Oleh
Sih Wahyunita
H1E012028
2016
Judul Penelitian
PENENTUAN STRUKTUR KECEPATAN 1D GELOMBANG P DAN
RELOKASI GEMPABUMI SWARM DI HALMAHERA BARAT (NOVEMBERDESEMBER 2015)
Lingkup Penelitians
KMK : Fisika Bumi
Identitas Mahasiswa
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. NIM
d. Angkatan/Semester
e. Jumlah Kredit/IPK
:
:
:
:
:
Sih Wahyunita
Perempuan
H1E012028
2012/VIII
138/ 3,35
Lokasi Penelitian
1.
BMKG Pusat
Jangka Waktu
: ............................................
Pembimbing I
Pembimbing II
Sehah, M.Si.,
NIP. 19710806 200003 1 003
Mengetahui
Dekan Fakultas MIPA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3
Batasan Masalah........................................................................................3
1.4
Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.5
Manfaat Penelitian.....................................................................................3
Gempabumi...............................................................................................4
2.1.1
2.1.2
2.1.3
Parameter Gempabumi.......................................................................6
2.2
Gempabumi Swarm...................................................................................6
2.2.1
2.2.2
2.3
Lempeng Tektonik.....................................................................................9
2.4
Gelombang Seismik..................................................................................9
2.4.1
2.4.2
2.5
Tektonik Maluku.....................................................................................11
2.6
Metode Geiger.........................................................................................13
2.7
2.8
Relokasi Gempa......................................................................................17
3.2
3.3
Tahapan Penelitian..................................................................................20
ii
3.3.1
3.3.2
3.3.3
3.3.4
Pemetaan .........................................................................................24
3.4
3.5
Jadwal Penelitian.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kepulauan Maluku merupakan salah satu daerah wilayah timur Indonesia
yang rawan terjadi gempabumi dan tsunami karena terletak pada batas pertemuan
3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng
Pasifik serta satu lempeng mikro yaitu lempeng Filipina. Kerentanan ini juga
diperparah dengan terdapatnya Zona Tumbukan Maluku, Subduksi Busur Banda
(busur gunungapi aktif Halmahera dan Sangihe), dan patahan Kolaka yang
menyebabkan potensi terjadi gempabumi menjadi cukup tinggi (Amarullah dan
Tobing, 2005). Meskipun demikian, potensi gempabumi dan tsunami di wilayah
Maluku belum banyak diketahui dan diteliti. Tingkat ketelitian penentuan
parameter gempabumi sangat bergantung pada kualitas model kecepatan
gelombang seismik yang digunakan (Puspito, 1995). Gempa-gempa dangkal
terkonsentrasikan dibawah puncak punggungan tersebut, dan berdasarkan analisis
mekanisme fokus menunjukkan tipe sesar naik (Fitch, 1970).
Catatan sejarah menunjukkan bahwa kawasan Maluku Utara-Sangihe sudah
beberapa kali terjadi gempabumi merusak. Gempabumi Sangir 1 April 1936
adalah catatan gempabumi paling dahsyat yang pernah terjadi di zona ini, karena
guncangannya yang mencapai VIII-IX MMI hingga menyebabkan sebanyak 127
bangunan rumah mengalami kerusakan. Selain itu, gempabumi Pulau Siau pada
27 Pebruari 1974 juga memicu longsoran dan kerusakan bangunan rumah di
berbagai tempat. Selanjutnya adalah gempabumi Sangihe-Talaud yang terjadi
pada 22 Oktober 1983. Gempabumi ini dilaporkan telah merusak beberapa
bangunan rumah (BMKG, 2016).
Penentuan parameter gempabumi dengan menggunakan metode Single
Event Determination (SED) dalam Sistem Peringatan Dini Gempabumi di dunia
dianggap kurang akurat. Hal ini dikarenakan dalam penentuan hiposenter model
kecepatan struktur gelombang P masih menggunakan model kecepatan global.
