LP Askep Keluarga
LP Askep Keluarga
DIABETES MILITUS
(disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas dan Keluarga)
Oleh :
HAQI MASLUKI (NIM 2230020)
Mengetahui
(Tri Nurhudi Sasono, S.Kep., Ns, M.Kep) (Dwi Mei Hardiningayu, AMd.Kep)
1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang terjadi
oleh interaksi berbagai faktor: genetik, imunologik, lingkungan dan gaya
hidup. Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin progresif dilatar belakangi oleh
resistensi insulin. Pernyataan ini selaras dengan IDF (2017) yang
menyatakan bahwa diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang
terjadi saat meningkatnya kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak
mampu memproduksi banyak hormon insulin atau kurangnya efektifitas
fungsi insulin. Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes
sangatlah kompleks dan penyakit kronik yang perlu perawatan medis
secara berlanjut dengan strategi pengontrolan indeks glikemik
berdasarkan multifaktor resiko.
2. Manifestasi Klinis
Manifestasi DM,Black (2014) adalah Peningkatan kadar gula
darah, disebut hiperglikemia, mengarah kepada manifestasi klinis umum
yang berhubungan dengan DM. pada DM tipe 1, onset manifestasi klinis
mungkin tidak ketara dengan kemungkinan situasi yang mengancam hidup
yang biasanya terjadi (misal, ketoasisdosis diabetikum). Pada DM tipe 2,
onset manifestasi klinis mungkin berkembang secara bertahap yang klien
mungkin mencatat sedikit atau tanpa manifestasi klinis selama beberapa
tahun.Menurut setiati (2014) manifestasi klinis DM adalah peningkatan
frekuensi buang air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus dan minum
(polidipsi), dan karena penyakit berkembang, penurunan berat badan
meskipun lapardan peningkatan makan (poliphagi).
Pathway
3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Tanda dan gejala yang muncul pada px diabetes mellitus
diantaranya :
a. Poliuri (banyak kencing)
Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi apabila kadar gula
darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah yang tinggi
akan dikeluarkan melalui air kemih, jika semakin tinggi. kadar
glukosa darah maka ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
banyak. Akibatnya penderita diabetes sering berkemih dalam jumlah
banyak.
b. Polidipsi (banyak minum)
Polidipsi terjadi karena urin yang dikeluarkan banyak, maka penderita
akan merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum.
c. Polifagi (banyak makan)
Polifagi terjadi karena berkurangnya kemampuan insulin mengelola
kadar gula dalam darah sehingga penderita merasakan lapar yang
berlebihan.
d. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadangan energi
lain dalam tubuh seperti lemak.
6. Komplikasi
a. Komplikasi Akut DM.
1) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetic
Hiperglikemia akibat saat glukoa tidak dapat diangkut ke dalam sel
karena kurangnya insulin.Tanpakesediannya KH untuk bahan
bakar sel, hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke
glukosa (glikogenesis) dan meningkatkan biosintesis glukosa
(gluconeogenesis).
2) Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketosis.
Sindrom hiperglikemia hyperosmolar nonketosis(hyperglycemic
hyperosmolar nonketotic syndrome [HHNS]) adalah varian
ketoasidosis diabetik yang ditandai dengan hiperglikemia ekstern
(600 –2.000 mg/dl), dehidrasi nyata, ketourinaria ringan atau tidak
terdeteksi, dan tidak ada asidosis.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemia) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai
di dalam klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan insulin atau
obat oral. Kadar glukosa darah yang tepat pada klien mempunyai
gejala hipoglikemia bervariasi, tapi gejala itu tidak terjadi sampai
kadar glukosa darah < 50 –60 mg/dl.
4) Gangguan hipoglikemia lain.
Gejala lain perubahan mekanisme melawan regulator dalam DM
tipe 1 adalah tidak menyadari hipoglikemia, hipoglikemia dengan
hiperglikemia pantulan (efek somogyi), dan fenomena subuh.
b. Komplikasi kronis
1) Komplikasi Mikrovaskuler
a) Retinopati
Kecurigaan akandiagnosis DM terkadang berawal dan gejala
berkurangnya ketajaman penglihatan atau gangguan lain pada
mata yang dapat mengarah pada kebutaan. Retinopati diabetes
dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan
proliferatif.Retinopati.Non proliferatif merupakan stadium awal
dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan retino
proliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh
darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Pada
stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan kontrol gula
darah yang baik, sedangkan pada kelainan sudah lanjut hamper
tidak dapat diperbaiki hanya dengan kontrol gula darah,
malahan akan menjadi lebih buruk apabila dilakukan
penurunan kadar gula darah yang terlalu singkat.
