Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SPEKTRAL GUNUNG SLAMET

Salah satu metode geofisika yang digunakan dalam pemantauan kegiatan gunungapi adalah
metode seismik, yaitu dengan cara memantau kegiatan seismik atau kegempaan gunungapi
secara menerus; baik sebelum letusan, pada saat letusan, maupun setelah letusan. Estimasi
spektral dilakukan pada data rekaman seismogram, selain itu juga ditentukan kedalaman
hiposenter untuk mengetahui penyebaran sumber gempabumi gunungapi. Sehingga diperoleh
gambaran secara umum mengenai tingkat kegiatan dari gunungapi tersebut.

Estimasi Spektral

Proses ini merupakan proses untuk mengestimasi parameter yang tidak diketahui pada suatu
fungsi acak yang diperoleh dari suatu pengukuran dengan cara statistik. Tujuannya adalah untuk
menyaring informasi yang berguna dan membuang informasi yang tidak diinginkan dari data
pengamatan. Data rekaman seismogram merupakan data time domain, karena data rekaman
tersebut menggunakan waktu tiba gelombang P dan S yang dipengaruhi oleh efek penjalaran
gelombang. Untuk mempermudah proses analisis, data dalam bentuk time domain tersebut
diubah ke dalam frequency domain.

Penentuan Hiposenter

Kedalaman gempa atau hiposenter merupakan parameter gempa yang sangat penting,
karena selain berkaitan erat dengan proses pelepasan energi pada saat gempa juga sejauh mana
efek atau akibat gempa tersebut. Untuk menentukan lokasi hiposenter, pada penelitian ini
digunakan metode sederhana yaitu metode Lokus. Dengan asumsi bahwa gelombang seismik
merambat dalam lapisan homogen isotropik, sehingga kecepatan gelombang selama penjalaran
adalah tetap.

Analisa

Pada pengolahan data untuk menentukan spektral, data yang digunakan adalah seluruh
rekaman (termasuk coda yang ikut terekam). Hal ini menyebabkan hasil spektral yang diperoleh
kemungkinan lebih mewakili coda dari pada body wave-nya itu sendiri. Untuk itu perlu
dilakukan pemilahan data (coda dan body wave) yang lebih akurat untuk mendapatkan hasil
spektral yang lebih bagus. Dalam penentuan kedalaman hiposenter, pengolahan yang dilakukan
adalah penentuan kedalaman relatif hiposenter, bukan harga mutlaknya. Akan tetapi hanya untuk
mengetahui distribusi penyebaran dari kedalaman hiposenter tersebut.

Kesimpulan

1. Dari hasil pengolahan data estimasi spektral diperoleh bahwa spektral gempa untuk Gunung
Slamet untuk masing-masing stasiun pencatat gempa relatif tidak berubah. Hal ini menunjukkan
bahwa pada frekuensi tersebut memang terjadi getaran gempa yang disebabkan oleh sumber
Gunung Slamet tersebut yang relatif tetap.

2. Secara umum gempa Gunung Slamet mempunyai frekuensi antara 4,0 Hz sampai dengan 5,8
Hz. Stasiun GUC mempunyai harga spektral yang relatif lebih besar dibandingkan dengan dua
stasiun yang lainnya, karena letak stasiun GUC yang relatif lebih dekat dengan Gunung Slamet
dibandingkan dengan kedua stasiun lainnya tersebut.

3. Dari hasil perhitungan kedalaman hiposenter diperoleh bahwa adanya semacam pendangkalan
sumber gempa, meskipun tidak secara langsung.
Analisis Deformasi Gunung Api Papandayan Berdasarkan Data Pengamatan
GPS Tahun 2002 – 2011

Gunung api Papandayan adalah gunung api yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa
Barat. Gunung api dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70
km sebelah tenggara Kota Bandung. Gunung api Papandayan merupakan salah satu gunung api
aktif di Indonesia. Salah satu metoda pemantaun aktivitas vulkanik gunung api adalah dengan
metoda deformasi. Dalam melakukan penelitian deformasi yang terjadi, digunakan data
pengamatan survei GPS (Global Positioning System). Pada dasarnya survei ini dilakukan untuk
mengetahui pola dan kecepatan deformasi yang terjadi pada Gunung api Papandayan. Dari
analisis unsur deformasi ini, dapat diketahui karakteristik deformasi yang terjadi pada gunung
api tersebut. Pada Gunung api Papandayan deformasi yang terjadi dipengaruhi oleh tekanan
magma dari dalam gunung. Dari analisis yang dilakukan, sumber magma dalam dan sumber
magma dangkal mempengaruhi aktivitas gunung. Pada tahun 2003-2005 terdapat dua sumber
magma dimana di sana terjadi proses inflasi. Pada tahun 2005-2008 hanya satu sumber yang
mempengaruhi dimana di sana terjadi proses deflasi. Pada tahun 2008-Juli 2011 terdapat dua
sumber magma yang mempengaruhi dimana di sana terjadi proses deflasi dan inflasi. Pada Juli
2011-Agustus 2011 terdapat satu sumber magma dimana di sana terjadi proses inflasi. Pada
tahun 2003-Agustus 2011 terdapat dua sumber magma dimana di sana terjadi proses deflasi dan
inflasi.

