Anda di halaman 1dari 10

[Case Report]

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DENGAN RIWAYAT


DIABETES MELITUS
Hypoglycemia In Patient With History Of Diabetes Mellitus

Valda Yulia Annisa’1, Andreas Sentot Suropati2


1
Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo
Korespondensi: Valda Yulia Annisa’. Alamat email: j510215130@student.ums.ac.id

ABSTRAK
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan
glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel β pankreas dan atau resistensi insulin.
Komplikasi akut diabetes melitus adalah hipoglikemia, suatu keadaan di mana konsentrasi
glukosa serum <70 mg/dL. Hipoglikemia pada pasien diabetes melitus sering berkaitan dengan
penggunaan obat anti diabetik sulfonilurea. Seorang wanita usia 48 tahun dilaporkan dengan
badan lemas, pusing, mual, muntah, berat badan turun, memiliki riwayat diabetes melitus dengan
pengobatan rutin sulfonilurea, kadar gula darah 61 mg/dL sehingga pasien didiagnosis dengan
hipoglikemia dan diterapi dengan larutan dextrose. Terapi diberikan untuk mengembalikan level
gula darah pasien ke rentang normal dengan cepat serta mengurangi injuri. Sulfonilurea bekerja
dengan meningkatkan sekresi insulin dan tidak tergantung pada glukosa sehingga mengakibatkan
kejadian hipoglikemia yang lebih tinggi. Risiko hipoglikemia akibat sulfonilurea dikaitkan
dengan farmakokinetik dan waktu paruh. Hipoglikemia dapat berlangsung lama sehingga harus
diawasi sampai seluruh obat dieksresi dan waktu kerja obat telah habis.

Kata Kunci: Hipoglikemia, Diabetes Melitus, Sulfonilurea


ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by an increase in blood glucose
due to decreased insulin secretion by pancreatic β cells and/or insulin resistance. An acute
complication of diabetes mellitus is hypoglycemia, a condition the serum glucose is <70 mg/dL.
Hypoglycemia in patients with diabetes mellitus is often related to the use of sulfonylureas anti-
diabetic drugs. A 48-years-old woman was reported with weakness, dizziness, nausea, vomiting,
weight loss, had a history of diabetes mellitus with routine sulfonylurea treatment, blood sugar
levels 61 mg/dL so the patient was diagnosed with hypoglycemia and treated with dextrose
solution. Therapy is given to quickly return the patient’s blood sugar level to normal range and
reduce injury. Sulfonylureas work by increasing insulin secretion and are not dependent on
glucose resulting in a higher incidence of hypoglycemia. The risk of hypoglycemia from
sulfonylureas is related to their pharmacokinetic and half-time. Hypoglycemia can last a long
time so it must be monitored until all the drug is excreted and the drug’s working time has
expired.

Keywords: Hypoglycemia, Diabetes Mellitus, Sulfonylurea

135
ISSN: 2721-2882
PENDAHULUAN dalam darah di bawah normal. Saat

Diabetes melitus (DM) adalah dilakukannya cek GDS didapatkan

penyakit gangguan yang ditandai oleh jumlah di bawah 60 mg/dL atau di bawah

kenaikan gula darah akibat penurunan 80 mg/dL dengan gejala klinis (Goldman,

sekresi insulin oleh sel β pankreas atau 2012).

gangguan fungsi insulin (resistensi Hipoglikemia dapat dialami oleh

insulin). Berdasarkan International semua pasien DM, di mana lebih sering

Diabetes Federation (IDF) pada tahun terjadi pada DM tipe 1 dengan angka

2015, prevalensi tertinggi kejadian kejadian 10% - 30% pasien per tahun

penyakit DM di dunia adalah regional dengan angka kematiannya 3% - 4%,

mediteranian (Timur Tengah) sebanyak sedangkan pada DM tipe 2 angka

13.7% diikuti oleh regional Asia kejadiannya 1.2% pasien per tahun. Rata-

Tenggara sebanyak 8.6%. Indonesia rata kejadian hipoglikemia meningkat

berada pada peringkat ke-7 dunia dengan dari 3.2 per 100 orang per tahun menjadi

prevalensi DM sebanyak 10 juta jiwa 7.7 per 100 orang per tahun pada

(IDF, 2015; Waspadji, 2016). penggunaan insulin. Menurut penelitian

Risiko utama terkait penyakit lain didapatkan data kejadian

DM adalah hipoglikemia, hiperglikemia, hipoglikemia terjadi sebanyak 30% per

ketoasidosis diabetik, dehidrasi dan tahun pada pasien yang mengonsumsi

trombosis. Hipoglikemia dan obat hipoglikemia oral seperti

hiperglikemia merupakan risiko mayor sulfonilurea. Sebagai penyulit akut pada

yang sering diderita pasien DM DM tipe 2, hipoglikemia paling sering

(PERKENI, 2015). disebabkan oleh penggunaan insulin dan

Hipoglikemia adalah suatu sulfonilurea (Goldman, 2012; PERKENI,

keadaan di mana kondisi seseorang 2021).

mengalami penurunan pada kadar gula Hipoglikemia merupakan

136
ISSN: 2721-2882
keadaan yang sangat berbahaya dan dapat obat rutin antara lain pioglitazone,

mengancam jiwa penderita karena glimepiride, bisoprolol, lansoprazole,

glukosa darah adalah sumber energi satu- curcuma, dan mecobalamin.

satunya pada otak, sehingga jika Riwayat keluarga dengan diabates

mengalami penurunan kadar dari normal melitus diakui pada adik pasien. Riwayat

dapat mempengaruhi dan mengganggu hipertensi, penyakit jantung, penyakit

fungsi otak secara langsung (Goldman, ginjal, dan penyakit sistemik lainnya

2012). dalam keluarga disangkal oleh keluarga

LAPORAN KASUS pasien.

Seorang wanita usia 48 tahun, Pasien adalah seorang ibu rumah

datang ke IGD RSUD Ir. Soekarno tangga. Keadaan rumah pasien dikatakan

Sukoharjo diantar oleh keluarganya cukup bersih. Pasien tinggal bersama

dengan keluhan lemas satu hari sebelum suami dan satu orang anak. Hubungan

masuk Rumah Sakit. Pasien juga sosial pasien dengan keluarga dan

mengeluhkan pusing, mual dan muntah. lingkungannya baik. Pasien tidak

Pasien tidak mengalami keluhan demam, memiliki kebiasaan merokok ataupun

batuk dan pilek. Pasien mengakui sering minum alkohol.

BAK dan minum serta sedikit makan Pada pemeriksaan fisik

sehingga berat badan turun sebanyak 30 ditemukan keadaan umum tampak lemah,

kg dalam satu bulan. pasien dengan kesadaran kompos mentis,

Dua bulan sebelumnya pasien suhu tubuh 36.2°C, tekanan darah 131/79

pernah dirawat di Rumah Sakit Indriati mmHg, nadi 112 x/menit irama teratur,

dengan diabetes melitus. Pasien mengaku respirasi 20 x/menit, SpO2 91% dan GDS

mempunyai riwayat diabetes melitus dan 61 mg/dL. Pada pemeriksaan mata

kolesterol tinggi. Pasien rutin kontrol di konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-).

Rumah Sakit Indriyati dan mendapatkan Pada pemeriksaan dada bentuk dada

137
ISSN: 2721-2882
normal, gerakan dada kanan dan kiri PEMBAHASAN

simetris, tidak ditemukan spider nevi, Studi kasus dilakukan pada

suara nafas vesikular, tidak ada ronki, dan pasien wanita usia 48 tahun dengan

tidak ada mengi. Suara jantung S1 dan S2 keluhan keluhan lemas satu hari sebelum

reguler, tidak ditemukan murmur. Pada masuk Rumah Sakit. Pasien juga

pemeriksaan abdomen tidak didapatkan mengeluhkan pusing, mual dan muntah.

nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba Pasien mengakui sering BAK dan minum

adanya massa maupun pembesaran, tidak serta sedikit makan sehingga BB turun

ada asites, bising usus normal. Pada sebanyak 30 kg dalam satu bulan. Pasien

pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan memiliki riwayat diabetes melitus dan

sianosis, tidak tampak kuning, akral berobat rutin. Obat anti diabetes yang

teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada dikonsumsi pasien adalah pioglitazone

ruam maupun petekie. dan glimepiride.

