teknis Sub Sektor Air
Limbah:
1. Minimnya ketersediaan data dan informasi kondisi lapangan
(topografi, hidrologis, demografi, dsb);
2. Keterbatasan kemampuan sumber daya aparatur dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi;
3. Kondisi jarak hunian penduduk relatif dekat;
4. Mindset masyarakat belum terarah ke pengelolaan air limbah, apalagi
dikemudian hari ada pungutan biaya untuk retribusi;
5. Tingkat pendidikan masyarakat yang belum merata.
III - 8
Cakupan pelayanan persampahan saat ini masih terbatas pada
kawasan Muaro dan Pasar Sijunjung. Sementara sampah-sampah
pada ibukota kecamatan dan pasar nagari belum terkelola dengan
baik dan masih membuang sampah ke sungai/jurang/lereng-lereng
bukit.
Pengelolaan sampah di TPA Muaro Batuk saat ini masih
dilaksanakan dengan sistem open dumping. TPA yang ada hanya
berupa tempat pembuangan sampah tanpa penanganan yang
memadai untuk mencegah pencemaran lingkungan, penyebaran
bibit penyakit dan dampak buruk lainnya. Selain itu lokasi TPA yang
ada tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Sijunjung revisi tahun
2010.
Terbatasnya fasilitas pengumpulan sampah (TPS, kontainer dan
transfer depo) di lokasi-lokasi strategis akibat keterbatasan lahan
penempatan fasilitas tersebut. Hal tersebut juga disebabkan oleh
adanya penolakan dari warga masyarakat dalam penempatan
fasilitas pengumpulan sampah.
III - 9
Keterbatasan biaya, termasuk sumber pendanaan, untuk investasi
dan operasi/pemeliharaan mengakibatkan pelayanan pengelolaan
sampah yang tidak optimal;
Belum adanya penerapan sanksi atas pelanggaran dalam bidang
persampahan.
Masih minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk
data base persampahan di Kabupaten Sijunjung
III - 10
kumpul – angkut – buang”. Saat ini hampir seluruh pengelolaan
sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban TPA
menjadi sangat berat, selain diperlukannya lahan yang cukup luas,
juga fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Hal
tersebut disebabkan karena belum dilakukannya upaya
pengurangan volume sampah secara sungguh-sungguh sejak dari
sumber, termasuk pemisahan sampah B3 (Bahan Buangan
Berbahaya) rumah tangga.
Berdasarkan studi EHRA, 72,5% masyarakat di Kabupaten Sijunjung
masih melakukan pembakaran sampah.
Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan
masih rendah.
III - 11
pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Sijunjung adalah sebagai
berikut:
1). Isu teknis operasional layanan pengelolaan drainase lingkungan
Pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana drainase
lingkungan belum berjalan optimal, masih bersifat parsial dan
belum ada master plan drainase lingkungan;
Alokasi anggaran terbatas;
Kurangnya fasilitas sanitasi umum dan lingkungan permukiman.
2). Isu kebijakan daerah dan kelembagaan
Belum ada kebijakan pemerintah kabupaten yang menegaskan
tentang kewajiban masyarakat untuk membangun dan
memelihara saluran drainase lingkungan secara mandiri, dan
memastikan integrasi drainase lingkungan dengan drainase
primer dan sekunder di Kabupaten Sijunjung
3). Isu Keuangan
Keterbatasan anggaran untuk sub sektor drainase sebagai akibat
dari sulitnya mengusulkan kegiatan dalam pembangunan dan
pengelolaan drainase lingkungan
Kegiatan pembangunan drainase belum dikaitkan dengan
kegiatan lain sebagai suatu kegiatan pembangunan jalan, dan
belum dikaitkan dengan aspek makro ekonomi. Dimana apabila
drainase kota baik akan membantu meningkatkan roda
perekonomian (biaya akibat banjir ditekan)
4). Isu Komunikasi
Kurangnya kegiatan sosialisasi dan informasi tentang fungsi
drainase
5). Isu peran serta masyarakat
Rendahnya kesadaran dan pemahanan masyarakat dalam
pemeliharaan saluran drainase.
III - 12
1. Keterbatasan lahan dan tingkat kerelaan masyarakat dalam
pelepasan lahan masih minim;
2. Tingkat pendidikan masyarakat yang belum merata;
3. Minimnya ketersediaan data dan informasi tentang kondisi lapangan
(topografi, sebaran permukiman, hidrologi, dsb). ;
4. Keterbatasan kemampuan sumber daya aparatur dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan drainase.
III - 13
2). Isu kebijakan daerah dan kelembagaan
Untuk pengelolaan Air bersih Kabupaten Sijunjung telah memiliki
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah (PERDA) No.01 tahun 1992. memiliki unit di tiap
kecamatan.
Selain PDAM, untuk SPAM Perdesaan masing-masing memiliki
Badan Pengelola yang dibentuk berdasarkan keputusan Wali Nagari,
seperti Badan Pengelola Sarana Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS)
pada Lokasi Program Pamsimas.
