Anda di halaman 1dari 16

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN


TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ACARA III : GRAVIMETRI

LAPORAN

OLEH:
BINTANG MEYRISKA
D061221098

GOWA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia analitik adalah analisis sampel bahan untuk menentukan komposisi

dan struktur kimianya. Kimia analitik berkaitan dengan teori dan praktik metode

untuk menentukan komposisi zat. Kimia analitik dapat dibagi menjadi bidang

yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif mengacu

pada identifikasi zat kimia, identifikasi unsur atau senyawa dalam suatu sampel.

Analisis kuantitatif, di sisi lain, mengacu pada penentuan jumlah zat tertentu yang

terkandung dalam sampel. Beberapa metode analisis kimia yang umum

digunakan, baik secara konvensional maupun instrumental, yaitu; (1) gravimetri

(2) titrasi (volumetri) meliputi titrasi asam-basa, pengendapan, kompleksasi,

oksidasi-reduksi (3) ekstraksi (4) kromatografi (5) analisis elektrokimia meliputi

polarografi, potensiometri, konduktometri (6) spektrofotometri termasuk sinar

tampak spektrofotometri (terlihat), sinar ultraviolet, sinar inframerah (IR), serapan

atom.

Diantara semua metode analisis kimia, metode yang umum digunakan

adalah metode gravimetri. Dalam analisis gravimetri, berat suatu unsur atau

senyawa tertentu diisolasi dan diukur. Sebagian besar penentuan dengan analisis

gravimetri melibatkan konversi senyawa stabil murni atau radikal yang dapat

dengan mudah diubah menjadi bentuk yang ditimbang secara akurat.


Langkah pengukuran metode gravimetri adalah penimbangan. Analit secara fisik

dipisahkan dari semua komponen sampel lainnya dan pelarut. Pengendapan

adalah teknik yang paling umum digunakan untuk memisahkan analit dari unsur-

unsur pengganggu. Analisis gravimetri adalah suatu metode analisis kimia

kuantitatif berdasarkan prinsip penimbangan yang diperoleh dari suatu proses

dimana analit dipisahkan dari zat-zatnya melalui proses pengendapan. Endapan

disaring, dikeringkan dan ditimbang, dimana endapan harus semurni mungkin.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mengetahui prinsip dasar Gravimetri.

2. Menganalisis endapan Ba2+ dari BaCI2 dengan menggunakan metode

Gravimetri.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah :

1. Neraca analitik 1 buah

2. Sendok tanduk 1 buah

3. Batang pengaduk 1 buah

4. Gelas kimia 50ml 1 buah

5. Gelas kimia 100ml 1 buah

6. Penjepit tabung 1 buah

7. Gelas piala 250 ml 1 buah

8. Bulb 1 buah
9. Labu semprot 1 buah

10. Corong 1 buah

11. Desikator 1 buah

12. Cawan porselin 1 buah

13. Hotplate 1 buah

14. Pipet skala 5ml 1 buah

1.3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu :

1. BaCI2

2. H2SO4

3. Aquades

4. Kertas saring

1.4 Batasan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan kali in:

1. Apa prinsip dasar gravimetri?

2. Bagaimana menentukan kadar Ba2+ dengan menggunakan metode

gravimetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kimia Analitik

Kimia Analitik merupakan salah satu cabang Ilmu Kimia yang mempelajari

tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia. Dalam melakukan

pemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia, memerlukan atau

menggunakan metode analisis kimia. Kimia analitik mencakup kimia analisis

kualitatif dan kimia analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menyatakan keberadaan

suatu unsur atau senyawa dalam sampel, sedangkan analisis kuantitatif

menyatakan jumlah suatu unsur atau senyawa dalam sampel (Amir 2021).

Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari prinsip

identifikasi, separasi dan kuantifikasi senyawa-senyawa kimia melalui

pengembangan metode, teknik, dan istrumentasi yang dikaji secara fundamental

dan aplikasinya. Kimia analitik mencakup metode klasik, modern, dan

instrumentasi. evaluasi kualitatif untuk mengidentifikasi materi sedangkan

kuantitatif adalah untuk menentukan jumlah atau konsentrasi secara numerik.

Metode kualitatif dan kuantitatif klasik menggunakan pemisahan seperti

presipitasi, ekstraksi, dan distilasi dengan identifikasi pada perbedaan warna, bau,

titik lebur, faktor pendidihan, radioaktivitas atau reaktivitas. Metode instrumentasi

digunakan untuk memisahkan sampel menggunakan kromatografi, elektroskopi

atau pemisahan berdasarkan fraksi alirnya. Evaluasi kualitatif dan kuantitatifnya

dapat dilakukan dengan instrumen yang sama dan dapat menggunakan interaksi
panas, medan listrik atau medan magnet sesuai dengan karakteristiknya

(Wiryawan 2008).

2.2 Metode Gravimetri

Analisis gravitrimetri atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, yaitu

dimana suatu proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau senyawa tertentu

dari unsur tersebut dalam bentuk yang semurni mungkin. Bagian terbesar dari

penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal

senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat di

timbang dengan teliti. Lalu, bobot unsur atau radikal senyawa itu dengan mudah

dapat dihitung dari pengetahuan tentang rumus senyawaannya serta bobot atom

unsur-unsur penyusunannya (Wiryawan 2008)

Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling

sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan

itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara

menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Metode

gravimetri merupakan suatu metode yang digunakan dalam analisis gravimetri

yang digunakan untuk menentukan kuantitas analit secara konvensional. Pada

dasarnya, metode gravimetri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Gravimetri dengan metode pengendapan

Pada metode ini, pereaksi tertentu yanda dapat digunakan untuk

mengendapkan zat yang dianalisis. Syarat 93 endapan yang dihasilkan harus


berbentuk hablur kasar atau berupa kristal kasar agar mudah untuk dipisahkan

dengan penyaringan.

b. Gravimetri dengan cara penguapan atau pembebasan (gas)

Pada metode ini, analit akan diuapkan kemudian untuk zat yang tidak

menguap akan ditimbang. Dengan demikian, pada massa bagian yang

hilang/menguap dapat ditentukan kuantitatifnya.

c. Gravimetri dengan cara elektrolisis

Pada metode ini, larutan yang mengandung analit diletakkan dalam sel

elektrolisis. Proses elektrolisis berlangsung dalam waktu tertentu. Selama proses

tersebut, logam yang telah mengendap di katode dapat ditentukan beratnya.

Untuk memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka

harus memperhatikan tiga hal berikut ;

1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.

2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus

molekulnya.

3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.

Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut:

a). Pelarutan sampel (untuk sampel padat).

b). Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara

berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi. Pengendapan

dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum

reaksi pengendapan. Tahap ini merupakan tahap paling penting.

c). Penyaringan endapan.


d). Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring

dengan larutan tertentu.

e). Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan.

f). Penimbangan endapan.

g). Perhitungan.

2.2 Pengendapan Senyawa

Proses pengendapan dalam analisis gravimetri, partikelpartikel hasil

pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi dan pembentukan nukleus.

Sehingga, dalam analisa gravimetri harus selalu diupayakan agara terdapat

endapan yang murni dan partikelpartikelnya cukup besar sehingga mudah disaring

dan dicuci (Raputradika 2019).

a. Kemurnian Endapan

Untuk mendapatkan endapan yang besar dan murni, yang dilakukan

biasanya endapan didegrasi (didegest) atau dimatangkan yaitu dengan endapan

yang dibiarkan kontak langsung dengan larutan induknya selama beberapa jam

pada temperatur 60-70 .

b. Menyaring dan Mencuci Endapan

Endapan yang telah disaring, lalu dikotori oleh zat-zat yang mudah larut

dan harus dihilangkan dengan cara pencucian endapan. Yang menjadi pada dasar

pencucian adalah:
- Dapat melarutkan zat pengotor dengan baik tetapi tidak melarutkan

endapan dan dapat mencegah terjadinya presipitasi pada waktu pencucian.

