Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELTAL

OSTEOARTRITIS

Disusun Oleh :
Kelompok 1
AHMAD HAMBALI
EPA YOHANTI
ERNA SULANDARI
EVA SUSIANTI
MUHAMAD JAJULI
NURHASANAH

Dosen Pembimbing
Ns. JAENUDIN, S.Kep.M.Kep

KELAS A NON REGULER


S1 KEPERAWATAN
STIKES YATSI TANGERANG
TA 2016 / 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal Osteoartritis”
Dalam penulisan makalah ini kami tidak henti-hentinya mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, Makalah ini bertujuan memberikan informasi tentang
penyakit osteoartritis.
Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan sebagaimana pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak
retak”, oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi
mahasiswa dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Tangerang, April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………….…………………… 1
B. Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 2
1. Tujuan Umum …………………………………………………… 2
2. Tujuan Khusus ………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi …..…………………………..…………………………… 4
B. Etiologi ………………….…………………………………………… 6
C. Fatogenesis …………………………………………………………. 7
D. Patofisiologi ………………………………………………………….. 8
E. Klasifikasi …………………….…………………………………….. 10
F. Manifestasi Klinis …………………………………………………… 11
G. Pencegahan ………………………………………………………….. 12
H. Pemeriksaan Penunjang ……………….……………………………. 12
I. Penatalaksanaan ……………………………………………………….. 14
1. Non Farmakologi ………………………………………………… 14
2. Medikamentosa ……………………………………………………. 15
3. Pembedahan ………………………………………………………. 16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian …………………………………………………………… 17
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………. 19
C. Rencana Asuhan Keperawatan ……………………………………. 19

ii
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 25
B. Saran …………………………………………………………………….. 25

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoartritis (OA) dikenal juga sebagai artritis degeneratif,/penyakit
degeneratif sendi, adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.
Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang berhubungan dengan
degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.
Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis
degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu
masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada
orang – orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari
segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab
tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65
tahun.
Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun
mengeluhakan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan
sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas,
sampai kelumpukan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap. Biasanya
dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang
menyebabkan sindrom klinis osteoporosis muncul paling sering pada sendi
kaki, panggul dan spinae, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial
manapun, prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan
bertambahnya usia.
Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan
nama kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu
lapisan cairan yang disebut cairan synovial terletak di antara tulang-tulang
tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung
tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.

1
Pada kondisi kekurangan cairan synovial lapisan kartilago yang
menutup ujung tulang akan bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut akan
membuat lapisan tersebut semakin tipis dan pada akhirnya akan menimbulkan
rasa nyeri.
Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri sendi, masyarakat awam
dan bahkan beberapa dokter (secara keliru) langsung beranggapan karena
disebabkan oleh rematik atau asam urat. Sebagian lagi berpikir akibat
osteoporosis. Namun kenyataannya penyebab utamanya nyeri sendi
(khususnya yang dialami oleh yang berusia lebih dari 45 tahun) adalah
osteoartritis. Penyebab osteoartritis bermacam-macam. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara osteoarthritis dengan reaksi alergi,
infeksi, dan invasifungi (mikosis). Riset lain juga menunjukkan adanya factor
keturunan (Genetik) yang terlibat dalam penurunan penyakit ini. Namun
demikian, beberapa faktor risiko terjadinya osteoartritis adalah sebagai
berikut:
- Wanita Berusia lebih dari 45 tahun
- Kelebihan berat badan.
- Aktivitas Fisik yang berlebihan, seperti para Olahragawan dan pekerja
kasar.
- Menderita kelemahan otot paha.
- Pernah mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak mendapatkan
perawatan yang tepat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan
klien mengenai Osteoartritis secara komprehensif melalui pendekatan
proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.
b. Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis.

2
c. Untuk menjelaskan patofisiologi Osteoartritis.
d. Untuk menjelaskan manifestasi klinis Osteoartritis
e. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Osteartritis.
f. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal
dengan Osteoartritis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
Melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga
menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC,2014).
Sjamsuhidajat, dkk (2011) mendefinisikan OA sebagai kelainan sendi
kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi
pada sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia
tua (Sjamsuhidajat et.al, 2011)
Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoartritis secara
sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi
karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi
tersebut (Hamijoyo, 2007).
Osteoarthritis (OA) sebagai suatu bentuk arthritis yang paling umum
adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan
sendi dan adanya pertumbuhan tulang baru pada permukaan persendian (Price
& Wilson, 2013; Kowalak, Welsh&Mayer, 2012).

4
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai
kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang
diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan
sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul
akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi
degenaritif yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut,
punggung, tangan, dan pergelangan kaki paling sering terkena.

5
B. ETIOLOGI
Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut
dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis
dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter,
perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan
osteoartritis sekunder. Usia osteoartritis sekunder tergantung pada
penyebabnya, maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa
muda, dan bahkan anak-anak, seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya,
terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan umur.
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia
pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang
dan terjadi fibrosis tulang rawan.
2. Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih
banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis
sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.
3. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan
Amerika daripada kulit hitam.
4. Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi
interfalang distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena
OA 2-3 kali lebih sering.
5. Faktor Metabolik/Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA.
Berat badan berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria
maupun wanita.
6. Faktor Mekanis
 Trauma dan Faktor Predisposisi

6
Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi
merupaan predisposisi OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang
menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan kongruensi sendi akan
meningkatkan OA.
 Cuaca dan Iklim
OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau
lembab.

C. FATOGENESIS
OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang,
dan Inflamasi. Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan
osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase inflamasi, fase nyeri, fase degradasi.
1. Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan sendi
berupaya melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami
replikasi dan memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan
membantu komunikasi antar sel, faktor tersebut seperti Insulin-like growth
factor (IGF-1), growth hormon, transforming growth factor b (TGF-b) dan
coloni stimulating factors (CSFs). Faktor-faktor ini menginduksi
khondrosit untuk mensintesis asam deoksiribo nukleat (DNA) dan protein
seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang peran penting dalam
perbaikan rawan sendi.
2. Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi Kurang sensitif terhadap
IGF-1 sehingga meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit
yang mempengaruhi sendi.IL-1(Inter Leukin-) dan tumor nekrosis faktor-α
(TNF-α) mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan gelatinase
untuk membuat produk inflamasi pada osteoartritis. Produk inflamasi
memiliki dampak 11 negatif pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago
sendi, dan menghasilkan kerusakan pada sendi,
3. Fase nyeri: Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik
dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan

7
trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga
menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
Mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan
interleukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa
akibat lepasnya mediator kimia seperti kinin yang dapat menyebabkan
peregangan tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri juga diakibatkan
oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang
berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular
akibat stasis vena pada pada proses remodelling trabekula dan subkondrial.
4. Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran
makrofag didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejak
mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan
memproduksi sitokin aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan
merangsang khondrosit untuk memproduksi CSFs. Sitokin ini juga
mempercepat resorpsi matriks rawan sendi.Faktor pertumbuhan dan
sitokin membawa pengaruh yang berlawanan selama perkembangan OA.
Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks rawan sendi
sedangkan faktor pertumbuhan merangsang sintesis (Sudoyoet. al,2007).

D. FATOFISIOLOGI
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi
yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,

8
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang diakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital
dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada
kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur
pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri,
kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman
,1995).

9
E. KLASIFIKASI
Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1. Osteoartritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu
atau beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita
kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri
akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya
terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2. Osteoartritis Sekunder
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan
kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder.
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai
berikut:
 Trauma /instabilitas.
OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah
menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya
hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian
permukaan sendi.
 Faktor Genetik/Perkembangan
Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia
epifisial, displasia asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi
sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis) dapat menyebabkan
OA.
 Penyakit Metabolik/Endokrin
OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi
(penyakit okronosis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal,
atau setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA atau artropati karena
inflamasi).
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di
klasifikasikan menjadi :
1. Grade 0 : Normal

10
2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit
minim
3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan
sendi menyempit asimetris.
4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat,
permukaan sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.
5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit
secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan
sendi.

F. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis Askep Osteoarthritis lainnya :
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah
apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam
ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai
sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateral, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin,
akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.

11
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

G. PENCEGAHAN
Dengan mengetahui faktor predisposisi di atas. Sebaiknya dilakukan hal-hal
berikut untuk menghindari sedini mungkin anda terserang OA atau membuat
OA tidak kambuh yaitu dengan :
1. Menjaga berat badan
2. Olah raga yang tidak banyak menggunakan persendian
3. Aktifitas Olah raga sesuai kebutuhan
4. Menghindari perlukaan pada persendian.
5. Minum suplemen sendi
6. Mengkonsumsi makanan sehat
7. Memilih alas kaki yang tepat dan nyaman
8. Lakukan relaksasi dengan berbagai tehnik
9. Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.
10. Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan
dibiarkan. hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada
semua permukaan tulang.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Rontgen/X-Ray menunjukkan:
 Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi
 Endapan tulang mirip kista dala rongga serta tepi sendi
 Sklerosis rongga subkondrium

12
 Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi
 Pertumbuhan tulang di daerah yang menyangga beban tubuh
 Fusi atau penyatuan sendi
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c. Artroskopi memperlihatkan bone spurs dan penyempitan rongga
sendi

2. Pemeriksaan Laboratorium
1) Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal, kecuali jika ada
peradangan
2) Pemeriksaan darah: adanya peningkatan LED akibat sinovitis yang
luas
(Paramitha, 2011; Kowalak, Welsh&Mayer, 2012)

13
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan OA bertujuan untuk mencegah atau menahan
kerusakan lebih lanjut pada sendi yang terkena/disabilitas, mengatasi nyeri
dan kekakuan sendi dan mempertahankan mobilitas. Penanganan dapat
meliputi:
1. Nonfarmakologi
a. Klien dianjurkan untuk menjaga BB yang ideal untuk mengurangi
tekanan atau beban pada sendi dengan olahraga yang teratur, diet.
b. Klien perlu menjaga keseimbangan antara istirahat, bekerja dan
berolahraga
c. Klien dapat menggunakan alat bantu berupa kruk, korset, tongkat
penipang, walker ataupun traksi untuk menstabilkan sendi dan
mengurangi tekanan pada sendi.
d. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atrofi pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometrik lebih baik daripada isotonik karena mengurangi
tegangan pada sendi. Atrofi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
e. Terapi panas atau dingin
Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit, membuat otot-
otot sekitar sendi menjadi rileks dan melancarkan peredaran darah.
Terapi panas dapat diperoleh dari kompres dengan air hangat / panas,
sinar IR (infra merah) dan alat-alat terapi lainnya.

14
Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada sendi dan
mengurangi rasa sakit. Terapi dingin biasanya dipakai saat kondisi
masih akut. Dapat diperoleh dengan kompres dengan air dingin.
f. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifat
penyakitnya yang menahun dan ketidakmampuan yang
ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013; Paramitha, 2011)

2. Medikamentosa
Berikut nama-nama obat yang umumnya diberikan pada pasien
dengan OA
a. Acetaminophen/Ibuprofen/Aspirin
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena
relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit. Aspirin dan
Ibuprofen dapat membantu dalam mengontrol sinovitis.
b. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Pada orang tua
biasanya menimbulkan efek samping, misalnya gangguan pada
lambung
c. Suplemen sendi/cairan sendi artifisial
Suplemen sendi seperti Glukosamin dan Chondroitin, masing-masing
memiliki fungsi yaitu:
- Glukosamine adalah bahan pembentukan proteoglycan, bekerja
dengan merangsang pertumbuhan tulang rawan, serta menghambat
perusakan tulang rawan.
- Chondroitin Sulfat berguna untuk merangsang pertumbuhan tulang
rawan dan menghambat perusakan tulang rawan.

15
Cairan sendi ini dapat juga membantu meredakan nyeri dan diberikan
sementara dengan jangka waktu 6 bulan.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013; Paramitha,
2011)
3. Pembedahan
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan osteoartritis
dengan kerusakan sendi yang nyata/klien yang mengalami disabilitas yang
berat, dengan nyeri yang menetap/tidak terkontrol. Tindakan yang dapat
dilakukan antara lain:
1) Osteotomi
Yaitu tindakan pengubahan alignment/kesejajaran tulang untuk
mengurangi tekanan dengan melakukan eksisi baji pada tulang atau
memotong tulang tersebut.
2) Artroskopi debridement
Merupakan suatu prosedur tindakan untuk diagnosis dan terapi pada
kelainan sendi dengan menggunakan kamera, dengan alat ini dokter
melakukan pembersihan dan pencucian sendi, selain itu dokter dapat
melihat kelainan pada sendi yang lain dan langsung dapat
memperbaikinya.
3) Artroplasti
Yaitu penggantian partial atau total bagian sendi yang rusak dengan
protesis.
4) Artrodesis
Yaitu operasi penyatuan tulang terutama tulang-tulang vertebra
(laminatokmi)
5) Osteoplasti
Yaitu pengerokan dan pencucian tulang yang rusak dari dalam sendi.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013; Paramitha, 2011)

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai.
 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum
pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
3. Riwayat Psiko – Sosial
Pasien dengan OA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.
4. Pemeriksaan Fisik
5. Aktivitas/Istirahat
a. Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
b. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada
sendi dan otot.
6. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

17
7. Integritas Ego
a. Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
b. Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
c. Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
8. Makanan / Cairan
a. Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan
atau cairan adekuat mual, anoreksia.
b. Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
9. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
10. Neurosensori.
a. Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi.
b. Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama
pagi hari).
11. Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran:
isolasi
12. Penyuluhan/Pembelajaran
a. Riwayat rematik pada keluarga.
b. Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit
tanpa pengujian.
13. Pemeriksaan Diagnostik
a. Reaksi aglutinasi: positif.
b. LED meningkat pesat.
c. Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
d. SDP: meningkat pada proses inflamasi.

18
e. JDL: Menunjukkan ancaman sedang.
f. Ig (IgM & IgG) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun.
g. RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang,
penyempitan ruang sendi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis
ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan bengkak pada seluruh sendi,
tampak bengkak hampir di seluruh persendian.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi ditandai klien
mengeluh seluruh sendinya terasa sulit digerakkan, tampak bengkak
hampir di seluruh persendian.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan klien mengatakan belum banyak tahu tentang cara
manajemen penyakitnya dan sering keluar masuk RS.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA
O KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri kronis Setelah diberikan NIC Label


berhubungan dengan tindakan selama 3 x
kondisi 24 jam diharapkan Pain Management
muskuloskeletal nyeri klien
kronis ditandai berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk
dengan klien kriteria hasil: nyeri: mendapatkan data
mengeluh nyeri dan P: provokatif dan paliatif yang akurat
bengkak pada NOC Label Q:quality dan quantity tentang nyeri yang
seluruh sendi, R: region dan radiasi dirasakan klien
tampak bengkak  Pain Level S: severity
hampir di seluruh T: time
persendian 1. Klien
melaporkan 2. Gunakan komunikasi 2. Untuk lebih
rasa nyeri terapeutik agar klien memudahkan
berkurang mengatakan dalam mengkaji
2. Klien tidak pengalaman nyeri rasa nyeri klien.
mengerang atau
menangis 3. Ajarkan klien cara 3. Memandirikan
karena rasa mengurangi nyeri klien dalam usaha

19
sakitnya. dengan terapi mengurangi rasa
nonfarmakologi nyeri yang
 Pain Control (teknik relaksasi dialaminya
nafas dalam dan
1. Klien dapat terapi spesifik
mengenal nyeri dalam mengurangi
yang nyeri sendi akibat
dialaminya. arthritis)
2. Klien
mengetahui 4. Berikan analgesik 4. Analgesik dapat
faktor penyebab untuk mengurangi diberikan jika nyeri
nyeri nyeri klien. tidak dapat
3. Klien dapat dikontrol.
melaporkan
keluhannya 5. Observasi reaksi non 5. Untuk
ketika tidak verbal dan mengobserasi
dapat ketidaknyamanan tingkat nyeri klien
mengontrol
nyeri.
4. Klien
melaporkan
faktor-faktor
yang dapat
membantu
mengurangi
rasa nyerinya
5. Klien
melaporkan
perubahan
gejala nyeri
2 Hambatan mobilitas Setelah diberikan Exercise Therapy: Joint
fisik berhubungan tindakan selama 3 x Mobility
dengan kaku sendi 24 jam diharapkan 1. Tentukan 1. Memudahkan
ditandai klien klien mampu keterbatasan gerak perawat dalam
mengeluh seluruh menggerakkan sendi sendi klien dan menentukan jenis
akibat yang
sendinya terasa sulit dengan kriteria latihan yang akan
ditimbulkan.
digerakkan, tampak hasil: diberikan pada
bengkak hampir di klien
seluruh persendian. NOC Label
2. Tentukan seberapa 2. Kurangnya
 Mobility besar motivasi dari klien
motivasi/kemungkina akan membuat
n klien untuk
1. Koordinasi proses latihan
memelihara atau
tubuh baik (3) memperbaiki menjadi tidak
2. Gaya berjalan pergerakan sendinya. optimal atau hasil
baik (3) yang diharapkan
3. Gerakan otot dari latihan tidak
normal (3) maksimal
4. Gerakan sendi
3. Bantu klien mengatur 3. Latihan dapat
normal (3)
posisi tubuh yang
dilakukan secara
optimal baik untuk
 Body gerakan sendi yang optimal dengan
Mechanics pasif maupun yang posisi tubuh yang
Performance aktif baik dan benar

20
1. Dapat 4. Lakukan latihan pasif 4. Membantu klien
menggunakan (PROM) atau aktif dalam mobilisasi
alat bantu (AROM), bila dan mencegah
dengan baik (4) diindikasikan.
kekakuan sendi
2. Menjaga
kekuatan otot lebih
(4) lanjut/komplikasi
3. Menjaga
fleksibilitas 5. Ajarkan 5. Memandirikan
sendi (4) klien/keluarga klien dan keluarga.
bagaimana Dukungan keluarga
melakukan ROM
meningkatkan rasa
pasif/ROM aktif
percaya diri klien

6. Berikan feed back 6. Meningkatkan rasa


positif karena telah percaya diri klien
melakukan latihan
sendi.
7. Membantu klien
7. Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam dalam mobilisasi
membangun dan dan mencegah
mengelola program kekakuan sendi
latihan. lebih
lanjut/komplikasi

Exercise Therapy:
Muscle Control

1. Berikan klien 1. Memperlancar


pakaian yang tidak sirkulasi
ketat.

2. Bantu menjaga tubuh


2. Mencegah
dan kestabilan sendi
terjadinya cedera
selama melakukan
aktivitas gerak.
3. Latihan yang
3. Kenalkan tahap demi
berlebihan dapat
tahap setiap aktivitas
menyebabkan
gerak selama latihan.
kelelahan bagi
klien

4. Bantu pasien 4. Meningkatkan


mengembangkan kekuatan,
protokol latihan ketahanan dan
kelenturan.

5. Melakukan ADL
5. Masukkan ADL dapat melatih otot
dalam protokol dan sendi serta
latihan secara tepat. mencegah
kekakuan

6. Gunakan stimulus 6. Untuk mengurangi


taktil spasme otot.

21
7. Evaluasi kemajuan 7. Mengevaluasi
pasien dalam penting dalam
meningkatkan/memp menentukan
erbaiki gerakan tubuh apakah perlu
dan fungsinya. adanya modifikasi
atau perubahan
latihan
3 Defisiensi Setelah dilakukan Teaching: Disease
pengetahuan asuhan keperawatan Process
berhubungan dengan 3 x 24 jam
kurang terpapar diharapkan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
informasi ditandai pengetahuan klien pengetahuan klien memudahkan
dengan klien dan keluarga dan keluarga tentang perawat dalam
mengatakan belum bertambah dengan proses penyakit menentukan
banyak tahu tentang kriteria hasil: secara spesifik metode dan media
cara manajemen edukasi yang tepat
penyakitnya dan NOC: Knowledge:
sering keluar masuk Disease Process 2. Jelaskan proses 2. Memudahkan klien
RS terjadinya penyakit dan keluarga dalam
Klien dan keluarga dan bagaimana hal memahami
dapat: ini berhubungan perjalanan penyakit
 Mengetahui dengan anatomi dan yang dialami klien
penyakit yang fisiologi tubuh
dialaminya dengan cara yang
 Mengetahui tepat
faktor penyebab
dari sakit yang 3. Gambarkan tanda 3. Membantu klien
dialaminya dan gejala yang biasa dan keluarga dalam
 Mengetahui muncul pada mengenali tanda
faktor resiko penyakit dengan cara dan gejala penyakit
 Mengetahui yang tepat
tanda & gejala
 Mengetahui 4. Gambarkan proses 4. Memudahkan klien
komplikasi penyakit dengan cara dan keluarga dalam
 Mengetahui yang tepat memahami
tindakan perjalanan penyakit
pencegahan yang dialami klien
untuk
mencegah 5. Identifikasi 5. Membantu klien
komplikasi dan kemungkinan dan keluarga dalam
kekambuhan penyebab, dengan mengenali
cara yang tepat penyebab penyakit
yang diderita klien

6. Sediakan informasi 6. Membantu klien


pada klien tentang dan keluarga dalam
kondisi yang sedang proses penerimaan
dialaminya dengan diri
cara yang tepat

7. Sediakan bagi 7. Membantu klien


keluarga informasi dan keluarga dalam

22
tentang kemajuan proses penerimaan
klien dengan cara diri
yang tepat

8. Diskusikan 8. Untuk mencegah


perubahan gaya komplikasi atau
hidup yang mungkin kekambuhan di
diperlukan masa yang akan
datang

9. Berikan informasi 9. Kontrol sangat


kepada klien dan penting dalam
keluarga tentang menilai
pentingnya kontrol kemajuan/kondisi
(follow up) yang dialami klien

10. Diskusikan pilihan 10. Memberika


terapi atau n kesempatan pada
penanganan klien dan keluarga
untuk memilih
sendiri jenis terapi
dan penanganan
yang diinginkan
atau sesuai dengan
kebutuhan klien

Behavior Modification

1. Tentukan 1. Adanya motivasi


motivasi klien yang kuat dari
untuk berubah. dalam diri klien
dapat
mengoptimalkan
perubahan gaya
hidup klien

2. Identifikasi 2. Tentukan apakah


masalah klien perilaku target
dalam hal yang diidentifikasi
perilaku.. perlu untuk
ditingkatkan,
diturunkan

3. Dukung 3. Membiarkan klien


penggantian memilih sendiri
kebiasaan yang perubahan gaya
tidak diinginkan hidup seperti apa
dengan yang yang diinginkan
diinginkan.

4. Perkenalkan
4. Dengan adanya
klien dengan
orang atau

23
orang atau kelompok yang
kelompok yang mempunyai
telah sukses pengalaman dapat
menjalani meningkatkan
pengalaman yang motivasi klien
sama dengan dalam mengubah
klien gaya hidup

5. Dukung 5. Meningkatkan rasa


pengambilan percaya diri klien
keputusan yang
membangun
terutama
menyangkut
kebutuhan
kesehatan

6. Pilih dukungan
yang paling
berarti bagi
klien.

7. Pilih dukungan
yang dapat
dikontrol (hanya
digunakan ketika
terjadi perubahan
perilaku).

24
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai
kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang
diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan
sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul
akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi.
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
Usia/Umur, Jenis Kelamin, Ras, Faktor Keturunan, Faktor
Metabolik/Endokrin, Faktor Mekanik, Diet.

B. SARAN
1. Perawatan yang dilakukan dengan baik, cermat dan teliti agar lebih
ditingkatkan.
2. Apabila di daerah menemukan kasus dengan gejala osteoartritis, segera
bawa ke pelayanan kesehatan.
3. Dalam melakukan perawatan Osteoartritis hendaknya dengan dengan
hati-hati dan cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit ini untuk
membantu penyembuhan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses


Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran,
Bandung, 1996.
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made
Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of
Disease Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik
Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC.
Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai
Penerbit FKUI.
www.geogle.com.osteoartritis

26

Anda mungkin juga menyukai