Komitmen pemda yang tinggi untuk penyediaan air bersih yang
ditunjukkan dari adanya program penyediaan air bersih untuk
masyarakat miskin diwilayah rawan air, dan upaya untuk
memperkuat kerjasama daerah dalam rangka memastikan
penyediaan air baku.
3). Isu Keuangan
Rendahnya sektor pembiayaan yang ada di PDAM Kabupaten
Sijunjung, sehingga tidak mampu melakukan terobosan untuk
meningkatkan cakupan pelayanan.
Untuk pengembangan PDAM masih mengharapkan Pembiayaan
dari APBN dan APBD serta penyertaan modal pemda.
Tarif air bersih PDAM saat ini belum mendukung biaya operasional
layanan air minum dan belum menjadi kekuatan pendorong bagi
optimalisasi layanan air bersih Kabupaten Sijunjung.
Komitmen Pemerintah Kabupaten Sijunjung untuk pembangunan
dibidang air bersih cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari besaran
dana tiap tahun untuk pembangunan di bidang air bersih.
4). Isu keterlibatan pelaku bisnis
Untuk memenuhi kebutuhan air minum sudah ada beberapa usaha
air minum isi ulang di Kabupaten Sijunjung, tetapi pemantauan
kualitas air masih kurang.
Sudah ada beberapa usaha penjualan air bersih baik penjual air
keliling dan terminal air, namun belum terpantau dan terkoordinir.
III - 14
5). Isu peran serta masyarakat
Adanya kelembagaan swadaya ditingkat masyarakat untuk dilibatkan
dalam pengelolaan air bersih
Rendahnya kesadaran masyarakat atas pengelolaan & pemeliharaan
sarana dan prasarana air bersih;
Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset
untuk kepentingan umum;
Kesadaran masyarakat rendah tentang perlunya penghematan
penggunaan air
Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada aspek teknis sub sektor air
bersih:
1. Minimnya ketersediaan data dan informasi kondisi lapangan tentang
sumber-sumber air bersih;
2. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang belum
merata;
3. Terbatasnya kemampuan sumber daya aparatur dalam hal
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan air bersih.
III - 15
Kerjasama dengan ormas dalam peningkatan PHBS sudah mulai
dijalankan
Belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai PHBS di
Kab.Sijunjung ( Puskesmas,Pustu, Poskesri ) dan media informasi
berupa Leaflet, spanduk, Baliho tetapi masih belum tersebar ke
seluruh nagari.
Sudah adanya kader kesehatan lingkungan di masing-masing
wilayah puskesmas Kab.Sijunjung.
2). Isu kebijakan daerah dan kelembagaan
Sudah terbentuk Pokja AMPL dan Tim Forum Kabupaten Sehat yang
dapat mempercepat proses pengembangan perilaku hidup bersih
dan sehat di Kabupaten Sijunjung
Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sijunjung saat ini
telah memiliki berbagai program pemicuan guna mendorong
perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat terus dioptimalkan
keberlanjutannya.
Sudah adanya sanitarian di seluruh puskesmas di Kab.Sijunjung
untuk melakukan pemicuan ke masyarakat untuk ber PHBS.
Sudah adanya gerakan Jumpa Berlian ( Jumat Pagi Bersihkan
Lingkungan Anda ) yang dilakukan oleh masyarakat,instansi dan
lembaga-lembaga yang ada di Kabupaten ataupun di Kecamatan.
Di sebagian wilayah / Nagari di Kab.Sijunjung sudah ada terbentuk
kelompok masyarakat yang bergotong royong dalam bercocok
tanam yang disebut dengan TOBO.
3). Isu Keuangan
Adanya dukungan dana dari APBD Kab.Sijunjung kepada Dinas
Kesehatan dalam upaya sosialisasi dan implementasi program dan
kegiatan PHBS.
Adanya dukungan dana dari APBD Propinsi Sumatera Barat dalam
pendataan PHBS walaupun masih belum optimal untuk mendata
semua nagari di Kab.Sijunjung.
III - 16
Media pengembangan promosi kesehatan untuk PHBS masih sangat
kurang dan belum dikemas secara menarik
5). Isu peran serta masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk indikator sanitasi sangat sulit dicapai
(seperti membuang sampah sembarangan, BABS, CTPS, dll)
Kebiasaan masyarakat yang tinggal di daerah dekat sungai,
membuang sampah dan BAB di sungai.
Adanya kader kesehatan lingkungan ( Kader Kesling ), Kader Juru
Pemantau Jentik ( Kader Jumantik), Kader PKK Kecamatan dan kader
posyandu yang dapat mendorong dan membantu terlaksananya
kegiatan.
Adanya kelompok-kelompok Dasawisma, kelompok lansia yang
dapat dimanfaatkan dalam upaya peningkatan Higiene/PHBS di
Kab.Sijunjung.
III - 17