- Dapat menyebabkan adanya pertukaran ion-ion yang teradsorpsi sehingga

diganti oleh ion-ion lain yang apabila pada pemanasan dapat menguap.

- Endapan yang terjadi dapat disaring dengan kertas saring bebas abu,

cawan penyaring dengan asbes atau penyaring gelas.

c. Penyaring dan Pemanasan Endapan

Endapan yang telah disaring, dicuci, dikeringkan, diabukan, dan dipijarkan

sampai beratnya konstan. Pengeringan endapat dilakukan untuk menghilangkan

air dan zat yang mudah menguap, sedangkan pemijaran dilakukan untuk merubah

endapan tersebut ke dalam suatu senyawa kimia yang rumusnya dapat diketahui

dengan pasti.

Adapun kondisi yang diperlukan agar dapat mengendapkan analit yang

dilakukan dengan menggunakan pereaksi tertentu, antara lain:

a. Pengendapan harus dilakukan dalam larutan encer dengan memperhatikan

kelarutan endapan, waktu yang diperlukan untuk penyaringan endapan, dan

perlakuan-perlakuan lainnya yang harus dilakukan setelah proses pengendapan.

Hal ini dapat dilakukan untuk meminimalisirkan kesalahan yang diakibatkan oleh

kopresipitasi.

b. Pada pereaksi atau reagensia harus dihomogenkan secara perlahan-lahan

sambil dilakukan pengadukan secara terusmenerus untuk menjaga tingkat lewat-


jenuh kecil, dan dapat membantu pertumbuhan kristal yang besar. Sehingga dapat

dengan mudah disaring dan memperoleh endapan kristalin yang berukuran besar.

c. Pengendapan dilakukan dalam larutan yang panas, sehinggan harus

dipanaskan sampai tepat di bawah titik akhir atau sampai temperatur lain yang

lebih mengentungkan.

d. Endapan kristalin harus dicerna atau didegras dalam penangas air. Proses ini

dapat menghasilkan endapan yang lebih mudah disaring.

e. Endapan selanjutnya harus dicuci dengan larutan elektrolit yang sesuai dan

encer.

f. Jika endapan yang dihasilkan ternyata masih terkontaminasi akibat

kopresipitasi ataupun sebab lainnya, maka kesalahan dapat dilakukan dengan cara

menguranginya dengan pelarut kembali menggunakan pelarut yang sesuai, dan

lalu di endapkan kembali. Dengan ini dapat mengurangi jumlah pencemaran yang

terdapat pada endapan.

3.1 Korelasi Metode Gravimetri Pada Ilmu Geologi

Contoh metode gravimetri yang dilakukan dalam bidang ilmu geologi:

1. Metode gravimetri berhasil diterapkan untuk menentukan nilai porositas

batu kapur. Metode tersebut dilakukan dengan menggunakan timbangan standar

terkalibrasi dan gelas ukur terkalibrasi untuk menentukan volume pori dan volume

total dari sampel batu kapur. Porositas ditentukan dari hasil perbandingan antara

volume pori dan volume total tersebut. Nilai ketidakpastian tipe A dibandingkan
dengan hasil perhitungan ketidakpastian gabungan (Ugab) dengan menambahkan

ketidakpastian tipe B yang bersumber dari sertifikat gelas ukur, timbangan dan

temperatur. Hasilnya menunjukkan bahwa ketidakpastian tipe B menjadi

penyebab utama meningkatnya nilai ketidakpastian pengukuran porositas batu

kapur hingga 6%.

2. penentuan kadar CaCO3 pada plesteran dengan menggunakan metode

volumetri dan metode gravimetri. Kalsium karbonat atau CaCO3 ialah salah satu

kapur pertanian yang digunakan untuk meningkatkan pH pada tanah, dalam tanah

masam banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena air ion dapat

menghasilkan H+. Kalsium merupakan kation yang sering dihubungkan dengan

kemasaman tanah, karena dapat mengurangi efek kemasaman.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis kualitas kandungan Kalsium

Karbonat (CaCO3) pada batu gamping sebagai bahan baku pembuatan marmer

(Setyawan Galih dan Lestari. 2017)


BAB III
METODOLOGI

3.1 Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan ini mencangkup yang pertama adalah berupa studi

pustaka yang didapatkan melalui asistensi acara serta membaca materi-materi

yang mencangkup dari acara yang dipraktikumkan. Lalu setelah itu pengerjaan

tugas pendahuluan yang dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan awal

praktikan sebelum mengikuti kegiatan praktikum.

3.2 Tahapan Praktikum

Pada tahapan ini dimulai dengan pengumpulan tugas pendahuluan yang

telah diberikan sebelumnya. Pada kegiatan praktikum praktikan akan menyimak

penjelasan mengenai metode analisis kuantitatif dengan cara penimbangan atau

metode gravimetri dan prosedur kerja praktikum. Pada kegiatan praktikum

praktikan juga diperagakan cara penggunaan alat yang digunakan dalam

melakukan praktikum.

3.3 Analisis Data

Pada tahap ini praktikan melakukan analisis data sesuai dengan data yang

diperoleh pada saat pelaksanaan praktikum dengan rumus yang telah tertera pada

penuntun sehingga menghasilkan data yang akan dimasukkan dalam hasil dan

pembahasan.
3.4 Pembuatan Laporan

Pada tahapan ini praktikan membuat laporan sesuai dengan hasil dari

analisis data yang telah dilakukannya, dengan susunan laporan sesuai yang telah

ditentukan. Kemudian diasistensikan kepada sistem untuk diperbaiki dan

dikoreksi.

3.5 Pengumpulan Laporan

Pada tahap ini laporan yang telah dibuat dan dikoreksi akan dikumpulkan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Tabel 3.1 Flowchart Tahapan Praktikum


Tahapan Persiapan

Tahapan P raktikum

Tahapan
Tahap Analisis
data Data
Analisis

Tahapan

P embuatan Laporan

Tahapan

Pengumpulan Laporan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Adapun prinsip gravimetri adalah yang didasarkan pada pengukuran berat,

yang melibatkan pembentukan isolasi dan pengukuran berat dari suatu endapan.

2. Adapun cara untuk mengetahui endapan yang terjadi pada pencampuran

endapan Ba2+ dari BaCI2 ialah dengan menggunakan metode Gravimetri.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Lab

1. Menjaga kebersihan alat dan perawatannya

2. Menyediakan lebih banyak kursi

3. Menyediakan tempat untuk menyimpan tas secara rapih

5.2.2 Saran Untuk Asisten

1. Tetap ramah kepada praktikan

2. Lebih mengawasi praktikan dalam melakukan praktikum

3. Sabar dalam menghadapi praktikan


DAFTAR PUSTAKA

Adam Wiryawan, dkk. (2008) KIMIA ANALITIK SMK Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan.

Setyawan Galih dan Lestari. (2017) Pengaruh Kontribusi Ketidakpastian Terhadap


Pelaporan Nilai Porositas Menggunakan Metode Gravimeetri.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Amir, Ayu Annisa. (2021) Analisis Kandungan Kalsium Karbonat (CaCO3) Batu
Gamping sebagai Bahan Baku Pembuatan Marmer.
Samata: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.

Raputradika. (2017) Analisis Gravimetri: Pengertian, Prinsip Dasar, Tahapan,


Metode dan Contoh Analisis
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai