LP DM
LP DM
DIABETES MILITUS
DI RUANG RAWAT INAP CEMPAKA RUMAH SAKIT MITRA DELIMA
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Oleh :
Haqi Masluki (NIM 1820020)
1
1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
dan Suddarth, 2010). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Diabetes mellitus didefinisikan sebagai serangkaian gangguan atau
sindroma dimana tubuh tidak mampu mengatur secara tepat pengolahan atau
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Mc Wright, 2011).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes mellitus adalah
suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat
(Elies, 2010).
1.2 Etiologi
Diabetes Mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel –
sel beta pulau langerhans. Jenis juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi
herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel-sel beta atau
degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenasi
sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas
disebabkan oleh degenarasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada
orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena
diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolisme pada orang
kegemukan dibandingkan orang normal.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor yang banyak berperan antara lain:
1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan
2
ikut di informasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan
produksi insulin.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin.
3. Gaya hidup stress
Stress kronis cnderung membuat mencari makanan yang cepat saji
yang kaya pengewet, lemak dan gula Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja
pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga
berdampak pada pemerunan insulin
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat sama sama meningkatkan risiko
terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pakreas, sedangkat obesitas
meningkatkan gangguan kerja atau resisten insulin. Pola makan yang
tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada
ketidakstabilan kerja pankreas.
5. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi
insulin.Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban
metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi
sel yang terlalu banyak
6. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan
fungsi pankreas
3
1.3 Klasifikasi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Diabetes karena malnutrisi
Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi, biasanya pada penduduk yang
miskin. Diabetes ini dapat ditegakkan bila ada 3 gejala dari gejala yang
mungkin yaitu :
a) Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang dari
80% berat badan ideal
b) Adanya tanda-tanda malabsorpsi makanan
c) Usia antara 15-40 tahun
d) Memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan berat badan
4
e) Nyeri perut berulang
4. Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau
penyakit tertentu, misalnya penyakit pankreas (pankreatitis, neoplasma,
trauma/panreatectomy), endokrinopati (akromegali, cushing’s syndrome,
pheochromacytoma, hypertyroidism), obat-obatan atau zat kimia
(glukokortikoid, hormon tiroid, dilantin, nicotinic acid), penyakit infeksi
seperti kongineta rubella, infeksi cytomegalovirus, serta syndrome genetic
diabetes seperti Down Syndrome.
5. Diabetes melitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa kehamilan,
dapat didiagnosa menggunakan tus toleran glukosa, terjadi pada kira-kira 24
minggu kehamilan. Individu dengan DM gestasional 25% akan berkembang
menjadi DM.
5
3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi
menyebabkan cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi rasa
lapar
4. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan,
glikogen dan cadangan triglisakarida serta massa otot
5. Kelainan pada mata, penglihatan kabur
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah
melambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang
merusak retina serta kekeruhan pada lensa
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal disekitar penis dan vagina
Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada kulit
sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit
7. Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untu energi, maka digunakan asam
lemak untuk energi, asam lemak untuk dipecah menjadi keton yang
kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal
8. Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan potassium
menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih
9. Terkadang tanpa gejala
Pada keadaan tertent, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan peningkatan
glukosa darah
1.5 Kriteria DM
1. Adanya tanda dan gejala DM ditambah kadar gula acak lebih atau sama
dengan 200 mg/dl.
6
2. Gula darah puasa Fasting Blood Sugar (FBS) lebih besar atau sama
dengan 126 mg/dl (puasa sekurangnya 8 jam).
3. Hasil Glukose Toleran Test (GTT) lebih besar atau sama dengan 200
mg/dl, 2 jam sesudah beban.
7
1.6 Patofisiologi
Usia ˃40 th Riwayat keluarga Obesitas
Penurunan fisiologis Gangguan sekresi insulin Peningkatan beban metabolisme glukosa
Penurunan fungsi endokrin pankreas Produksi insulin menurun Sel-sel pankreas hipertropi
untuk memproduksi insulin Penurunan reaksi intrasel
Insulin tidak terikat dengan reseptor khusus pada Pengobatan dan kontrol tidak teratur
permukaan sel Glukosa tidak stabil
Metabolisme asam amino & lemak meningkat Pengambilan glukosa oleh sel tidak aktif T/G : GDS=22 gr/dl
Pembentukan benda keton meningkat Kadar glukosa darah meningkat (Hiperglikemia) Dx : Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Vikositas darah meningkat
Keluar bersama Beban ion hydrogen Pembuluh darah menyempit Masuk ke ginjal
urin meningkat, pH serum Aliran darah menurun Glukosa tidak dapat direspon di ginjal
menurun Suplai O2 ke perifer terganggu Keluar bersama urine
Ketonuria Asidosis metabolik Daerah yang terluka tidak mendapatkan Glikosuria
Asam lambung meningkat suplai nutrisi yang cukup Diuresis osmotik meningkat
Mual, muntah Iskemik jaringan Peningkatan pengeluaran urine (Poliuria)
T/G : Nafsu makan menurun Jaringan pada kaki kanan mengalami kematian Dehidrasi dan kehilangan elektrolit
Dx : Risiko Defisit Nutrisi Gangren Merangsang rasa haus
Indikasi tindakan amputasi Minum terus-menerus (Polidipsi)
Dx : Nyeri Akut
8
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk DM antara lain :
a.) Usia lebih 40 tahun
b.) Obesitas
c.) Hipertensi
d.) Riwayat kelurga DM
e.) Riwayat kelahiran dengan BB lebih dari 4 kg
f.) Riwayat DM pada kehamilan
g.) Dislipidemia
2. Dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu- waktu, kadar
glukosa darah puasa.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO )
1.8 Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara laian :
1. Motivasi
Pasien diberitahu bahwa penyakit DM tidak dapat disembuhjan , tapi
kadar gula darah dapat diturunkan, jadi harus ada kerja sama dengan
pasien
2. Diit
a) Tujuan Diit
1. Mengakibatkan pertumbuhan yang normal
2. Mengarahkan BB normal
3. Mempertahankan GD normal
4. Mencegah / menunda komplikasi
b) Pedoman Diit
1. Jumlah
Relatif body wheight (RBW)
RBW : BB / TB – 100 x 100%
Klasifikasi :
- Kurus ( under weight ) < 70 %
- Un Over nutrisi < 80 %
- Normal 90- 110 %
- Gemuk (over wheight) 110-120 %
- Obesitas >120 %
Pedoman pemberian kalori
- Kurus : BB x 40-60 kal
- Normal : BB x 30 kal
- Gemuk : BB x 20 kal
9
- Obesitas: BB x 10-15 kal
2. Jadwal
Jadwal pemberian 3 jam dengan cara bergantian antara snak dengan
makanan.
3. Jenis
Jenis bahan makanan yang boleh diberikan adalah golongan B yaitu
apel, pisang kopok, pepaya, kedondong, tomat.
4. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
d. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
e. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
f. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
g. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
h. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
i. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
4. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
5. Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c. DM kehamilan
d. DM dan gangguan faal hati yang berat
e. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f. DM dan TBC paru akut
g. DM dan koma lain pada DM
h. DM operasi
i. DM patah tulang
j. DM dan underweight
k. DM dan penyakit Graves
10
1.9 Komplikasi
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Hiperglikemi pada pagi hari antara jam 5-9 pagi yang disebabkan
peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi hari.
2. Komplikasi jangka panjang
a. Gula darah puasa : hasil lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b. Gula darah 2 jam pp : 200 mg/dl
c. Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg/dl
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu
nilai lain lebih dari 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gr.
2.1.1 Pengkajian
11
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi (terjadi kekurangan energi sel
sehingga jantung melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman),
hipertensi (karena peningkatan viskositas darah oleh glukosa sehingga terjadi
peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah dan risiko terbentunya
plak pada pembuluh. Kondisi ini terjadi pada fase diabetes milletus yang
sudah lama atau penderita yang memang mempunyai bakat
hipertensi).Frekuensi pernafasan: takhipnea (pada kondisi ketoasidosis).Suhu
tubuh: demam (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada uka atau pada
jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak mengalami infeksi atau
penurunan metabolic akibat menurunnya masukkan nutrisi secara drastis.
Berat badan melalui penampilan atau pengukuran: kurus ramping (pada
diabetes milletus fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi). gemuk
12
padat, gendut (pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan
pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak terkontrol).
4. Kulit
Warna: perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada penderita
yang mengalami peningkatan trauma mekanik yang berakibat luka sehingga
menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitam-hitaman disekitar luka.
Daerah yang sering terkena adalah ekstermitas bawah).Kelembaban: lembab
(pada penderita yang tidak mengalami diuresis osmosis dan tidak mengalami
dehidrasi), kering (pada pasien yang mengalami diuresis osmosis dan
dehidrasi).Suhu: dingin (pada penderita yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau kondisi intake
nutrisi normal sesuai aturan diet).Tekstur: halus (cadangan lemak dan
glikogen belum banyak di bongkar), kasar (terjadi pembongkaran lemak,
protein, glikogen otot untuk produksi energi).Turgor: menurun pada dehidrasi.
5. Kuku
Warna: pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis atau
komplikasi infeksi saluran pernafasan)
6. Rambut
Kuantitas: tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan buruknya
sirkulasi), lebat.Penyebaran: jarang atau alopesia total.Tekstur: halus atau
kasar.
7. Mata dan kepala
Kepala
Rambut:termasukkuantitas,penyebaran dan tekstur antara lain: kasar
dan halus.Kulit kepala: termasuk benjolan atau lesi, antara lain: kista
pilar dan psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita dibetes milletus
karena penurunan antibody).
Tulang tengkorak: termasuk ukuran dan kontur.
Wajah: termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain: paralisis
wajah (pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.
Mata
Yang perlu dikaji yaitu lapang pandang dan uji ketajaman pandang
dari masing-masing mata (ketajaman menghilang.
1. Inspeksi
Posisi dan kesejajaran mata: mungkin muncul eksoftalmus,
strabismus.Alis mata: dermatitis, seborea (penderita sangat
berisiko tumbuhnya mikroorganisme dan jamur pada kulit).
2. Kelopak mata
Aparatus akrimalis: mungkin ada pembengkakan sakus
lakrimalis.
13
Sklera dan konjungtiva: sclera mungkin ikterik. Konjungtiva
anemis pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing
pada malam hari).Kornea, iris dan lensa: opaksitas atau katarak
(penderita diabetes milletus sangat berisiko pada kekruhan
lensa mata).Pupil: miosis, midriosis atau anisokor.
Telinga
Daun telinga dilakukan ispeksi: masih simetris antara kanan dan
kiri.Lubang hidung dan gendang telinga.Lubang telinga: produksi
serumen tidak sampai mengganggu diameter lubang.Gendang telinga:
kalau tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan, dan masih dapat
bervibrasi dengan baik apa bila tidak mengalami infeksi
sekunder.Pendengaran Pengkajianketajaman pendengaran terhadap
bisikan atau tes garputala dapat mengalami penurunan.
Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
sekunder seperti influenza
Mulut dan faring
a. Inspeksi
Bibir: sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunanan
perfusi jaringan pada stadium lanjut).Mukosa oral: kering (dalam
kondisi dehidrasi akaibat diuresisi osmosis).Gusi perlu diamati kalau
ada gingivitis karena penderita memang rentan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme).Langit-langit mulut: mungkin terdapat bercak
keputihan karena pasien mengalami penurunan kemampuan personal
hygiene akibat kelemahan fisik).Lidah mungkin berwarna keputihan dan
berbau akibat penurunan oral hygiene. Faring mungkin terlihat
kemeraharn akibat proses peradangan (faringitis).
Leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi jugularis, pembesaran kelenjar
limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik
Toraks dan paru-paru
a. Inspeksi frekuensi: irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain:
tekipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi
ketoasidosis)
b. Amati bentuk dada: normal atau dada tong.
c. Dengarkan pernafasan pasien.Stridor pada obstruksi jalan
nafas.Mengi (apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat astma atau
brokhitis kronik).
Dada
a. Dada posterior
14
1. Inspeksi antara lain: deformitas, atau asimetris dan retruksi
inspirasi abdomen.
2. Palpasi antara lain: adanya nyeri tekan atau tidak.
3. Perkusi antara lain: pekak terjadi bila cairan atau jaringan padat
menggantikan bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi
pada penderita dengan penyakit lain seperti effuse pleura, tumor
atau pasca penyembuhan TBC).
4. Auskultasi antara lain: bunyi nafas vasikuler, bronko vesikuler
(dalam kondisi nomal)
b. Dada anterior
1. Inspeksi antara lain: deformitas atau asimetris
2. Palpasi antara lain: adanya nyeri tekan, ekspansi pernafasan
3. Perkusi antara lain: pada penderita normal area paru terdengar
sonor.
4. Auskultasi bunyi nafas vaskuler, bronkovasikuler (dalam kondisi
tanpa penyerta penyakit lain)asimetris.
Aksila
a. Inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi
b. Palpasi kelenjar aksila sentralis apaka linfodenopati.
Sistem kardiovaskuler
Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, takikardi, tekanan darah
yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang menurun, rasa
kesemutan dan kebas pada ekstremitas merupakan tanda gejala dari
penderita diabetes melitus.
Abdomen
a. Inspeksi
Pada kulit apakah ada strie dan simteris adanya pembesaran organ
(pada penderita dengan penyerta penyakit sirosis hepatic atau
hepatomegali dan splenomegali).
b. Auskultasi
Auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas
c. Perkusi
Perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta kepekaan.
d. Palpasi
Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
Ginjal
Palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.
Sistem muskuloskeletal
15
Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat anda memeriksa berbagai
kondisi tubuh. Amati kemudahan dan rentang gesekan kondisi jaringan
sekitar, setiap deformitas muskuloskeletal, termasuk kurvatura abnormal
dari tulang belakang. Sering mengalami penurunan kekuatan
muskeloskeletal dibuktikan dengan skor kekuatan otot yang menurun dari
angka 5.
Sistem neurosensori
Penderita diabetes melitus biasanya merasakan gejala seperti:
a. Pusing.
b. Sakit kepala.
c. Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia
d. Gangguan penglihatan.
2.1.3 Diagnosa Keperawatan
SDKI
16
2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan)
SDKI
17
MANAJEMEN HIPERGLIKEMIA (1.03115)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah di atas normal.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis. penyakit
kambuhan)
- Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuria, polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik,
dan frekuensi nadi
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis, jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan
cairan penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
18
- Identifikasi makanan disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antlemetik),
jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
1.1.4 Implementasi
19
Mengantuk 1 2 3 4 5
Pusing 1 2 3 4 5
Lelah/lesu 1 2 3 4 5
Keluhan 1 2 3 4 5
lapar
Gemetar 1 2 3 4 5
Berkeringat 1 2 3 4 5
Mulut 1 2 3 4 5
kering
Rasa haus 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
aneh
Kesulitan 1 2 3 4 5
bicara
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Kadar 1 2 3 4 5
glukosa
dalam
darah
Kadar 1 2 3 4 5
glukosa
dalam urine
Palpitasi 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Jumlah 1 2 3 4 5
urine
1.1.5 Evaluasi
22
DAFTAR PUSTAKA
23