Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Majid tahun 2019 hipertensi iala kondisi perihal kenaikan tekanan

darah secara tak normal juga terus – menerus pada beberapa kali pengujian

tekanan darah dikibatkan 1 atau beberapa faktor risiko yang tak bergerak

sebagaimana harusnya dalam mempertahankan tekanan darah normal.

Berdasarkan Joint National Committee Hipertensi iala suatu kondisi bilamana

terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal juga menerus pada beberapa

kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu maupun beberapa faktor

risiko yang tak berjalan sebagaimana harusnya dalam mempertahankan tekanan

darah secara normal (Wijaya & Putri, 2013).

Data yang didapat dari World Health Organization (WHO) mengatkan bahwa

hipertensi menyerbu 22% penduduk dibumi dan memperoleh 36% angka kejadian

diAsia Tenggara. Hipertensi dapat menjadi penyebab kematian diangka 23,7% dari

total 1,7 juta kematian di Indonesia pada tahun 2016 (Anitasari, 2019).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) hasil pengukuran mengataka

prevelensi penduduk Indonesia umur diatas 18 tahun mengalami 34,11%, Di

Kalimantan Selatan hinga angka tertinggi dengan 44,1% (44,1) sedangkn terendah

diPapua dengan 22,2% (22,2). Munrut hasil prevalesi Provinsi Sulawesi Utara

tahun 2018, mendapt hasil 33,12% (331,2) sedangkn dikota Manado mendapat
hasil 23,50 persen (23,5) umur diatas 18 tahun yag mengalami hipertensi

(Kemenkes, 2018).

Pada Asuhan Keperawatan Keluarga didapatkam berbagai rupa persealan

keperawatan sala satunya iala persialan keperawatan defisit pengetahuan kepada

keluarga hipertensi. Defisit pengetahuan iala ketakberadan atau minimnya

pengetauan kongnitif yang berikatan dengan topik tertentu (PPNI, 2016). Peran

perawat dalam mengatasi keluarga dengan prsoalan keperawatan Defisit

pengetauan iala sebagai edukator atau memberkan edukasi mengenai pengukuran

tekanan darah. Pengukuran tekanan darah iala pemeriksaan dengan alat tensimeter

atau spygmomanometer untuk mengetaui hasil apakah masuk dalam keadaan

normal atau tak.

Penulis memperole hasil penelitian dari google cindekia iala berdasarkam

penelitian yang dilaksankan oleh Nuryanah (2022) dengan judul “Asuhan

Keperawatan Keluarga pada Klien Hipertensi dengan Defisiensi Pengetahuan di

Puskesmas Sukorejo Ponorogo” menyimpukan bahwa peneliti melaksakan

tindakan penyuluhan penggetahuan kesehatan mengenai penyakit hipertensi,

memberikan ketataan minum obat megerjakan diit hipertensi juga cara memakai

Tensimeter digital sendiri kepada klien hipertensi dengan persoalan keperawatan

defisit pengetauan bisa teratasi karena bisa melaksanakan pengukuran tekanan

darah juga mengetahu edukasi pengetauan yang diberikan.


Menurut uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melaksakan

penelitian kasus dengan judul ”Penerapan Edukasi pengukuran Tekanan

Darahdengan Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan pada Keluarga

Hipertensi di Desa Paniki Atas”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini ialah : “Bagaimana Penerapan Edukasi

Pengukuran Tekanan Darah dengan Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan

Pada Keluarga Hipertensi di Desa Paniki Atas ?”

C. Tujuan Studi Kasus

Diperole gambaran Penerapan Edukasi Pengukuran Tekanan Darah dengan

Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan pada Keluarga Hipertensi di Desa

Paniki Atas.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi penulis

Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam

menerapkan Edukasi pengukuran tekanan darah dengan masalah keperawatan

defisit pengetahuan pada keluarga hipertensi didesa paniki atas

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat agar bisa mengetahui tentang penyakit

Hipertensi juga cara mengatasinya serta mampu menerapkan pola hidup sehat

dalam mengantisipasi diri dari penyakit hipertensi


3. Bagi Penggembangan ilmu dan Teknologi keperawatan

Menambah wawasan atau masukan dalam ilmu keperawatan dan kususnya

pengembangan pendidikan pada penyakit hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi iala manifestasi dari gangguan keseimbangan hemodinamik

sistem kardiovaskuler, yangmana patovisiologinya adala multi faktor yang tak

dapat diterangkan dengan hanya satu mekanisme tunggal. Hipertensi bayak

menangkut faktor lingkungan, genetik juga pusat-pusat regulasi

hemodinamik. Hipertensi juga bisa dikatakan sebagai interaksi Cardia Output

(CO) dan Total PeripherlResistence (TPR) (Yogiantoro, 2014).

