DISUSUN OLEH :
Ns SYUFRIADI S Kep
GAGAL NAFAS
DISUSUN OLEH:
Menyetujui Penulis
Ka SPF
GAGAL NAFAS
Menyetujui Penulis
Ka SPF
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan …………….............................................................................................7
1. Tujuan Umum........................................................................................................7
2. Tujuan khusus........................................................................................................8
D. Manfaat ………...................................................................................................8
1. Bagi Pelayanan......................................................................................................8
2. Bagi Pendidikan.......................................................Error! Bookmark not defined.
3. Bagi profesi..............................................................Error! Bookmark not defined.
A. Kecemasan........................................................................................................30
1. Pengertian kecemasan.........................................................................................30
2. Tingkat kecemasan..............................................................................................30
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan...............................................32
B. Pijat refleksi kaki...............................................................................................33
1. Pengertian pijat refleksi kaki..............................................................................33
2. Titik pijat refleksi kaki........................................................................................33
3. Tujuan dan Manfaat refleksi pijat kaki.............................................................35
4. Prosedur pelaksanaan Pijat.................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan penyakit paling umum dan persisten yang mengancam jiwa (Holt et al.
terbanyak di seluruh dunia (Baumeister et al., 2015; Furuya et al. 2013). Kematian
akibat penyakit ini diperkirakan meningkat dari 16,7 juta pada 2002 menjadi 23,3
juta pada 2030 (Furuya et al. 2013; Holt et al. 2013). Di Indonesia kejadian
tahun. Sedikitnya 15 dari 1.000 orang, atau sekitar 2.784.064 orang di Indonesia
pasien, komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner tidak hanya
masalah bagi pasien tapi juga pada keluarga (Perhimpunan Dokter Spesialis
kolesterol dan timbunan lemak (disebut plak) di dinding bagian dalam arteri. Plak
1
2
ini dapat mengurangi aliran darah ke otot jantung dan mengurangi suplai darah
dibutuhkannya untuk bekerja dengan baik. Gejala yang dapat dirasakan berupa
nyeri dada yang disebut angina maupun serangan jantung (Pratiwi and Saragi,
2018).
paling sering dengan jumlah kematian 1,8 juta jiwa (Wihastuti, 2016). Menurut
data WHO penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di negara-
negara Asia. Untuk wilayah Asia Tenggara ditemukan 3,5 juta kematian penyakit
kejadian terus meningkat setiap tahun. Hasil survei dari Riset Kesehatan Dasar
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah sebesar 1,5% atau
Sumatera Barat mendekati prevalensi Nasional yaitu mencapai 1,2% (AHA, 2012)
jantung koroner terus dikembangkan mulai dari penurunan faktor risiko, terapi
medis sampai operasi jantung (Go et al., 2013; Rahmani & Mollashahi, 2013).
Berbagai metode operasi jantung telah digunakan, dan yang paling umum
Grafting (CABG) atau Percutaneous Coronary Intervention (PCI) yang juga biasa
3
Roohafza et al. 2015; Sharif et al. 2014; Potluri et al. 2014; Sharif et al. 2014),
jantung sebanyak 645 pasien (PTCA 329 pasien, CAG 154 pasien dan PCI 162
pasien). Sedangkan pada masa pandemi periode bulan Maret 2020 sampai dengan
Agustus 2020 pasien yang menjalani tindakan kateterisasi jantung sebanyak 349
orang.
terjadi karena plak kaya lipid di dalam arteri, sehingga mengurangi aliran darah ke
pembuluh darah dan/atau organ lain yang dituju dengan bantuan sinar - X, dengan
tujuan diagnostik yang lazim disebut prosedur diagnostik invasif dan untuk tujuan
PTCA bersifat invasif dan hal ini merupakan situasi yang dapat
menyebabkan stres, kecemasan dan depresi pada pasien (Chaudhury & Srivastava,
2013; Ebadi et al. 2011; Roohafza et al. 2015; Wang et al. 2013). Kecemasan Ini
bisa disebabkan oleh periode rawat inap yang singkat dan kurangnya sistem
dukungan mental untuk pasien (Sharif et al. 2014), dan tingkat kecemasan yang
tinggi dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk pada pasien penyakit arteri koroner
sebagai respons terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Gross and
Hen, 2004). Tingkat kecemasan yang tinggi dikaitkan dengan penurunan respons
mengakibatkan hasil klinis yang lebih buruk (Munk et al, 2012). Tingkat
kecemasan dan stres yang tinggi pada pasien akan mampu meningkatkan
pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah. Situasi ini juga menyebabkan
masalah selama dan setelah prosedur dan meningkatkan durasi rawat inap,
Oleh karena itu, strategi yang bertujuan untuk meminimalkan kecemasan pada
koroner perkutan (PCI) tidak hanya penting untuk kenyamanan pasien tetapi juga
solusi untuk mengurangi kecemasan, stres atau rasa sakit (Hasavari et al, 2018).
memberikan edukasi pada pasien dan memberikan teknik tarik nafas dalam.
Namun demikian dari pemantauan pasien yang akan menjalani prosedur PTCA
Tingkat kecemasan dan stres yang tinggi pada pasien akan mampu
seperti pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah. Situasi ini juga
rawat inap, morbiditas, dan mortalitas (Akarsu et al, 2019; Khaledifar et al, 2017;
titik-titik refleks yang berhubungan dengan bagian tubuh tertentu di tangan dan
Dalam beberapa penelitian yang dilakukan pada pasien yang berbeda, efektivitas
dan hasil positif dari refleksiologi telah dilaporkan. Dampak relaksasi dianggap
sebagai dimensi positif (Nasiri ae al, 2016; Öztürk and Sevil, 2013; Habur and,
Basaran, 2009), dan efek refleksologi atau terapi pijat refleksi kaki pada
signifikan lebih rendah pada kelompok yang menerapkan pijat kaki umum dan
refleksi kaki selama 30 menit dibandingkan kelompok yang hanya dipijat. Dalam
7
penelitian lain, 20 menit aplikasi refleksi kaki sebelum CAGterbukti efektif dalam
Choi dan Lee, pijat refleksi ditemukan dapat mengurangi kadar kortisol pada
wanita pascapersalinan (Choi and Lee, 2015). Dalam penelitian lain, ditentukan
bahwa pijat refleksi efektif dalam mengurangi stres, tetapi tidak ada perbedaan
signifikan yang ditemukan pada kadar kortisol (Lee, 2011), dan penelitian Dogru
PTCA telah mengurangi tingkat kecemasan, stres, dan kortisol tanpa efek
samping.
tengah, yang mana Tindakan PTCA ini dimulai dari tahun 2006 dengan alat yang
mana pasien dalam periode Juli-Desember 2019 di dapatkan data jumlah pasien
yang dilakukan Tindakan kateterisasi jantung sebnayak 645 pasien (PTCA 329
pasien, CAG dan PCI 162 pasien) sedangkan pada masa pandemi periode Maret-
Agustus 2020 pasien yang menjalani kateterisasi jantung sebanyak 349 orang.
Jadi rata rata pasien 58 per bulan dan rata rata perhari 5-6 pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan terapi pijat dapat mengatasi kecemasan pada pasien yang akan
2. Tujuan khusus
selama Tindakan
C. Manfaat
1. Bagi pelayanan
2. Bagi Pendidikan
dapat digunakan dalam mengurangi kecemasan pada pada pasien yang akan
3. Bagi profesi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan tidak nyaman atau ketakutan sebagai akibat dari
antisipasi kejadian atau situasi yang nyata dirasakan (Labrague & Mcenroe-petitte
2016).
2. Tingkat kecemasan
a. Kecemasan ringan
30
31
b. Kecemasan sedang
c. Kecemasan berat
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
d. Panik
sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang
lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart 2007)
32
populer, ingin disenangi orang lain, suka berbicara, dan emosinya tidak stabil.
bersalah, lebih menekankan pada cara dari pada tercapainya tujuan, terlalu
perasaan.
d. Usia. Seseorang yang lebih muda lebih mudah terkena stres. Namun dari
penelitian (Tang & Tse 2014), lansia juga cenderung mengalami peningkatan
kecemasan, depresi dan stres disebabkan sakit atau memiliki penyakit kronik.
Hajbaghery 2015).
33
Refleksologi berasal dari kata refleks, yang artinya suatu gerak cepat yang
tidak disengaja tanpa diperintah secara sadar oleh otak. Karena itu dalam
refleksologi, refleks adalah suatu reaksi otomatis salah satu organ tubuh terhadap
Pijat refleksi adalah cara memijat tangan, kaki, dan anggota tubuh yang
lain dengan mengacu pada titik pusat urat-urat saraf (Atmojo, 2017). Pemijatan di
tempat-tempat tertentu itu mewakili semua organ internal, system tubuh, anggota
agar dapat berfungsi dengan normal. Tubuh manusia memerlukan gizi (oksigen,
antibiotic, hormone, sari-sari makanan dan lain-lain) dan gizi tersebut ada di
dalam darah, selain itu darah juga berfungsi sebagai alat pengangkut kotoran-
kotoran yang ada di dalam tubuh. Dari hal tersebut dapat disimpulkan semakin
lancar aliran darah seseorang maka semakin sehat pula kondisi tubuh orang
tersebut.
34
berikut:
seseorang dan cocok untuk segala usia, misalnya seseorang yang sedang
mengalami masalah pada area punggung dan leher, masalah pencernaan dan
atau paru-paru yang sedang bermasalah bisa diatasi dengan melakukan pemijatan
Tujuan dan manfaat dari ilmu pijat pengobatan refleksi sebagai berikut
pada organ tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf telapak kaki. Meski
penekanan ini dilakukan tanpa menggunakan teknik pijat refleksi seperti ketika
darah sehingga tubuh menjadi segar dan sirkulasi penyaluran nutrisi dan oksigen
ke sel-sel tubuh menjadi lancer tanpa ada hambatan sedikitpun. Selain ketetapa
pemijitan pada titik-titik syaraf, waktu pemberian terapi juga harus diperhatikan
yaitu sekitar 30 menit, dengan frekuensi 3-6 hari sekali untuk mencegah penyakit
dan 2-3 hari sekali untuk mengatasi gangguan penyakit. Kondisi tapak kaki
a. Sebaiknya pada penderita tulang dipijat dengan keras agar cepat sembuh
37
atau menjadi lebih sakit. Hal ini merupakan gejala baik terutama bagi
c. Bagi penderita penyakit seperti diabetes, jantung, lever dan kanker, cara
memijatnya jangan terlalu keras. Setiap daeraf refleksi dipijat sekitar 2-5
menit
f. Meminum 2-3 gelas air putih (sedikitnya 500 cc) selesai dipijat, supaya
kotoran dalam tubuh mudah terbuang dan bagi penderita ginjal berat jangan
g. Selesai memijat segeralah mencuci tangan. Hal ini dilakukan untuk menjaga
h. Jika yang memijat badannya kurang sehat, maka jangan memijat dulu karena
Pijat refleksi selain untuk kesehatan fisik, juga dapat meredakan gejala
gangguan mental, yang salah satunya gangguan kecemasan. Teknik refleksi yang
a. Tekuk jari-jari kaki. Setelah ditekuk, akan terlihat cekungan di bawah bantalan
kaki.
punggung kaki.
Gambar 2.1. Contoh Cara Pemijatan Kaki dan Tangan (Atmojo, 2007)
39
Penerapan pijat refleksi kaki ini di rumah sakit tentunya harus melalui
persetujuan dari atasan dan pihak yang berkopeten di bidang masing masing
karena ini menyangkut legalitas tindakan. Untuk mewujudkan hal ini tentunya
harus melewati prosedur dan tahap yahap yang telah ditentukan masing
masing rumah sakit. Penulis sangat berharap program pijat refleksi kaki ini
bisa berjalan di ruangan bangsal Jantung dan CVCU. Selama ini baru trebatas
tersebut.
Pijat refleksi ini menurut penulis sangat mudah untuk diajarkan pada pasien
dan juga keluarga pasien sehingga akan memberikan efek yang baik kepada
pasien dan juga layanan rumah sakit. Jadi tak ada salahnya program bisa
Akarsu K, Koç A, Ertug N. The effect of nature sounds and earplugs on anxiety in
patients following percutaneous coronary intervention: a randomized
controlled trial. Eur J Cardiovasc Nurs. 2019;18(8):651–657.
Barakate, M., Hemli, J., Hughes, C., Bannon, P., & Horton, M. (2003). Coronary
artery bypass grafting (CABG) after initially successful percutaneous
transluminal coronary angioplasty (PTCA): A review of 17 years
experience. European journal of cardio-thoracic surgery, 23, 179-186.
http://dx.doi.org/10.1016/S1010-7940(02)00764-9
Barakate, M., Hemli, J., Hughes, C., Bannon, P., & Horton, M. (2003). Coronary
artery bypass grafting (CABG) after initially successful percutaneous
transluminal coronary angioplasty (PTCA): A review of 17 years
experience. European journal of cardio-thoracic surgery, 23, 179-186.
http://dx.doi.org/10.1016/S1010-7940(02)00764-9
Baumeister, H., et al., 2015. Inpatient and outpatient costs in patients with
coronary artery disease and mental disorders: A systematic review.
BioPsychoSocial Medicine, 9(1). doi: 10.1186/ s13030-015-0039-z
Chaudhury, S., & Srivastava, K., 2013. Relation of depression, anxiety, and
quality of life with outcome after percutaneous transluminal coronary
angioplasty. The Scientific World Journal, 2013, pp.465979. doi:
10.1155/2013/465979
30
31
Setyani, Rani, 2009. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner Pada Usia Produktif (< 55 tahun) [Versi elektronik].
Airlangga University Digital Library
Sharif, F., et al., 2014. The effects of discharge plan on stress, anxiety and
depression in patients undergoing percutaneous ransluminal coronary
angioplasty: A randomized controlled trial. tional Journal of
Community Based Nursing and Midwifery 60. PMCID: PMC4201194
Sharif, F., et al., 2014. The effects of discharge plan on stress, anxiety and
depression in patients undergoing percutaneous transluminal coronary
angioplasty: A randomized controlled trial. International Journal of
Community Based Nursing and Midwifery, 2(2), pp. 60. PMCID:
PMC4201194
Spalding TW, Jeffers LS, Porges SW, Hatfield BD. Vagal and cardiac reactivity
to psychological stressors in trained and untrained men. Med Sci Sports
Exerc 2000;32(3):581-591.
Stuart, G.W., 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa 5th ed., Jakarta: EGC
Tang, S.K. & Tse, M.Y.M., 2014. Aromatherapy : Does It Help to Relieve Pain ,
Depression , Anxiety , and Stress in Community-Dwelling Older
Persons ? BioMed Research Internationa, 2014, pp.1–12.
Vandgik, D., Nierich, A. P., Eefting, F. D., Buskens, E., Nathod, H. M., Jansen, E.
W., ... De medina, E. O. R. (2000). The Octopus Study: rationale and
design of two randomized trials on medical effectiveness, safety, and
cost-effectiveness of bypass surgery on the beating heart. Controlled
clinical trials, 21, 595-609. http://dx.doi.org/10.1016/S0197-
2456(00)00103-3
Vardanjani MM, Alavi NM, Razavi NS, Aghajani M, Esmail AF, et al. (2013)
Randomized-controlled trial examining the effects of reflexology on
32