b) Nefropati diabetika
DMtipe 2, merupakan penyebab nefropati paling banyak,
sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan
ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi
penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein
dapat lolos ke dalam kemih.Akibat nefropati diabetika dapat
timbul kegagalan ginjal yang progresif.Nefropati diabetik
ditandai dengan adanya proteinuri persisten atau lebih dari 0.5
gr/24 jam, terdapat retinopati dan hipertensi.Dengan demikian
upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme dan
kontrol tekanan darah.
c) Poli neuropati diabetika
Manifestasi klinis dapat berupa gangguan sensoris, motorik,
dan otonom. Proses kejadian neuropati biasanya progresif
dimana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf dengan gejala-
gejala nyeri atau bahkan baal. Saraf yang terserang biasanya
adalah serabut saraf tungkai atau lengan. Neuropati disebabkan
adanya ke rusakan dan disfungsi pada struktur syaraf akibat
adanya peningkatan jalur polyol, penurunan pembentukan
myoinositol, penurunan Na / K ATPase, sehingga
menimbulkan kerusakan struktur syaraf, demielinisasi
segmental, atau atrofi axonal.
2) Komplikasi makrovaskuler
a) Arterosklerosis
Timbul akibat aterosklerosis dan pembuluh-pembuluh darah
besar, khususnya arteri akibat timbunan
plakateroma.Makroangioati tidak spesifik pada diabetes, tetapi
pada DM timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih
serius.Berbagai studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka
kematian akibat penyakit, kardiovaskular dan penderita
diabetes meningkat 4 hingga 5 kali dibandingkan orang normal.
b) Makroangiopati
Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungannya
dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi telah
terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia
merupakan suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular,
dimana peninggian kadar insulin menyebabkan resiko
kardiovaskular semakin tinggi pula. Kadar insulin puasa lebih
dari 15mU/mL akan meningkatkan risiko mortalitas koroner
sebesar 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai
factor aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya
komplikasi makrovaskular.
c) Penyakit Jantung Koroner
Akibat gangguan pada koroner timbul insufisiensi koroner atau
angina pektoris yaitu, nyeri dada paroksimal seperti tertindih
benda berat dirasakan didaerah rahang bawah, bahu, lengan
hingga pergelangan tangan yang timbul saat beraktifitas atau
emosi dan akan mereda setelah beristirahat atau mendapat
nitrat sublingual.
d) Stroke
Aterosklerosis serebri merupakan penyebab mortalitas kedua
tersering pada penderita diabetes.Kira-kira sepertiga penderita
stroke juga menderita diabetes.Stroke lebih sering timbul dan
dengan prognosis yang lebih serius untuk penderita diabetes.
Akibat berkurangnya aliran arteri karotis interna dan arteri
vertebralis timbulgangguan neurologis akibat iskemia berupa
pusing, sinkop, hemiplegia parsial atau total, afasia sensorik
dan motorik serta keadaan pseudo-dementia
e) Penyakit pembuluh darah
Proses awal terjadinya kelainan vaskuler adalah adanya
aterosklerosis, yang dapat terjadi pada seluruh pembuluh darah.
Apabila terjadi pada pembuluh darah koronaria, maka akan
meningkatkan risiko terjadi infark miokar, dan pada akhirnya
terjadi payah jantung. Kematian dapat terjadi 2 hingga 5 kali
lebih besar pada diabetes dibanding pada orang normal. Risiko
ini akan meningkat lagi apabila terdapat keadaan -keadaan
seperti dislipidemia, obesitas, hipertensi atau merokok.
Penyakit pembuluh darah pada diabetes lebih sering dan lebih
awal terjadi pada penderita diabetes dan biasanya mengenai
arteri distal.Pada diabetes, penyakit pembuluh darah perifer
biasanya terlambat didiagnosis yaitu bila sudah mencapai fase
IV. Faktor-faktor neuropati, makroangiopati danmikroangiopati
yang disertai infeksi merupakan faktor utama terjadinya proses
gangren diabetik. Pada penderita dengan gangren dapat
mengalami amputasi, sepsis, atau sebagai faktor pencetus
koma, ataupun kematian.
6) Pemanis alternatif
Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi
batas aman (Accepted Daily Intake/ADI). Pemanis alternatif
dikelompokkan menjadi pemanis berkalori yang perlu
diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari
kebutuhan kalori, seperti glukosaalkohol dan fruktosa. Glukosa
alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol
dan xylitol. Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam,
sakarin, acesulfame potassium, sukralose, neotame.