2. Etiologi

Hipertensi primer disebabkan tak diketahui (90%), sedangkan hipertensi

sekunder bisa didapatkan penyebabnya (10%).

Penyebabnya yaitu :

a. Penyakit : penyakit ginjal kronik, sindroma cushing, koartasi aorta,

penyakit paratiroid, feokromositoma, aldosternosm primer, penyakit

renovaskuler, penyakit tiroid

b. Obat-obatan : prednisone, fludrokortison, triamsinolon

1) Amfetamin/anoretik : Phendimetrazine, phentermine, sibuutramine

2) Estrogen : Biasanya konstrasepsi oral


c. Makanan : Sodium, etanol, licorice Obat jalanan yang mengandung

bahan-bahan seperti cocaine, cocaine withdrawal (Yogiantoro, 2014)

3. Patogenesis (Yogiantoro, 2014)

Penyebab-penyebab hipertensi ternyata sangat banyak tak dapat diterangkan

hanya dengan 1 vaktor penyebab. Ada 4 vaktor terjadinya hipertensi :

a. Peran volumeintravaskuler

b. Perankendali sarav autonomy

c. Peran renin angiotensin aldosterone

d. Perandinding faskuler pembulu dara

4. Manifestasi Klinis (Wijaya & Putri, 2013)

Ada berapa tanda juga gejala yang timbul, yaitu :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadangkadang dikuti mua juga munta karna

peningkatan tekanan darah

b. Penglhatan buram karna kerusakan retinaakibat hipertensi

c. Ayunan langka yang tak manrap akibat kerusakansusunan sarav pusat

d. Nokturia akibat peningkatanaliran dara ginjal juga filtrasiglomerulus

e. Edemadependen juga pembengkan karna tkanan kafiler

5. Komplikasi (Yogiantoro, 2014)

Ikatan kenaikan tekanan darah dengan resiko PKV (Penyakit

Kardiovaskuler) berlangsung dengan terusmenerus, konsisten juga independen

dari vaktor-vaktor resiko yanglain. Padajangka pnjang bilahipertensi tak bisa


turun stabil pada perkiran target normo tensi pasti akan merusak organ-organ

terkait.

Penyakit kardiovaskular utamanya hipertensi tetap menjadi penyebab

kemtian tetinggi didunia.Resiko kompliasi ini tak hanya bergantung kpada

kenaikan tekanan darah yang terusmenerus, ttapi juga tegantung bertambanya

usiia penderita.

Kenakan tekanan dara yang beragsur lama juga aka merusak funsi ginjal

berupa nampak dada hasil meta analisis dari bakis. Makin tinggi tekananan

dara, makinmenurun lahu viltrasi gomerulus sehinggaakhirnya menjadipenyakit

ginjal tahapakhir. Karna tinginya tekanana dara adala vaktor rsiko inidependen

yangkuat unuk merussak giinjal menju PenyakitGinjal TahapAkhir (PGTA),

makaa untk mencega progresifitasmenuju PGTA, usahakanla mempertahankan

tekanan dara pada kisara 120/80 mmHg.

6. Penatalaksanaan (Yogiantoro, 2014)

WHO memberi rekomendasi diureti dosis kecil sebagai pilihan petama untu

pengobatan hipertensi dengn alasan sanggat cost effectif. JNC (Joint National

Committee) jua menyederanakan klasivikasi hipertensi yan lebih simplel. Disitu

dicantumkan normal normotnsi, preipertensi, stag 1 dan stag 2. Preipertensi di

devinisikan sebgai sistolk anrara 120-139 mmHg jiga pada diastoli 80-89

mmHg. Pada golonga preipertensi ini perlu digalahhkan progran pencegaan

degan memperbaki gaya hidup agar tdak menuju pda

komplkasi.Direkomemdasikan pilihn obat pertama antiipertensi adala golongn


thazid, dapt di kombinasi degan golongan antiipertensi lainn, terutama apa bila

puya situasi yng dsebut dengan high risk condition, atau yang disertai dengan

compelling indications.

B. Konsep Keluarga (Bakri, 2020)

1. Pengertian

Keluarga adala suatu atau lebih individu yang tingal besama sehinga

menpunyai ikatan emossional, jua menggembangkan dalam intaralasi sociall

pernan dn tugas. Keluarga adala uninit pling kacil dari satu masyarakatyang

terdiiri darikepala kluarga jua berapa mamusia yangberkumpul jugs tingal sutu

tem[at dibawa satu ata.p dalamm eadaan saling ketegantungan,

2. Tipe Keluarga

Secara umum, tipe keluarga terrbagi menjadi 2, yaitu keluarga tradissional

jugga keluarga moderrn (nontradisional).

a. Ada beberapa ciri/tipe keluarga tradisional, yaitu :

1) keluarga inti (nuclear family)

Keluargainti iala kluarga keil dallam asatu ruma.Dalam keseharilan,

angota kluarga inti ini hidup bearsama jugaa saliing menjjaga. Mreka

adala bapa, ibu jua anakanak

2) Keluarga besar (exstended family)


Kluarga besar cemderung tak hidu besama-sama daam kehidupan

seharihari. Halni penyebabya karna kelurarga beesar adala gabungandari

bebeberapa keluargainti yanng bersumbudari 1 kluarga inti.