Pemeriksaan laboratorium darah Pioglitazone merupakan OAD

lengkap menunjukkan kenaikan kadar golongan thiazolidinedione. Obat bekerja

leukosit 12.2 x 103 μL. Pemeriksaan dengan berikatan pada peroxisomen

kimia klinik menunjukkan penurunan proliferator activated reseptor gamma

kadar gula darah sewaktu 61 mg/dL. (PPAR gamma) suatu respeptor inti di sel

Pasien didiagnosis dengan otot dan sel lemak. Golongan ini memiliki

hipoglikemia dengan diabetes melitus dan efek menurunkan resistensi insulin

fatigue. Pasien diterapi dengan infus dengan meningkatkan kepekaan tubuh

D40% bolus 2 flash dilanjutkan dengan terhadap insulin, meningkatkan jumlah

D10% 20 tpm, ranitidin 50mg/12jam dan protein pengangkut glukosa, sehingga

O2 NK 5 lpm. Setelah 2 jam post koreksi, meningkatkan ambilan glukosa di

GDS 108 mg/dL. jaringan perifer. Obat ini dimetabolisme

di hepar. Penggunaan pioglitazone

138
ISSN: 2721-2882
dikaitkan dengan retensi cairan, anemia, pertama. Risiko hipoglikemia sulfonilurea

dan osteoporosis. Tidak diberikan kepada terkait dengan sifat farmakokinetiknya

pasien gagal jantung karena dapat dan paling tinggi pada sulfonilurea kerja

memperberat edema dan juga pada pasien panjang seperti glibenklamid (Kesehatan,

dengan gangguan fungsi hati (Kroon and 2005; Anthony, 2011; RI, 2015).

Williams, 2013). Hipoglikemia adalah komplikasi

Glimepiride merupakan OAD akut diabetes melitus yang seringkali

golongan sulfonilurea generasi kedua. terjadi secara berulang, ditandai dengan

Mekanisme kerja golongan ini adalah gula darah kurang dari 70 mg/dL.

merangsang sekresi insulin di kelenjar Hipoglikemia dapat terjadi seumur hidup

pankreas, sehingga hanya efektif pada selama program pengobatan (ADA,

penderita diabetes yang sel-sel β 2020).

pankreasnya masih berfungsi dengan Hipoglikemia dapat terjadi pada

baik. Sulfonilurea dimetabolisme di hati saat pasien berada pada ruang perawatan

dan terutama diekskresikan oleh ginjal. klinis maupun dapat menyerang tanpa

Efek samping sulfonilurea umumnya disadari pada saat pasien menjalani

ringan dan jarang, di antaranya gangguan perawatan di rumah. Penyebab

gastrointestinal seperti mual, muntah, hipoglikemia pada orang DM antara lain:

diare dan konstipasi, gangguan gungsi pemberian dosis insulin yang berlebih

hati, gangguan darah seperti leukopenia, pada DM tipe 1, perhitungan dosis insulin

trombositopenia, anemia hemolitik dan yang tidak sesuai dengan intake makanan,

anemia aplastik. Efek samping yang penggunaan OAD jenis sulfonilurea

paling sering adalah hipoglikemia dan sebagai obat untuk menstimulasi produksi

peningkatan berat badan. Sulfonilurea insulin tubuh, makan terlalu sedikit atau

generasi kedua memiliki potensi terlewatkan waktu makan, dan aktivitas

hipoglikemia lebih besar dari generasi fisik yang berlebih (Paluchamy, 2019).

139
ISSN: 2721-2882
Sulfonilurea diketahui 3. Penggunaan glukosa meningkat

meningkatkan resiko hipoglikemia 4. Produksi glukosa endogen berkurang

dibandingkan obat oral lainnya. Karena 5. Sensitivitas insulin meningkat

banyak pasien yang mengalami 6. Penurunan bersihan insulin (JBDS-

hipoglikemia menggunakan obat IP, 2018)

sulfonilurea dibandingkan dengan pasien Gejala hipoglikemia

tanpa hipoglikemia. Survei United dikategorikan menjadi neuroglikopenia

Kingdom Prospective Diabetes Study dan autonom. Gejala neuroglikopenia

(UKPDS) yang meneliti penyandang DM adalah gejala yang berhubungan langsung

pada semua tipe selama 6 tahun, terhadap otak apabila terjadi kekurangan

menunjukkan hasil bahwa 76% glukosa darah, antara lain: kesulitan

hipoglikemia yang dialami responden konsentrasi, kebingungan, lemah, lesu,

akibat penggunaan insulin, 45% akibat pandangan kabur, pusing, perubahan

dari penggunaan konsumsi obat sikap, gangguan kognitif, hipotermia,

sulfonilurea, dan 3% akibat dari tidak kejang hingga koma. Gejala autonom

adekuatnya diet (Augello and Ceriello, adalah gejala yang terjadi sebagai akibat

2016). dari aktivasi sistem simpato-adrenal

Faktor risiko hipoglikemia pada sehingga terjadi perubahan persepsi

pasien DM sering berkaitan dengan: fisiologi, contohnya: gemetar, palpitasi,

1. Dosis penggunaan insulin atau berkeringat, gelisah, lapar, mual,

insulin sekretagog kesemutan, paresthesia, pucat, dan

(sulfonilurea/glinid) yang kurang takikardi (Yale, Paty and Senior, 2018;

tepat (berlebihan, salah aturan pakai PERKENI, 2021).

