g ( x, y, z ) G
( , , h)(h z )dd
( x )
( y ) 2 ( z h) 2
3/ 2
(6-1)
gi aik mk
dengan
aik
(6-2)
G (h zi )
3/ 2
( xi )2 ( yi )2 ( zi h)2
k
k
(6-3)
Page 1
g ( x, y, z0 )
mk (h z )
g ( x, y, z0 ) G
k 1
( x
k ) 2 ( yi k ) 2 ( z0 h)2
3/ 2
(6-4)
Hal yang menarik dalam proyeksi ke bidang datar adalah masalah penentuan posisi
kedalaman sumber ekuivalen titik-titik massa yang optimum.
Batas bawah dari posisi sumber ekuivalen titik massa diperoleh dari teori yang
dikemukakan oleh Bullard dan Cooper (1948) dimana mereka berpendapat bahwa jika titiktitik massa diskrit terletak jauh di bawah permukaan sedemikian sehingga massa diskrit
tersebut berada di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi yang sangat besar
pada medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar.
Dalam suatu survey lokal, luas arealnya dapat membatasi posisi kedalaman sumber
ekuivalen titik massa. Jika (h-z) relatif lebih besar dari dimensi survey, maka koefisien aik
cenderung mendekati harga a yang diberikan oleh
a lim
h 0
Jadi tensor A
(h zi )
( xi k ) ( yi k ) ( zi h)
2
2 3/ 2
lim
h 0
1
( z h)
(6-5)
2,5x (h zi ) 6x
(6-6)
Selain metode sumber ekuivalen titik massa, proses membawa anomali medan
gravitasi ke bidang datar dapat juga dilakukan dengan pendekatan deret Taylor. Metode ini
menggunakan derivatif dari suatu fungsi
disekitar titik itu. Medan potensial pada irreguler surface, z ( x, y) , dapat diperoleh dengan
melakukan kontinuasi terhadap medan potensial yang berada pada bidang datar ( z0
konstan) berdasarkan deret Taylor berikut :
Prak Metode Gravitasi dan Magnetik
Page 2
( z z0 ) n n
U ( x, y, z0 )
n! z n
n 0
U ( x, y, z )
(6-7)
Dari persamaan (15), dengan mengatur suku-suku persamaannya, dapat dilakukan proses
sebaliknya yaitu menghitung medan potensial pada bidang datar, z0 , dengan melakukan
kontinuasi terhadap medan potensial yang berada pada irreguler surface, z ( x, y) :
( z z0 ) n n
U ( x, y, z0 ) U ( x, y, z )
U ( x, y, z0 )
n! z n
n 1
(6-8)
continuation). Metode ini pada dasarnya dipakai untuk menghilangkan efek lokal sehingga
yang didapatkan hanyalah kecenderungan regionalnya. Hasil yang diperoleh kemudian
dikurangkan terhadap anomali medan gravitasi Bouguer lengkap yang sudah terpapar pada
bidang datar sehingga diperoleh anomali medan gravitasi Bouguer lengkap lokal yang siap
diinterpretasi.
Persamaan yang digunakan dalam melakukan kontinuasi ke atas (Blakely, 1995)
U ( x, y, zO z )
adalah
z
2
( x x' )
U ( x' , y' , zO )
2
( y y' ) 2 z 2
3/ 2
dx' dy '
(6-9)
Persamaan ini menunjukkan cara penghitungan harga medan potensial pada sembarang titik
di atas permukaan dimana harga-harga medan yang diketahui terdapat.
Prosedur perhitungan persamaan (9) akan lebih efisien jika dibuat dalam domain
Fourier. Secara sederhana persamaan (9) merupakan konvolusi dua dimensi :
U ( x, y, zO z )
U ( x' , y ' , z
(6-10)
dimana
u ( x, y, z )
z
1
2
2
2 ( x y z 2 )3 / 2
(6-11)
e
1
1
F u
F
z k
2 z r
dengan r
adalah
z k
, z 0.
(6-12)
F U u F U F u
(6-13)
Page 3
3. Pembahasan
Dalam upaya menganalisis data anomali medan gravitasi di atas sferoida referensi
untuk mendapatkan anomali massa di bawah permukaan (baik di atas maupun di bawah
sferoida referensi) yang menyebabkan distribusi medan gravitasi tersebut harus dipahami
bahwa data medan gravitasi yang akan diinterpretasi berada di permukaan topografi. Hal ini
didasari oleh suatu pemahaman bahwa dengan dilakukannya koreksi udara-bebas tidaklah
menyebabkan titik observasi berpindah ke sferoida referensi tetaapi koreksi ini dimaksudkan
untuk membawa medan gravitasi normal di sferoida referensi menjadi medan gravitasi
normal di permukaan topografi.
Seperti halnya koreksi udara-bebas, koreksi Bouguer juga tidak menyebabkan
berpindahnya posisi titik observasi ke sferoida referensi dan juga tidak menyebabkan
terjadinya diskontinuitas densitas dari massa-massa yang terletak di atas dan di bawah
sferoida referensi. Densitas Bouguer yang diperoleh bersamaan dengan perhitungan anomali
medan gravitasi Bouguer, merupakan densitas rata-rata untuk seluruh massa baik yang
berada di atas maupun di bawah sferoida referensi. Proses perhitungan densitas dilakukan
secara analitik yaitu dengan menggunakan persamaan matematis untuk menghitung
koefisien korelasi dari semua data pengukuran gravitasi. Berbeda dengan metode Nettleton
yang menggunakan data gravitasi perlintasan, cara analitik ini sangat baik karena
memasukkan semua data pengukuran gravitasi sehingga menjadi kros korelasi dua dimensi.