Underweight <18.5
Normal 18.5-22.9
Overweight 23.0-24.9
(berisiko)
Obesitas 2 > 30
2) Tepat jenis
Penderita DM dianjurkan memilih jenis bahan makanan
maupun makanan yang tidak cepat meningkatkan kadar
glukosa darah. bahan makanan atau makanan yang cepat
meningkatkan kadar glukosa darah dikarenakan memiliki
indeks glikemik (IG) tinggi. konsep indeks glikemik
dikembang untuk mengurutkan makanan berdasarkan
kemampuannya dalam meningkatkan kadar glukosa darah
setelah dbandingkan dengan makanan standar.
Selain dari bahan makanan yang memiliki indfeks glikemik
tinggi, perlu pula cara pemgolahan makanan, karen aterdapata
beberapa pengolahan dapat meningkatkan indeks glikemik,
yaitu merebus/mengukus dan menghaluskan bahan (bubur,
juice, dll). persentase protein danlemak akan menurunkan
indeks glikemik termasuk serta dan zat anti gizi (tanin dan
fitat). oleh karena itukandungan karbohidrat total makanan dan
sumbangan masing-masing pangan terhadap karbohidrat total
harus diketahui.
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi.
penggunaan gula pada bumbu diperbolehklan tetapijumlahnya
hanya sedikit. anjuran pnggunaan gula tidak lebih dari 5% dari
total kebutuhan kalori. penggunaan pemanis diabetes, aman
digubkan asal tidak melebihi batas aman (accepted daily
intake). Misalnya fruktosa <50 g/hari, jika berlebih akan
menyebabkan diare. sorbitol <30 g/hari jika berlebih akan
menimbulkan kembung dan diare, manitol <20 g/hari, sakarin
1g/hari, asesulfame K 15 mg/kg/BB/hr, siklamat 11 mg/kg
BB/hr.
Penggunaan sukrosa pada penderita DM tipe 1 dan 2 tidak
memperburuk kontrol Glukosa darah. sukrosa dari makanan
harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan
lain dan tidak hanya dengan menambhakannya pada
perencanaan makanan. dalam melakukan substitusi ini
kandungan zat gizi dari makanan-makann manis yang pekat
dan kandungan zat gizi lain dari makanan yang mengandung
sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang selalu ada
bersama sukrosa dalam makanan.
Bahan makanan tinggi asam lemak tidak jenuh seperti pada
nuts, alpukat dan minyak zaitun, baik digunakan dalam
perencanaan makan bagi penderita DM. tambahan
suplemenvitamin dan mineral pada penderita DM yang asupan
gizinya cukup tidak diperlukan.
3) Tepat jadwal
Makan dalam porsi kecil tapi sering dapat membantu
menurukan kadar glukosa darah. makan teratur (makan pagi,
makan siang dan makan malam serta selingan diantara waktu
makan) akan memungkinkan glukosa darah turun sebelum
makan berikutnya.
c. Latihan Jasmani
Menurut Suryono untuk penderita DM dianjurkan melakukan
latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama + 30
menit, yang sesuai prinsip CRIPE (continuous, rhythmical,
interval, progressive, endurance training).
d. Edukasi
Edukasi diabetes merupakan pendidikan dan pelatihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes
yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
bermanfaat untuk mencapai keadaan sehat optimal dan
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang
lebih baik.
Tujuan utama edukasi gizi adalah menanamkan pengertian
kepada seseorang sehingga pengertian terwujud dalam sikap
serta perbuatan dan kemudian menjadi kebiasaan yang baik
dalammengelola dan mengontrol kesehatannya, khususnya
dalam hal gizi. 14 Salah satu cara dalam penyampaian edukasi
gizi adalah dengan melakukan konseling gizi.
e. Farmakologi
Sarana pengelola farmakologis diabetes dapat berupa:
1) Obat Hipoglikemik Oral
a) Pemicu sekresi insulin :
(1) Sulfonilurea merupakan golongan obat yang memiliki
mekanisme kerja untuk menstimulasi sel beta pancreas
untuk untuk melepaskan insulin, menurunkan ambang
sekresi insulin dan meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa.
(2) Glinid merupakan obat yang mekanisme kerjanya sama
dengan sulfonilurea dengan mensekresi insulin fase
pertama.
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin:
(1) Biguanid, golongan obat ini yang masih dipakai adalah
metformin yang berfungsi untuk menurunkan glukosa darah
melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat
seluler, distal dari reseptor insulin dan efeknya pada
penurunan produksi glukosa hati.
(2) Tiazolidindion merupakan golongan obat yang bekerja
untuk meningkatkan sensitivitas insulin.
c)Penghambat glukosidase alfa, obat ini memiliki mekanisme
keja sebagai penghambat kerja enzim glukosidase alfa di
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia postpandrial.
d) Incretin mimetic, penghambat DPP-4.
2) Insulin
Sebanyak 20%-25% pasien DM tipe akan memerlukan
insulin untuk mengendalikan kadar gula darahnya.
Terutama bagi pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan
kadar glukosa darahnya dengan kombinasi sulfonylurea dan
metformin, langkah selanjutnya yang diberikan adalah
insulin.
REFERENSI
Corwin, EJ. 2017. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi.: EGCJakarta:.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis &SDKI
Price & Wilson (2014).Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN DIABETES MILITUS
(disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas dan Keluarga)
Oleh :
HAQI MASLUKI (NIM 2230020)
I. Data Umum :
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
2. Umur : 45 Tahun
3. A l a m a t : Desa Talok, RW 05/RT 04
4. Telepon :-
5. Pekerjaan Kepala Keluarga : Wiraswasta
6. Pendidikan Kepala Keluarga : SLTA
7. Komposisi Keluarga : ........................................................................
Status Imunisasi
L Hub.
Pend.
No Nama / Keluarga Umur Polio DPT Hepatitis Ket.
Terakhir BC
P dgn KK Campak
G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1.
Tn. S L Kepala 45 SLTA Sehat
Keluarga
V. Fungsi Keluarga :
1. Fungsi ekonomi : Tn.S mengatakan penghasilannya sudah cukup untuk memnuhi kebutuhan
ekonomi rumah tangganya apalagi di bantu oleh kedua anaknya .
2. Fungsi mendapatkan status sosial : Tn.S mengatakan di desanya dia disegani dan dihormati.
3. Fungsi pendidikan: Tn. S mengatakan bahwa pendidikan juga perlu namun anak-anaknya
merasa cukup walaua lulusan SLTA dan ingin bekerja saja.
4. Fungsi sosialisasi : Tn. S mengatakan hubungan semua anggota keluarga baik, norma budaya
dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dikeluarga dan dimasyarakat.
5. Fungsi perawatan kesehatan :
a. Mengenal masalah kesehatan : Tn. S sudah mengajari anak-anaknya sejak dini mengenai
kesehatan yang perlu di rundingkan agar cepat teratasi, tetapi klien hanya mengetahui
sedikit dari penyakitnya dan klien hanya ke RS jika kondisi drop saja
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan : Keluarga mengatakan setiap
masalah kesehatan yang ada mampu teratasi, apabila ada yang sakit memutuskan untuk
membawa ke pelayanan kesehatan. Klien mengatakan penyakit gula tidak terlalu
berbahaya dan bisa disembuhkan dengan berobat.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yg sakit : Tn. S dan keluarganya selalu kompak
jika ada salah satu keluarganya yang sakit.
d. Kemampuan memelihara/ memodifikasi lingkungan (rumah) yg sehat : Keluarga Tn.s
sangat menjaga kebersihan rumah dan selalu bergotong royong dan saling membantu
untuk kebersihan rumah.
e. Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan : keluarga Tn.S sangat baik dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan karena sudah memiliki BPJS untuk menaungi jika ada
masalah yang lebih serius.
6. Fungsi religius : Keluarga Tn.S termasuk orang yang taat beribadah jika tidak bekerja
keluarga Tn.s sering pergi ke tempat ibadahFungsi rekreasi : Tn.S sering mengajak anak dan
istrinya untuk berlibur dihari akhir minggu untuk refreshing dan menambah ikatan
kekeluargaan.
7. Fungsi Reproduksi : Tn. S memiliki 2 orang anak dan Ny. Y mengkonsumsi pil KB karena
belum menopouse agar terhindar dari kehamilan diusianya yang rentan kehamilan.
8. Fungsi afektif : Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatandalam rumah
tangganya dan setiap malam selalu menyempatkan waktuuntuk berkumpul dengan anggota
keluarga.
Tgl. &
Waktu Dx Implementasi TTD
15 Mei Defisit 1. Kesiapan dan kemampuan menerima
2023 pengetahuan informasi
tentang penyakit o Observasi
kronis diabetes - Periksa kesiapan pasien menerima
melitus b/d informasi
kurang terpapar o Terapeutik
informasi d.d ‐ Siapkan materi, media tentang
klien faktorpenyebab, cara identifikasi dan
mengatakan
penyakit gula pencegahan resikoinfeksi dirumah sakit
tidak terlalu maupun dirumah.
berbahaya dan ‐ Jadwalkan waktu yang tepat untuk
bisa memberikan pendidikam kesehatan
disembuhkan sesuai kesepakatan dengan asien dan
dengan berobat keluarga
dan klien hanya
mengetahui
sedikit dari
penyakitnya dan
klien hanya ke
RS jika kondisi
drop saja.
1.8 Evaluasi
Mahasiswa
( ................................................ )