atau salah jenis) Diagnosis hipoglikemia dapat

2. Intake glukosa berkurang disebabkan ditegakkan dengan adanya Whipple’s

lupa makan atau puasa Triad yang meliputi: keluhan yang

140
ISSN: 2721-2882
berhubungan dengan hipoglikemia, kadar yang berlebihan seperti olahraga yang

glukosa plasma yang rendah dan terlalu lama. Hampir semua penyandang

perbaikan kondisi setelah perbaikan kadar DM yang pernah memiliki pengalaman

gula darah (PERKENI, 2021). mengalami hipoglikemia mengatakan

Selain secara fisiologis telah adanya ketakutan dan kecemasannya

diketahui bahwa hipoglikemia akan terhadap pengalaman hipoglikemia

mengancam kehidupan, secara psikologis (Sutawardana and Waluyo, 2016; Rusdi

hipoglikemia juga memberi dampak and Afriyeni, 2019).

negatif bagi pasien dan pengelolaan Insulin kerja lama dapat

diabetes melitusnya. Hasil observasi dan mengurangi risiko hipoglikemia nokturnal

wawancara studi pendahuluan yang telah dan simtomatik lebih dari 30% pada

dilakukan oleh peneliti pada 12 orang diabetes mellitus tipe 2 (DMT2). Pasien

penyandang DM di kota Depok dan yang menggunakan OAD juga berisiko

seorang pasien DM yang sedang mengalami hipoglikemia. Obat-batan

mengalami perawatan di salah satu RS di seperti metformin, dipeptidyl peptidase-4

Jakarta diperoleh bahwa hipoglikemia inhibitor, dan thiazolidindion lebih

pada pasien sering terjadi pada saat dipertimbangkan untuk diberikan

pasien lupa makan tetapi tetap daripada sulfonilurea dalam

mengkonsumsi obat jenis sulfonilurea. meminimalkan risiko hipoglikemia

Mereka beranggapan bahwa obat oral (Anthony, 2011).

yang mereka konsumsi dapat Tujuan terapi hipoglikemia

menyembuhkan DM, sehingga mereka adalah mengembalikan dengan cepat

selalu disiplin untuk mengkonsumsinya level glukosa darah ke rentang normal,

pagi dan sore tanpa diikuti dengan asupan mengurangi atau meniadakan risiko injuri

makanan yang sesuai. Terkadang dan gejala. Namun, terapi hipoglikemia

hipoglikemia juga terjadi saat aktivitas harus memperhatikan dan menghindari

141
ISSN: 2721-2882
overtreatment yang bisa menjadikan Monitoring glukosa darah perlu

pasien hiperglikemia dan peningkatan dilakukan untuk mencegah risiko

berat badan. Ketika diperlukan, hipoglikemia. Pasien yang diterapi

pengukuran glukosa darah dilakukan dengan insulin, sulfonilurea/glinid

untuk mengkonfirmasi adanya dianjurkan untuk mengecek glukosa

hipoglikemia (khususnya ketika terdapat darah kapanpun merasa adanya gejala

kemungkinan pasien tersebut dalam hipoglikemia. Hal ini dilakukan untuk

pengaruh alkohol) (Rusdi, 2020). mengkonfirmasi bahwa pasien harus

Langkah – langkah yang bisa mengkonsumsi karbohidrat untuk

dilakukan dalam upaya mencegah mengkoreksi level glukosa darah yang

terjadinya hipoglikemia antara lain : rendah. Upaya PGDM dapat membantu

1. Lakukan edukasi mengenai tanda meningkatkan kontrol glikemik pada

dan gejala hipoglikemia pasien DM dan penurunan kejadian

2. Hindari farmakoterapi yang bisa hipoglikemia (PERKENI, 2021).

meningkatkan risiko kambuh atau SIMPULAN

hipoglikemia berat Hipoglikemia adalah komplikasi

3. Tingkatkan Pemantauan Glukosa akut diabetes melitus yang ditandai

Darah Mandiri (PGDM), khususnya dengan gula darah kurang dari 70 mg/dL.

