Anda di halaman 1dari 117

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM

OBAT HIPERTENSI PADA LANSIA PROLANIS (PROGAM PENGELOLAAN


PENYAKIT KRONIS) DI PUSKESMAS DAMPIT

Oleh :

VIVIT UMINI FISOLATI

NIM.2370023

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

2023
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Pada Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kepanjen

Oleh :

VIVIT UMINI FISOLATI

NIM. 2370023

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

2023
PERNYATAAN SKRIPSI BUKAN JIPLAKAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan saya, di dalam NASKAH Tugas Akhir ini tidak terdapat

karya ilmiah yang pernah di ajukan oleh orang lain untuk memperoleh

gelar akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau

terdapat yang pernah di tulis dan diterbitkan oleh orang lain kecuali yang

secara tertulis dikutip dalam naskah dan disebutkan dalam sumber kutipan

daftar pustaka.

Apabila ternyata dalam Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat

unsur- unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir ini di gugurkan dan

gelar akademik yang telah saya peroleh dibatalkan, serta diproses sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun

2003 Pasal 25 Ayat 2 dan Pasal 70).

Malang, 15 juli 2023 Mahasiswa

Nama : Vivit Umini Fisolati

Nim : 2370023

PS : Keperawatan Program Sarjana

i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI SIDANG AKHIR

Bahwa Skripsi ini :

Nama : Vivit Umini Fisolati

NIM : 2370023

Judul Skripsi : HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


MINUM OBAT HIPERTENSI PADA LANSIA PROLANIS (PROGAM
PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS) DI PUSKESMAS DAMPIT

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji

Pada:

Oleh :

Kepanjen,

Pembimbing I Pembimbng II

Dr. Wiwit Dwi N,S.Kep,Ns,M.Kep. Dedi Kurniawan,S,Kep,Ns,M.Kep


NIK. NIK.

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi oleh :

Nama : Vivit Umini Fisolati

NIM : 2370023

Judul : HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP


KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI PADA LANSIA
PROLANIS (PROGAM PENGELOLAAN PENYAKIT
KRONIS) DI PUSKESMAS DAMPIT
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang di Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen.

Pada :
TIM DEWAN PENGUJI

Tanda Tangan
Ketua Penguji : Faizatur Faizatur Rohmi, S.Kep., Ns., M.Kep ………………
Anggota 1 : Dr. Wiwit Dwi N,S.Kep,Ns,M.Kep ………………
Anggota 2 : Dedi Kurniawan,S,Kep,Ns,M.Kep ………………

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Faizatur Faizatur Rohmi, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK.201001102

iv
SEMINAR HASIL PENELITIAN

Seminar hasil penelitian ini telah di setujui oleh pembimbing penyusun Skripsi

Program Studi Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kepanjen pada :

Hari/Tanggal:

Kepanjen,

ppPembimbing I
Pembimbing II

Dr. Wiwit Dwi N,S.Kep,Ns,M.Kep Kurniawan,S,Kep,Ns,M.Kep

NIK. NIK.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Faizatur Rohmi, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK.2010011026

v
CURICULUM VITAE

Nama : Vivit Umini Fisolati


NIM : 2370023

Program Studi : AJ Keperawatan program Sarjana

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 08 Agustus 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl Raya Gading 5/2 Gading Bululawang


No. Tlp :083848605844
Riwayat Pendidikan

Tahun 2001 : Lulus SDN Sekarbanyu 03

Tahun 2003 : Lulus SMP Negeri 2 Dampit

Tahun 2007 : Lulus SMAN Turen

Tahun 2010 : Lulus Poltekkes Kemenkes Malang

Tahun 2023 : Terdaftar sebagai Mahasiswa di Stikes Kepanjen

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2010-2019 : Perawat di Rs Wava Husada.

Tahun 2019- sekarang : Perawat di Puskesmas Dampit.

v
i
MOTTO

Jalani Hidup Sebaik-


Sebaiknya

vi
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

hipertensi pada prolanis (Program Penyakit Kronis) di Puskesmas Dampit

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana keperawatan di Program Studi Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen. Dalam penyusunan skripsi ini,

penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Tri Nurhudi Sasono S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Kabupaten Malang yang telah

meberikan ijin dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Faizatur Rohmi, S.Kep., Ns., M.Kep dan Bapak Hardiyanto,

S.Kep., Ns., M.Kep selaku pihak Program Studi Program Sarjana

Keperawatan yang telah mebantu dalam kelancaran penyusunan

skripsi ini.

3. Dr Wiwit Dwi N,S.Kep,Ns,M.Kep selaku Dosen Pembimbing I

yang telah membantu, membimbing dan memberi arahan, motivasi

viii
serta masukan dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dedi Kurniawan,S,Kep,Ns,M.Kep selaku Dosen

Pembimbing II yang telah membantu, membimbing dan memberi

arahan, motivasi serta masukan dalam kelancaran penyusunan

skripsi ini.

ix
5. Kepala Puskesmas Dampit. Yang sudah memberi keleluasaan untuk

melakukan penelitian.

6. Terimakasih kepada anggota prolanis yang sudah berkenan menjadi

responden pada penelitian ini

7. Terimakasih kepada kedua orang tua saya, suami dan anak-anak dan juga

keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

mendukung baik waktu, tenaga, do’a dan pengertin yang telah diberikan

kepada saya sehingga bisa melanjutkan sekolah ditengah kesibukan yang

ada.

8. Terima kaih kepada teman-teman alih jenjang keperawatan atas dukungan

yang telah diberikan.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah

membantu dalam penyusunan penulisan skripsi ini

Penulis menyadari di dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini masih

terdapat kekurangan dan kelemahan. Dan juga masih jauh dari kesempurnaan oleh

sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini dan semoga karya ini berguna bagi

penulis maupun pihak lain

Kepanjen, Desember 2023

Penulis

Vivit Umini Fisolati


NIM 2370023

x
ABSTRAK
Fisolati, Vivit Umini. 2023. Hubungan dukungan keluarga terhadapat kepatuhan
minum obat hipertensi pada lansia prolanis (program Pengelolaan penyakit
kronis ) di Puskesmas dampit Pembimbing 1 : Dr. Wiwit Dwi N,S.Kep,Ns,M.Kep
dan pembimbing 2: Dedi Kurniawan,S,Kep,Ns,M.Kep

Dukungan keluaraga merupakan suatu Sikap dari layanan kesehatan yang


dikerjakan oleh family baik itu dukungan emosional, penghargaan atau penilaian
informasional dan instrumental.Upaya pencegahan komplikasi hipertensi adalah dengan
minum obat teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia prolanis.
Metode yang digunakan dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi 110
responden dan sampel 86 responden menggunakan teknik Purposive Sampling di
Puskesmas Dampit. Alat ukur menggunakan kuesioner dukungan keluarga (Friedman),
dan kuesioner kepatuhan MMAS (Morisky Medication Adhrence Scale) Analisa data
menggunakan uji Spearman Rank, penyajian data dalam bentuk tabel, frekuensi, dan
narasi
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian Sebagian besar dukungan keluarga
responden berada dalam kategori sering yaitu sebanyak 55 siswa (64%) dan kepatuhan
minum obat hipertensi kategori tinggi yaitu sebanyak 64 responden (74%). Hasil uji
analisis menunjukkan nilai besarnya koefisien kolerasi koefisien kolerasi Spearman Rho
yaitu 0,357 dengan signifikasi (p) 0,000 = (p) <0,05 yang berarti bahwa H a diterima yang
artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat
Dari hasil penelitiahipertensi.
Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan minum obat dan semakin sering dukungan keluarga , semakin patuh lansia
minum obat hipertensi

Kata Kunci : Dukungna Keluarga, Kepatuhan, Lansia Prolanis, Hipertensi

xi
ABSTRACT
Fisolati, Vivit Umini. 2023. The relationship between family support and adherence to
taking hypertension medication in the elderly Prolanis (chronic disease
management program) at Dampit Community Health Center Supervisor 1:
Dr. Wiwit Dwi N, S.Kep., Ns, M.Kep and Supervisor 2: Dedi Kurniawan,
S,Kep., Ns, M.Kep

Family support is an attitude towards health services provided by the


family, in the form of emotional support, appreciation and informational and
instrumental assessments. Efforts to prevent complications of hypertension are
by regularly taking medication. The aim of this study was to determine the
relationship between family support and adherence to taking hypertension
medication in elderly prolanis.
The method used is a Cross Sectional approach. The population was
110 respondents and the sample was 86 respondents using the Purposive
Sampling technique at the Dampit Community Health Center. The measuring
instruments used were the family support questionnaire (Friedman), and the
MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) adherence questionnaire. Data
analysis uses the Spearman Rank test, presenting data in tabular, frequency and
narrative form.
The research results showed that most of the respondents' family
support was in the frequent category, namely 55 people (64%) and compliance
with taking hypertension medication was in the high category, namely 64
respondents (74%). The results of the analysis test show that the Spearman Rho
correlation coefficient value is 0.357 with significance (p) 0.000 = (p) < 0.05,
which means that Ha is accepted, which means there is a significant
relationship between family support and compliance. to take medicine.
From the results of research on hypertension.
It can be concluded that there is a relationship between family support
and compliance with taking medication and the more frequent family support,
the more compliant the elderly will be in taking hypertension medication.

Keywords: Family Support, Compliance, Elderly Prolanis, Hypertension

xii
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 LATAR BELAKANG

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih

besar dari 140 mmHg dan atau diastolic lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan istirahat/tenang

(Kemenkes,2018). Penyakit Hipertensi seringkali tidak memperlihatkan

gejalanya sehingga disebut pembunuh diam- diam atau (the silent of the death )

dan mampu merusakk fungsi-fungsi dari organ tubun terutama organ-organ vital

seperti jantung, ginjal, dan mata serta mampu menjadi pemicu dari beberapa

penyakit diantaranya stroke, diabetes dan gagal ginjal. (Sutriyawan dan Anyelir,

2019).

Data WHO tahun 2015 menunjukan 1,13 milyar penduduk di dunia

menderita hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang terdiagnosis hipertensi, hanya 30,6

% diantaranya yang minum obat. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus

meningkat setiap tahunya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 milyar

orang yang terkena hipertensi. Penyakit hipertensi sampai saat ini telah

mengakibatkan kematian 9,4 juta jiwa setiap tahunya (Kemenkes RI, 2017).

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 34,1 %

angka kejadian tertinggi terdapat di Kalimantan selatan yaitu 44,1% sedangkan

angaka kejadian terendah terdapat di Papua sebesar 22,2 %. Data dari Survei

1
Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan

prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4 %

(Sirkesnas, 2016). Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia

tahun 2014, hipertensi dengan komplikasi (5,3 %) merupakan penyebab kematian

nomor lima pada semua unsur (SRS, 2014).

Menurut badan statistik Kabupaten Malang Hipertensi termasuk ke dalam 10

penyakit terbanyak di Kabupaten Malang pada tahun 2017 dengan jumlah 7475

orang. Puskesmas Dampit merupakan puskesmas yang berada di kabupaten

malang pada tahun 2022 penderita Hipertensi yang ditemukan 10107 orang

dengan jumlah hipertensi laki-laki 4724 dan penderita hipertensi perempuan

5383. Data kunjungan Penderita hipertensi yang melaksanakan pengobatan ke

Puskesmas Dampit di Bulan Januari 2023 sebanyak 141 orang, pada bulan

Februari 2023 sebanyak 139 orang.Dari jumlah kunjungan Pasien tersebut juga

merupakan peserta prolanis dimana masih ada yang tidak berobat rutin.

Hipertensi pada lansia mempunyai prevalensi yang tinggi, pada usia diatas 65

tahun didapatkan antara 60-80%. Sekitar 60% hipertensi pada usia lanjut adalah

hipertensi sistolik terisolasi (Isolated Systolic Hypertension) dimana terdapat

kenaikan tekanan darah sistolik disertai penurunan tekanan darah diastolik.

Peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan terutama oleh kekakuan arteri

atau berkurangnya elastisitas aorta (Manurung, 2018)

Tidak terkontrolnya tekanan darah dalam waktu yang lama bisa menyebabkan

komplikasi penyakit hipertensi seperti stroke dan penyakit jantung Pasien

hipertensi yang berhenti minum obat kemungkinan 5 kali lebih besar terkena

2
stroke (Harwandy, 2017). Obat hipertensi terbukti dapat mengontrol tekanan

darah penderita hipertensi Sehingga tingkat keberhasilan pengobatan pasien

hipertensi yang ditandai dengan terkontrolnya tekanan darah dipengaruhi oleh

kepatuhan pasien dalam minum obat hipertensi (Noorhidayah, 2016). Pada

penderita yang tidak terkontrol tekanan darahnya, 50% diantaranya dikarenakan

memiliki masalah kepatuhan terhadap minum obat (Harijianto, 2015). Pada lansia

banyak terjadi perubahan mulai dari kekuatan tubuh menurun, daya ingat

menurun, penglihatan kurang, gangguan keseimbangan, kekebelan tubuh

menurun dan gangguan pencernaan menurut Kemenkes RI (2016). Pada lansia

dukungan keluarga sebagai orang yang pada paling dekat dengan lansia

merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja karena

dukungan keluarga merupakan salah satu dari faktor yang memiliki kontribusi

yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan

pasien(Zainuri, 2015)

Studi pendahuluan yang dilakukan dengan teknik wawancara kepada 10

orang lansia prolanis penderita hipertensi di Puskesmas Dampit Kabupaten

Malang. Dari 10 orang, 5 orang selalu minum obat karena ada keluarga selalu

mengingatkan untuk minum obat dan 5 orang diantaranya tidak rutin minum obat

karena tidak ada yang mengingatkan dan tidak ada yang mengantar untuk

berobat.

Berdasarkan pemaparan tersebut diatas Peneliti ingin melaksanakan

penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum

Obat Hipertensi Pada Lansia Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) di

3
Puskesmas Dampit.”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Hipertensi Pada Lansia Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)

di Puskesmas Dampit.”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui adanya Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Hipertensi Pada Lansia Prolanis (Program

Pengelolaan Penyakit Kronis) di Puskesmas Dampit ”

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menganalisa karakteristik pasien hipertensi pada Lansia

Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) di

Puskesmas Dampi

2. Mengidentifikasi dukungan keluarga pasien hipertensi pada

Lansia Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) di

Puskesmas Dampit

3. Mengidentifikasi kepatuhan minum obat pasien hipertensi

pada Lansia Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit

Kronis) di Puskesmas Dampit.

4
4. Mengaanalisa hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Hipertensi Pada Lansia Prolanis

(Program Pengelolaan Penyakit Kronis) di Puskesmas

Dampit.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai

strategi Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Hipertensi Pada Lansia Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit

Kronis) di Puskesmas Dampit.”

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

wawasan serta literatur dalam melakukan penelitian terkait

Hubungan Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Minum Obat Hipertensi Pada Lansia Prolanis (Program

Pengelolaan Penyakit Kronis).

2. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi

pendukung dalam rangka menjalankan terapi atau pengobatan

hipertensi

3. Bagi Institusi

5
Penelitian ini dapat menjadikan suatu informasi yang

objektif dalam pembentukan suatu strategi atau kegiatan promosi

kesehatan sebagai upaya preventif pada penderita hipertensi

melalui dukungan keluarga dalam mempertahankan

kesehatannya.

1.5 BATASAN PENELITIAN

Penelitian ini dibatasi Lansia Prolanis dengan Hipertensi di

Puskesmas Dampit

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP HIPERTENSI

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg

dan diastolic meningkat >90 mmHg, sebaiknya dilakukan dua kali pengecekan

selang waktu lima menit pada keadaan istirahat yang cukup atau tenang. (Dinkes

Jabar, 2019)

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah meningkat, yang

terjadi terus menerus dan lebih dari batas normal. (Tumanduk, Nelwan dan

Asrifuddin, 2019)

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2. 1 Klasfikasi Hipertensi

No. Klasifikasi Perbedaan

Sistolik Diastolik

1 Normal < 120 < 80

2 Prehipertensi Sistolik 120–129 mm Hg < 80

3 Hipertensi tahap 1 130–139 mm Hg 80–89 mm Hg

4 Hipertensi tahap 2 ≥140 mm Hg ≥90 mm Hg

Sumber, AHA 2017

7
2.1.3 Prinsip Terapi Hipertensi

Canadian Hypertension Education adalah program pada tahun

2011 yang mengeluarkan terapi terbaru, dimana salahsatu cara dalam

meningkatkan ketercapaian dari suatu terapi hipertensi merupakan teknit

sistem Single pill combination (SPC), pemakaian SPC bisa meningkatkan:

a) Efikasi.

Menurunnya tekanan darah yang bagus dari pada yang ditunjukan

dari setiap bagian komponen yang merupakan monoterapi yaitu dengan

terapi SPC, antagonis kalsium (CCB) + antagonis reseptor angiotensin II

(ARB) vs CCB dan ARB Tunggal. Hal yang disukai pada manajemen

adalah penggunaan obat dua atau tiga obat antihipertensi dengan

mekanisme kontrol tekanan darah sehingga bisa saling melengkapi,

menetralisir mekanisme Counter regulatory tekanan darah seperti:

diuretic menurunnya volume plasma, sebagai akibat akan menstimulasi

system ranin-angiotensin-aldosteron dan berdampak pada tingginya

tekanan darah merupakan fungsi dari obat hipertensi, penambahan system

ranin angiotensin aldosterone menetralkan efek tersebut.sehingga dengan

adanya SPC dapat memberikan efek aditif pada kontrol tekanan darah.

(Setiadi dan Halim, 2018).

b) Tolerabilitas.

Terapi SPC bisa merubah profil tolerabilitas penderita

dibandingkan beberapa komponen sebagai monoterapi, Penggunaan obat

dengan jumlah kecil dari kedua agen antihipertensi memperoleh hasil lebih

8
kecil, reaksi obat yang tidak dikehendaki dari pada pemakaian dosis yang

tinggi agen tunggal, Disisi lain reaksi obat yang tidak dikehendaki yang

lebih spesifik akibat struktur obat bisa dinetralisisr misalnya: golongan

penghambat system ranin angiotensin aldesoteron bisa menetralisisr reaksi

pada edema yang disebabkan oleh pemakaian obat golongan antagonis

kalsium sehingga menyebabkan terjadinya oedema.

c) Kepatuhan dan persistensi

Pemberian obat dengan teknik SPC bisa dilakukan sebagai

sistem penyederhanaan regimen terapi yang diterima penderita dalam

mengkonsumsi obat anti hipertensi dengan cara terpisah-pisah. Karena bisa

membuat penderita lebih nyaman dan menghindari dari rasa kebosanan

dalam meminum obat yang bisa dijadikan suatu beban. yang dimaksud dari

persistensi adalah pemakaian atau melakukan suatu terapi pengobatan

dalam jangka waktu 12 bulan atau lebih dengan teknik terapi yang serupa

d) Dana pengobatan,

Teknik SPC atau satu pil dengan dosis satu kali sehari bermanfaat

juga dalam meminimalisir biaya kesehatan, pernyataan ini terjadi di

amerika bahwa dana tahunan bisa menjadi lebih sedikit terjadi dari

penggunaan SPC oleh penderita hipertensi. (Setiadi dan Halim, 2018)

2.2 Patofisiologi

Hipertensi merupakan proses degenerative sistem sirkulasi yang berawal

dari atherosclerosis, yaitu masalah pada struktur anatomi pembuluh darah tepi,

yaitu kekuatan pembuluh darah atau arteri, kekuatan pembuluh darah dan

9
penyempitan serta kemungkinan perluasan plak dapat menghambat gangguan

sirkulasi darah tepi kekuatan dan lambatnya aliran darah dapat membuat beban

jantung menjadi lebih tinggi, sehingga meningkatkan upaya pemompaan untuk

mengkompensasi peningkatan tekanan darah pada system peredaran darah

(Bustan, 2015)

2.3 Penatalaksanaan Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik ataupun

diastolik dan bisa ditandai adanya kenaikan keduanya. Kenaikan ini menjadi

sebuah ukuran yang bisa memperkirakan akan morbiditas dan mortalitas yang

diakibatkan oleh kardiovaskular, tekanan darah tinggi berdasarkan penyebabnya

ada 2 yaitu:

a. Hipertensi esensial

Penyakit hipertensi dimana hampir lebih dari 90% di derita oleh

penderita hipertensi, belum ditemukannya secara jelas faktor yang

mempengaruhi penyakit hipertensi esensial ini namun diperkirakan

karena faktor keturunan.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder 10% lebih sedikit dari penderita hipertensi.

Hal ini dipengaruhi karena adanya penyakit komorbid pada penderita

10
hipertensi diantaranya: penyakit ginjal kronik, Pheochromocytoma,

penyakit tiroid dll. Obat-obatan seperti kortikosteroid, amfetamin dll.

Atau karena banyaknya mengkonsumsi sodium atau garam.(Setiadi

dan Halim, 2018)

2.4 Pengobatan Hipertensi

Pengobatan Hipertensi tidak hanya dapat membuat tekanan darah menjadi

menurun, yang lebih utama yaitu meminimalisir risiko morbiditas dan mortalitas

penyakit kardiovaskular secara optimal. Penatalaksanaan penyakit hipertensi bisa

dilakukan dengan 2 metode terapi:

a. Terapi non farmakologi

System ini bisa digunakan sebagai pengendalian Faktor Risiko seperti:

1) Makanan yang bergizi seimbang

Memodifikasi asupan makanan mampu membuat hipertensi menurun. Dengan

cara yang direkomendasikan yaitu gizi seimbang seperti: mengurangi asupan

gula, garam, makan buah dan sayuran, kacang-kacangan, biji- bijian dan

makanan renah lemak jenuh menggantikannya dengan unggas serta ikan yang

berminyak. Kemudian untuk batas konsumsi buah dan sayuran 5 porsi dalam

sehari, karena didalam buah dan sayur mengandung cukup kalium, yang bisa

menurunkan tekanan darah sistolik (TDS) 4,4 mmHG dan tekanan darah

diastolik (TDD) 2,5 mmHg. (Kemenkes RI, 2013)

Batas konsumsi natrium harus diatur lebih 100 mmol (2kg) setiap hari serta 5g

atau satu sendok kecil garam dapur. cara ini dapat menurunkan TDS 3,7 mmHg

dan TTD 2 mmHg, konsumsi natrium pada penderita hipertensi dikurangi lebih
11
kecil lagi menjadi 1,5g dalam sehari atau 3,5-4 g garam setiap harinya. Dalam

hal ini konsumsi natrium yang dibatasi membantu menurunkan risiko penyakit

kardiovaskuler dengan terafi farmakologi walaupun tidak semua Penderita

hipertensi sensitif terhadap natrium.

Tabel 2. 2 Panduan Gizi yang Seimbang

Garam Natrium Klorida Makanan Berlemak


a. Penggunaan garam kurang dari 5 a. Kurangi daging yang mengandung
gram atau lemak, lemak susu dan minyak goreng
1 sendok dalam satu hari. yaitu : 1,5 sampai
b. Kurangi garam pada masakan 3 sendok makan dalam satu hari..
c. Mengurangi makanan yang instan b. Gunakan minyak sawit dengan minyak
Buah-buahan dan sayuran zaitun, jagung, kedelai, lobak atau
minyak sun flower
a. 5 porsi atau 400-500 gram buah dan
c. Gunakan daging lainya dengan daging
sayur- sayuran 1 porsi /hari dan
ayam.
mengkonsumsi satu buah jeruk, apel,
d. Ikan
mangga, pisang.
- konsumsi ikan minimal 3 kali dalam
seminggu
- makanlah ikan yang berminyak bisa di
dapat dari ikan tuna, ikan makarel, ikan
salmon.

Sumber : (Kemenkes RI, 2013)

1) Mengatasi Obesitas

12
Penyakit tekanan darah tinggi terus bertambah mencapai 54% hingga 142 %

dengan riwayat kegemukan (Suwarso, 2010). Kejadian terhadap penyakit

kegemukan yang berlebih dihubungkan dengan hipertensi, laporan kasusnya

terus meningkat, target menurunnya BB hingga IMT batas normal 18,5-22,9

kg/m2, lingkar pinggang <90 cm laki-laki atau <80 cm dan perempuan.

(Kemenkes RI, 2013)

2) Melakukan olahraga teratur

Olah raga teratur diantaranya berjalan kaki, renang dan mengendarai sepeda

merupakan olah raga isotonic yang dapat berperan dalam penurunan tekanan

darah. jantung akan lebih kuat apabila kita melakukan pola olahraga yang rutin

dilakukan. Penurunan tekanan darah sistolik bisa mencapai sekitar 5-10 mmHg

yaitu dengan melakukan aktifitas fisik, pengurangan jenis obat, jumlah obat anti

hipertensi yang dikonsumsi bisa terjadi dengan olah raga yang teratur (Agnesia,

2012). Lakukan senam aerobic atau bisa melakukan dengan berjalan cepat dalam

waktu 30-45 menit atau 3 kilometer, hal ini mampu membuat penurunan pada

Tekanan Darah Sistolik 4 mmHg dan Tekanan Darah Diastolik 2,5 mmHg.

Kemudian meditasi atau rileksasi seperti rileksasi , atau hipnotis mampu

mengelola sistem syaraf, yang membuat tekanan darah menurun hal ini terjadi

dengan melakukan olah raga secara teratur. (Kemenkes RI, 2013)

13
3) Berhenti Merokok

Belum adanya upaya pasti dalam mengatasi kebiasaan merokok secara efektif..

inisiatif sendiri adalah metode umum yang pernah dicoba, pernah juga melakukan

konseling ke klinik atau pasilitas kesehatan khusus untuk berhenti merokok atau

mengganti dengan permen yang mengandung nikotin (Kemenkes RI, 2013).

4) Mengurangi konsumsi alkohol

Mengkonsumsi Alkohol dengan kadar serendah apapun dapat meningkatkan

tekanan darah, kebiasaan mengurangi konsumsi alkohol bisa menjadikan TDS

rerata 3,8 mmHG menurun. (Kemenkes RI, 2013)

5) Mengurangi konsumsi alkohol

Mengkonsumsi Alkohol dengan kadar serendah apapun dapat meningkatkan

tekanan darah, kebiasaan mengurangi konsumsi alkohol bisa menjadikan TDS

rerata 3,8 mmHG menurun. (Kemenkes RI, 2013)

b. Terapi Farmakologi

1) Pola Pengobatan Hipertensi

Pengobatan tekanan darah tinggi berawal dengan mengkonsumsi satu pil dalam

sehari, dengan jangka waktu yang lama, kemudian secara bertahap mampu

menyesuaikan dosisnya, kemudian obat selanjutnya bisa ditambah pada bulan

pertama, pilihlah obat sesuai atau obat kombinasi, pengobatan lini pertama adalah

diuretic, penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) sebagai penghambat.

Penghambat reseptor angiotensin (ARB) penghambat saluran kalsium (CCB).

14
Jika tekanan darah tidak turun seperti yang diharapkan, tingkatkan

kembali dosis obatnya, atau beralih ke obat sejenisnya, atau kombinasikan

dengan jenis obat yang berbeda atrata 2 dan 3 macam obat yang digunakan,

ACE-Inhibitor, ARB, dan CCB merupakan obat kombinasi diuretik.(Kemenkes

RI, 2013)

2) Prinsip Pemberian Obat Anti hipertensi

Panduan teknis penemuan dan tata laksana hipertensi 2006 terkait pengendalian

PTM menurut Direktorat , menjelaskan prinsip-perinsip pemakaian obat anti

hipertensi yaitu:

a) Hipertensi sekunder melakukan pengobatan lebih kepada mengedepankan akar

masalahnya atau penyebabnya.

b) Tujuan mengobati tekanan darah tinggi esensial adalah untuk menurunkan tekanan

darah, sehingga memperpanjang harapan hidup dan menstabilkan tekanan darah

c) Usaha yang bisa dikerjakan agar membuat tekanan darah menurun yaitu dengan

memakai obat anti hipertensI

d) Pengobatan hipertensi merupakan suatu penyembuhan atau pengobatan dengan

waktu yang panjang, bahkan apabilaa tekanan darah dipantau terus, pemberian

obat.

e) antihipertensi di Puskesmas bisa didapatkan ketika melakukan pengobatan asalkan

obat yang didapatkan digunakan sebulan atau 30 hari apabila tidak disertai dengan

keluhan baru.

f) Bagi penderita baru, (kunjungan pertama) adalah perlu adanya kontrol ulang

15
dianjurkan seminggu sekali dalam1 bulan, jika tekanan darah sitolik >160 mmHg

/ diastolik >100 mmHg baiknya menerapkan system perpaduan sesuai data

pengobatan yang ke2 (selama 2 minggu) tekanan darah tidak dapat dikendalikan.

(Kemenkes RI, 2013)

2. Faktor Risiko Hipertensi

a. Faktor risiko hipertensi yang tidak bisa dimodifikasi diantaranya adalah:

1) Umur:

Umur dapat membuat kejadian hipertensi, karena secara fisiologis risiko terjadinya

hipertensi salah satunya dengan bertambahnya umur. hal ini dilihat hanya

meningkatnya tekanan darah sistolik, ini terjadi oleh adanya evolusi struktur

pembuluh darah besar. (Kemenkes RI, 2013).

2) Jenis Kelamin

Penyakit tekanan darah tinggi diakibatkan oleh jenis kelamin, kejadian penyakit

hipertensi pada pria lebih banyak sekitar 2-3 kalinya. Hal ini disebabkan pola

hidup, dan pada perempuan hipertensi terjadi peningkatan pada saat memasuki

masa menopause, sehingga dapat terjadinya suatu peningkatan bahkan pada usia

lebih dari 65 tahun, dalam hal ini faktor hormonal menjadi penyebab yang dapat

mempengaruhinya. (Kemenkes RI, 2013)

3) Riwayat Keluarga

Faktor risiko hipertensi dapat terjadi pada seseorang yang memiliki Penyakit

keturunan hipertensi, faktor keturunan berhubungan pada system metabolisme

16
pengaturan garam dan renin membrane sel. apabila orang tua dari masing-masing

pasangan mempunyai riwayat hipertensi hampir 45% akan menurunkan kepada

keluarganya, dan bila salahsatu dari ibu ayahnya yang menderita hipertensi

diperkirakan sekitar 30% bisa menurun kepada keluarganya Menurut Davidson.

(Kemenkes RI, 2013)

b. Faktor risiko hipertensi yang dapat diubah

Ada banyak faktor risiko yang dapat dimodifikasi diantaranya : kegemukan,

merokok, dislipedia, Konsumsi alkohol berlebih, dan Prikososial dan stress.

kurangnya aktivitas fisik, konsumsi garam berlebih. (Kemenkes RI, 2013)

1) Merokok

Peningkatan tekanan darah lebih tinggi terjadi pada perokok seorang yang

kecanduan rokok bisa menyebabkan lonjaknya kasus tekanan darah tinggi

maligna dan bisa menyebabkan terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami

ateriosklerosis. (Elvivin, Lestari dan Ibrahim, 2016) Kebiasaan merokok mampu

meningkatkan resiko (hipertensi) kandungan pada rokok yaitu nikotin dan

karbondioksida salahsatu komponen pembuatan rokok yang bisa menyebabkan

kerusakan pada lapisan endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah

menurun kemudian mengakibatkan pembuluh darah kram dan aliran darah

terganggu dan membuat naiknya tekanan darah. (Suranata et al., 2019)

2) Konsumsi Garam yang tidak berlebih

WHO menganjurkan untuk membatasi penggunaan garam yang berlebih,

penggunaan mencapai 6 gram sehari (2400 mg natrium). Penggunaan natrium

terlalu banyak mampu membuat kerusakan pada keseimbangan cairan tubuh yang

17
membuat terjadinya tekanan darah meningkat. (Elvivin, Lestari dan Ibrahim,

2016)

3) Kurangnya aktivitas fisik

Seseorang yang kurang melakukan olah raga akan membuat denyut jantung

meningkat dalam memompa darah dan membuat otot jantungnya lebih keras

dalam memompa saat kontraksi, seringnya otot dari organ jantung bekerja maka

semakin tinggi pula tekanan yang diberikan oleh arteri dan mengakibatkan

terjadinya hipertensi. (Karim, 2018).

4) Obesitas

Obesitas atau kegemukan adalah presentase lemak abnormal yang disebut indeks

massa tubuh, Kegemukan tidaklah menjadi penyebab utama hipertensi tetapi kasus

tekanan darah tinggi pada seseorang yang gemuk jauh lebih banyak, Orang yang

berat badannya berlebih mempunyai risiko lebih besar untuk terkena penyakit

tekanan darah tinggi dari pada individu yang sehat. (Kemenkes RI, 2013).

5) Konsumsi Alkhohol berlebih

Alkohol telah terbukti memiliki efek yang besar pada tekanan darah, tetapi

teknisnya masih belum pasti, diperikarakan karena tingginya kadar kortisol,

tingginya kekentalan darah dan meningkatnya volume sel darah merah berperan

dalam hipertensi

18
3. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi sangat berisiko terjadinya komplikasi pada bagian:

a. Otak

Kerusakan organ otak yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi adalah stroke,

stroke dimulai sebagai akibat dari pendarahan, peningkatan tekanan intrakranial,

atau emboli dilepaskan dari pembuluh non serebrovaskular yang memasok otak

menebal hipertensi kronis bisa menyebabkan stroke. Hal ini menyebabkan

penurunan aliran darah. (Nuraini, 2015)

b. Kardiovaskular

Pembentukan thrombus yang menghalangi aliran darah melalui pembuluh darah

dapat menyebabkan infark miokard. Sehingga miokardium tidak menghasilkan

oksigen cukup. Ketidak terpenuhinya suplei oksigen pada miokard

mengakibatkan iskemik jantung dan akhirnya infark.

c. Ginjal

Hipertensi yang disebabkan oleh kerusakan progresif pada kapiler ginjal dan

glomeruli dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis. hal ini menyebabkan darah

mengalir ke bagian fungsional ginjal, sehingga menyebabkan hipoksia karena

pengaruh dari nefron yang terganggu dan menyebabkan kematian ginjal. Edema

yang terjadi diakibatkan oleh tekanan osmotik koloid plasma yang menjadi

sedikit, hal ini terjadi karena adanya kerusakan dibagian membrane glomerulus

sehingga protein keluar melewati urin. Terutama bagi penderita hipertensi kronik

hal ini bisa terjadi. (Nuraini, 2015)

19
d. Retinopati

Gangguan pembuluh darah pada retina bisa disebabkan oleh penyakit hipertensi,

semakin tingginya tekanan darah maka tekanan darah tinggi akan berlangsung

lebih lama dan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih lama pula. gangguan

pada retina yang lainnya dapat timbul karena Hipertensi, yaitu iskemik optic

meuropatik atau gangguan saraf mata yang disebabkan oleh gangguan pada aliran

darah, karena tersumbatnya aliran darah pada arteri dan vena retina sehingga

menyebabkan oklusi arteri. (Nuraini, 2015)

4. Gejala Klinis Hipertensi

Penderita hipertensi biasanya mengalami beberapa gejala klinis seperti:

Kepala pusing, berdengungnya telinga, kesulitan bernapas, tengkuk terasa berat,

cepat capek, mudah marah, penglihatan tidak jelas, sukar tidur dan keluarv darah

dari hidung namun terkadang hal ini jarang dilaporkan. terkadang juga penderita

hipertensi tidak memperlihatkan gejalanya dalam waktu bertahun-tahun lamanya.

Ini mungkin menunjukan gejala cedera vascular menurut manifestasi

karakteristik dari system organ vaskularisasi yang relevan, perubahan patologis

ginjal bisa dimenifestasikan seperti nonuria (seringnya buang air kecil pada

malam hari) dan ozetoma meningkatnya nitrogen urea darah dan kreatinin.

(endang triyanto, 2014, hal. 14)

5. Pencegahan dan penanggulangan Hipertensi

Program pencegahan dan pengendalian tekanan darah bagi penderita

20
hipertensi di Indonesia sudah dicanangkan dan di implementasikan secara

nasional dan lokal. Kebijakan dan strategi nasional dalam pengendalian tekanan

darah bagi penderita hipertensi terdiri dari 3 komponen yaitu: monitoring dan

surveilans, pencegahan dan pengontrolan faktor risiko, deteksi dini serta

pengobatan yang berkesinambungan dangan sesuai. (Riyadina, Martha dan

Anwar, 2019)

Faktor perilaku kesehatan sangat penting dalam pencegahan hipertensi, (Tarigan,

Lubis dan Syarifah, 2018) tujuan umum dari pengobatan hipertensi yaitu untuk

bisa menurunkan mortalitas melalui terafi non farmakologi dan farmakologi.

Terafi non farmakologi seperti menurunnya berat badan seseorang yang

mengalami kegemukan, menggunakan pola makan diet rendah natrium, olahraga

dan pengkonsumsian alkohol yang rendah. Terapi farmakologi yaitu dengan

mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi, mampu diawali melalui satu obat atau

kombinasi obat sehingga menjadikan tekanan darah menurun. (Yulanda dan

Lisiswanti, 2017).

2.1.2 Lansia

1. Definisi Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak dapat

dihindari. Proses penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkan

masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis.(Mustika, 2019). Lansia

merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua

merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya bisa dimulai dari suatu waktu

21
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan

proses alamiah, yang berarti seseorang akan melewati tiga tahap dalam

kehidupannya yaitu masa anak, dewasa dan juga tua.(Mawaddah, 2020). Jika

ditanya kapan seseorang dikatakan lansia jawabannya adalah jadi kita ada dua

kategori lansia yaitu kategori usia kronologis dan usia biologis artinya adalah

jika usia kronologis adalah dihitung dalam atau dengan tahun kalender. Di

Indonesia usia pensiun 56 tahun biasanya disebut sudah lansia namun ada

Undang – undang mengatakan bahwa usia 60 tahun ke atas baru paling layak

atau paling tepat disebut usia lanjut usia biologis adalah usia yang sebenarnya

kenapa begitu karena dimana kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia

lansia pada biologisnya. Pada seseorang yang sudah lanjut usia banyak yang

terjadi penurunan salah satunya kondisi fisik maupun biologis, dimana kondisi

psikologisnya serta perubahan kondisi sosial dimana dalam proses menua ini

memiliki arti yang 11 Artinya proses menua adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga

tidak dapat bertahan terhadap lesion atau luka (infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. Hal ini dikarenakan fisik lansia dapat menghambat atau

memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya

umur.(Friska et al., 2020).

2. Ciri-Ciri Lansia

Menurut Oktora & Purnawan, (2018) adapun ciri dari l lansia diantaranya :

a. Lansia merupakan periode kemunduran

22
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis

sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.

Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,

maka akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang

memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama

terjadi.

b. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Prilaku yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan

konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang

buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia

menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak

dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,

kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan.

3. Perubahan pada Lansia

Berikut ini perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Kemenkes RI (2016):

a. Kekuatan tubuh menurun sehingga menyebabkan lansia mudah lelah, gigi

tanggal/goyang, kulit keriput dan air liur berkurang.

b. Daya ingat menurun menyebabkan lansia mudah lupa, nafsu makan menurun, jam

tidur tidak teratur dan tidak merasa haus.

c. Penglihatan atau pendengaran berkurang.

d. Gangguan keseimbangan tubuh

23
e. Kekebalan tubuh menurun yang dapat menyebabkan lansia mudah terinfeksi

penyakit.

f. Gangguan pencernaan yang dapat menyebabkan lansia mudah diare, tersinggung

dan bahkan memiliki harga diri yang rendah

2.1.3 Konsep Prolanis

1. Definisi Prolanis

Prolanis merupakan suatu system pelayanan Kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, fasilitas

Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan Kesehatan bagi peserta

BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronik untuk mencapai kualitas hidup

yang optimal dengan biaya pelayanan Kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS

Kesehatan, 2014).

2. Sasaran Prolanis

Sasaran dari prolanis merupakan seluruh peserta BPJS penyandang penyakit

kronis (DM dan HT) dengan penanggung jawab program ini adalah kantor cabang

BPJS Kesehatan bagian manajemen pelayanan primer (BPJS Kesehatan,2014).

3. Bentuk Pelaksanaan Prolanis

1. konsultasi Medis

2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

3. Reminder melalui SMS Gateway

4. Home visit.

24
2.2 Konsep Kepatuhan

2.2.1 Definisi Kepatuhan

Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa perubahan suatu perilaku

dari yang awalnya tidak mentaati peraturan menjadi taat akan aturan merupakan

bentuk dari suatu kepatuhan (Sapwal, 2021). Kepatuhan adalah prasyarat

keefektivan pengobatan tekanan darah tinggi, yang merupakan pengaruh

terbesar dalam perubahan serta tekanan darah yang terkendali terletak dalam

meningkatkan perilaku penderita. Namun ketidak patuhan penderita dalam

meminum obat antihipertensi merupakan sebagian faktor utama dalam

kegagalan suatu terapi hipertensi.(Haswan, 2017). Seseorang yang patuh

merujuk dalam kemampuan mempertahankan suatu kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan oleh

penyelenggara kesehatan, menurut nuradi (2008) menjelaskan bahwa kepatuhan

merupakan suatu tingkatan individu dalam menjalankan suatu aturan dalam

perilaku yang sudah diperintahkan, dan kepatuhan merupakan suatu bagian dari

individu dalam menjalankan suatu penyembuhan dan ketentuan yang

diperintahkan oleh dokter atau tenaga kesehatan. (Dewi, Wiyono dan

Candrawati, 2018)

2.2.2 Kepatuhan terhadap pengobatan

Faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat antara lain:

a. Tingkat Pendidikan Terakhir

25
Tingginya pendidikan maka semakin banyak juga pengetahuannya,

kemudian semakin pintar dalam menentukan segala sesuatu untuk hidupnya

termasuk dalam mengelola pola hidup dan pola makanannya sehingga lebih mudah

dalam menjauhi risiko terjadinya penyakit. (Sapwal, 2021)

b. Lama Penderita

Semakin lamanya penderita maka semakin rendahlah tingkat

kepatuhannya dalam meminum obat, dan berhubungan dengan banyaknya obat

yang diminum, sebab kebanyakan dari penderita yang telah lama mengalami

hipertensi merasa jenuh atau bosan dalam menjalankan pengobatannya sedangkan

tingkat kesembuhan belum sesuai dengan yang diharapkan.(Puspita, 2016).

c. Tingkat Pengetahuan

Penderita yang mempunyai suatu pengetahuan yang tinggi cenderung

lebih taat dalam melakukan pengobatan dari pada penderita yang pengetahuannya

sedikit. Dan pengetahuan menurut Notoatmodjo 2012 hasil dari penginderaan

manusia atau hasil dari mengetahui suatu objek dari indra seseorang (Villela, 2013)

dan menurut penelitian puspita 2016 tingkat pengetahuan berdasarkan hasil analisis

bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan hipertensi dengan

kepatuhan berobat anti hipertensi.(Puspita, 2016).

d. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dikatakan baik apabila sebagaian besar yaitu

26
patuh dalam meminum obat, menurut penelitian Siti Naelah Fadilah 2020 antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat terdapat hubungan yang erat dan

ada arah yang lebih baik. Meningkatnya dukungan keluarga berarti kepatuhan

minum obat semakin tinggi. (Naelal, Rohita dan Milah, 2020)

e. Peran Petugas Kesehatan

Perilaku dari petugas kesehatan yang ramah serta tanggap dengan

cepat dalam mengobati penderita tanpa harus menunggu lebih lama, petugas

kesehatan juga menyampaikan terkait penyakitnya, menjelaskan bahwa penderita

harus patuh dalam mengkonsumsi obat dan betapa pentingnya mengkonsumsi

obat

dengat tepat dan teratur, hal ini adalah bagian dari dukungan

tenaga kesehatan yang bisa mempengaruhi perilaku dari penderita hipertensi

tersebut, hal ini ssesuai dengan penelitian pada tahun 2016 oleh puspita bahwa

adanya suatu hubungan diantara peran dari tenaga kesehatan terhadap kepatuhan

dalam melaksanakan pengobatan.(Naelal, Rohita dan Milah, 2020)

2.2.3 Aspek-Aspek Perilaku Kepatuhan

Secara Khusus morisky 2009 membuat skalaagar dapat mengukur tingkat kepatuhan

dalam minum obat yang disebut MMAS (Morisky Medication Adhrence Scale)

terdiri dari beberapa pertanyaan seperti:

a. Kelupaan untuk meminum obat

b. Kesenjangan terhentinya mengkonsumsi obat, tidak dengan anjuran dari dokter,

27
c. Keahlian mengontrol diri sendiri agar biasa meminum obat. (Morisky et al., 2009)

Morisky (1986) mengemukakan bahwa berdasarkan teori kepatuhan minum obat

terdiri atas macam-macam aspek yaitu:

a. Forgetting, dapat dilihat dari sejauh mana penderita lupa dalam meminum obat,

karena penderita yang patuh dalam meminum obatnya meningkat mempunyai

frekuensi dalam meminum obat dengan dosis rendah.

b. Carelessness, merupakan sikap yang tidak dihiraukan dan tidak dilakukan penderita

pada saat prosespengobatan, seperti terlupakannya jadwal dalam mengkonsumsi

obat atau alasan lainnya sehingga melewatkan waktu dalam meminum obat,

penderita yang minum obatnya teratur dan kepatuhannya tinggi dalam

mengkonsumsi obat bisa lebih waspada atau lebih teliti dalam mengendalikan

dirinya untuk biasa meminum obat.

c. Stopping the drug when feeling better or starting the drug when feeling worse,

merupakan berhentinya mengkonsumsi obat tanpa adanya ijin dari dokter atau

pelayanan kesehatan lainnya atau beranggapan bahwa obat yang di konsumsi

mengakibatkan tubuh memburuk atau merasa tidak memerlukan lagi pengobatan

karena merasa sudah membaik, penderitadengan kepatuhan minum obat yang tinggi

tidak akan menunjukan suatu kesenjangan dalam menghentikan

pengobatansepengetahuan dokter atau tenaga kesehatan lainnya, walaupun merasa

tubunya dalam kondisis baik atau sebaliknya pasien tetap melakukan pengobatan

pada saat tidak ada perintah dari dokter untuk memberhentikan pengobatannya.

(Han, Eunice S, 2019)

2.2.4 Pengukuran Tingkat Kepatuhan

28
Pengobatan hipertensi dikatakan berhasil apabila didominasi

oleh perilaku aktif penderita dan keinginannya dalam melakukan pemeriksaan

kesehatannya berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan dan kepatuhan meminum

obat antihipertensi. Terkait dengan suatu kepatuhan pada penderita hipertensi

mampu menggunakan berbagai metode, salah satu dari itu semua ada metode yang

digunakan yaitu suatu metode MMAS-8 (Modifed Morisky Adherence Scale) skala

ini memiliki tiga aspek yaitu frekuensi kelupaan dalam meminum obat, kesenjangan

tidak mengkonsumsi obat diluar sepengetahuan tenaga kesehatan, dan keahlian

dalam pengendalian diri untuk tetap meminum obat. (Donald E. Morisky, Munter,

2009) dimana instrument yang digunakan memiliki delapan soal dan hasil

akhirnya adalah 2 kategori diantaranya tidak patuh dengan skor < 7 dan patuh

dengan skor >7. (Puspita, 2017)

2.1 Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga yaitu bagian paling kecil dari masyarakat yang terstruktur dari

kepala keluarga serta orang yang hidup dalam satu rumah dan satu atap

selama adanya ketergantiungan satu dengan yang lainnya. (Wiratri, 2018)

Keluarga merupaka suatu kumpulan sosial yang kecil diantaranya suami,

istri, dan anak-anak sebelum berumahtangga, disebut bagian paling kecil

dalam masyarakat sebagai tempat . Suatu keluarga yang dapat menjadi

sistem sosial karena intinya memenuhi suatu ras percaya, perasaan, tujuan,

kaidah-kaidah kedudukan serta tugas dari tiap bagiannya. (Lestari dan

29
Pratiwi, 2018)

1. Fungsi Keluarga

Menurut Freidman fungsinya keluarga, adalah:

a. Fungsi Afektif (The Affective Function) merukana bagian dari manfaat keluarga

yang terpenting agar dapat memberikan penjelasan dalam Menyiapkan salahsatu

dari keluarga agar berkomunikasi dengan yang lain, hal ini diperlukan sebagai

kemajuan psikososial pribadi dan sosil keluarga. (Sataloff, Johns dan Kost, 2016)

b. Fungsi sosialisasi merupakan suatu kemajuan serta transisi yang dijalani

seseorang untuk menimbulkan interaksi sosial dan berusaha menampilkan diri

dalam hubungan sosialnya. Sosialisasi mulai dilakukan sejak lahir. (Sataloff,

Johns dan Kost, 2016)

c. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) merupakan fungsi dalam

melindungi keturunan dan membela keberlangsungan keluarga. (Sataloff, Johns

dan Kost, 2016)

d. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu untuk mencukupi keperluan

keluarga dan suatu wadah untuk memperluas kompetensi individu dalam

menambah penghasilan sebagai bentuk pemenuhan keperluan keluarga. (Sataloff,

Johns dan Kost, 2016)

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)

adalah mengendalikan kesehatan dari tiap anggota keluarganya untuk bisa

mempunyai daya produksi yang terus meningkat. Tugas keluarga ini bisa

dikembangkan. (Sataloff, Johns dan Kost, 2016)

30
2. Tugas-Tugas Keluarga dalam pemeliharaan Kesehatan

a. Mengenali permasalahan kesehatan dari tiap keluarga

b. Tepatnya mengambil suatu keputusan sebagai Langkah pengobatan

c. Bagi anggota keluarganya yang sakit dapat memberikan pengobatan

d. Memelihara situasi keluarga yang baik bagi Kesehatan dan kepribadian anggota

keluarga dalam berkembang

e. Menjaga harmonisasi setiap keluarga dengan pelayanan Kesehatan (Sataloff,

Johns dan Kost, 2016).

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Definisi Dukungan Keluarga

Menurut Sinaga (2015) menekankan bahwa dukungan keluarga adalah

suatu Sikap dari layanan kesehatan yang dikerjakan oleh family baik itu

dukungan emosional, penghargaan atau penilaian informasional dan

instrumental. Sebagai salah satu bentuk pemberian dukungan keluarga untuk

anggota keluarganya yang menderita hipertensi yaitu dengan memberikan

dukungan emosional berupa mengingatkan penderita hipertensi untuk

mengkonsumsi obat secara teratur, memberikan perhatian, kepedulian dan

dukungannya kepada anggota keluarganya. (Sapwal, 2021)

Dukungan keluarga merupakan penentu dari kepatuhan penderita dalam

menjalankan langkah-langkah pengobatan. (Pamungkas, Rohimah dan Zen,


31
2020) dalam penelitian Siti Naelal Fadilah (2020) dukungan keluarga bisa

dilakukan dengan memberikan support, mengingatkan anggota keluarga untuk

meminum obat, menjadi pendengar bagi penderita hipertensi dalam bercerita,

memfasilitasi anggota kelaurga terkait dana untuk pengobatan, serta mengawasi

penderita terhadap hal meminum obat, dengan adanya dukungan keluarga bisa

menjadikan penderita tidak merasa terbebani dengan suatu penyakit yang sedang

di deritanya. (Naelal, Rohita dan Milah, 2020)

Menurut penelitian puspita (2016) yaitu pemberian motivasi yang tinggi

dapat menjadikan individu agar lebih patuh dalam menjalankan pengobatan.

Motivasi yang tinggi diakibatkan oleh dukungan yang diberikan keluarga,

karena 91% penderita hipertensi dengan dukungan yang tinggi merupakan

bagian dari mereka yang mendapatkan dukungan dari keluarganya dengan baik

sehingga membuat Penderita rutin dalam menjalani pengobatan.(Puspita, 2016).

2.2.2 Jenis- Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2014) ada 4 indikator dukungan sosial keluarga, yaitu

sebagai berikut:

a. Dukungan Emosional

Dukungan keluarga dapat dijadikan sebagai tempat istirahat, pengobatan

dan pengendalian emosional, serta meningkatkan moral keluarga (Friedman,

2014) bentuk dukungan yang bisa diberikan seperti keluarga menanyakan terkait

dengan apa perasaan penderita hipertensi pada saat meminum obat, keluarga

lebih peduli dan selalu memberikan motivasi pada Penderita untuk rutin

32
meminum obat. (Dewi, Wiyono dan Candrawati, 2018)

b. Dukungan Penghargaan

Keluarga berlaku memberikan bimbingan, memecahan permasalahn dan

sebagai sumber validator identitas anggota. (Friedman, 2014) misalkan

dukungan yang diberikan kepada penderita hipertensi seperti keluarga mau

mendengarkan keluh kesah dari anggota keluarganya yang mengalami hipertensi

setelah meminum obat, keluarga juga memantau penderita hipertensi untuk

memberikan dukungan kepada penderita untuk berobat secara rutin.(Dewi,

Wiyono dan Candrawati, 2018)

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah bentuk bantuan yang praktis dan spesifik,

seperti keluarga secara langsung meliputi bantuan material, peluang, Waktu dan

lain-lain seperti pihak keluarga mendampingi Penderita untuk berobat ke

Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan dan keluarga juga memperhatikan sekali

terhadap pola makan Penderita dan memotivasi Penderita untuk melakukan

kegiatan aktivitas Fisik seperti berolah raga .

d. Dukungan Informasional

Dukungan yang diberikan seperti pemberian informasi terkait penyakit

hipertensi bisa disembuhkan apabila melakukan pengobatan secara rutin,

penderita di ingatkan oleh keluarga untuk berobat dan keluarga mengharuskan

penderita untuk meminum obat. (Dewi, Wiyono dan Candrawati, 2018)

penyampaian terkait nasehat dan menganjurkan individu untuk melakukan

pengobatan yang sudah direkomendasikan oleh petugas pelayanan kasehatan

33
adalah salah satu bentuk dukungan yang di berikan keluarga (seperti: Kegiatan

Aktivitas Fisik, keseharian dalam menjaga pola makan ataupun latihan

kebugaran, secara teratur minum obat, dan kontrol), kemudian keluarga memberi

tahu kepada penderita untuk menjaga perilaku

dan menghindari perilaku buruk yang dapat memperburuk penyakit individu dan

menjelaskan kepada individu terkait hal yang tidak jelas dari penyakitnya serta

menginformasikan mengenai reaksi yang diperoleh serta pengobatan dari dokter

yang merawatnya.

2.2.3 Faktor- factor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut

Friedman (2013) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa

keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-

pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil

menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak yang berasal dari keluarga

yang lebih besar. Selain itu dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua

(khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung

untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga

lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2019) dengan Hasil uji statistik

diperoleh nilai p = 0,001 yang dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna

antara umur ibu dengan cakupan imunisasi campak rubella. Hasil analisis juga

diperoleh nilai OR (Odd ratio) =3,379 artinya ibu yang berumur 20- 35 tahun,

akan berpeluang memberikan imunisasi campak rubella pada bayinya sebesar

34
3,379 kali dibandingkan dengan ibu yang umurnya < 20 tahun dan > 35 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa usia ideal

untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak, harus mempersiapkan tiga

hal yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial atau

ekonomi, secara umum seorang perempuan dikatakan siap secara fisik sekitar

usia 20 tahun bila dijadikan pedoman kesiapan fisik. Friedman (2013)

menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas

sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan dan tingkat

pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih

demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah,

hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua dan kelas

sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang

lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah. Hal ini sejalan dengan

penelitian Yuliani (2019) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara penghasilan ekonomi ibu dengan cakupan imunisasi campak rubella.

Tingkat ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap cakupan

imunisasi, Pendapatan adalah jumlah uang yang didapatkan seseorang dari

pekerjaan yang dilakukan. Keluarga yang penghasilannya berkecukupan akan

memenuhi kebutuhan hidupnya, itu akan berpengaruh terhadap perilaku individu

tersebut untuk melakukan pemberian imunisasi campak terhadap bayi nya.

Sebaliknya, keluarga yang penghasilan rendah, mereka mengalami kesulitan

untuk memenuhi kebutahan hidupnya. Faktor lainnya adalah adalah tingkat

pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi

35
dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit. Hal ini sesuai dengan

penelitian Yuliani (2019) yang mendapatkan hasil ada hubungan yang bermakna

antara pendidikan ibu dengan cakupan imunisasi campak rubella. Pendidikan

pada hakekatnya bertujuan mengubah tingkah laku sasaran pendidikan. Tingkah

laku baru (hasil perubahan) itu dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan

(educational objective), sehingga tujuan pendidikan pada dasarnya adalah suatu

deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan dan sebagainya yang

diharapkan akan dimiliki sasaran pendidikan pada periode tertentu (Triana,

2015).

2.1 Kerangka Konsep

Perubahan pada
Lansia dengan lansia:
hipertensi
1. Kekuatan
tubuh menurun
2. Daya ingat
Faktor yang menurun
mempengaruhi 3. Penglihatan
kepatuhan minum dan
Tatalaksana obat:
hipertensi pendengaran
1. Tingkat menurun
pendidikan 4. Gangguan
2. Lama keseimbangan
penderita 5. Kekebalan
Kepatuhan tingkat tubuh menurun
pengetahuan
Non farmakologi 6. Gangguan
3. Peran petugas pencernaan
kesehatan

36
4.
Dukungan
keluarga
farmakologi

Ht terkontrol

Keterangan:

Tidak diteliti

diteliti

2.2 PEMBAHASAN KERANGKA KONSEP

Lansia merupakan tahapan kehidupan dimana pada lansia terjadi banyak

perubahan meliputi kekuatan tubuh menurun, daya ingat menurun,

penglihatn dan pendengaran menurun, gangguan keseimbangan dan

kekebalan tubuh menurun dari kondisi tersebut mempengaruhi timbul

banyak penyakit termasuk yang paling sering adalah hipertensi. Hipertensi

perlu dikontrol agar tidak menimbulkan komplikasi terhadap organ yang

lain dengan cara terapi farmakologis dan non farmakologis.dimana untuk

terapi farmakologis dibutuhkan suatu kepatuhan untuk minum obat supaya

hipertensi bisa terkontrol.ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kepatuhan minum obat diantaranya tingkat pendidikan, lama menderita

37
hipertensi, peran petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Dalam

penelitian ini peneliti akan meneliti hubungan dukungan keluaraga

terhadapap kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia (prolanis) di

Puskesmas Dampit.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

dukungan keluarga pada lansia untuk minum obat yang berdampak pada

terkontrolnya tekanan darah, jika lansia minum obat teratur maka akan

terwujudnya komplikasi penyakit yang lebih minimal sehingga lansia tetap

sehat.

2.3 HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitisn ini:

H1 : Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada lansia.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN


Desain dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi

dengan pendekatan “cross sectional” . Jenis desain penelitian ini mneggunakan

penelitian korelasi merupakan penelitian hubungan antar dua variable pada suatu

situasi atau sekelompok subjek. Metode pendekatan “cross sectional”merupakan

rencana penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data

dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan pada variable terikat dan

variable bebas (Notoadmodjo 2012). Dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Pada Lansia Hipertensi Di Puskesmas Dampit

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Tempat : Tempat Penelitian yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Dampit

Kabupaten Malang

Waktu : Penelitian ini rencananya dilaksanakan pada bulan Juli 2023 sampai

dengan bulan Agustus 2023

39
3.3 KERANGKA KERJA

Populasi
Teknik Sampling
Lansia Prolanis dengan Hipertensi di Puskesmas Dampit
Non Probability dengan teknik Purposive Sampling

Sampel
Lansia Prolanis Hipertensi di PKM Dampit 86 orang

Desain Penelitian
Desain dalam peneitian ini menggunakan desain penelitian kolerasi dengan pendekatan “cross-sectional”

Variabel Independen Variabel Dependen


Variabel independen dalam Variabel dependen pada penelitian ini
penelitian ini adalah dukungan kepatuhan terhadap minum obat
keluarga

Pengumpulan Data
Kuesioner dukungangan keluarga dan kepatuhan minum obat

Pengolahan Data dan Analisa


Editing, coding, Data entry scoring dan processing data, dan
analisa menggunakan spearman rank

Kesimpulan

40
Bagan 2 Kerangka Kerja Penelitian

3.4 DESAIN SAMPLING

3.4.1 Populasi

Populasi dalam sebuah penelitian merupakan subjek (manusia, klien)

yang memiliki kriteria yang telah di tetapkan (Nursalam, 2017) Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa Lansia Prolanis di Puskesmas Dampit.Jumlah

populasi dalam penelitian ini adalah 110 Lansia.

3.4.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah berjumlah 86 yang memenuhi kriteria

penelitian. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan purposive sampling.

Untuk menentukan jumlah sampling dapat menggunakan rumus sebagia berikut :

Penelitian ini menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

41
N
𝑛=
1 +N (𝑑)2
Keterangan :

n = sampel

N = populasi

d = nilai presial 95% (0,05)

Dengan populasi sebesar 110 lansia prolanis dan

tingkat kesalahan yang dipilih sebesar 0,05

sehingga dalam penelitian ini:

N
𝑛=
1 +N (𝑑)2

110
1
= +110 (0,05)2

240
= 1,6
= 86

Berdasarkan perhitungan tersebut, jumlah

sampel minimal yang diperkukan dalam

penelitian ini adalah minimal 86 responden.

42
3.4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi (Nursalam, Metodologi

Penelitian, 2020).

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling atau pengambilan sampel yang sesuai dengan keinginan peneliti yang

memenuhi kriteria iklusi dan eksklusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan sample yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan

penelitian(Untari, 2018). Dalam penelitian ini kriteria inklusi terdiri dari :

a. Responden (Lansia Prolanis) menyetujui responden mengikuti penelitian


(informed conset)
b. Lansia tidak dimentia

c. Mengisi Formulir yang telah disediakan dengan batas waktu kurang lebih 1 hari.
2. Kriteria Ekslusi

Kriteria Eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan responden yang

memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian (Untari,

2018). Dalam penelitian ini kriteria eksklusi terdiri dari :

a. Lansia dimentia.
b. Lansia yang mengundurkan diri menjadi responden.
3.5 IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) dengan memiliki ciri-ciri

43
yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebu. Dalam sebuah penelitian konsep

yang dituju bersifat konkrit dan secara langsung bisa diukur (Nursalam, 2017)

3.5.1 Variabel Independen

Variabel Indenpenden merupakan variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain. Variabel indenpenden dalam penelitian ini

adalah dukungan keluarga

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya di

tentukan oleh variable lain. Variabel Dependen dalam penelitian ini kepatuhan

minum obat

44
45
3.6 DEFINISI OPERASIOANAL

Definis Operasional adalah mengidentifikasi variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Murni, 2017)

46
Tabel 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Skoring


Variabel Indpenden
Friedman Kepedulian yang 1. Dukungan informasional Kuesioner Ordinal Skor:
diberikan oleh anggota 2. Dukungan penilaian. Selalu:3
keluarga kepada 3. Dukungan Instrumental. Sering :2
anggota keluarga yang 4. Dukungan emosional. Kadang-kadang:1
lain. Tidak pernah : 0
Kategori:
Tidak pernah :0
Kurang: 1-11
Sering :12-23
Selalu: 24-35

45
Variabel Dependen

MMAS (Morisky Bentuk perilaku yang 1. Lupa mengkonsumsi Kuesioner Ordinal Skor:
ditunjukan oleh lansia obat Ya:1
Medication Adhrencedalam minum obat 2. Tidak minum obat Tidak:0
sesuai dengan jadwal 3. Berhenti minum obat Kategori:
Scale) dan dosis sesuai yang Patuh: 6-8
dianjurkan. Kurang patuh :3-5
Tidak patuh: 0-2

46
3.7 TEKNIK PENGUMPEULAN DATA

3.7.1 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan yang dilakukan

kepada subyek dan pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017)

1. Tahap persiapan

a. Mengajukan permohonan izin kepada instansi terkait (dengan disertai surat

pengantar(studi pendahuluan) dari STIKES Kepanjen,

b. Mendapat izin dari instansi yang disertai dengan surat balasan.

c. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

d. Mempersiapkan lembar kuisioner sebagai alat untuk pengumpulan data

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan surat ijin penelitian ke Kepala Puskesmas

b. Menjelaskan isi dari lembar kusioner tersebut kepada responden.

c. Mengelola dan menganalisa data yang telah terkumpul

3. Tahap Terakhir
Meliputi penulisan akhir

48
3.7.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan untuk

mengukur nilai variabel yang di teliti, dengan jumlah instrument yang sesuai

dengan variabel yang akan diteliti (Saipul, 2014).

1. Kuesioner dukungan keluargaa.

2. Kuesioner kepatuhan minum obat.

3.7.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Intrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang

digunakan sesuai untuk mengukur apa yang diukur, uji validitas di lakukan

menggunakan bantuan computer program windows SPSS versi 2.2. Hal ini

dapat dikatakan valid apabila signifikannya kurang dari 0,05

a. Relevan Isi Instrumen

Isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

b. Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran

Instrumen yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap

perbedaan subjek penelitian.

2. Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas dari kuesioner yang akan digunakan

49
untuk penelitian, selanjutnya dilakukan uji reabilitas data yaitu digunakan

untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut dapat digunakan atau tidak.

Reabilitas merupakan kesamaan hasil pengukuran atau hasil pengamatan

meskipun diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berbeda

(Nursalam, 2014). Kuesioner dikatakan reabel jika mempunyai nilai

Cronbanch’s Alpha minimal 0,70 yang dihitung menggunakan computer

dengan aplikasi spss.

3.7.4 Teknik Pengolahan Data

1. Editting atau Memeriksa

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir

atau kuesioner tersebut. Data harus lengkap, jawaban atau tulisan masing-

masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca, jawabannya harus relevan

dengan pertanyaannya, jawaban dan pertanyaan yang satu dengan lainnya

harus konsinten. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap,

kalau memungkinkan dilakukan pengambila data ulang untuk melengkapi

jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka

pertanyaan yang jawabnya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau

dimasukkan dalam pengolahan “data missing”.(Notoatmojo, 2014).

2. Cooding

Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom- kolom untuk

merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomer

responden, dan nomer pertanyaan (Notoatmojo, 2014).

50
Kode untuk jawabam kuesioner dukungan keluarga terhadap kepatuhan
minum pada lansia

a. Usia
Kode 1 : Usia ≤70 tahun
Kode 2 : Usia ≥70 tahun

b. Jenis Kelamin

Kode 1 : laki-laki

Kode 2 : Perempuan

c. Kode untuk pendidikan terakhir

Kode 1 : Tidak Sekolah

Kode 2 : SD

Kode 3 : SMP

Kode 4 : SMA

Kode 5 : Perguruan Tinggi

d. Kode untuk Lama menderita Hipertensi

Kode 1: Lama ≤1 Tahun

Kode 2: Lama ≥1 Tahun

3.8 ANALISIS DATA

Analisa data adalah pengolahan data yang sudah tersedia dengan

menggunakan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan

masalah penelitian (Sujarweni, 2014). Analisis statistik digunakan pada data

51
kuantitatif atau data yang di kuantifikasi. Sedangkan data tekstular mungkin

hanya di analisis, misalnya berdasarkan isi yang disebut dengan content

analysis yang merupakan analisis data yang didasarkan pada kualitas isi

berdasarkan kode yang telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, Salemba

Medika, 2020). Menurut (Notoatmojo, 2014) , prosedur atau jenis analisis

data melalui proses bertahap antara lain :

 Analisa Bivariate (Analisa Deskriptif)

Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian.

Untuk membandingkan persamaan atau perbedaan antara dua variabel.

Pada penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman rank, jika p-value ≤

0,05 maka perhitungan menunjukkan adanya hubungan antara variabel

indenpenden dan dependen (Murni, 2017). Dalam analisa bivariate ini

dilakukan untuk mengetahui : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Minum Obat Hipertenis Pada Lansia Prolanis

Analisis bivariate atau uji signifikan ini menggunakan bantuan komputerisasi

dengan bantuan aplikasi SPSS.

3.9 ETIKA PENELITIAN

Dalam melakukan sebuah penelitian harus di dasari etika yang baik. Etika

penelitian merujuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan

penelitian, dari proposal penelitian samapai dengan publikasi hasil penelitian.

52
1. Infomed Concent

Infomed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden. Infomed Concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan Infomed Concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, serta mengetahui dampaknya. Bentuk Infomed Concent dilakukan

peneliti dengan cara memberi lembar persetujuan untuk menjadi responden dan

apabila setuju untuk menjadi responden maka responden tanda tangan pada surat

persetujuan. Sebelum pengambilan data, penelti harus memperkenalkan diri dan

tujuan diadakannya penelitian ini.

2. Confidentialy (Kerahasiaan)

Dalam hal ini kerahasiaan merupakan hak sebagai responden untuk di

jaga kerahasiaannya tentang data yang telah diberikan (Nursalam, 2013).

Kerahasiaan dalam penelitian yang diberikan ini dijamin oleh peneliti, hanya

data tertentu yang akan disajikan pada hasil penelitannya dengan tetap

menjaga privasi dan nilai keyakinan.

3. Anonimity (Tanpa Nama)

Anonimity adalah hal untuk responden yang harus dijaga kerahasiaannya

khusunya nama responden dengan tidak mencantumkan namanya pada

pengumpulkan data yang diperoleh (Nursalam, 2013). Kode nama responden

53
yang digunakan dalam penelitian ini adalah R1, R2, R3, R4, dan seterusnya.

4. Nonmaleficience (Tidak Merugikan)

Penelitian ini dilakukan tidak menimbulkan dampak yang

membahayakan baik bahaya fisik maupun psikologis bagi responden karena

selama penelitian instrument yang digunakan oleh peneliti berupa kuesioner

dan tidak ada perlakuan maupuan intervensi terhadap pasien.

5. Benefience

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian untuk

mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin bagi responden. Selama proses

penelitian dengan pengisian kuesioner telah memberikan berbagai manfaat

seperti menambah pengetahuan terkait pentingnya dukungan keluarga

tehadap lansia.

54
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini, peneliti membahas hasil dan kesimpulan dari

penelitian yang sudah dilaksanakan beberapa bulan sebelumnya dengan

judul Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

hipertensi pada prolanis (program Pengelolaan penyakit kronis) di

Puskesmas Dampit. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 86

responden. Hasil dalam penelitian ini digambarkan dalam data umum dan

data khusus. Data yang ditampilkan dalam data umum yakni, umur, jenis

kelamin, pendidikan lama menderita Hipertensi. Sedangkan data khusus

yang ditampilkan dalam penelitian ini yaitu, data tentang dukungan

keluarga dan kepatuhan minum obat.

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada pada lansia prolanis di Puskesmas

Dampit Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Luas wilayah kerja

Puskesmas Dampit 78,54 km Persegi Wilayah kerja puskesmas dampit

merupakan sebagian dari wilayah kecamatan Dampit, terdiri dari 1

kelurahan dan 5 desa yaitu keurahan dampit, Desa Amadanom, Desa

Bumireji, Desa Baturetno, desa Srimulyo dan Desa Sukodono.

55
4.1.2 Data Umum

Data umum berisi karakteristik responden yang menguraikan tentang

karakteristik demografi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, dan

Lama menderita Hipertensi..

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden


Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Respnden Berdasarkan Usia
Responden

Usia Frequency Percent Median (Min-


Maks)
≤ 70 Tahun 48 55.8 2.00 (1-2)
≥70 Tahun 38 44.1
Total 86 100.0
`(Sumber ; Data Primer Penelitian , November 2023)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, karakteristik responden berdasarkan

usia didapatkan yaitu usia 60-70 tahun sejumlah 48 (55.8%), usia ≥70

tahun sejumlah 38 (44.1%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Frequency Percent Median (Min-
Maks)
Perempuan 55 63.9 2.00 (1-2)
Laki-Laki 31 36.1
Total 86 100.0
`(Sumber ; Data Primer Penelitian , November 2023)

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas Karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, perempuasn lebih banyak yaitu 55 orang (63.9%) dan laki- laki

sebanyak 31 orang ( 36.1)

56
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pendidikan

Pendidikan Frequency Percent Median (Min-


Maks)
SD 39 45.3 2.00 (1-3)
SMP 25 29.0
SMA 14 16.3
PT 8 9.4

Total 86 100.0
`(Sumber ; Data Primer Penelitian , November 2023)

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, Karakteristik responden berdasarkan

pendidikan yaitu SD sebanyak 39 orang (45.3%), SMP sebanyak 25 orang

(25%), SMA sebanyak 14 orang ( 16.3%) dan PT sebanyak 8 orang ( 9.4%).

4. Karakteristk Responden berdasarkan lama menderita Hipertensi


Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Lama Hipertensi

Kategori Frekuensi Presentase


≤1 tahun 17 19.8%
≥ 1 tahun 69 80.2%
Total 86 100 %
(Sumber ; Data Primer Penelitian ,November 2023)

Berdasarkan tabel diatas kategori Lama Hipertensi diperoleh

kategori lama Hipertensi ≤ 1 tahun sebanyak 17 respoden (19.8%) dan ≥

1 Tahun sebanyak 69 responden (80.2%)

57
4.1.3 Data Khusus
1. Dukungan Keluarga
Tabel 4.6Tabel Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

Kategori Frekuensi Presentase


Selalu 18 20.9 %
Sering 55 64%
Kadang-kadang 13 15.1%
Tidak Pernah 0 0

Total 86 100 %
(Sumber : Data Primer Penelitian November 2023)

Berdasarkan tabel diatas kategori dukungan keluarga yang selalu

mendapatakan dukungan keluarga sebanyak 18 orang(20.9%), sering

mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 55 orang (64%) dan kadang-

kadang mendapat dukungan keluarga sebanyak 13 orang (15.1%) dan tidak

pernah didukung 0 orang (0 %).

2. Kepatuhan minum obat

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat

Kategori Frekuensi Presentase

Patuh 64 74 %
Kurang patuh 13 15 %
Tidak patuh 9 11%
Total 8 100 %
6
(Sumber ; Data Primer Penelitian , November 2023)

Berdasarkan tabel diatas kepatuhan minum obat Patuh sebanyak 64

orang (74%), kurang patuh 13 orang (15%) tidak patuh sebanyak 9 orang

(11%)

58
4.2 Uji Spearman Rank

Tabel 4.8 Uji analisis Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat hipertensi

Skor dukungan keluarga

Skor kepatuhan minum obat r 0,357

P 0,001

N 86

Berdasarkan tabel 4.5 Analisa data dilakukan dengan menggunakan

uji korelasi Spearman Rank ,dimana dengan bantuan komputer SPSS

for Windows versi 22. Sehingga dari hasil analisa Sperman Rank pada

hubungan dukungan keluarga denga kepatuhan minum obat hipertensi

pada lansia menunjukkan nilai besarnya koefisien kolerasi Spearman

Rho yaitu 0,357 dengan signifikasi (p) 0,001 = (p) <0,05 sehinggan Ha

diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia prolanis

di Puskesmas Dampi

59
4.2.1 Dukungan Keluarga Pada lansia Prolanis (program Pengelolaan Penyakit

Kronis) untuk minum obat Hipertensi di Puskesmas Dampit

Berdasarkan hasil penelitian hasil penelitian yang diperoleh didapatkan

bahwa dukungan keluarga terhadap lansia prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)

untuk minum obat Hipertensi menunjukkan rata-rata responden berada dalam

kategori sering yaitu sebanyak 55 siswa (64%) dari total keseluruhan responden

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Dukungan keluarga pada lansia Prolanis

( Program Pengelolaan Penyakis Kronis) termasuk kategori tinggi. Mongi et al.,

2017) Menyatakan bahwa keluarga dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan perseorangan serta dapat juga

menentukan tentang program pengobatan yang akan diterima. Dukungan keluarga

diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain

sehingga memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang

dihadapkan pada situasi stress. Keluarga perlu menjalankan peran dengan baik

agar dapat berdampak baik juga pada anggota keluarga yang memiliki masalah

kesehatan (Kaukabie, 2013)

Friedman (2013) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau

pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu

hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga

kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua

dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan

60
yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

Berdasarkan fakta dan teori diatas dapat menunjukan bahwa dukungan

keluarga mempengaruhi lansia prolanis (program Pengelolaan penyakit kronis) minum

obat hipertensi termasuk tinggi. Keluarga yang memberikan dukungan terhadap

keluarga yang memiliki masalah kesehatan akan berpengaruh dengan positif terhadap

keluarga yang memiliki masalh kesehatan tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ningrum (2018) Dukungan keluarga juga memiliki peran

bersamaan dengan manajemen diri dalam mengontrol penyakit kronik. Hasil

penelitian ini menyebutkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan

keluarga dengan lansia prolanis untuk meminum obat hipertensi , artinya

dukungan keluarga akan mempengaruhi lansia untuk rutin minum obat

hipertensi.

4.2.2 Kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia prolanis (Program

Pengelolaan Penyakit Kronis) di Puskesmas Dampit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Dampit

didapatkan bahwa Kepatuhan minum obat lansia Prolanis (Program

Pengelolaan Penyakit Kronis) meminum obat Hipertensi di Puskesmas

Dampit kategori tinggi yaitu sebanyak 64 responden (74%). Menurut

Ardhiyanti (2015) Kepatuhan minum obat merupakan istilah yang digunakan

untuk menggambarkan perilaku pasien dalam minum obat secara benar

tentang dosis, frekuensi dan waktunya, kiat penting untuk mengingat minum

obat seperti minum obat pada waktu yang sama setiap hari, harus selalu

61
tersedia obat dimana penderita berada dan membawa obat dimanapun pergi.

Menurut Niven (2013), salah satu faktor yang menyebabkan ketidak patuhan

dalam minum obat yaitu sebagian besar pasien tidak memahami instruksi

yang diberikan, karena kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan

informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan banyaknya

instruksi yang harus diingat oleh pasien. Hal ini diperkuat oleh Susanto

(2015) bahwa kurangnya pemahaman pasien tentang hipertensi dan tujuan

terapi hipertensi dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan

hipertensi. Hal ini didukung oleh Noorhidayah (2016) bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan

tekanan darah. Hal ini diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Hairunisa

(2014) bahwa, terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan

minum obat dan diet dengan tekanan darah terkontrol serta menjelaskan

bahwa penyebab kontrol tekanan darah yang tidak baik karena pasien tidak

menjalankan terapi dan tidak meminum obat yang diberikan.

Dari hasil analisis peneliti berpendapat bahwa sebagian besar lansia

prolanis patuh minum obat hipertensi .Lansia yang yang tidak patuh patuh

biasanya disebabkan oleh oleh beberapa faktor baik dari lansia maupun

keluarga.

62
4.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan minum Obat

Hipertensi Pada Lansia Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit

Kronis ) di Puskesmas Dampit.

Berdasarkan analisa hasil stastik diketahui ada hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga denga kepatuhan minum hipertensi pada

lansi prolanis . Hal tersebut didukung dengan hasil uji stastik menggunakan

Spearman Rank. Dari hasil analisa Sperman Rank pada hubungan regulasi

emosi dengan kesejahteraan psikologis pada remaja bullying menunjukkan

nilai besarnya koefisien kolerasi Spearman Rho yaitu 0,357 dengan

signifikasi (p) 0,000 = (p) <0,05 yang berarti bahwa terdapat korelasi positif

yang semakin tinggi dukungan keluarga akan semakin tinggi kepatuhann

minum obat hipertensi pada lansia prolanis , sehingga Ha diterima yang artinya

ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dewi (2018) bahwa

ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien

penderita hipertensi, karena dengan dukungan keluarga, pasien akan merasa

bahwa ada yang memperhatikan dan mengawasi dalam menjalani pengobatan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ahda (2016), bahwa terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien

hipertensi dengan keeratan hubungan yang tinggi, dengan arah hubungan

yang positif, berarti semakin tinggi dukungan keluarga reponden maka

semakin tinggi kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi. Hal ini juga

63
didukung oleh Efendi (2017) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga

memiliki dasar sebagai menghambat progresivitas penyakit hipertensi,

dikarenakan dukungan keluarga memiliki hubungan yang erat dengan

kepatuhan minum obat sehingga dukungan keluarga diharapkan dapat

ditingkatkan untuk menunjang keberhasilan terapi hipertensi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Niven (2013), keluarga dapat menjadi faktor yang sangat

berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta

menentukan program pengobatan yang dapat mereka terima. Dukungan

keluarga sebagai motivasi yang mampu untuk menggerakkan diri

meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan (Susanto,

2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia prolanis

(program Pengelolaan Penyakit Kronis) . Semakin tinggi dukungan keluarg

yang diberikan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan ,

semakin tinggi pula kepatuhan lansia prolanis untuk minum obat hipertensi

64
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia prolanis (Program Pengelolaan

Penyakit kronis) disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar lansia prolanis sering mendapatkan dukungan keluarga

sebanyak 55 orang (64%), tingginya dukungan keluarga menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi keptuhan minum obat.

2. Kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia Prolanis yang tergolong

Patuh sebanyak 61 orang (71%). Kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh

dukungan keluarga.

3. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia Prolanis (Program

Pengelolaaan Penyakit kronis) di Puskesmas Dampit

4.

5.2 Saran
1. Bagi Responden

Diharapkan responden dapat meningkatkan Kepatuhan minum

obatbHipertensi sehingga mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi.

65
2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan tambahan

referensi bagi lahan penelitian dalam meningkatkan kepatuhann minum obat

hipertensi pada lansia prolanis.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti

selanjutnya. Peneliti menyarankan agar dilakukan peningkatan dan

penambahan variabel lain.

4. Bagi Perawat atau tenaga kesehatan lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan atau referensi untuk para

tenaga kesehatan yang menjadi tenaga pendidik sebagai upaya untuk

mencegah komplikasi dari hipertensi.

66
DAFTAR PUSTAKA

AHA (american Heart Association). (2017). Hypertension : The Silent Killer :

Updated JNC-8 Guideline Recommendations.

Ahyar, Hardani et al. 2020. Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.

Bustan, (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka

Cipta.

Morisky., Donald E, Ang., Alfonso, Krousel-Wood, J. Ward., Harry, 2008. Predictive

Validity of a Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting.The Journal

of Clinical Hypertension Vol.10 No.5.

Friedman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek

(5th ed.). Jakarta: EGC.

Rottie, J. V., & Colling, F. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Di Ruang Rawat Inap Bugenvil Rsud Tobelo

Kabupaten Halmahera Utara. Journal Of Community and Emergency, 5(2), 1-12.

Diperoleh pada tanggal 19/10/2020, dari

http://ejournal.unpi.ac.id/index.php/JOCE/article/view/129

Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan (A. Suslia &

T. Utami, eds.). Penerbit Salemba Medika.

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang

Kemenkes Ri

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes

67
RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-

kesehatanindonesia/Profil- Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Oktora, S. P. D., & Purnawan, I. (2018). Pengaruh Terapi Murottal terhadap Kualitas

Tidur Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Jurnal

KeperawatanSoedirman,11(3),168.https://doi.org/10.20884/1.jks.2016.11.3.7 10

Nasrudin, Juhana. (2019). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Kencana

Terra Firma.

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi.4.

Jakarta : Salemba Medika.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20

18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2018. 2. GLOBOCAN

(2018)

Sari, Ricca Rosalina. 2012. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit. Juraksi. Vol. 1 No.2 Februari 2012, Universitas Semarang.

Sulistyana, C. S. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum

Obat dan Kontrol Diit Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan Holistic, 3(2), 28-

36. Diperoleh pada tanggal 16/12/2020, dari

http://ejournal.stikesrshusada.ac.id/index.php/jkh/article/view/51

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

68
Alfabeta.

Tumanduk, Waenly M., Jeini E. Nelwan, and Afnal Asrifuddin. 2019. “FaktorFaktor

Risiko Hipertensi Yang Berperan Di Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi.” E-

CliniC 7(2):119–25. doi: 10.35790/ecl.v7i2.26569.

WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization.

69
lampiran 1 Lampiran Penjelasan Sebelum Persetujuan Bagi Responden

LEMBAR PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

BAGI RESPONDEN

Bapak / Ibu calon responden yang saya hormati, saya akan menjelaskan

beberapa hal terkait dengan penelitian yang mengikutsertakan anda sebagai

peserta penelitian. Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan yaitu:

1. Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Minum Obat Hipertensi Pada Lansia Prolanis (Program Pengelolaan

Penyakit Kronis) di Puskesmas Dampit

2. Nama peneliti : Vivit Umini Fisolati merupakan mahasiswa Program

Studi Keperawatan Program Sarjana

3. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan antara

Dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat hipertensi pada

lansi .

4. Manfaat dari penelitian ini responden akan mendapatkan informasi

terkait dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat hipertensi

pada lansia prolanis (program pengelolaan Penyakit Kronis)

5. Prosedur pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


Pertemuan ke-1 Kegiatan : Melakukan proses pengisian
kuesioner.
Waktu : 7 hari
6. Dalam penelitian ini kami menekankan bahwa keikutsertaan Anda

dalam penelitian ini berdasarkan sukarela dan tidak ada paksaan.

70
Apabila selama penelitian Anda tidak berkenan meneruskan

keikutsertaan dalam penelitian ini, maka Anda dapat mengundurkan

diri tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan responden.

71
7. Data dalam penelitian ini saya jamin kerahasiaan identitas, data dan

semua informasi yang terkait dengan responden. Data akan disimpan

selama 1 tahun.

8. Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh penelitian ini,

karena perlakuan pada penelitian ini tidak mempengaruhi secara

fisik.

9. Sebagai bentuk terimakasih atas partisipasi Anda dalam penelitian

ini, kami akan memberikan cindera mata sebagai kenang-kenangan

dan ucapan terimakasih.

10. Apabila ada sesuatu yang ditanyakan lebih lanjut tentang penelitian

ini, Anda dapat menghubungi saya atas nama Vivit Umini fisolati,

No Hp/Whatsapp 083848605844, Dampit

72
lampiran 2 Informed Consent

INFORMED CONSENT

Kepada :

Yth. Anggota Prolanis Puskesmas

Dampit

di tempat

Dengan hormat,

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen,

maka saya :

Nama : Vivit Umini Fisolati

NIM : 2370023

Semester : VII (Tujuh)

Bermaksud mengadakan penelitian uang berjudul “Hubungan

Dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia

prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)di Puskesmas Dampit”.

Demi kelancaran penelitian ini saya mengharapkan partisipasi saudara-

saudari dengan menjawab semua pertanyaan yang diberikan sesuai

pertanyaan yang telah disediakan.

Adapun hal-hal yang bersangkutan dengan data diri ini anda

saya jaminan atas kerahasiannya. Oleh karena itu dalam pengisian kuesioner

73
ini tidak perlu mencantumkan nama terang demi menjaga kerahasiaan

tersebut

Kepanjen, November 2023

Hormat saya,

Vivit Umini

Fisolati

NIM 2370023

74
lampiran 3 Lembar Persetujuan

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama (inisial) : (ex : E)
Umur : tahun

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan untuk
berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Hipertensi Pada Lansia Prolanis (Program Pengelolaan
Penyakit Kronis)” maka saya dengan penuh kesadaran serta tanpa paksaan (Bersedia /
Tidak Bersedia)* menjadi responden penelitian dengan menandatangani surat
persetujuan ini.
Demikian pernyataan ini saya buat, semoga dapat
bermanfaat sebagai bahan koreksi dalam penelitian tersebut.

Dampit, 2023
Responden

(………..…………….)**

Keterangan

75
*) : Coret yang tidak perlu

lampiran 4 Lembar Kuesioner

LEMBAR KUESIONER
Kuesioner Kepatuhan MMAS (Morisky Medication Adherence Scale
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama menderita HT :
No Pertanyaan Jawaban Skor Ya=
1,skor tidak
=0
Ya tidak
1. Pernah anda lupa minum obat
2. Selain lupa apakah anda pernah
tidak minum obat karena alasan
lain,dalam 2 minggu terakhir.
3. Apakah anda pernah berhenti
minum obat tanpa sepengetahuan
dokter karena anda merasa
semakin buruk kondisinya bila
minum obat
4. Pernahkah anda lupa membawa
obat Ketika berpergian
5. Apakah anda tidak meminum obat
kemarin.
6. Apakah anda berhenti meminum
obat Ketika gejalah yang anda
alami berkurang.
7. Apakah anda merasa terganggu
minum obat setiap hari.
8. Apakah sering anda lupa minum
obat

76
a. Tidak pernah lupa(7 kali
dalam seminggu)
b. Sesekali (1 kali seminggu)
c. Kadang-kadang(2-3 kali
seminggu)
d. Biasanya (4-6 kali
seminggu)
e. Selalu(7 kali dalam
seminggu)

lampiran 5 Kisi-kisi kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale)

KISI-KISI MMAS (MORISKY MEDICATION ADHERENCE SCALE)

1. Ketidakpatuhan yang disengaja (2,3,5,6,7)

2. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja (1,4,8)

77
lampiran 6 Kuesioner Emotional Regulation

KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda


check atau centang (v) pada jawaban yang dipilih.

78
No Jenis Dukungan Selalu Sering Kadang- Tidak Skor
Selalu:3
Keluarga kadang pernah
Sering :2
Kadang-kadang:1
Tidak pernah : 0

1 Dukungan Emosional dan penghargaa

Keluarga selalu

mendampingi saya

dalam perawatan

Keluarga selalu

memberi pujian dan

perhatian kepada saya

Keluarga tetap

mencintai dan

memperhatikan

keadaan saya selama

saya sakit

Keluarga memaklumi

bahwa sakit yang saya

alami sebagai suatu

musibah

79
2 Dukungan Instrumental

Keluarga selalu

menyediakan waktu dan

fasilitas jika saya

memerlukan untuk

keperluan pengobatan

Keluarga sangat berperan

aktif dalam setiap

pengobatan dan perawatan

sakit saya

Keluarga bersedia

membiayai perawatan dan

pengobatan saya

Keluarga selalu berusaha

untuk mencarikan

kekurangan sarana dan

peralatan perawatan yang

saya perlukan

3 Dukungan informasi

Keluarga selalu

memberitahu tentang hasil

pemeriksaan dan

pengobatan dari dokter

80
yang merawat kepada saya

Keluarga selalu

mengingatkan saya untuk

kontrol, minum obat,

olahraga dan makan

Keluarga selau

mengingatkan saya tentang

perilaku-perilaku yang

memperburuk penyakit

saya

Keluarga selalu

menjelaskan kepada saya

setiap saya bertanya hal-hal

yang tidak jelas tentang

penyakit saya

81
lampiran 7 Kisi-kisi Dukungan Keluarga

KISI-KISI DUKUNGAN KELUARGA

1. Dukungan Emotional dan Penghargaan (1,2,3,4)

2. Dukungan Instrumental (5,6,7,8)

4. Dukungan Informasi (9,10,11,12)

82
Lampiran 11 Surat Layak Etik

83
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian Dari Bankesbangpol

84
Lampiran 13 Surat Ijin Penelitian Dari Dinas Kesehatan

85
Lampiran 14 surat pengantar penelitian dari STIKes Kepanjen

86
Lampiran 14 Surat Balasan Penelitian

87
Lampiran 15 Master Tabel
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OAT HIPERTENSI PADA
LANSIA PROLANIS (PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS) DI PUSKESMAS DAMPIT

Keterangan :

Umur : Jenis kelamin: Pendidikan: Lama HT: Kuisioner Dukungan keluarga Kuesioner kepatuhan
1: ≤70 thN 1: laki-laki 1: Tidak sekolah 1: ≤1 Tahun Selalu:3 Ya:1
2: ≥ 70thn 2:Perempuan 2: SD 2:≥1 Tahun Sering :2 Tidak:0
3:SMP Kadang-kadang:1 Kategori:
4:SMA Tidak pernah : 0 Patuh: 6-8
5:PT Kategori: Kurang patuh :3-5
Tidak pernah :0 Tidak patuh: 0-2
Kurang: 1-11
Sering :12-23
Selalu: 24-35

88
KEPATUHA
MINUM
LAMA DUKUNGAN KELUARGA OBAT
JENIS MENDERITA KADANG- TIDAK KURAN
NO NAMA KELAMIN USIA PENDIDIKAN HT SELALU SERING KADANG PERNAH PATUH PATUH
1 NY AK 2 1 4 2 2 6
2 NY AZ 2 1 4 2 2 7
3 TN AB 1 1 4 2 1 8
4 TN AS 1 1 4 2 2
5 TN AY 1 1 3 2 1 5
6 TN AAB 1 2 5 2 3 2 7
7 TN ARB 1 1 4 2 2 7
8 NY AS 2 1 5 2 3 8
9 TN B 1 1 3 2 2 6
10 NY B 1 1 5 2 1 7
11 TN BU 1 1 3 2 3 7
12 NY CS 2 1 3 2 2 7
13 NYCH 2 1 3 1 1 7
14 NY DK 2 1 2 2 1 3
15 NY DY 2 1 2 2 2 8
16 NY DC 2 1 3 2 1 6
17 Y IA 1 1 2 2 1 6
18 TN D 1 1 2 2 1
19 TN DO 1 1 4 2 3 7
20 NY EI 2 1 3 1 3 7
21 NY ES 2 1 3 1 3 7
22 NY E 2 1 3 1 3 8

89
23 TNN HS 1 1 3 2 3 8
24 TN HP 1 1 4 1 3 8
25 TN H 1 1 3 2 3 7
26 NY H 2 1 4 1 2 4
27 TN HD 1 1 3 2 2 7
28 NY HL 2 1 3 2 3 7
29 TN IR 1 1 4 2 3 8
30 NY ID 2 1 2 2 2 7
31 TN J 1 1 2 2 2
32 NY J 2 1 2 2 2 8
33 TN J 1 1 5 2 3 7
34 NY JU 2 1 2 2 1 3
35 NY JM 2 1 2 1 2 8
36 TN JR 1 2 2 2 3 8
37 NY JI 2 2 3 1 3 7
38 NY 2 1 2 2 1 8
39 K 2 1 4 2 2 6
40 NY KA 2 1 4 1 2 7
41 NY KU 2 1 4 2 2 8
42 NY KH 2 1 3 2 2 6
43 NY LA 2 1 3 2 3 7
44 NY LI 2 1 3 2 2 4
45 TN LE 1 1 2 2 2 4
46 NY ME 2 1 2 2 2 7
47 NY MU 2 1 2 2 2 7
48 TN MU 1 1 2 2 2 3
49 NY ME 2 1 2 2 2 8

90
50 NY MA 2 1 2 2 2 7
51 NY MU 2 1 2 2 2 8
52 TN MJ 1 1 4 2 2 4
53 NY MI 2 1 2 2 1 7
54 NY MI 2 1 2 2 1 7
55 TN ML 1 1 3 2 2
56 NY MD 2 1 5 2 3 7
57 NY MN 2 1 2 2 1 5
58 NY MO 2 1 3 1 3 7
59 TN LE 1 1 2 1 1 5
60 NY N 2 1 5 1 2 7
61 NY NE 2 1 2 1 1
62 TN NG 1 1 5 1 3 7
63 NY NE 2 1 2 1 3 8
64 NY NR 2 1 2 2 3 6
65 NY NU 2 1 2 2 3 6
66 TN NR 1 1 2 2 2 8
67 NY NN 2 1 2 2 2 7
68 NY NH 2 1 2 2 2 8
69 TN NH 1 1 2 2 1
70 NY OE 2 2 2 1 3 7
71 NY DP 2 1 2 2 2
72 NY SA 2 1 3 2 2
73 NY SJ 2 1 3 1 2 8
74 NY NY 2 1 3 2 2 7
75 MY SP 2 1 2 2 2 8
76 TN SP 1 1 3 2 2 3

91
77 NY NM 2 1 2 2 2 5
78 NY SM 2 1 2 2 3 7
79 NY SU 2 1 2 2 2 8
80 TN S 1 1 2 2 2 8
81 TN SU 1 1 2 2 3 7
82 NY SE 2 1 5 2 3 7
83 TN S 1 1 3 2 3 7
84 NY ST 2 1 3 2 2 5
85 NY SJ 2 1 3 2 2 7
86 NY ST 2 1 3 2 2 8

92
Lampiran 16 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner

Hasil Uji Reabilitas Kuisioner


Reliability Statistics
Cronbach's N of Items

Alpha

93
.775 30

Item Statistics

94
Mean Std. N

Deviation

Q1 3.3571 1.86495 14

Q2 1.9286 1.14114 14

Q3 1.7143 1.13873 14

Q4 1.7143 1.13873 14

Q5 1.9286 1.43925 14

Q6 1.7857 1.25137 14

Q7 2.0000 1.41421 14

Q8 1.7143 1.43734 14

Q1 4.2857 1.32599 14

Q2 5.0714 .73005 14

Q3 3.5714 1.74154 14

Q4 4.5000 1.50640 14

Q5 4.5000 1.34450 14

Q6 4.2857 1.32599 14

Q7 4.2857 1.32599 14

Q8 4.5000 1.34450 14

Q9 4.1429 1.40642 14

Q10 5.0714 .73005 14

Q1 4.5000 1.40055 14

Q2 3.9286 1.68543 14

Q3 3.8571 1.95555 14

Q4 4.0000 1.96116 14

Q5 4.6429 1.69193 14

Q6 3.4286 1.78516 14

Q7 4.5000 1.40055 14

Q8 4.0000 1.96116 14

Q9 4.2857 1.68379 14

Q10 3.8571 1.70326 14


95
Item-Total Statistics

96
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's

Item Deleted Variance if Item- Total Alpha if Item

Item Deleted Correlation Deleted

Q1 105.2857 269.451 -.004 .786

Q2 106.7143 280.835 -.247 .788

Q3 106.9286 276.995 -.147 .784

Q4 106.9286 279.456 -.211 .787

Q5 106.7143 279.297 -.180 .789

Q6 106.8571 275.209 -.098 .784

Q7 106.6429 273.016 -.049 .783

Q8 106.9286 272.379 -.037 .783

Q1 104.3571 259.632 .265 .769

Q2 103.5714 263.802 .353 .769

Q3 105.0714 256.225 .241 .771

Q4 104.1429 256.593 .287 .768

Q5 104.1429 267.978 .066 .778

Q6 104.3571 259.632 .265 .769

Q7 104.3571 259.632 .265 .769

Q8 104.1429 267.978 .066 .778

Q9 104.5000 268.885 .040 .779

Q10 103.5714 263.802 .353 .769

Q1 104.1429 250.901 .447 .761

Q2 104.7143 238.066 .611 .750

97
Q3 104.7857 242.335 .436 .759

Q4 104.6429 224.709 .751 .738

Q5 104.0000 238.308 .604 .750

Q6 105.2143 259.566 .173 .775

Q7 104.1429 250.901 .447 .761

Q8 104.6429 224.709 .751 .738

Q9 104.3571 229.016 .802 .739

Q10 104.7857 238.181 .602 .750

Q11 104.8571 237.824 .643 .749

Q12 105.1429 239.055 .521 .754

98
Lampiran 21 Jadwal Penyusunan Skripsi

NO Kegiatan Bulan ke- 2022 Bulan ke-2023


09 10 11 12
1 Penyusunan
proposal

2 Penyusunan
instrumen

3 Seminar proposal
4 Perbaikna
proposal

5 Uji etik
6 Pengumuman etik
7 Persiapan
lapangan

8 Uji coba instrumen

9 Pengumpulan data

10 Penelitian
responden

11 Pengumpulan data

12 Pengolahan data
13 Analisa data
14 Penyusunan
laporan

15 Ujian seminar
hasil

16 Revisi laporan
penelitian
17 Pengumpulan draft
skripsi

99
Lampiran 22 Lembar Konsultasi

100
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Vivit Umini Fisolati


NIM : 2370023
Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum
Obat Hipertensi pada Lansia Prolanis (program Pengelolaan
Penyakit Kronis ) di Puskesmas Dampit
Pembimbing : Dr. Wiwit Dwi N,S.Kep,Ns,M.Kep

No Tanggal Bab Rekomendasi Tanda Tangan

101
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Vivit Umini Fisolati
NIM : 2370023
Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum
Obat Hipertensi pada Lansia Prolanis (program Pengelolaan
Penyakit Kronis ) di Puskesmas Dampit
Pembimbing : Dedi Kurniawan,S,Kep,Ns,M.Kep

No Tanggal Bab Rekomendasi Tanda Tangan

102

Anda mungkin juga menyukai