Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MILITUS
(disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas dan Keluarga)

Dosen Pembimbing : Tri Nurhudi Sasono, M.Kep

Oleh :
HAQI MASLUKI (NIM 2230020)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


STIKES KEPANJEN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan di Desa Talok, Kecamatan Turen,


Kabupaten Malang yang dilakukan oleh:
Nama : Haqi Masluki.
NIM : 2230020.
Prodi : Program Studi Keperawatan Profesi Ners.
Stase : Keperawatan Komunitas dan Keluarga
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik klinik Program Studi
Keperawatan Profesi Ners, yang dilaksansakan pada tanggal 1 Mei 2023 s/d 27
Mei 2023 yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(Tri Nurhudi Sasono, S.Kep., Ns, M.Kep) (Dwi Mei Hardiningayu, AMd.Kep)
1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang terjadi
oleh interaksi berbagai faktor: genetik, imunologik, lingkungan dan gaya
hidup. Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin progresif dilatar belakangi oleh
resistensi insulin. Pernyataan ini selaras dengan IDF (2017) yang
menyatakan bahwa diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang
terjadi saat meningkatnya kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak
mampu memproduksi banyak hormon insulin atau kurangnya efektifitas
fungsi insulin. Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes
sangatlah kompleks dan penyakit kronik yang perlu perawatan medis
secara berlanjut dengan strategi pengontrolan indeks glikemik
berdasarkan multifaktor resiko.

2. Manifestasi Klinis
Manifestasi DM,Black (2014) adalah Peningkatan kadar gula
darah, disebut hiperglikemia, mengarah kepada manifestasi klinis umum
yang berhubungan dengan DM. pada DM tipe 1, onset manifestasi klinis
mungkin tidak ketara dengan kemungkinan situasi yang mengancam hidup
yang biasanya terjadi (misal, ketoasisdosis diabetikum). Pada DM tipe 2,
onset manifestasi klinis mungkin berkembang secara bertahap yang klien
mungkin mencatat sedikit atau tanpa manifestasi klinis selama beberapa
tahun.Menurut setiati (2014) manifestasi klinis DM adalah peningkatan
frekuensi buang air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus dan minum
(polidipsi), dan karena penyakit berkembang, penurunan berat badan
meskipun lapardan peningkatan makan (poliphagi).
Pathway
3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Tanda dan gejala yang muncul pada px diabetes mellitus
diantaranya :
a. Poliuri (banyak kencing)
Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi apabila kadar gula
darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah yang tinggi
akan dikeluarkan melalui air kemih, jika semakin tinggi. kadar
glukosa darah maka ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
banyak. Akibatnya penderita diabetes sering berkemih dalam jumlah
banyak.
b. Polidipsi (banyak minum)
Polidipsi terjadi karena urin yang dikeluarkan banyak, maka penderita
akan merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum.
c. Polifagi (banyak makan)
Polifagi terjadi karena berkurangnya kemampuan insulin mengelola
kadar gula dalam darah sehingga penderita merasakan lapar yang
berlebihan.
d. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadangan energi
lain dalam tubuh seperti lemak.

4. Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi etiologis diabetes menurut


American Diabetes Association 2018 dibagi dalam 4 jenis yaitu :
a. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas
karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak
sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinik pertamadari penyakit ini adalah ketoasidosis.
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi
autoimun yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada
pankreas, secara menyeluruh.Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas
tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan
hidup harus diberikan insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh
penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita akan tidak
sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketasidosis atau koma
diabetic.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena
terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan
defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan
sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami
desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β
pankreas dan resisten insulin.Resisten insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.Sel
β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defensiesi relatif insulin.Ketidakmampuan
ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
insulinlain.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibatfaktor genetik fungsi
sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit
autoimun dansindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit
DM.17 Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau bahan kimia
(seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi
glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanyapada
trimester kedua dan ketiga.DM gestasional berhubungan
dengan.meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional
memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam
jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

5. FaktorResiko Diabetes Melitus


a. Usia
Terjadinya DM tipe 2 bertambah dengan pertambahan usia (jumlah sel
β yang produktif berkurang seiring pertambahan usia).
b. Berat Badan
Berat badan lebih BMI >25 atau kelebihan berat badan 20%
meningkatkan dua kali risiko terkena DM. Prevalensi Obesitas dan
diabetes berkolerasi positif, terutama obesitas sentralObesitas menjadi
salah satu faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit DM. Obesitas
dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (retensi insulin).
Semakin banyak jaringan lemak dalam tubuh semakin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak 16 tubuh terkumpul di
daerah sentral atau perut.
c. Riwayat Keluarga
Orang tua atau saudara kandung mengidap DM. Sekitar 40% diaebetes
terlahir dari keluarga yang jugamengidap DM,dan +60%-90% kembar
identic merupakan penyandang DM.
d. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukkan dalam aktivitas
sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya berolahraga
dan minum-minuman yang bersoda merupakan faktor pemicu
terjadinya diabetes melitus tipe 2.21Penderita DM diakibatkan oleh
pola makan yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang pengetahuan
tentang bagaimanan pola makan yang baik dimana mereka
mengkonsumsi makanan yang mempunyai karbohidrat dan sumber
glukosa secara berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik
sehingga perlu pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam
mengkonsumsi 17 makanan yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-harinya.
e. Riwayat Diabetes pada kehamilan (Gestational)
Seorang ibu yang hamil akan menambah konsumsi makanannya,
sehingga berat badannya mengalami peningkatan 7-10 kg, saat
makanan ibu ditambah konsumsinya tetapi produksi insulin
kurangmencukupi maka akan terjadi DM.23Memiliki riwayat diabetes
gestationalpada ibu yang sedang hamil 18 dapat meningkatkan resiko
DM, diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg
dapat meningkatkan resiko DM tipe II.

6. Komplikasi
a. Komplikasi Akut DM.
1) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetic
Hiperglikemia akibat saat glukoa tidak dapat diangkut ke dalam sel
karena kurangnya insulin.Tanpakesediannya KH untuk bahan
bakar sel, hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke
glukosa (glikogenesis) dan meningkatkan biosintesis glukosa
(gluconeogenesis).
2) Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketosis.
Sindrom hiperglikemia hyperosmolar nonketosis(hyperglycemic
hyperosmolar nonketotic syndrome [HHNS]) adalah varian
ketoasidosis diabetik yang ditandai dengan hiperglikemia ekstern
(600 –2.000 mg/dl), dehidrasi nyata, ketourinaria ringan atau tidak
terdeteksi, dan tidak ada asidosis.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemia) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai
di dalam klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan insulin atau
obat oral. Kadar glukosa darah yang tepat pada klien mempunyai
gejala hipoglikemia bervariasi, tapi gejala itu tidak terjadi sampai
kadar glukosa darah < 50 –60 mg/dl.
4) Gangguan hipoglikemia lain.
Gejala lain perubahan mekanisme melawan regulator dalam DM
tipe 1 adalah tidak menyadari hipoglikemia, hipoglikemia dengan
hiperglikemia pantulan (efek somogyi), dan fenomena subuh.
b. Komplikasi kronis
1) Komplikasi Mikrovaskuler
a) Retinopati
Kecurigaan akandiagnosis DM terkadang berawal dan gejala
berkurangnya ketajaman penglihatan atau gangguan lain pada
mata yang dapat mengarah pada kebutaan. Retinopati diabetes
dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan
proliferatif.Retinopati.Non proliferatif merupakan stadium awal
dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan retino
proliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh
darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Pada
stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan kontrol gula
darah yang baik, sedangkan pada kelainan sudah lanjut hamper
tidak dapat diperbaiki hanya dengan kontrol gula darah,
malahan akan menjadi lebih buruk apabila dilakukan
penurunan kadar gula darah yang terlalu singkat.
b) Nefropati diabetika
DMtipe 2, merupakan penyebab nefropati paling banyak,
sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan
ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi
penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein
dapat lolos ke dalam kemih.Akibat nefropati diabetika dapat
timbul kegagalan ginjal yang progresif.Nefropati diabetik
ditandai dengan adanya proteinuri persisten atau lebih dari 0.5
gr/24 jam, terdapat retinopati dan hipertensi.Dengan demikian
upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme dan
kontrol tekanan darah.
c) Poli neuropati diabetika
Manifestasi klinis dapat berupa gangguan sensoris, motorik,
dan otonom. Proses kejadian neuropati biasanya progresif
dimana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf dengan gejala-
gejala nyeri atau bahkan baal. Saraf yang terserang biasanya
adalah serabut saraf tungkai atau lengan. Neuropati disebabkan
adanya ke rusakan dan disfungsi pada struktur syaraf akibat
adanya peningkatan jalur polyol, penurunan pembentukan
myoinositol, penurunan Na / K ATPase, sehingga
menimbulkan kerusakan struktur syaraf, demielinisasi
segmental, atau atrofi axonal.
2) Komplikasi makrovaskuler
a) Arterosklerosis
Timbul akibat aterosklerosis dan pembuluh-pembuluh darah
besar, khususnya arteri akibat timbunan
plakateroma.Makroangioati tidak spesifik pada diabetes, tetapi
pada DM timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih
serius.Berbagai studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka
kematian akibat penyakit, kardiovaskular dan penderita
diabetes meningkat 4 hingga 5 kali dibandingkan orang normal.
b) Makroangiopati
Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungannya
dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi telah
terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia
merupakan suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular,
dimana peninggian kadar insulin menyebabkan resiko
kardiovaskular semakin tinggi pula. Kadar insulin puasa lebih
dari 15mU/mL akan meningkatkan risiko mortalitas koroner
sebesar 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai
factor aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya
komplikasi makrovaskular.
c) Penyakit Jantung Koroner
Akibat gangguan pada koroner timbul insufisiensi koroner atau
angina pektoris yaitu, nyeri dada paroksimal seperti tertindih
benda berat dirasakan didaerah rahang bawah, bahu, lengan
hingga pergelangan tangan yang timbul saat beraktifitas atau
emosi dan akan mereda setelah beristirahat atau mendapat
nitrat sublingual.
d) Stroke
Aterosklerosis serebri merupakan penyebab mortalitas kedua
tersering pada penderita diabetes.Kira-kira sepertiga penderita
stroke juga menderita diabetes.Stroke lebih sering timbul dan
dengan prognosis yang lebih serius untuk penderita diabetes.
Akibat berkurangnya aliran arteri karotis interna dan arteri
vertebralis timbulgangguan neurologis akibat iskemia berupa
pusing, sinkop, hemiplegia parsial atau total, afasia sensorik
dan motorik serta keadaan pseudo-dementia
e) Penyakit pembuluh darah
Proses awal terjadinya kelainan vaskuler adalah adanya
aterosklerosis, yang dapat terjadi pada seluruh pembuluh darah.
Apabila terjadi pada pembuluh darah koronaria, maka akan
meningkatkan risiko terjadi infark miokar, dan pada akhirnya
terjadi payah jantung. Kematian dapat terjadi 2 hingga 5 kali
lebih besar pada diabetes dibanding pada orang normal. Risiko
ini akan meningkat lagi apabila terdapat keadaan -keadaan
seperti dislipidemia, obesitas, hipertensi atau merokok.
Penyakit pembuluh darah pada diabetes lebih sering dan lebih
awal terjadi pada penderita diabetes dan biasanya mengenai
arteri distal.Pada diabetes, penyakit pembuluh darah perifer
biasanya terlambat didiagnosis yaitu bila sudah mencapai fase
IV. Faktor-faktor neuropati, makroangiopati danmikroangiopati
yang disertai infeksi merupakan faktor utama terjadinya proses
gangren diabetik. Pada penderita dengan gangren dapat
mengalami amputasi, sepsis, atau sebagai faktor pencetus
koma, ataupun kematian.

7. Penatalaksanaan Terapi Nutrisi Medis (TNM)


1. TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2
secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah
keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli
gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya
diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang DM.
a. Diet DM
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir
sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang DM perlu
diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada
mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi
insulin atau terapi insulin itu sendiri. Komposisi Makanan
yang dianjurkan terdiri dari2:
1) Karbohidrat
a) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
b) Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
c) Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang
lain.
d) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
e) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake/ADI).
f) Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
2) Lemak
a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori,
dan tidak diperkenankan elebihi 30% total asupan energi.
b) Komposisi yang dianjurkan, lemak jenuh <7% kebutuhan
kalori, lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak
tidak jenuh tunggal.
c) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu fullcream, Konsumsi kolesterol dianjurkan,
200 g/hari.
3) Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu dan tempe. Pada pasien dengan efropati
diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB
perhari atau 10% dari ebutuhan energi, dengan 65%
diantaranya bernilai biologik tinggi. Kecuali pada penderita
DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein
menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
4) Natrium
a) Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama
dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari(B). Penyandang
DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan
pengurangan natrium secara individual.
b) Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium
nitrit.
5) Serat
a) Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat
yang tinggi serat.
b) Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang
berasal dari berbagai sumber bahan makanan.

6) Pemanis alternatif
Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi
batas aman (Accepted Daily Intake/ADI). Pemanis alternatif
dikelompokkan menjadi pemanis berkalori yang perlu
diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari
kebutuhan kalori, seperti glukosaalkohol dan fruktosa. Glukosa
alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol
dan xylitol. Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam,
sakarin, acesulfame potassium, sukralose, neotame.

b. Diet 3J (Jumlah, Jenis dan Jadwal)


1) Tepat Jumlah Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal yaitu berat badan sesuai
tinggi badan. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah
kalori yang dibutuhkan penyandang DM, antara lain dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-
30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah
atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain.
Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai
berikut:
Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus
Broca yang dimodifikasi (Parkeni 2015):
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita
di bawah 150 cm, rumus imodifikasi menjadi: Berat badan
ideal
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh
(IMT). Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:
BB ( Kg )
IMT =
TB2 ( m )

Tabel Nilai IMT


1.Kategor (kg/m2)
IMT
Kategori

Underweight <18.5

Normal 18.5-22.9

Overweight 23.0-24.9
(berisiko)

Obesitas 1 25.0 - 29.9

Obesitas 2 > 30

Jumlah kalori untuk IMT normal 1700-2100 kkal dan gemuk


1300-1500 kkal dengan komposisi sebagai berikut, 45-65%
berasal dari karbohidrat, pembatasan karbohidrat total <130
g/hari tidak dianjurkan, sukrosa <5% dari total energi dan serat
dianjurkan sekitar 25 gram/1000 kkal/hari, protein 10-20%,
lemak 20-25%, dengan asam lemak jenuh <7% dan kandungan
kolesterol <300 mg/hari.
a) Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara
lain:
(1) Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan sebesar 25
kal/kg BB sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kg BB.
(2) Umur
Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%
untuk setiap dekade antara 40 dan 59 tahun. Pasien usia
diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%. Pasien usia diatas 70
tahun dikurangi 20%
(3) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas
aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan
basal diberikan pada keadaan istirahat. Penambahan sejumlah
20% pada pasien dengan aktivitas ringan ( pegawai kantor,
guru, ibu rumah tangga). Penambahan sejumlah 30% pada
aktivitas sedang (pegawai industri ringan, mahasiswa, militer
yang sedang tidak perang).Penambahan sejumlah 40% pada
aktivitas berat (petani, buruh, atlet, militer dalam keadaan
latihan). Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat
berat (tukang becak, tukang gali, pandai besi)
(4) Stres Metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress metabolik
(sepsis, operasi, trauma).
(5) Berat Badan
Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi
sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.
Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar 20-
30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.
Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200kkal
perhari untuk wanita dan 1200-600kkal perhari untuk pria.
Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang
terhitung dan komposisitersebut di atas, dibagi dalam 3 porsi
besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),
serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) diantaranya. Tetapi
pada kelompok tertentu perubahan jadwal, jumlah dan jenis
makanan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk
penyandang DM yang mengidap penyakit lain, pola
pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyerta.’

2) Tepat jenis
Penderita DM dianjurkan memilih jenis bahan makanan
maupun makanan yang tidak cepat meningkatkan kadar
glukosa darah. bahan makanan atau makanan yang cepat
meningkatkan kadar glukosa darah dikarenakan memiliki
indeks glikemik (IG) tinggi. konsep indeks glikemik
dikembang untuk mengurutkan makanan berdasarkan
kemampuannya dalam meningkatkan kadar glukosa darah
setelah dbandingkan dengan makanan standar.
Selain dari bahan makanan yang memiliki indfeks glikemik
tinggi, perlu pula cara pemgolahan makanan, karen aterdapata
beberapa pengolahan dapat meningkatkan indeks glikemik,
yaitu merebus/mengukus dan menghaluskan bahan (bubur,
juice, dll). persentase protein danlemak akan menurunkan
indeks glikemik termasuk serta dan zat anti gizi (tanin dan
fitat). oleh karena itukandungan karbohidrat total makanan dan
sumbangan masing-masing pangan terhadap karbohidrat total
harus diketahui.
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi.
penggunaan gula pada bumbu diperbolehklan tetapijumlahnya
hanya sedikit. anjuran pnggunaan gula tidak lebih dari 5% dari
total kebutuhan kalori. penggunaan pemanis diabetes, aman
digubkan asal tidak melebihi batas aman (accepted daily
intake). Misalnya fruktosa <50 g/hari, jika berlebih akan
menyebabkan diare. sorbitol <30 g/hari jika berlebih akan
menimbulkan kembung dan diare, manitol <20 g/hari, sakarin
1g/hari, asesulfame K 15 mg/kg/BB/hr, siklamat 11 mg/kg
BB/hr.
Penggunaan sukrosa pada penderita DM tipe 1 dan 2 tidak
memperburuk kontrol Glukosa darah. sukrosa dari makanan
harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan
lain dan tidak hanya dengan menambhakannya pada
perencanaan makanan. dalam melakukan substitusi ini
kandungan zat gizi dari makanan-makann manis yang pekat
dan kandungan zat gizi lain dari makanan yang mengandung
sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang selalu ada
bersama sukrosa dalam makanan.
Bahan makanan tinggi asam lemak tidak jenuh seperti pada
nuts, alpukat dan minyak zaitun, baik digunakan dalam
perencanaan makan bagi penderita DM. tambahan
suplemenvitamin dan mineral pada penderita DM yang asupan
gizinya cukup tidak diperlukan.

3) Tepat jadwal
Makan dalam porsi kecil tapi sering dapat membantu
menurukan kadar glukosa darah. makan teratur (makan pagi,
makan siang dan makan malam serta selingan diantara waktu
makan) akan memungkinkan glukosa darah turun sebelum
makan berikutnya.

c. Latihan Jasmani
Menurut Suryono untuk penderita DM dianjurkan melakukan
latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama + 30
menit, yang sesuai prinsip CRIPE (continuous, rhythmical,
interval, progressive, endurance training).

d. Edukasi
Edukasi diabetes merupakan pendidikan dan pelatihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes
yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
bermanfaat untuk mencapai keadaan sehat optimal dan
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang
lebih baik.
Tujuan utama edukasi gizi adalah menanamkan pengertian
kepada seseorang sehingga pengertian terwujud dalam sikap
serta perbuatan dan kemudian menjadi kebiasaan yang baik
dalammengelola dan mengontrol kesehatannya, khususnya
dalam hal gizi. 14 Salah satu cara dalam penyampaian edukasi
gizi adalah dengan melakukan konseling gizi.

e. Farmakologi
Sarana pengelola farmakologis diabetes dapat berupa:
1) Obat Hipoglikemik Oral
a) Pemicu sekresi insulin :
(1) Sulfonilurea merupakan golongan obat yang memiliki
mekanisme kerja untuk menstimulasi sel beta pancreas
untuk untuk melepaskan insulin, menurunkan ambang
sekresi insulin dan meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa.
(2) Glinid merupakan obat yang mekanisme kerjanya sama
dengan sulfonilurea dengan mensekresi insulin fase
pertama.
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin:
(1) Biguanid, golongan obat ini yang masih dipakai adalah
metformin yang berfungsi untuk menurunkan glukosa darah
melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat
seluler, distal dari reseptor insulin dan efeknya pada
penurunan produksi glukosa hati.
(2) Tiazolidindion merupakan golongan obat yang bekerja
untuk meningkatkan sensitivitas insulin.
c)Penghambat glukosidase alfa, obat ini memiliki mekanisme
keja sebagai penghambat kerja enzim glukosidase alfa di
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia postpandrial.
d) Incretin mimetic, penghambat DPP-4.

2) Insulin
Sebanyak 20%-25% pasien DM tipe akan memerlukan
insulin untuk mengendalikan kadar gula darahnya.
Terutama bagi pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan
kadar glukosa darahnya dengan kombinasi sulfonylurea dan
metformin, langkah selanjutnya yang diberikan adalah
insulin.

REFERENSI
Corwin, EJ. 2017. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi.: EGCJakarta:.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis &SDKI
Price & Wilson (2014).Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN DIABETES MILITUS
(disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas dan Keluarga)

Dosen Pembimbing : Tri Nurhudi Sasono, M.Kep

Oleh :
HAQI MASLUKI (NIM 2230020)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


STIKES KEPANJEN
2023
1.1 Pengkajian Keperawatan

I. Data Umum :
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
2. Umur : 45 Tahun
3. A l a m a t : Desa Talok, RW 05/RT 04
4. Telepon :-
5. Pekerjaan Kepala Keluarga : Wiraswasta
6. Pendidikan Kepala Keluarga : SLTA
7. Komposisi Keluarga : ........................................................................

Status Imunisasi
L Hub.
Pend.
No Nama / Keluarga Umur Polio DPT Hepatitis Ket.
Terakhir BC
P dgn KK Campak
G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1.
Tn. S L Kepala 45 SLTA Sehat
Keluarga

2. Ny. Y P IBU 43 SLTA DM

3. An. B L Anak 25 SLTA Sehat

4. An. N L Anak 22 SLTA Sehat

8. Tipe keluarga : Nuclear Family


9. Suku bangsa : Jawa/Indonesia
10. A g a m a : Islam
11. Status sosial ekonomi keluarga : Cukup
12. Aktifitas rekreasi keluarga : Tn. S sering meluangkan waktunya di weekend untuk
berlibur bersama keluarga

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga :


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga Tn.S sedang berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak dewasa ditandai dengan anak pertama berusi 25 tahun
dan anak kedua berusia 22 tahun.
2. Tahap perkembangan keluarga keluarga yang belum terpenuhi : keluarga Tn.S saat ini sudah
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan keluarga saat ini.
3. Riwayat keluarga inti : Tn.S mengatakan mertua atau ibu dari Ny.Y memiliki riwayat DM
basah dan kering dari usia remaja sehingga Ny.Y memiliki keturunan DM. Apabila anggota
keluarga lainnya sakit biasanya berobat ke rumah sakit. Anak sudah mendapatkan imunisasi
lengkap.
4. Riwayat keluarga sebelumnya : Tn.S mengatakan ibu dari Ny.Y memiliki riwayat
DM.
III.Lingkungan :
1. Karakteristik rumah :
a. Luas bangunan dan bagian-bagiannya : Luas bangunan +- 2 are bagian depan teras
disusul ruang tamu kamar 1, kamar 2, kamar 3, kamar 4, ruang keluarga, toilet, dapur,
pekarangan rumah.
b. Tipe bangunan : Rumah Permanen.
c. Ventilasi rumah : Ventilasi ada setiap ruangan sehingga cahaya dapat masuk disetiap
ruangan.
d. Kebersihan ruang : Kebersihan ruangan sangat bagus setiap ruangan lantai terlihat
bersihbdean penataan barang-barang yang membuat kecoa atau nyamuk tidak ada.
e. Sumber air : PDAM
2. Denah rumah :
3. Karakteristik tetangga dan komunitasnya : Tn.S mengatakan bahwa hubungan seluruh
anggota keluarga dengan masyarakat lainnya cukup harmonis, dalam melakukan suatu
kegiatan dilakukan dengan gotong royong, jarak rumah dengan tetangga sangat dekat
berdempet, disini tidak ada budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
4. Mobilitas geografis keluarga : Tn.S mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai
kebiasaan berpindah tempat karena memiliki rumah tetap.
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Tn. S mengatakan bahwa Tn.S
berkumpul saat jaga ronda karena Tn. S juga bekerja.
6. Sistem pendukung keluarga : Tn. S mengatakan bahwa keluarganya sehat sehat hanya
istrinya yang sering check up ke rumah sakit untuk kontrol penyakit DM. Fasilitas kesehatan
yang ada di wilayah tersebut sangat terjangkau.

IV. Struktur Keluarga :


1. Pola komunikasi keluarga : Tn.S mengatakan komunikasi antar keluarga menggunakan
bahasa indonesia, komunikasi berlangsung dengan baik dan keluarga dapat menyelesaikan
masalah dengan komu ikasi terlebih dahulu dengan anggota keluarga dan kepala keluarga
mengambil keputusan setelah dimusyawarahkan.
2. Struktur kekuatan keluarga : Tn.S mengatakan jika ada permasalahan apapun di rundingkan
dengan istri.
3. Struktur peran ( formal dan informal ) : Tn.S mempunyai peran sebagai pencari nafkah dan
ikut mengasuh anak, Ny.Y berperan sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Sementara
anak-anak Tn.S juga bekerja.
4. Nilai dan normal keluarga : Keluarga Tn. S mengatakan tidak ada adat istiadat tertentu,
keluarga mengikuti secara umum didesanya.

V. Fungsi Keluarga :
1. Fungsi ekonomi : Tn.S mengatakan penghasilannya sudah cukup untuk memnuhi kebutuhan
ekonomi rumah tangganya apalagi di bantu oleh kedua anaknya .
2. Fungsi mendapatkan status sosial : Tn.S mengatakan di desanya dia disegani dan dihormati.
3. Fungsi pendidikan: Tn. S mengatakan bahwa pendidikan juga perlu namun anak-anaknya
merasa cukup walaua lulusan SLTA dan ingin bekerja saja.
4. Fungsi sosialisasi : Tn. S mengatakan hubungan semua anggota keluarga baik, norma budaya
dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dikeluarga dan dimasyarakat.
5. Fungsi perawatan kesehatan :
a. Mengenal masalah kesehatan : Tn. S sudah mengajari anak-anaknya sejak dini mengenai
kesehatan yang perlu di rundingkan agar cepat teratasi, tetapi klien hanya mengetahui
sedikit dari penyakitnya dan klien hanya ke RS jika kondisi drop saja
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan : Keluarga mengatakan setiap
masalah kesehatan yang ada mampu teratasi, apabila ada yang sakit memutuskan untuk
membawa ke pelayanan kesehatan. Klien mengatakan penyakit gula tidak terlalu
berbahaya dan bisa disembuhkan dengan berobat.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yg sakit : Tn. S dan keluarganya selalu kompak
jika ada salah satu keluarganya yang sakit.
d. Kemampuan memelihara/ memodifikasi lingkungan (rumah) yg sehat : Keluarga Tn.s
sangat menjaga kebersihan rumah dan selalu bergotong royong dan saling membantu
untuk kebersihan rumah.
e. Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan : keluarga Tn.S sangat baik dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan karena sudah memiliki BPJS untuk menaungi jika ada
masalah yang lebih serius.

6. Fungsi religius : Keluarga Tn.S termasuk orang yang taat beribadah jika tidak bekerja
keluarga Tn.s sering pergi ke tempat ibadahFungsi rekreasi : Tn.S sering mengajak anak dan
istrinya untuk berlibur dihari akhir minggu untuk refreshing dan menambah ikatan
kekeluargaan.
7. Fungsi Reproduksi : Tn. S memiliki 2 orang anak dan Ny. Y mengkonsumsi pil KB karena
belum menopouse agar terhindar dari kehamilan diusianya yang rentan kehamilan.
8. Fungsi afektif : Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatandalam rumah
tangganya dan setiap malam selalu menyempatkan waktuuntuk berkumpul dengan anggota
keluarga.

VI. Stres Dan Koping Keluarga :


1. Stressor jangka pendek dan panjang : Tn. S Mengatakan keluarganya tidak pernah
mengalami masalah yang berkepanjangan. Bila ada masalah di selesaikan secara
kekeluargaan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor : Bila ada masalah di keluarga
dibicarakan baik baik dan mencari pemecahan masalah.
3. Strategi koping yang digunakan : Keluarga tidak pernah melakukan hal hal yang
menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang ada.
4. Srategi adaptasi disfungsional : Anggota keluarga tidak menggunakan cara diluar cara
umum seperti kekerasan dalam penyelesaian masalah.

VII. Pemeriksaan Fisik :


Nama Anggota Keluarga
No. Aspek yang Dikaji
Bpk. S Ibu. Y An. B An. N
1. FISIK:
a. Kondisi umum BAIK CUKUP BAIK BAIK
b. TTV 130/80 120/90 130/80 120/80
c. Kepala & leher .................... .................... .................... ....................
d. Thoraks .................... .................... .................... ....................
e. Abdomen .................... .................... .................... ....................
f. Ekstremitas .................... .................... .................... ....................
g. Genetalia .................... .................... .................... ....................
h. Dll. .................... .................... .................... ....................
2. Mental Normal Normal Normal Normal
3. Emosional Normal Normal Normal Normal
4. Sosial Normal Normal Normal Normal
5. Spiritual Normal Normal Normal Normal

VIII. Harapan keluarga :


Keluarga senang jika ada petugas kesehatan yang melakukan kunjungan rumah agar Ny. Y tidak
bolak-balik rumah sakit untuk kontrol luka pada kakinya karena menderita penyakit DM, dan
keluarga sangat berharap masalah yang berhubungan dengan kesehatan yang dialami keluarga bisa
teratasi dengan diberikannya informasi agar Ny. Y bisa sembuh dan akan normal lagi gula darahnya.

1.2 Analisis Data

No. Data Masalah Penyebab


1. DS: Klien mengatakan penyakit gula Defisit pengetahuan Kurang terpapar
tidak terlalu berbahaya dan bisa tentang penyakit informasi
disembuhkan dengan berobat. kronis diabetes
DO: klien hanya mengetahui sedikit melitus
dari penyakitnya dan klien hanya ke RS
jika kondisi drop saja

1.3 Perumusan Diagnosis Keperawatan

No. Diagnosis Keperawatan (PES)


1. Defisit pengetahuan tentang penyakit kronis diabetes melitus b/d kurang terpapar
informasi d.d klien mengatakan penyakit gula tidak terlalu berbahaya dan bisa
disembuhkan dengan berobat dan klien hanya mengetahui sedikit dari penyakitnya dan
klien hanya ke RS jika kondisi drop saja

1.4 Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan

No. Kriteria Skor Pembenaran


Dx.

1. a. Sifat masalah Aktual 3/3 x 1 = 1 Masalah masih terjadi

b. Kemungkinan masalah dapat 2/2 x 2= 2 Masalah dapat diubah


diubah sebagian sebagian penyembuhan
luka
c. Potensi masalah untuk dicegah 2/3 x 1= 2/3
cukup Masalah cukup bisa diatasi
penyembuhan luka
d. Menonjolnnya masalah berat harus 2/2 x 1= 1
diatasi Masalah harus diatasi jika
tidak akan terjadi
komplikasi
TOTAL SKOR 4 2/3

1.5 Prioritas Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor


1. Defisit pengetahuan tentang penyakit kronis diabetes melitus 4 2/3
b/d kurang terpapar informasi d.d klien mengatakan penyakit
gula tidak terlalu berbahaya dan bisa disembuhkan dengan
berobat dan klien hanya mengetahui sedikit dari penyakitnya
dan klien hanya ke RS jika kondisi drop saja

1.6 Intervensi Keperawatan

No. DX SLKI SIKI


Dx.
1. Defisit pengetahuan 1. Kestabilan kadar glukosa Manajemen hiperglikemia
tentang penyakit membaik
kronis diabetes
melitus b/d kurang 2. Tingkat pengetahuan
terpapar informasi meningkat Kesiapan dan kemampuan
d.d klien menerima informasi
mengatakan
penyakit gula tidak
terlalu berbahaya
dan bisa
disembuhkan dengan
berobat dan klien
hanya mengetahui
sedikit dari
penyakitnya dan
klien hanya ke RS
jika kondisi drop
saja

1.7 Implementasi Keperawatan

Tgl. &
Waktu Dx Implementasi TTD
15 Mei Defisit 1. Kesiapan dan kemampuan menerima
2023 pengetahuan informasi
tentang penyakit o Observasi
kronis diabetes - Periksa kesiapan pasien menerima
melitus b/d informasi
kurang terpapar o Terapeutik
informasi d.d ‐ Siapkan materi, media tentang
klien faktorpenyebab, cara identifikasi dan
mengatakan
penyakit gula pencegahan resikoinfeksi dirumah sakit
tidak terlalu maupun dirumah.
berbahaya dan ‐ Jadwalkan waktu yang tepat untuk
bisa memberikan pendidikam kesehatan
disembuhkan sesuai kesepakatan dengan asien dan
dengan berobat keluarga
dan klien hanya
mengetahui
sedikit dari
penyakitnya dan
klien hanya ke
RS jika kondisi
drop saja.

1.8 Evaluasi

Tgl. & No. Dx. Evaluasi


Waktu
16 Mei Defisit S:
pengetahuan
2023 - Pasien sedikit lebih mengerti tentang penyakitnya.
tentang penyakit
kronis diabetes - Pasien mengatakan bisa memahami apa yang disampaikan
melitus b/d
perawat
kurang terpapar
informasi d.d
klien O:
mengatakan
- Klien sudah menerapkan pola hidup sehat setelah di lakukan
penyakit gula
tidak terlalu pemberian informasi.
berbahaya dan
A : Masalah belum teratasi informasi masih sedikit yang dipahami
bisa
disembuhkan P : Intervensi dilanjutkan :
dengan berobat
- Melakukan edukasi secara berkala guna memenuhi
dan klien hanya
mengetahui kebutuhan pasien
sedikit dari
penyakitnya dan
klien hanya ke
RS jika kondisi
drop saja.

Kepanjen, 16 Mei 2023

Mahasiswa

( ................................................ )

Anda mungkin juga menyukai