bagi pengguna insulin atau obat oral Penyebab hipoglikemia pada orang DM

golongan sekretagog; termasuk pada antara lain: dosis insulin berlebih

jam tidur perhitungan dosis insulin yang tidak

4. Lakukan edukasi tentang obat – obat sesuai, penggunaan OAD jenis

atau insulin yang dikonsumsi, sulfonilurea, makan terlalu sedikit dan

tentang dosis, waktu mengkonsumsi, aktivitas fisik yang berlebih.

dan efek samping (Yale, Paty and Diagnosis hipoglikemia dapat

Senior, 2018; PERKENI, 2021). ditegakkan dengan adanya Whipple’s

142
ISSN: 2721-2882
Triad. Tujuan terapi hipoglikemia adalah Pharmaceutical care untuk Penyakit
Diabetes Melitus. Jakarta:
mengembalikan dengan cepat level Departemen Kesehatan RI.

glukosa darah ke rentang normal. Terapi Kroon, L. and Williams, C. (2013)


‘Diabetes Melitus’, in Applied
hipoglikemia harus memperhatikan dan Therapeutics. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
menghindari overtreatment yang bisa
Paluchamy, T. (2019) ‘Hypoglycemia:
menjadikan pasien hiperglikemia dan Essential Clinical Guidelines’, in
Blood Glucose Levels. UK:
peningkatan berat badan Pencegahan IntechOpen.

dapat dilakukan dengan monitoring PERKENI (2015) Panduan


Penatalaksanaan DM Tipe 2 pada
glukosa darah secara mandiri. Individu Dewasa di Bulan Ramadan.
Jakarta: PB. Perkeni.
DAFTAR PUSTAKA
PERKENI (2021) Pedoman Pengelolaan
ADA (2020) Hypoglicemia (Low Blood dan Pencegahan Diabetes Melitus
Glucose), American Diabetes Tipe 2 di Indonesia 2021. Jakarta:
Association. PB. Perkeni.

Anthony, R. (2011) American Diabetes RI, B. P. (2015) Sulfonilurea, Badan


Association Complete Guide to POM RI. Available at:
Diabetes. Canada: The American https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-
Diabetes Association, Inc. sistem-endokrin/61-diabetes/612-
antidiabetik-oral/6121-sulfonilurea
Augello, G. and Ceriello, G. (2016) ‘Risk (Accessed: 10 June 2022).
Factors for Hypoglycemia in Patients
with Type 2 Diabetes, Hospitalized Rusdi, M. (2020) ‘Hipoglikemia pada
in Internal Medicine Wards: Pasien Diabetes Melitus’, Journal
Findings from the FADOI- Syifa Sciences and Clinical
DIAMOND Study’, Diabetes Res Research, 2(2), pp. 83–90.
Clin Pract, 115, pp. 24–30.
Rusdi, M. and Afriyeni, H. (2019)
Goldman, L. (2012) Hypoglycemia ‘Pengaruh Hipoglikemia pada Pasien
(disorder). Amsterdam: Elsevier. Diabetes Melitus Tipe 2 terhadap
Kepatuhan Terapi dan Kualitas
IDF (2015) IDF Diabetes Atlas Seventh Hidup’, Journal of Pharmaceutical
Edition. Belgium: International and Sciences, 2(1), pp. 24–9.
Diabetes Federation.
Sutawardana, J. and Waluyo, Y. (2016)
JBDS-IP (2018) The Hospital ‘Studi Fenomenologi Pengalaman
Management of Hypoglycaemia in Penyandang Diabetes Melitus yang
Adults with Diabetes Mellitus 3rd Pernah Mengalami Episode
edition. UK: Norfolk and Norwich Hipoglikemia’, NurseLine Journal,
University Hospitals NHS 1(1), pp. 159–75.
Foundation Trust.
Waspadji, S. (2016) ‘Diabetes’, in Buku
Kesehatan, B. K. dan A. (2005) Ajar Ilmu Penyakit Dalam2. Jakarta:

143
ISSN: 2721-2882
Interna Publishing, p. 1961. Hypoglycemia Diabetes Canada
Clinical Practice Guidelines Expert
Yale, J., Paty, B. and Senior, P. (2018) Committee’, Canada Journal
‘Clinical Practice Guidelines Diabetes, 42, pp. S104–S108.

144
ISSN: 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai