Indikator :
1. Mendeskripsikan prinsip analisis gravimetri
2. Mendeskripsikan metode analisis gravimetri
3. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan analisis gravimetri
4. Mendeskripsikan pengaturan proses analisis gravimetri
5. Mendeskripsikan macam-macam kandungan air
6. Mendeskripsikan analisis kadar air dan mineral
1. Waktu analisis
Analisis secara gravimetri lebih menguntungkan, karena tidak memerlukan
alat-alat yang terkalibrasi (kecuali neraca) dan standarisasi. Waktu yang
diperlukan untuk analisis dibedakan menjadi dua macam, yaitu waktu total
dan waktu kerja. Waktu total (elapsed time) ialah waktu mulai awal
pekerjaan sampai selesai sepenuhnya, sedangkan waktu kerja adalah jumlah
waktu yang benar-benar digunakan untuk melakukan pekerjaan. Dalam
gravimetri waktu total jauh lebih besar daripada waktu kerja, karena
pengerjaannya tidak perlu terus-menerus ditunggui. Contohnya, memijarkan
dan mengeringkan endapan, digestion endapan. Jika dilihat dari segi waktu
kerja maka gravimetri menguntungkan bila jumlah analisis tidak banyak.
2. Metode Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang
secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan
kembali dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi
syarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap
kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat
penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan
elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan.
Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan
endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan
pada suhu 100 – 130 ⁰C atau dipijarkan sampai suhu 800 ⁰C tergantung suhu
dekomposisi dari analit.
Pengendapan kation misalnya, pengendapan nikel dengan DMG,
pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan mengatur
pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk
memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.Gravimetri cara
pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan
endapan itu yang ditimbang.
3. Metode Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut
menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila
4
dialiri dengan arus listrik tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi
reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi nol.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya,
misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan
cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang
diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
2. Penimbangan Cuplikan
Cuplikan yang sudah diquarter dapat langsung ditimbang. Penimbangan
dapat memakai botol timbang atau kaca arloji bila contohnya cukup stabil.
Jangan sekali-kali menimbang pakai kertas tanpa diberi alas kaca arloji
7
untuk menghindari korosif akibat cuplikan yang tercecer atau menempel
pada piringan timbangan. Cara penimbangan adalah sebagai berikut :
Timbang botol timbang, berapa bobotnya (a gram)
Bubuhi cuplikan yang akan ditimbang sejumlah yang diperlukan dengan
dilebihkan sedikit, timbang dengan teliti (b gram)
Masukkan cuplikan pada b ke dalam gelas piala, dan jangan dibilas.
Kemudian botol timbang ditimbang kembali (c gram)
Bobot contoh atau cuplikan = (b - c) gram.
Untuk menimbang contoh dipakai neraca analitik dengan ketelitian 4
desimal dalam gram (0,0001 g).
3. Pelarutan Cuplikan
Cuplikan dilarutkan dalam gelas piala yang volumenya disesuaikan dengan
kebutuhan. Supaya jangan keliru hendaknya gelas piala diberi tanda dengan
spidol besar, atau pada bagian yang di asah dapat ditulis dengan pensil.
Cuplikan yang telah ditimbang dengan hati-hati dimasukkan ke dalam gelas
piala dengan bantuan pengaduk. Cuplikan yang tersisa disemprot dengan
air suling melalui labu semprot. Bila cuplikan mudah larut dalam air,
penambahan air pembilas cukup 100-150 ml atau seperti yang tertulis
dalam cara kerja.
Tidak semua cuplikan larut dalam air. Misalnya karbonat, fosfat atau logam.
Cuplikan harus dibilas dulu dalam gelas piala 100 atau 150 ml, kemudian
dibubuhi larutan asam sesuai dengan kebutuhan.
Larutan asam yang digunakan untuk melarutkan adalah sebagai berikut :
Karbonat, fosfat dipakai larutan HCl 1:1
Besi seng dan logam-logam yang kurang mulia dipakai larutan HNO3 1:1
Logam setengah mulia atau mulia dipakai larutan campuran HNO3pekat
+ HCl pekat 1 : 3
Untuk silikat harus dilebur dulu dengan soda. Pada waktu melarutkan
dengan asam setengah pekat, gelas piala ditutup dengan kaca arloji,
setelah selesai kaca arloji di bilas dengan air. Proses pelarutan dengan
asam harus dalam ruang asam, karena uapnya berbahaya.
4. Pengendapan
Masalah utama dalam analisis gravimetri adalah pembentukan endapan
yang murni dan mudah disaring.
Tahap-tahap pembentukan endapan :
a. Pengelompokan ion
8
b. Pembentukan partikel yang sangat kecil (inti endapan) menuju terjadinya
nukleasi
c. Pembentukan endapan yang makroskopik.
9
5. Penyaringan dan Pencucian Endapan
Tujuan dari penyaringan adalah untuk mendapatkan endapan bebas
(terpisah) dari larutan (cairan induk). Untuk memisahkan endapan dari
larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat di sentrifuge atau disaring.
Endapan yang disaring perlu dicuci untuk menghilangkan larutan induk yang
menguap dan zat-zat pengotor yang mudah larut.
Dasar pemilihan zat pencuci adalah:
a. Dapat melarutkan zat pengotor dengan baik tetapi hampir tidak
melarutkan endapan
b. Dapat mencegah terjadinya peptisasi/pengendapan halus pada waktu
pencucian
c. Tidak mengandung garam yang tidak dapat menguap jika endapan
dipijarkan.
Endapan yang terjadi dapat disaring dengan kertas saring bebas abu, cawan
penyaring dengan asbes atau penyaring gelas. Saringan yang digunakan
tergantung dari sifat endapan. Alat yang digunakan untuk menyaring
adalah kertas saring. Kertas saring untuk analisis gravimetri jika dibakar
hampir tidak meninggalakan abu. Kertas saring memiliki kelemahan dan
keuntungan sebagai berikut :
10
Kelemahan-kelemahan kertas saring adalah :
Tidak Inert, yaitu dapat rusak oleh basa dan asam pekat, macam-
macam oksidator yang dapat mengakibatkan bocor.
Kekuatan mekanisnya kurang, mudah sobek sehingga dapat bocor dan
mengotori endapan karena serat-seratnya terbawa, terutama
penyaringan yang menggunakan vakum.
Dapat mengadsorpsi bahan-bahan dari larutan yang disaring.
Harus dibakar sampai habis, karena tidak dapat dikeringkan sampai
mencapai berat konstan.
11
6. Pengabuan dan Penimbangan Sisa Pijar
Endapan yang telah disaring dan dicuci kemudian dikeringkan, diabukan
dan dipijarkan sampai beratnya konstan. Pengeringan endapan bertujuan
untuk menghilangkan air dan zat yang mudah menguap, sedangkan tujuan
pemijaran untuk merubah endapan ke dalam suatu senyawa kimia yang
rumusnya diketahui dengan pasti. Kemudian setelah pemijaran, sisa pijar
ditimbang.
Dalam analisis gravimetri, endapan yang terbentuk dipijarkan. Pada waktu
pemijaran beberapa endapan mungkin masih melangsungkan reaksi, maka
yang diperhatikan bukan hanya senyawa yang diendapkan tetapi dilihat
juga senyawa yang akan ditimbangnya.
7. Perhitungan Hasil
Komponen yang ditentukan dapat dihitung dari berat endapan dengan
menggunakan faktor gravimetri atau faktor kimia :
berat P x faktor gravimetri
%A= 𝑥 100 %
berat sampel
Dimana,
A = Analit
P = Endapan
Mr = massa molekul relatif
Banyaknya atom atau molekul pada pembilang dan penyebut dalam faktor
gravimetri harus ekivalen.
12
Beberapa contoh faktor gravimetri
Senyawa /
Senyawa yang
unsur yang Faktor gravimetri
ditimbang
dicari
AgCl Cl 𝐶𝑙
𝐴𝑔𝐶𝑙
CuO Cu 𝐶𝑢
𝐶𝑢𝑂
Mg2P2O7 P 2P
Mg 2 P2 O7
MgO 2 MgO
Mg 2 P2 O7
Fe2O3 Fe 2 Fe
Fe2 O3
FeO 2 FeO
Fe2 O3
BaSO4 Ba 𝐵𝑎
𝐵𝑎𝑆𝑂4
Air adalah senyawa yang paling berlimpah pada sistem kehidupan. Air
menyusun hingga 70% atau lebih berat dari kebanyakan organisme. Air adalah
pelarut polar yang dapat melarutkan sebagian besar biomolekul, yang umumnya
merupakan senyawa bermuatan atau polar. Air murni Pada tekanan 1 atm akan
membeku atau meleleh pada suhu 0°C, dan mendidih atau mengembun pada
suhu 100°C.
Diantara pelarut-pelarut lainnya, air memiliki titik leleh, titik didih dan
panas penguapan yang tertinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen
yang menyebabkan kohesi internal yang kuat pada air cair. Ikatan hidrogen ini
mudah terurai dan terbentuk kembali, sehingga panas yang diserap air tidak
langsung digunakan untuk melepas molekul air menjadi gas, melainkan
digunakan untuk memecahkan ikatan hidrogen antar molekul air, dan begitu
pecah, ikatan ini dapat segera terbentuk kembali, Ikatan ini tidak akan
terbentuk kembali saat suhu air telah mencapai titik didih, dan molekul air
bergerak terlalu cepat.
13
Menurut derajat keterikatan air, air terikat dibagi menjadi empat tipe.
1. Tipe I : Adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui
suatu ikatan hydrogen berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat
dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom O dan N seperti
karbohidrat, protein dan garam. Air tipe ini tidak dapat membeku pada
proses pembekuan, tetapi sebagian air ini bisa dihilangkan dengan
pengeringan biasa.
2. Tipe II : Adalah molekul-molekul air yang membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler. Air jenis ini lebih
sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan mengakibatkan
penurunan aw (water activity). Bila sebagian air tipe II dihilangkan,
pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang bersifat merusak bahan
makanan seperti reaksi browning, hidrolisis atau oksidasi lemak akan
berkurang. Jika air tipe II ini dihilangkan seluruhnya, kandungan air bahan
akan berkisar 3 – 7%, dan kestabilan optimum bahan makanan akan
tercapai.
3. Tipe III : Adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan
seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe III sering disebut
sebagai air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat dimanfaatkan
untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimia. Apabila air
tipe III ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan akan berkisar antara
12 – 25%.
4. Tipe IV : Adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air
murni, dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh. Contohnya adalah
air yang menempel pada bahan makanan setelah proses pencucian bahan.
Contoh analisis gravimetri dalam penentuan Kadar Air. Bahan yang dianalisa
biasanya mengandung air yang jumlahnya tidak menentu. Contoh : tanah,
bahan-bahan yang berasal darihewan dan tumbuh-tumbuhan, bahan
higriskopis, dan sebagainya.
Jumlah air yang terkandung sering tergantung dari perlakuan yangtelah
dialami bahan, kelembaban udara tempat disimpannya danlain sebagainya.
Suatu kemungkinan kesalahan penentuan kadar air yaitu adanyabahan lain yang
mudah menguap dan ikut menguap bersama-samadengan air sewaktu
dipanaskan. Selain itu bahan akan terurai,seperti bahan yang mengandung
karbonat atau macam-macambahan organik, sehingga akan menyebabkan
14
selisih berat yangdicari menjadi terlalu besar, yaitu lebih besar daripada berat
airyang hilang. Untuk mengatasi hal tersebut, maka selain dapatdigunakan
penguapan cara langsung, dapat juga denganmengadakan pembakuan cara
penentuan kadar air (standarisasi).Pembakuan tersebut misalnya menentukan
berapa suhunya,berapa lama pemanasannya, berapa gram bahan yang
dipanaskan,dan bahan harus dihaluskan. Penentuan kadar air tergantung dari
sifat bahan. Pada umumnyamengeringkan pada suhu 105 – 110 C selama 3 jam
atau sampaididapat berat konstan dalam oven. Selisih berat sebelum dan
sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untukbahan tidak
tahan panas seperti yang berkadar gula tinggi, minyak,daging, kecap, dilakukan
pada kondisi vakum dengan suhu lebihrendah. Kadang-kadang pengeringan
dilakukan tanpa pemanasan,bahan dimasukan ke dalam eksikator dengan H2SO4
pekat sebagai pengering hingga didapat berat konstan.
Bahan dengan kadar air tinggi dan mengandung senyawa yangmudah
menguap (seperti susu, sayuran) penentuan kadar airnyadengan cara destilasi
yaitu dengan pelarut tertentu, misalnyatoluen, xilol dan heptana yang berat
jenisnya rendah.
Contoh/sampel dimasukan ke dalam labu destilasi dan ditambahkan pelarut
toluen/xilol kemudian dipanaskan. Air danpelarut menguap, diembunkan dan
jatuh pada tabung Aufhauseryang berskala. Air yang mempunyai berat jenis
tinggi berada dibawah, sehingga dapat dibaca pada skala tabung Aufhauser.
Bahandengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur denganmenggunakan
refraktometer, disamping dapat menentukanpadatan terlarutnya. Dalam hal ini
air dan gula dianggap sebagaikomponen-komponen yang mempengaruhi indeks
refraksi.
Penentuan kadar air cara pengeringan, prinsipnya menguapkan airyang ada
dalam bahan dengan cara pemanasan. Bahan ditimbanghingga berat konstan
yang dapat diartikan semua air sudahteruapkan. Cara ini relatif mudah dan
murah. Penguapan dapatdipercepat dan reaksi yang menyebabkan
terbentuknya air ataureaksi lain dapat dicegah dengan melakukan pemanasan
pada suhurendah dan tekanan vakum. Bahan-bahan yang mempunyai kadargula
tinggi akan mengalami pengerakan (gosong) yang terjadi pada permukaan
bahan bila dipanaskan pada suhu ± 100⁰C.
Beberapa hal penting dari metode penguapan cara langsung adalah
lamanya pemasanan. Jika bahan harus dipanaskan pada suhu 105⁰Cselama 3
jam, maka harus diperhatikan agar oven benar-benar sudah mencapai suhu
105⁰C sebelum bahan dimasukkan kedalamnya, disamping itu oven jangan
dibuka tutup sebelumberlangsung 3 jam, atau dapat juga harus mengeringkan
15
bahanmasing-masing di dalam oven, dan setiap memasukkan bahansendiri-
sendiri apabila sudah siap.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kesalahan besar dalampenentuan kadar
kadar air, yaitu setiap kali oven dibuka suhudidalamnya turun, makin lama
terbuka makin banyak turunnyasuhu. Berarti bahwa bahan yang dimasukkan
sebelumnya, tidak benar-benar dipanaskan pada suhu 105⁰C selama 3 jam. Jadi
harusdiusahakan agar hanya sekali membuka oven, sekali memasukkanbahan
yang harus dikeringkan, itupun harus secepat mungin, supaya suhunya yang
semula sudah mencapai 105 ⁰C tidak turunterlalu banyak. Hal ini dapat diatur
misalnya dengan mengeluarkanrak-rak oven sebelumnya, lalu mengatur semua
botol timbangdiatasnya, baru oven dibuka lagi dan seluruhnya sekaligus
bahandalam botol timbang dimasukkan ke dalam oven.
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan akan bersifat
lebihhigroskopis daripada bahan asalnya. Selama pendinginan
sebelumpenimbangan, bahan harus selalu ditempatkan dalam ruangtertutup
dan kering, misalnya dalam eksikator atau desikator yangtelah diberi zat
penyerap air. Penyerap air/uap air yang dapatdigunakan antara lain kapur aktif,
silika gel, asam sulfat, aluminiumoksida, kalium klorida, kalium hidroksida,
kalium sulfat ataubarium sulfat. Silika gel lebih sering digunakan karena
memberikanperubahan warna saat jenuh dengan air/uap air.
Dalam penentuan kadar air ada beberapa hal yang perludiperhatikan, yaitu:
1. Padatan yang dikeringkan harus dihaluskan
2. Padatan disebar merata dalam botol timbang sehingga tingginya sama
3. Bila botol timbang ditutup, selama pemanasan botol terbuka, tetapi setelah
pemanasan selalu tertutup sampai selesaiditimbang
Penyiapan sampel pada analisis mineral baik dengan metode klasik maupun
metode yang terbaru memerlukan penyiapan sampel, sebelum dapat dilakukan
analisis dalam metode-metide tersebut. Ada dua macam cara penyiapan sampel
yaitu dengan pengabuan basah dan pengabuan kering.
Penentuan kandungan mineral dalam bahan makanan dapat dilakukan
dengan metode pengabuan (destruksi) yaitu pengabuan kering dan pengabuan
basah. Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat organik dan anorganik
yang ada dalam bahan mineral yang akan dianalisis. Metode pengabuan basah
untuk penentuan unsur-unsur mineral di dalam bahan makanan merupakan
metode yang paling baik. Prinsip pengabuan basah adalah penggunaan HNO3
pekat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah agar kehilangan
mineral akibat penguapan dapat dihindari. Pada tahap selanjutnya proses
berlangsung sangat cepat akibat pengaruh H2SO4 atau H2O2. Pada umumnya
16
metode ini digunakan untuk menganalisis As, Cu, Pb, Sn dan Zn. Keuntungan
pengabuan basah adalah: suhu yang digunakan tidak dapat melebihi titik didih
larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur. Sehingga perlu
dilakukan pratikum tentang bagaimana preparasi sampel untuk penetapan
mineral.
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara
pengabuan yang digunakan. Kandungan abu dari suatu bahan menunjukkan
kadar mineral dalam bahan tersebut.
Ada dua macam garam mineral yang terdapat dalam bahan, yaitu:
1. Garam organik : garam asam malat, oksalat, asetat, pektat
2. Garam anorganik : garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat
Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang
terkandung dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah
sulit sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas
garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya
bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal organik
dan terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-
ion negatif.
Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan,
serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan.
Dalam proses pengabuan suatu bahan, ada dua macam metode yang dapat
dilakukan, yaitu cara kering (langsung) dan cara tidak langsung (cara basah).
Cara kering dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organik pada suhu 500-
600⁰C kemudian melakukan penimbangan zat-zat tertinggal. Pengabuan cara
kering digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak
larut asam. Waktu pengabuan lama, suhu yang diperlukan tinggi, serta untuk
analisis sampel dalam jumlah banyak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu pengabuan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis
karena penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya
penguapan beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P.
Sedangkan cara basah dilakukan dengan menambahkan senyawa tertentu pada
bahan yang diabukan sepeti gliserol, alkohol asam sulfat atau asam nitrat.
Pengabuan cara basah dilakukan untuk penentuan elemen mineral. Waktu
pengabuan relatif cepat, suhu yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi, untuk
17
analisis sampel dalam jumlah sedikit, memakai reagen kimia yang sering
berbahaya sehingga perlu koreksi terhadap reagen yang digunakan.
Jumlah sampel yang akan diabukan bergantung pada keadaan bahannya. Dalam
hal ini, kandungan abunya dan kadar air bahan. Bahan-bahan yang kering
biasanya 2-5 gram, seperti biji-bijian dan pakan ternak. Untuk bahan yang
kandungan airnya tinggi, jumlah bahan yang diabukan adalah cukup tinggi
sekitar 10-50 gram karena saat dipanaskan maka air dalam bahan akan
menguap dan bahan menjadi mengalami susut berat sehingga apabila sampel
yang dianalisis terlalu sedikit, kemungkinan sisa zat tertinggal yang akan
ditimbang tidak ada sehingga analisis bisa terganggu.
Bahan yang mengandung kadar air tinggi perlu dioven terlebih dahulu sebelum
diabukan agar proses pengabuan tidak berlangsung terlalu lama. Bahan yang
berlemak banyak dan mudah menguap harus diabukan menggunakan suhu
mula-mula selama beberapa saat lalu baru dinaikkan ke suhu pengabuan agar
komponen volatil bahan tidak cepat menguap dan lemak tidak rusak karena
teroksidasi. Sedangkan untuk bahan yang dapat membuih perlu dikeringkan
dalam oven terlebih dahulu dan ditambahkan zat antibuih, seperti olive atau
parafin lalu bisa mulai diabukan. Hal ini dilakukan karena timbulnya banyak buih
dapat menimbulkan potensi ledakan yang cukup membahayakan (Apriantono,
1989).
Bahan yang akan diabukan dimasukkan ke dalam wadah yaitu harus baik dari
porselen, quartz, silika ataupun nikel. Penggunaan wadah bergantung pada jenis
bahan dan cara pengabuan yang digunakan. Ukuran wadah mulai dari 15mL
sampai 100mL. Dengan demikian, bahan-bahan yang banyak mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat asam sangat dianjurkan menggunakan wadah
yang terbuat dari porselen yang dilapisi silika bagian pernukaan dalam wadah,
seperti saat menganalisis kadar abu buah-buahan.
Untuk mengetahui kandungan abu yang dapat larut dan tidak dapat larut, perlu
dilakukan tindakan berupa melarutkan sisa pengabuan dalam aquades,
kemudian disaring. Endapan yang terdapat di kertas saring merupakan abu yang
tidak dapat larut. Sedangkan yang ada dalam air merupakan abu yang mudah
larut. Untuk mengetahui jenis mineral yang terkandung di dalamnya, dapat
dilakukan dengan menggunakan metode titrasi atau serapan panjang
gelombang dengan spektrofotometer ( Fauzi 1994).
MINERAL
2. 18,2 gram kristal MgSO4.x H2O dipanaskan seluruh air kristalnya menguap
dan massa yang tersisa 10,4 gram. Jumlah air kristal pada senyawa
Massa MgSO4.x H2O = 18,2 g
19
Massa sisa = 10,4 g
Massa air Kristal = ( 18,2 – 10,4 ) g = 7,8 g
Mr MgSO4.x H2O = 1.Mg + 1.S + 4.O + x.H2O
= 1.24 + 1.32 + 4.16 + x .18
= 120 + 18x
Mr A
massa A = x Masa total
Mr total
x . Mr H2 O
massa H2 O = x Masa MgSO4 . xH2 O
Mr MgSO4 . xH2 O
x . 18
7.8 = . 18,2
120 + 18x
936 = 187,2 x
936
𝑥=
187,2
𝑥=5
W1 − W2
kadar air = x 100 %
W
24,9630 − 24,7630
kadar air = x 100 %
4
0,2
kadar air = x 100 %
4
20
kadar air = x 100 %
4
kadar air = 5 %
4. A
5. A
6. A
7. A
21
8. A
9. A
10. A
11. A
12. A
13. A
14.
a
22