Anda di halaman 1dari 12

GRAVIMETRI

OLEH :

EPI KRISTINA SIMANULLANG

MARTIN ALFREDO SIMAMORA

SULISTIA NINGSIH PUTRI

SHANTA NOVENTYA GINTING

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Analisis gravimetri adalah suatu proses isolasi dan pengukuran berat


suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara
analisis gravimetri meliputi transformasi suatu unsur atau radikal ke senyawa
murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang
dengan teliti.
Pengendapan merupakan teknik yang paling luas penggunaannya
untuk memisahkan analit dari pangganggunya: elektrolisis, ekstraksi pelarut,
kromatografi dan pengatsirian. Endapan yang terbentuk pada analisa
gravimetri terutama lebih besar daripada metode analisa kuantitatif yang lain.
Endapan yang berukuran besar akan mempermudah proses penyaringan
sehingga tak terjadi kehilangan yang berarti pada saat endapan dipisahkan.
Dalam bidang analisis bahan-bahan kimia metode analisa gravimetri
sangat diperlukan untuk menganalisa bahan-bahan yang tidak diketahui
kandungan senyawa yang terdapat di dalamnya.

B. TUJUAN

Makalah inu dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Kimia Analitik tentang Analisis Gravimetri, sebagai
pegangan bagi mahasiswa untuk memahani tentang Analisis Gravimetri, dan
menjadi refrensi penunjang bagi mahasiswa untuk mencapai keberhasilan
dalam memahami materi Analisis Gravimetri.
BAB II

PEMBAHASAN
Analisis Gravimetri adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang
berupa penimbangan, yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu
komponen dalam suatu zat dengan jumlah tertentu dan dalam keadaan
sempurna mungkin. Penimbangan disini merupakan penimbangan hasil reaksi
setelah zat yang dianalisis direaksikan.Hasil reaksi dapat berupa sisa bahan
atau suatu gas yang terjadi atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang
dianalisis. Gravimetri merupakan cara analisis tertua dan paling murah.
Hanya saja gravimetri memerlukan waktu yang relatif lama dan hanya dapat
digunakan untuk kadar komponen yang cukup besar. Suatu kesalahan kecil,
secara relatif akan berakibat besar.

Kendati demikian gravimetri masih dipergunakan untuk keperluan


analisis karena waktu pengerjaannya yang tidak perlu terus-menerus
dilakukan analis karena setiap tahapan pengerjaan memakan waktu yang
cukup lama. Sebagian analisis gravimetri menyangkut unsur yang akan
ditentukan menjadi senyawa murni yang stabil dan mudah diubah ke dalam
bentuk yang dapat ditimbang. Berat hasil reaksi dapat dihitung dari rumus
dan berat atom senyawa yang ditimbang.Pengendapan merupakan teknik
yang paling luas penggunaannya.Hal terpenting dalam pengendapan suatu
hasil reaksi adalah kemurniannya dan kemudahan penyaringan yang pasti
dilakukan dalam teknik pengendapan.

Prinsip dasar dalam analisis gravimetri :

1. Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada stokiometri


reaksi pengendapan,

2. Secara umum dinyatakan dengan persamaan :aA + pP → AaPp

3. “a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah
koefisien reaksi setara dari reaktanpengendap (P) dan AaPp adalah rumus
molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap)
yang dapat ditentukkan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan
pengeringan.
4. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih
agar dicapai proses pengendapanyang sempurna.

5. Misalnya, pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap


ion oksalat C2O42- dapatdinyatakan dengan persamaan reaksi berikut :

Ca2+ + C2O42- → CaC2O4 (s)

6. Reaksi yang menyertai pengeringan :

CaC2O4 (s) → CaO (s) + CO2 (g) + CO (g)

7. Agar penetapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil


yang mendekati nilaisebenarnya, harus dipenuhi 2 kriteria :

a) Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya


berlangsung sempurna.

b) Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan


memiliki tingkat kemurnianyang tinggi, tidak bercampur dengan zat
pengotor.

Beberapa hal tentang gravimetri

1. Waktu yang diperlukan untuk analisa gravimetri, menguntungkan karena


tidak memerlukan kalibrasi atau standarisasi. Waktu yang diperlukan
dibedakan menjadi 2 macam yaitu: waktu total dan waktu kerja.

2. Kepekaan analisa gravimetri, lebih ditentukan oleh kesulitan untuk


memisahkan endapan yang hanya sedikit dari larutan yang cukup besar
volumenya.

3. Ketepatan analisa gravimetri, untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari
100 % jarang dapat ditandingi perolehannya.