Anomali medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar yang diperoleh dari metode
sumber ekuivalen titik massa (Dampney, 1969) memberikan harga anomali yang berosilasi.
Hal ini terjadi karena posisi sumber ekuivalen titik massa berada di bawah sumber
sebenarnya dan seperti dikatakan oleh Dampney (1969) dalam jurnalnya bahwa jaka sumber
ekuivalen titik massa ditempatkan di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi
yang sangat besar terhadap anomali medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar. Jadi
penempatan sumber ekuivalen titik massa di bawah sumber sebenarnya merupakan suatu
larangan dalam metode ini.
Berkaitan dengan proses pengangkatan ke bidang datar dengan grid yang teratur,
Sarkowi (1998) melakukan proses tersebut dengan menggunakan metode yang diajukan
oleh Dampney. Sarkowi, pada salah satu kesimpulannya, menyatakan bahwa perbedaan
kedalaman sumber ekuivalen titik massa tidak mempengaruhi hasil proyeksi medan gravitasi
ke bidang datar tetapi hanya mempengaruhi jumlah iterasi untuk mendapatkan ralat yang
minimum. Pernyataan tersebut tentunya mengandung kesalahan karena alasan-alasan
sebagai berikut :
Prak Metode Gravitasi dan Magnetik
Page 4
1. Berdasarkan teori gravitasi Newton secara fisis dinyatakan bahwa jarak kuadrat antara
sumber medan terhadap titik pengukurannya berbading terbalik dengan medan gravitasi
sehingga memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga medan gravitasi.
Dengan
demikian
perbedaan
kedalaman
sumber
ekuivalen
titik
massa
akan
mempengaruhi hasil proyeksi medan gravitasi ke bidang datar dimana semakin besar
jaraknya maka semakin kecil medan gravitasinya.
2. Jika sumber ekuivalen titik massa diletakkan sangat jauh di bawah permukaan maka akan
menyebabkan terjadinya ill-conditioned terhadap tensor aik yang digunakan dalam
perhitungan.
3. Jika sumber ekuivalen itu berada di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi
terhadap medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar.
Proyeksi ke bidang datar dengan menggunakan pendekatan deret Taylor memberikan
hasil yang lebih realistis. Pola yang hampir sama ditunjukkan oleh kontur anomali Bouguer
lokal.
Lampiran A: Salah satu contoh listing
Program Damney (PROYEKSI KE BIDANG DATAR)
% PROGRAM PROYEKSI KE BIDANG DATAR
% Asumsi : medan gravitasi yang terukur di permukaan merupakan representasi dari suatu distribusi
kontinu sejumlah massa diskrit subsurface pada kedalaman tertentu.
%***************************************************************
% G konstanta gravitasi dalam MKS
% x,y,z posisi stasiun pengukuran di topografi
% xi,yi,zi posisi grid baru di bidang datar
% h kedalaman bidang sumber ekuivalen massa, menurut Xia & Sprowl h optimum=spasi pengukuran
% Kedalaman (z atau h) bernilai positif ke arah pusat bumi
% Perhitungan dalam program ini berada dalam satuan MKS
% Output perhitungan program dikonversi langsung ke mikrogal
% Datum yang dipakai dalam penelitian ini adalah titik base (titik 1)
% Maksimum iterasi 1000, bila sebelum/sampai iterasi maksimum proses berhenti
% dan Erms=NaN (Not a Number)atau sangat besar berarti proses tidak konvergen maka koefisien
% dan kedalaman bidang ekuivalen diubah sampai proses konvergen.
clear all;
help dhienadampney;
load('dhienadampney.txt');
load('grid.txt');
x=dhienadampney(:,1);
y=dhienadampney(:,2);
z=-dhienadampney(:,3);
g1=dhienadampney(:,4);
Prak Metode Gravitasi dan Magnetik
Page 5
xa=dhienadampney(:,1);
ya=dhienadampney(:,2);
g=g1/10^5;
G=6.67e-11;
dx=input('Masukan interval stasiun dx (m)=');
h=input('Masukan kedalaman bidang ekuivalen (m)=');
zi=input('Masukan zi ketinggian bidang datar (m)=');
tol=input('Masukan toleransi kesalahan (dlm m/s2): ');
maxit=input('Masukan iterasi maksimum: ');
alfa=xa;
beta=ya;
N=length(x);
Na=length(xa);
% tic;
h=waitbar(0,'PROSES PROYEKSI KE BIDANG DATAR')';
% Perhitungan matriks a(i,k)
for i=1:N;
waitbar(i/N);
for k=1:Na;
a(i,k)=G*(h-z(i))/((x(i)-alfa(k))^2+(y(i)-beta(k))^2+(z(i)-h)^2)^(1.5);
end
end
close(s);
%Pencarian nilai mk
[mk,flag,rr,iter] = lsqr(a,g,tol,maxit)
gz=a*mk;
Erms=sqrt((sum((gz-g)'*(gz-g))/N))
% Proyeksi ke bidang datar
xi=grid(:,1);
yi=grid(:,2);
M=length(xi);
% h=waitbar(0,'PROSES PROYEKSI KE BIDANG DATAR')';
for i=1:M;
% waitbar(i/M);
for k=1:Na;
bb(i,k)=G*(h-zi)/((xi(i)-alfa(k))^2+(yi(i)-beta(k))^2+(zi-h)^2)^(1.5);
end
end
% close(h);
% Nilai g di bidang datar (gbd)
gbd=bb*mk*10^5;
gbidtar=[xi yi gbd];
save bidangdatar6000.txt gbidtar -ascii;
Page 6