Untuk memperbaiki posisi hiposenter perlu dilakukan relokasi hiposenter
1
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menentukan struktur kecepatan 1D gelombang P di Halmahera
Barat.
2. Bagaimana cara merelokasi gempabumi swarm (November-Desember 2015) di
Halmahera Barat.
1.3.
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan informasi nilai struktur kecepatan 1D gelombang P dan posisi
hiposenter yang lebih akurat pada kejadian gempabumi Swarm di Jailolo,
Halmahera Barat (November-Desember 2015).
2. Memberikan informasi lebih lanjut mengenai aktivitas tektonik Halmahera
yang
diharapkan
mampu
menjadi
selanjutnya.
acuan
untuk
penelitian-penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gempabumi
Gempabumi adalah rangkaian gelombang getaran atau kejutan (shock
wave) yang berasal dari suatu tempat dalam mantel atau kerak bumi (Bullen,
1965). Gempabumi akan terjadi apabila adanya penumpukan energi pada batas
lempeng atau pada sesar dan blok batuan yang tidak mampu lagi menahan
elastisitasnya, sehingga akan dilepaskan sejumlah energi dalam bentuk rangkaian
gelombang seismik yang dikenal sebagai gempabumi (Santoso, 2002).
Gambar 2.1
Gambar (a) menjelaskan pada keadaan ini suatu lapisan belum terjadi
perubahan bentuk struktur bumi. Gambar (b) lapisan batuan telah mendapat dan
mengandung tegangan (stress), dimana telah terjadi perubahan bentuk. Daerah A
mendapat tegangan ke atas, sedang daerah B mendapat tegangan ke bawah. Dalam
kurun waktu lama, lapisan batuan tidak akan mampu lagi untuk menahan
tegangan, sehingga terjadi pergerakan atau perpindahan (Winardi, 2006).
2.1.1 Pergerakan Lempeng
Ada tiga jenis pergerakan lempeng tektonik, yaitu :
1. Saling mendekat dan bertubrukan (Convergent)
Pergerakan ini dapat menyebabkan salah satu lempeng menyusup ke
bawah lempeng yang lainnya, membentuk zona subduksi atau menyebabkan
lempeng-lempeng saling bertumbukan ke atas, membentuk zona tumbukan.
Pematang gunung-api (Vulcanic Ridges) dan parit samudra (Oceanic Trenches)
juga terbentuk di wilayah batas konvergen ini (Blakely, 1995).
2. Saling menjauh (Divergent)
Pergerakan dua buah lempeng tektonik atau lebih yang bergerak saling
menjauh satu sama lainnya yang mengakibatkan material mantel naik keatas atau
4
2. Tipe II, adalah gempabumi yang terjadi pada tipe ini didahului dengan adanya
gempa pendahuluan (fore shock) dan kemudian diikuti gempa susulan yang
cukup banyak jumlahnya.
3. Tipe III, adalah gempabumi dimana tidak terdapat gempabumi (main shock
maupun fore shock), biasanya dikenal dengan gempabumi Swarm.
2.1.3 Parameter Gempabumi
Parameter gempabumi meliputi :
a. Hypocenter
Hypocenter adalah pusat gempa di dalam bumi, yaitu tempat terjadinya
perubahan pelapisan batuan di dalam bumi.
b. Epicenter
Epicenter adalah tempat di permukaan bumi yang letaknya tegak lurus dengan
hypocenter. Lokasi Epicenter dinyatakan dalam derajat lintang dan bujur.
c. Origin Time
Waktu saat terjadinya gempa di hiposenter (Origin Time) adalah waktu
terlepasnya akumulasi tegangan (stress) yang berbentuk penjalaran gelombang
bumi.
d. Magnitude
Magnitude adalah besarnya kekuatan gempabumi yang menggambarkan energi
yang terlepas pada saat gempabumi (Arifin, 2013).