Survei Deformasi Gunung api dengan GPS

Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai pemantauan deformasi gunung api dengan
menggunakan GPS (Global Positioning System). Pemantauan deformasi gunung api dapat
dilakukan secara kontinu yaitu koordinat titik-titik GPS yang dipasang di gunung api ditentukan
secara berkala dalam selang waktu tertentu. Pada pengamatan deformasi gunung api Papandayan
ini terdapat beberapa titik GPS yang diamati secara kontinu dalam selang waktu tertentu dimana
pengamatannya dilakukan pada tahun 1998, 1999, 2001, 2002, 2003, 2005, 2008, dan 2011.
Dengan menganalisis perbedaan koordinat pada setiap periode, maka karakteristik deformasi
gunung api dapat ditentukan dan dianalisis.
Penentuan Sumber Tekanan Magma

Aktivitas magmatik pada sumber tekanan reservoir magma merupakan penyebab adanya
deformasi pada gunung api. Deformasi pada gunung api berupa inflsasi dan deflasi dapat terlihat
dari pola vektor pergeseran. Berdasarkan vektor pergeseran tersebut dapat diteentukan
keberadaan sumber magma, bentuk dan lokasi sumber magma tersebut. Salah satu cara untuk
menentukan sumber tekanan tersebut adalah dengan menggunakan model Mogi. Metoda
penentuan sumber tekanan ini ditemukan oleh Kiyoo Mogi pada tahun 1958. Model Mogi
merupakan solusi statis untuk menentukan medan pergeseran pada sumber tekanan spherical
yang berada di dalam perut gunung yang merupakan bagian kerak bumi yang diasumsikan
elastik.

Pengolahan Data GPS Gunung api Papandayan

Pengolahan data GPS gunung api Papandayan ini menggunakan software Bernese 5.0. Software
ini digunakan karena software ini menghasilkan koordinat geosentrik dan geodetik secara teliti
beserta standar deviasinya. Software ini digunakan karena kemampuannya dalam mengestimasi
dan mereduksi kesalahan dan bias.

Kesimpulan Dari keseluruhan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kecepatan pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada Gunung api Papandayan per tahun dari
tahun 2003 – 2011 berkisar dari rentang 1,3 mm/tahun – 2 cm/tahun.

2. Pada tahun 2003-2005, terdapat dua sumber magma yaitu sumber dalam dan sumber dangkal
dimana di sana terjadi proses inflasi

3. Pada tahun 2005-2008 hanya satu sumber yang mempengaruhi dimana di sana terjadi proses
deflasi.

4. Pada tahun 2008-Juli 2011 terdapat dua sumber magma yang mempengaruhi dimana di sana
terjadi proses deflasi dan inflasi.

5. Pada Juli 2011-Agustus 2011 terdapat satu sumber magma dimana di sana terjadi proses
inflasi.
6. Pada tahun 2003-Agustus 2011 terdapat dua sumber magma dimana di sana terjadi proses
deflasi dan inflasi.

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009


G. Batur merupakan salah satu gunungapi aktif di P. Bali, dimana disekitar kaki G. Batur
telah banyak penduduk yang menetap, sehingga resiko bencana menjadi sangat besar. Interval
letusan yang satu dengan lainnya berkisar antara 1 – 39 tahun, dengan pusat erupsi yang
berpindah-pindah, terdapat tiga kawah utama yang dikenal adalah Kawah Batur I, Kawah Batur
II dan Kawah Batur III. Kondisi bawah permukaan dengan membuat model anomali sisa terdapat
tiga density batuan yang berbeda, berdasarkan model tersebut membuktikan bahwa di daerah
tersebut terdapat dua struktur normal yang mencirikan suatu graben yang dikenal dengan
Kaldera I dan Kaldera II batur.