4. Kekhususan cara gravimetri, pereaksi gravimetri yang khas (spesifik)


bahkan hampir semua selektif dalam arti mengendapkan sekelompok ion.

A. Metode Dalam Analisis Gravimetri

1. Metode Pengendapan

Suatu sampel yang akan ditentukan seara gravimetri mula-mula ditimbang


secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan
kembali dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi
sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali
dan dapat dianalisis dengan cara menimbang. Endapan yang terbentuk harus
berukuran lebih besar dari pada pori- pori alat penyaring (kertas saring),
kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung
ion sejenis dengan ion endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor
yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan
yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan
sampai suhu 800 derajat celcius tergantung suhu dekomposisi dari
analit.Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam sulfida,
pengendapan nikel dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau
logam hidroksida dengan mengetur pH larutan. Penambahan reagen
dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang
diinginkan.

Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi,


biasanya berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat
berupa anorganik maupun organik

2. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi


logam sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan.

Untuk mendapatkan endapan sesuai dengan yang diinginkan dan hasilnya


bagus, maka perlu ditentuka terlabih dahulu kaadaan optimumnya. Untuk
memperoleh keadaan optimun tersebut, maka harus mengikiti aturan sebagai
berikut :

a. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk


memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.

b. Peraksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.

c. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk


stabil pada temperatur tinggi.

d. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan


menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.

e. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.

f. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan


pengendapan ulang.

Jenis – jenis Endapan

a. Endapan koloid
b. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karena mudah
disaring dan dibersihkan.

c. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Co precipitation). Sumber-sumber Co


prepicitation:

1) absorbi permukaan,

2) pembentukan campuran kistal

d. Endapan homogen (homogenous precipitatoin): Endapan homogen adalah


cara pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengandap tidak
dalam bentuk jadi melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat menghasilkan
pengendap tersebut.

Syarat – syarat Endapan Gravimetri

a. Kesempurnaan pengendapan: Pada pembuatan endapan harus diusahakan


kesempurnaan pengendapan tersebut dimana kelarutan endapan dibuat sekecil
mungkin.

b. Kemurnian endapan (kopresipitasi): Endapan murni adalah endapan yang


bersih, tidak mengandung, molekul-molekul lain (zat-zat lain biasanya
pengotor atau kontaminan)

c. Endapan yang kasar: Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak keecil, halus
melainkan

d. Endapan yang bulky: Endapan dengan volume atau berat besar, tetapi
berasal dari analit yang hanya sedikit.

e. Endapan yang spesifik: Pereaksi yang digunakan hanya dapat


mengendapkan komponen yang dianalisa.

Pengotor Endapan

Dalam proses pengendapan sering terjadi pengotor endapan yang disebabkan


oleh terbentunya zat lain yang juga membentuk endapandengan pereaksi yang
digunakan, sehingga diperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya.
Kesalahan ini kadang dimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut yang
digunakan.

Zat pengotor tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya adalah: Pengendapan


bersama (simultaneous precipitation). Kotoran mengendap bersama waktu
dengan endapan analit. Contoh: Al(OH) sebagai pengotor Fe(OH)3.
Pengendapan susulan (post precipitation).
2. Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak
mengendap melainkan hanya terbawa oleh endapan analat.Kotoran isomorf
dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila bahan pengotoran dan
endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun bentuk
molekul.Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat
lalu ikut terbawa sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut
dalam BaSO4 pada kedua jenis pengotoran diatas kotoran tersebar diseluruh
kristal.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi zat pengotor tersebut adalah :

1. Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan


yang akan mengotori

2. Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang


bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan
mengandung zat itu melebihi konsentrasi larutan jenuh, dengan tahap-tahap
sebagai berikut:

Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleai dalam hal ini ion-ion dari molekul
yang akan diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan beberapa ion
menjadi butir-butir miniskus (sangat kecil).

Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain
sehingg dari kumpulan hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran
lebih besar

2. Metode Penguapan

Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang


relatif mudah menguap. Yaitu dengan cara : Pemanasan dalam udara atau gas
tertentu penambahan pereaksi sehingga mudah menguap. Zat-zat yang relatif
mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben yang sesuai dan telah
diketahui berat tetapnya. Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam
senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa pada suhu
110O- 130O C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat
sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal senyawa tidak
terurai oleh pemanasan. Atau bisa juga menggunakan zat pengering seperti
CaCl2 dan Mg(ClO4)2. Contoh dari metode penguapan ini adalah : Penentuan
CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan penambahan HCl
berlebih, kemudian dipanaskan, gas CO2 yang sudah terjadi dialirkan dalam
larutan alkali yaitu KOH (25-30%) atau larutan CaOH2 yang telah diketahui
beratnya. Penentuan NH3 dalam garam Amonium, yaitu garam ditambahkan
larutan alkali kuat berlebih dan dipanaskan. Gas NH3 yang terjadi dialirkan
dalam larutan standar asam berlebih kemudian kelebihannya dititrasi dengan
larutan standar basa.Penentuan Nitrogen dalam protein, mula-mula senyawa
didestruksi dengan H2SO4 pekat. Hasilnya ditambahkan basa berlebih dan
dipanaskan.Selanjutnya kelebihan asam dititrasi dengan larutan standar
basa.Penentuan unsur Natrium atau Kalium, yaitu larutan itu diuapkan
dengan H2SO4 sampai kering. Kemudian sisanya berupa garam sulfat
ditimbang. Dan segitulah berat unsur yang dicari. Unsur-unsur lain yang
mengganggu seperti Si, dapat ditentukan dengan memanaskan cuplikan
bersama H2SO4 dan HF dalam krus platina. Dimana Si berubah menjadi SiF4
yang menguap.

3. Metode Elektrolisis

Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam


terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation
apabila dialiri dengan arus listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu
maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya,
misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan
cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang
diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam
sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar
analit dalam sampel hanya berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri
tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode
gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair. Prinsipnya
senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada
elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat
terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.

1. Hukum Dasar dalam Elektrolisis


Hukum dasar yang digunakan dalam metode ini adalah : Hukum Faraday
dan Hukum Ohm.
Hukum Faraday I Menyatakan hubungan antara banyaknya zat yang
terendap atau terbebas pada elektroda dengan banyaknya listrik yang
diperlukan pada proses tersebut. W = Jumlah zat terendap/terbebaskan
(gr) Q = Jumlah listrik yang dibutuhkan (Colloumb) e = berat ekivalen
Elektrokimia Berat Ekivalen elektrokimia adalah bilangan yang
menyatakan banyaknya zat yang terendap atau oleh listrik sebanyak 1
colloumb.
Contoh : arus 0,2 colloumb dialirkan pada dua keping tembaga (Cu) yang
telah ditentukan massa tetapnya. Dan dicelupkan dalam garam Kuprisulfat
(CuSO4) selama t detik.Kemudian dicuci dan dikeringkan serta
ditimbang, ternyata beratnya lebih berat dari pada sebelum
dielektrolisis.Karena adanya logam Cu yang terendapkan pada
elektroda.Dimana banyaknya logam Cu yang terendapkan bertambah
setiap penambahan arus maupun waktu. Adapun listrik yang dibutuhkan
adalah : Q = i x t dengan i = arus, t = waktu dan Q = listrik yang
dibutuhkan.

Hukum Faraday II Menyatakan Hubungan antara banyaknya zat terendap


atau terbebaskan pada elektrolisis bertahap dalam seri larutan. Bunyi
hukumnya : ”banyaknya zat terendap atau terpisahkan dari masing-
masing elektroda yang disebabkan oleh listrik yang sama banyaknya dan
mengalir dalam seri larutan adalah sebanding dengan berat ekivalen
kimianya

2. Tegangan Peruraian
Tegangan peruraian adalah besarnya tegangan luar minimum yang
harus diberikan agar terjadi proses elektrolisis yang kontinyu. Jika Arus
diputus, tegangan pada voltmeter tidak berubah, tetapi semakin lama arus
makin lemah dan pada akhirnya nol. Pada saat itu sel E berfungsi sebagai
sumber arus dan tegangannya disebut tegangan Polarisasi. Dilihat dari
besarnya tegangan peruraian larutan asam dan basa dapat disimpulkan
bahwa pada proses elektrolisis larutan asam dan basa relatif sama, yaitu
terjadinya proses pembebasan gas. Misalnya tegangan 0,5 Volt digunakan
pada 2 buah elektroda platina halus yang masing-masing dicelupkan
dalam larutan H2SO4 1M, maka amperemeter akan menunjukan adanya
arus yang mengalir pada larutan. Jika tegangan diperbesar makaaruspun
bertambah. Sehingga pada tegangan tertentu arus akan naik secara cepat.
Pada saat ini timbul gelembung-gelembung pada elektroda.

Reaksi Elektroda Elektroda Pt dan C Pada katoda terjadi proses Reduksi


dan pada Anoda terjadi proses Oksidasi.

a. Proses Reduksi pada Katoda Jika Larutan mengandung Ion logam


alkali, alkali tanah, Al3+ ,Mn2+

b. Proses Oksidasi pada Anoda Jika larutan mengandung :


1. Ion halida, akan tereduksi menjadi halogen
2. Ion OH- dari suatu basa, teroksidasi menjadi okisigen
3. Anion lain selain halogen dan OH-, ion tersebut tidak teroksidasi
sehingga pelarutnya yang teroksidasi.

Elektroda selain Pt dan C Logam lainnya yang biasa digunakan sebagai


elektroda adalah : Cu, Zn, Fe, Au dan lain-lain. Perbedaan dengan
elektroda Pt dan Cu yaitu hanya pada reaksi Anodanya sedang katodanya
relatif sama. Dimana anodanya teroksidasi menjadi ionnya.

Kesalahan Dalam Analisis Gravimetri

1. Kesalahan yang sering terjadi pada metode analisis gravimetri adalah


pembentukan endapan, pemurnian(pencucian), pemanasan atau pemijaran dan
penimbangan.

2. Pada pembentukan endapan kadang mengandung zat lain yang juga


membentuk endapandengan pereaksi yang digunakan, sehingga diperoleh
hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi
dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan.
3. Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan melakukan
pencucian bukan hanya zat pengotor sajayang larut tetapi juga zat yang
dianalisis juga ikut larut, meskipun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan
demikan penggunaan pencuci harus sedemikan kecil supaya kehilangan zat
yang dianalisis masih dapat diabaikan, artinya masih lebih kecil dari pada
sensitivitas timbangan yang digunakan.

4. Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air


yang tidak sempurna atau sifat zatyang diendapkan yang mudah menguap
(volatil).

5. Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah
tereduksi oleh karbon bila disaringdengan kertas saring seperti perak klorida,
sehingga harus disaring dengan menggunakan cawan penyaring (berpori)
dapat juga terjadi kelebihan pemijaran sehingga terjadi dekomposisi sehingga
komposisi zat tidak tentu.

6. Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan
mengalami penyerapan air atau gaskarbondioksida selama pendinginan
sehingga hasil penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, ini
dihindari dengan alat penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator
yang cukup baik selama pendinginan,
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN

Analisis gravimetri merupakan salah satu bentuk analisis kuantitatif yang


dilakukan dengan proses penimbangan.Dalam analisis Gravimetri terdapat
tiga metode yang digunakan yaitu : metode pengendapan, metode penguapan,
dan metode elektrolisis Untuk metode pengandapan prinsip kerjanya yaitu
senyawa yang akan dianalisis diendapkan dengan menambahkan pereaksi
yang sesuai dan selanjutnya dipisahkan endapannya dengan cara ditapis.
Untuk metode Penguapan prinsipnya yaitu zat yang mudah menguap
diadsorpsi dengan adsorben yang sesuai, dimana sebelumnya bisa
ditambahkan pereaksi untuk membuat suatu zat menjadi lebih mudah
menguap atau lebih sulit menguap. Untuk metode Elektrolisis prinsipnya
senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada
elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat
terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.

B. SARAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dan agar
mahasiswa lebih memahami teknik analisis gravimetri. Isi makalah ini
tentunya sangat terbatas baik contoh maupun penjelasannya, olehnya kami
harapkan bagi para pembaca bisa menambah dari referensi lain. Karena jika
hanya menggunakan makalah ini sangat sedikit didapatkan. Semoga pembaca
tidak puas dengan membaca makalah ini, sebab jika anda puas niscaya anda
tidak akan menambah pengetahuan anda, “Seorang yang dalam keadaan haus,
meminum air laut, niscaya ia akan semakin haus, semoga andapun demikian”.
Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Irawati. 2008. AnalisisGravimetri.


http://www.scribd.com/doc/31589496/Analisis-Gravimetri. 17/06/2008,
14:41

Salila, Musrin. 2009. Analisis


Gravimetri.http://www.scribd.com/doc/24485076/Analisis-Gravimetri-Oleh-
Musrin- Salila.17/05/2008. 21/24/2009, 08:33

Siztkreig, 2009. Kimia MakalahGravimetri. http://sitzkrieg-


awan.blogspot.com/2009/05/kimia-makalah-gravimetri.html. Sabtu,
09/05/2009, 17:22

Shofian. 2010. AnalisisGravimetri.


http://forum.um.ac.id/index.php?topic=23812.0. 09/02/2010, 05:59

Widiarto, Sonny. 2009. Gravimetri.


http://blog.unila.ac.id/widiarto/files/2009/10/gravimetri1.pdf. X3-PRIMA.
2009. Gravimetri.http://www.x3-prima.com/2009/05/gravimetri.html.
29/05/2009

Zulfikar. 2010. Gravimetri. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-


kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/gravimetri/.

Anda mungkin juga menyukai