magmatik yang mendesak dengan tekanan yang besar ke atas dan ke samping
tubuh gunung melalui saluran magma (conduit) atau bagian yang lemah (fracture)
dari gunung tersebut (Natawidjaya, 1995). Intrusi magmatik yang memotong
lapisan batuan pegunungan ini disebut dyke (Somali, 2008). Energi dorong dan
tekanan dyke ke atas terus menerus melewati tubuh gunung, maka akan terjadi
proses pecahnya perlahan-lahan dan teputus-putus (staccato) batu-batuan dalam
tubuh gunung tersebut yang disertai bunyi dentuman keras dari dalam tanah
(brust), sehingga mengakibatkan gempa yang berulang-ulang.
Penelitian tentang gempabumi Swarm telah banyak dilakukan, antara lain
oleh Wood dan Kienle (1990) di Coso, California. Pada penelitian tersebut
gempabumi Swarm terjadi dalam kaitannya dengan aktivitas geothermal di
daratan. Lin et al (2007) mengadakan penelitian tentang gempabumi swarm dalam
kaitannya dengan aktivitas vulkanik barat daya Palung Okinawa. Sedangkan Stein
(2003), Toga dan Sagiya (2002) menyelidiki hubungan antara aktivitas
gempabumi swarm dengan laju stressing yang mempengaruhi seismisitas di Pulau
Izu, Jepang tentang terjadinya gempabumi swarm yang dikaitkan dengan aktivitas
vulkanik dan tektonik.
2.2.1 Jenis Gempabumi Swarm
Gempabumi Swarm dapat dikelompokkan menjadi :
1. Gempabumi Swarm Vulkanik
a. Disebabkan peningkatan aktifitas fluida magnetik gunung api (instrusidyke).
b. Ukuran tubuh gunung bertambah gemuk (swell)
c. Pada saat magma mendesak tubuh gunung lewat condoit atau fracture/fault,
batuan dinding perut gunung pecah/rontok, sehingga menyebabkan gempa
terus menerus dan terputus-putus (staccato).
d. Pada saat batuan-batuan dinding pecah dan rontok, terdengar bunyi keras
(brust).
e. Magnitude kecil (<5 skala Richter)
2. Gempabumi Swarm Tektonik
a. Disebabkan oleh aktifitas gerakan lempeng tektonik (subduction atau
collison)
10
Daerah Maluku Utara merupakan salah satu daerah aktif gempa di Indonesia
Daerah tektonik yang kompleks ini dibangun oleh interaksi antara lempeng
Filipina di utara, lempeng Pasifik di Timur, lempeng Eurasia di Barat, dan
lempeng Indo-Australia di Selatan. Batas selatannya merupakan sistem patahan
Sorong dari Papua ke Sulawesi yang panjangnya sekitar 800 km ke arah Sulawesi
dan 1500 km sepanjang tepi utara Papua ke arah Papua Nugini. Sebelah barat
dibatasi oleh Laut Maluku dan di timurlaut dibatasi oleh ujung selatan palung
Filipina serta timur berbatasan dengan perluasan ke utara Patahan Sorong.
11
Ga
mbar 2.7 Tektonik Maluku dan sekitarnya (Silver dan Moone, 1978)
Sistem Halmahera yang sangat aktif dan kompleks maka intensitas gempa
yang terjadi sangat tinggi. Hal ini dikarenakan adanya suatu pola patahan
Halamahera yang disubduksi oleh lempeng Oceanic Pasifik sehingga lempeng
bergerak ke barat dan menunjam ke arah lempeng Maluku yang didesak pula oleh
lempeng Kontinen yang bergerak ke timur. Sementara itu lempeng Halmahera
juga mengalami sesar transform dextral di sebelah selatan dengan lempeng
Eurasia serta sesar transform sinistral dengan lempeng Oceanic Pasific di sebelah
timur. Maluku Utara dan sekitarnya merupakan daerah yang aktif dan sering
terjadi gempabumi.
Secara geologi dan tektonik Halamahera cukup unik, karena pulau ini
terbentuk dari tiga pertemuan lempeng sejak zaman kapur. Lempeng laut Maluku
saat ini merupakan contoh dari basin yang mengalami penutupan akibat subduksi
lempeng samudera yang mendesaknya dari dua arah yang berlawanan. Interaksi
ketiga lempeng ini mengakibatkan terjadinya
12
(2.3)
Atau r = G x
Keterangan :
13
hiposenter inisial
,
= residu atau selisih antara hasil observasi dan hasil kalkulasi pada stasiun ke-i
N = jumlah stasiun
Metode Geiger merupakan metode dengan inversi damped least square yang
dihitung berdasarkan iterasi sebelumnya (Nishi, 2005).
14
15
Gambar 2.8 Model Kecepatan Untuk Inversi. Model awal yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan hasil modifikasi dari model Jeffrey-Bullen
Gambar 2.9 Struktur kerak bumi, fase gelombang dan penjalarannya untuk: a). Kerak
benua, dan b). Kerak samudra
16
dimana dalam medium padat gelombang primer akan dapat menjalar lebih cepat.
Sedangkan koreksi stasiun yang bernilai positif (+) karena kecepatan gelombang P
(Vp) yang ditangkap oleh stasiun lebih lambat dari nilai kecepatan P (Vp) pada
output model dan kandungan material di sekitar stasiun tersebut adalah sedimen
atau pasir. Pada nilai koreksi stasiun dengan nilai koreksi 0 ini dikatakan sama
karena menunjukkan bahwa kecepatan gelombang primer untuk sampai ke stasiun
perekam adalah sama dengan kecepatan yang diperkirakan oleh model dengan
waktu yang sama. Koreksi stasiun 0 menunjukkan bahwa jenis batuan penyusun
juga merupakan batuan padat (Gunawan, 1985)
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan (Januari 2016 Mei 2016) di
Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat Jakarta
khususnya di bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, di Jalan Kemayoran No.2
Jakarta Pusat.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang diperlukan pada Penelitian ini adalah :
Alat :
1. Notebook Aspire One 10.1
2. Software Velest Versi 3.3
3. Microsoft Office
4. Note pad++
5. Software Arc View GIS Versi 9.3
Bahan :
1. Data gempabumi Halmahera Barat, Maluku Utara pada bulan NovemberDesember 2015 pada Koordinat 0,50-1,50 LU dan 1270-1280 BT
2. Model Kecepatan Awal Gelombang P (EK280993)
3. Data Koordinat Stasiun pencatat gempabumi
19
20
22
olat dan olon : koordinat lintang dan bujur stasiun referensi, dalam
penelitian ini stasiun seismik yang digunakan sebagai stasiun referensi
adalah TNTI
neqs : jumlah gempa yang akan dirrelokasi
dmax : jarak maksimal tiap episenter terhadap stasiun pencatat
itopo : bernilai 1, berarti menggunakan nilai topografi stasiun
nsp : bernilai 1, berarti data menggunakan gelombang P
vpvs : rasio Vp dan Vs yang bernilai 1,73
othet : redaman origin time
xythet : redaman koordinat horizontal hiposenter
zthet : redaman kedalaman gempa
stathet : redaman koreksi stasiun
vthet : redaman model kecepatan
ittmax : jumlah iterasi yang dilakukan
Proses relokasi hiposenter dan penentuan model kecepatan program
Velest33 menggunakan metode iterasi Jacobi. Prosedur utama untuk model
simultan dapat digambarkan dengan diagram alir pada Gambar 3.3. Pada diagram
tersebut dilakukan permodelan ke depan dan akan diperoleh data awal. Kemudian
data tersebut akan disusun dalam bentuk matrik dan dilakukan permodelan ke
belakang untuk mendapatkan model baru. Model baru ini merupakan perbaikan
hiposenter, model kecepatan dan koreksi staiun. Selanjutnya dilakukan
permodelan ke depan untuk mendapatkan data baru dan dicek solusinya. Jika data
yang dihasilkan memiliki kualitas kurang baik yakni fit dengan data observasi
maka akan dijadikan output, sedangkan jika data yang dihasilkan memiliki
kualitas kurang baik maka akan dilakukan iterasi Jacobi sampai diperoleh data
yang baik. Jika data output tersebut masih memerlukan iterasi yang lain maka
akan dilakukan lagi, jika tidak maka akan dijadikan sebagai output akhir. Jumlah
iterasi Jacobi bergantung pada jumlah iterasi yang di-input-kan di parameter
control, proses ini merupakan proses trial and error.
23
3.3.4 Pemetaan
Data hasil relokasi gempabumi, koreksi stasiun dan model kecepatan
gelombang P baru yang diperoleh dengan Velest33 dipetakan menggunakan
ArcView 9.1 dan di-plotting menggunakan Ms. Excel.
25
List Stasiun
Seismik
Data
Gempabumi
Model Awal
Kecepatan
Koreksi
Stasiun
Data relokasi
gempabumi
Model Baru
Kecepatan
RMS
0,99?
26
Selesei
Bulan (minggu)
Mei
No. Jenis kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pustaka
2 Persiapan
pengambilan
data gempa
3 Akuisisi Data
4 Pengolahan
Data
5 Interpretasi
Data
6 Penyusunan
laporan
7 Seminar hasil
27
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, T., (2011). Kondisi Umum Pulau Maluku Ditinjau dari Geologi,
Geomorfologi, Hidrologi dan Pengembangan Potensi. Universitas Negeri
Malang.
Arifin, Ja., (2013). Sistem Monitering Gempabumi JISView 1.1. Badan
Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Blakely, R.J., 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications,
Cambridge University Press, USA.
Bullen, K. E dan Bruce, A. B., (1965). An Introduction To The Theory Of
Seismology,. Cambridge University Press, USA.
Djoko, Santoso., 2002. Pengantar Teknik Geofisika. ITB, Bandung
Fitch, TJ., (1970). Earthquake Meachanism Sand Islandarc Tectonic Sinthe
Indonesian-Philippine Region. Bull. Seismol. Soc. Amer., 6 0 , 5 6 5 - 5 9 1
Geller dkk. (1997) Geller, R.J., D.D. Jackson, Y.Y. Kagan, F. M ulargia,
Earthquakes Cannot Be Predicted, Science,v. 275.
Gunawan., (1985). Penentuan Hyposenter dan Origine Time Gempa Lokal
dengan Metode Geiger. Thesis. UGM Jogjakarta
Hamilton, W., (1979). Tectonic of the Indonesia Regional.
Herrin, E., (1968). Seismological Tables for P Phases. Bulletin of Seismological
Society of America, 58, 1193-1241.
Husein, S., (2008). A Short Note on the Seismic History of Yogyakarta Prior to the
May 27, 2006 Earthquake. Star Publishing Company Inc.
Jeffrey, H and Bullen, K. E., (1956). Seismological Tables. British Association for
the Advancement of Science. London.
Kissling, E., (1988). Geotomography with local earthquake data, Rev. Geophysic,
26, 659-698.
Mogi, K., (1967). Earthquakes and Factures. Tectophysics Elsweir Scientific
Publishing Company. Amsterdam.
Natawidjaya D.H., 1995. Evaluasi Bahaya Patahan Aktif, Tsunami, dan
Goncangan Gempa. Laboratorium Riset Bencana Alam Geoteknologi. LIPI.
Jakarta.
Puspito, N. T., (1995). Mantle Structure and Seismotectonics of the Sunda and
28
29