Pengukuran gaya berat dilakukan dengan cara “looping”, dimulai dari pengukuran di titik
pangkal (referensi) dilanjutkan pengukuran ke titik-titik yang ada di lapangan kemudian kembali
lagi ke titik-titik tersebut hingga berakhir di titik referensi (Pos PGA). Cara ini dimaksudkan
untuk mereduksi efek apungan (drift) dari gravitymeter. Koreksi apungan itu disebabkan oleh
sifat alat itu sendiri yang perubahannya dianggap linier terhadap waktu untuk jangka pendek
(beberapa jam), sehingga dengan pengukuran looping ini kesalahan apungan bisa dikoreksi.
Data yang perlu dicatat dalam survei gravity ini adalah skala hasil pembacaan gravitymeter yang
dibaca tiga kali pada setiap titik ukur dengan jeda waktu 5 menit, waktu pada saat pembacaan
skala, dan diskripsi titik lokasi yang meliputi nama desa, jalan, koordinat dan elevasi titik secara
kasar. Jarak antara titik amat berkisar antara 1 – 3 km. Pengukuran yang terbaca pada
gravitymeter masih berupa harga skala bacaan dengan harga bacaan dalam satuan miligal (1 gal
= 1cm/dt2). Sebelumnya untuk penentuan titik-titik ukur di lapangan kami lakukan dengan
melihat patok-patok yang tersebar di sekitar G. Batur yang memungkinkan bisa memotong
gunung tersebut, maka kami lakukan dengan survei terhadap patok-patok tersebut agar dalam
pengukuran gravitymeter tidak memerlukan waktu yang lama dalam mencari patok ukur tersebut
(Gambar 4). Pencarian patok-patok tersebut kita gunakan GPS garmin serta kompas geologi
untuk melihat posisi patok-patok tersebut, karena kita telah tahu koordinat dari patok-patok yang
kita inginkan. Titik-titik ukur yang digunakan adalah titik yang berarah tenggara – baratlaut
memotong G. Batur. Titik-titik tersebut adalah sebagai berikut: Sebagai bahan perbandingkan
hasil pengukuran gravity Februari 2009, kami bandingkan dengan hasil pengukur yang dilakukan
oleh Sdr. Subandriyo tahun 2001, begitu pula untuk pengukuran gravity harus ada titik ikat. Titik
ikat yang ada di sekitar G. Batur berada di dekat musium yang dibuat oleh BAKOSORTANAL
yang sekarang lokasinya dipinggir jalan raya, sehingga pengukuran dapat direferensikan ke titik
tersebut, hasilnya adalah sebagai berikut :

Densitas Bouguer rata-rata batuan permukaan di sekitar G. Batur sebesar 2,1 gram/cm3
yang diperoleh dengan metoda Nettleton. Berdasarkan data/analisis geologi gunungapi pada
umumnya batuan meliputi area Batur didominasi oleh material lepas berupa rempah vulkanik
yang berukuran halus hingga bongkah yang berkomposisi andesit dan basaltik andesit.
Berdasarkan kajian kualitatif pada anomali Bouguer lengkap, di sekitar kaldera G. Batur
dijumpai anomali positif sekitar 94 – 130 mgal, anomali rendah terdapat di bagian barat dan
semakin ketimur anomali semakin besar. Ada dua macam pola anomali yaitu pola anomali
berjajar yang mengarah ke utara yang berubah di tengah kaldera, kemungkinan berhubungan
dengan struktur sesar yang berkembang di G. Batur, dan pola kontur tertutup di tengah kaldera
yang kemungkinan berhubungan dengan batuan berdensitas tinggi. Kajian kuantitatif dengan
model poligon ditemukan tiga satuan batuan yaitu pertama batuan berdensitas 2,1 gram/cm3
merupakan batuan klastik (sedimen dan vulkanik), kedua berdensitas 2,5 gram/cm3 merupakan
batuan vulkanik (andesit), kalau di lihat pada peta geologi daerah ini tersebar adanya
kerucutkerucut vulkanik pada bagian barat G. Batur dan ketiga batuan berdensitas 3 gram/cm3
merupakan batuan andesit-basaltik yang merupakan kaki dari G. Batur. Hasil pemodelan yang
dibuat ini, dapat memberikan gambaran struktur bawah permukaan G. Batur yaitu terlihat adanya
perubahan densitas yang mencolok dari hasil pemodelan pada gambar 6 dimana pada hasil
pemodelan terdapat 2 daerah yang berbeda sehingga diinterfretasikan sebagai struktur normal,
yaitu yang dikenal sebagai kaldera I dan kaldera II, sehingga hal ini dapat menerangkan bahwa
bentang alam Kaldera Batur yang memperlihatkan dua undakan merupakan dinding-dinding
kaldera, juga hal ini membuktikan bahwa peta geolgi gunungapi Batur memiliki dua kaldera
dengan penyebaran kerucut-rekucut vulkanik disekitar G. Batur dengan jenis batuan andesit-
basaltik. Berdasarkan hasil pengukuran gravity dengan pemodelan dua dimensi, kaldera Batur
kemungkinan terjadi akibat depresi sebagai amblasan gunungapi, yang disebabkan oleh
penurunan permukaan magma karena injeksi dike di pusat saluran magma (diatrema)
diperlihatkan pada Gambar
Tugas Fisika Gunung Api
Penentuan Lokasi Sumber Gunung Api

Disusun Oleh :
Bachrudin Ashari Pujakusuma
14/362698/PA/15780

Dosen Pengampu :
Drs. Imam Suyanto M.Si.

DEPARTEMEN FISIKA
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017

Anda mungkin juga menyukai