3) Keluarga diad (pasangan inti)

Tipe kluarga ini bisaanya teradi kepada pasang suamiistri yangbaru

menika. M>ereka tela membinah ruma tanga teapi beilum dikaruniai

anak/keduanya bersepakat tak memliki anak lebi dulu

4) Keluarga single parent

Singlle perent adala konsisi seorang tak meniliki pasanggan. Hal inibisa

disebabkan karna penceraian atau meningal bumi. Akan tetpi, singlle

perent memsyaratkan adannya anak baik anak kadung mauppun anak

anggkat. Jika ia sendiirian, maka tak dapat dikstsksn debgai keluarga

meski sebelumya perna membinah rumahtangga.

5) Keluarga single adult (bujang dewasa)

Dalam istila kekkinian, tipe kluarga ini di katakan sbagai pasagan yang

sedang lon distansee relationsip (LDR), merupakan pasanggan yang

megambil atau berpisa un]tuk s\mentara waktu untuk kebutuan tertentu,

misalya kerja atau kulia.

b. Ada beberapa ciri atau tipe keluarga Modern, (Nontradisional) sebagai

berikut

1) The Unmarriedteenege Mother


Blakang ini hubunggan sexs tanpa pernikahhan terjadimasyarakat kita.

Meski akirnya berapa pasagan itiu menika, tap1 banyakpula

yangkemudian memeili hidup sendiri, misalya pada akirnya sih

perempuan memili merawat anaknya sendiirian.

2) Reconstituted Nuclear

Sebua kluarga yangbtadinya berpisa, kemudian kemball membentu;

kluarga inti,melalui permikahan lagi.Mereka tingal juga hidupbersama

anakanaknya, baikanak permikahan sebelumya , atupun hasildari

perkawinanbaru.

3) The Stepparent Family

Dengan beberapa argumen, deewasa kitatemui pasang suami istri

mengadosi seorang anak baik yang suda mempuyai anak atupun belum.

Kehidupan anak dengan orang tuatirinya inila yang dimak,sud

denganthe stepparentfamily

4) Commune Family

Tipekeluarga ini biasaya hidup didalam penampungan/memang

memilikikesepakatan sama-sama untuk hidupsatuatap. Ini bisanya

berlangsungdalam waktuyang singkatsampai dengan tempo lama.

Mereka tak mempuyai ikatan dara tapi memutuskan hidup sama-sama

dalam 1 rumahsatufasilitasdanpengalamanyangsama.

5) Cohibiting Couple
Misalya dalam perantahuan, karna merasa 1 negara/daerah, kenudian

2/lebih orang bersepakata untuk tinggalbersama tanpa hubungan

pernikaan. Kehidupanmereka suda seperti kehiidupan berkluarga.

Alasanuntuk hiduup sama-sama dapatberagam.

6) Group Marriage Family

Berapa orangdewasa mengunakan alatalat ruma tanga sama-sama juga

merekamerasa suda menika, sehinga memberi suatu termasukseksual

juga membesarrkan anakya sama-sama.

7) Group Network Family

Kluarga inti yangdibatasi ole aturanatau nilainilai, hidp sama-sama

atauppun berdampigan 1 denngan lainya. Juga sallng mengunakan

barangbarang ruma tanggabersama, pelayananan dan tanggungjawab

membebesarkan anakya.

8) Foster Family

Sorang anak kehllangan orangtuanya, lalu ada sebu eluarga yng bersedia

menampunggnya dalam kuru tempo tertentu. Hal ini dilaksakan hinga

anak tersebu mampu bertenu dengan ora ngtua kandungya. Dalamkasus

lain, bisa jadiorangtua sihanak menititpkan pada seorang degan tempo

tertentuhingga diia kembalimengambil anakya.

9) Institusional
Anak/orangdewasa yang tingal dallam suatupanti. Enta degan alasan

ditipkan ole keluarga/memangditemukan juga kenudian ditapung ole

pant i/dinas soscial

Homelecs familiKeluarga yang terbentuk juga tak mempuyai

perlindugan yang permamen karna krisis personalyang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi juga problem kesehatanmental.

3. Perkembangan Keluarga

a. Kluarga baru

b. Kluarga dengan anak pertama <30 bulan

c. Kluarga dengan anak Prasekolah

d. Kluarga dengan anak umur sekolah (6 - 13 tahun)

e. Kluarga dengan anak umur remaja (13 – 20 tahun)

f. Kluarga dengan anak dewasa (anak pertama meninggalkan rumah)

g. Kluarga umur pertengahan

h. Kluarga lanjut umur.

4. Tugas Kluarga Dalam Bidang Kesehatan

a. Kluarga bisaa mampu menggenal masala kesehatan

b. Kluarga bisa mampu menggambil keputusan untuk melaksnakan tindakan

c. Kluarga bisa melasanakan perawata terhadap angota kluarga yangsakit

d. Kluarga bisa dapat menclptakan lingkugan yaang bisa meningkakan

kesehatan
e. Kluarga bisa mampu memanfatkan vasilitas keseehatan yang dapat

dilingkungansetempat.

a. Funsi dan Peran Kluarga vungsi kluarga bisa dikelompokan menjdi 5poin

yaitu vungsi reproduktiv, sialisasi, avektif, ekonomi, juga

perawatankesehatan, yaitu :

1) Fungsi reproduksi keluarga

Sebua perababan dimulai dari ruma, yaitudari hubu ngan suamiistri

berkait pola reproduksi.Sehingga adanya vungsi ini iala

untukmempertahankan generasi juga menjjaga kelannsungan sebua

kluarga.

2) Fungsi social keluarga

lala fungsi yang menggembangkan juga melati anak untukhidup

bersosial sebelulum meningalkan ruma dan berhuhungan.anggota

kluarga belajar disiiplin, normanorma, budaya, juga prilaku melalui

interasi dengan anggota kluarganya sendiri.

3) Fungsi Affektif keluarga

Fungsi ini hanya dapy diperole dalam kluarga, tak daripihak luar. Maka

komponene yang dperlukan dalam melakksanakan fungsi afektiv yaitu

saling mendukungmenghormati, juga saling asu. Intiya, aanggota

kluarga 1 dan angota yang lain berhuhungan baik.

4) Fungsi pelastarian lingkungan


Manusia hidup tiak telepas dari llngkungan. Maka melastarikan

lingkugan menjadihal yang pemting demim keselematan. Ada 3 vungsi

kokok kluarga terhadap angota kluarganya yaitu asi, asu, juga asa.

a) Asih

Memberikan kasi sayangperhatianperasaan abar kehangaan pada

anggota kluarga sehinga memung kinkan tumbu juga berkembangg

sesuaiumur juga kebutuhannya

b) Asuh

Memenuhi kebutuan pemeliharan juga pewawatan anakagar

kesehatanya terplihara, sehngga mereka tumbu anakanak yang sehat

visik, mental, soscial, juga sspiritual.

c) Asah

Memenuhi kebutuhanpendidikananak, sehinga mereka siap menjadi

manusiadewasa yang mandiri dalam mempersiapkanmasadepannya.

b. Peran Kluarga yang termasuk ayah, ibu, juga anak meiliki peranya yatui :

1) Perana Ayah

Dalam radisi masyarakat kita, ayah miliki peran yang begitu penting

juga srategis kluarga. Posisisinya seringrujukan angota kluarga dalam

menantukan prilaku juga ara hidup kluarga. ini wajar karna ayah miliki

peran sbagai pemimpin/kepala kluarga pencari nafka, perlindung,


pembri rasaaman, sebagai angota darikumpulan sosilnya sertasebagai

angota masyarakatdari lingkunganya

2) Peranan Ibu

Peran ibu dak kala pentingdengan ayah.Dalam masyarakat kita, ibu

cendrung menjadi sasahabat jua pendik permama bagianak. Selain

mengurus wilaya domestik keluarga, ibu jua bebeperan sebagai sala satu

angota kelo pok dari pera an sosialya sertasebagai angota masyarakat

dari lingkunganya.

3) Peranan Anak

Dalam posisii inii, anakmenjadi opjek sekaligs supjek Anakyang di

bentuk ole kluarga padasaat sama-sama jua mempunnyai peranya

sendiri..

5. Peran Perawat Keluarga

a) Pendidik

Peran utama perawat kluarga iala menyalurkan invormasi berkenan dengan

kssus tertentu juga kesehatan kluarga umunnya, siperlukan.perawat juga

melaksanakakan kegitan pembelajaran kluarga.

b) Koordinator

Karna umunnya angota kluarga bukanla tenaga kese hatan,

perawatkesehatan eluarga bisa bertindak menjadi kordinator dalam

melaksanakan perawatan terhadap kli`en.


c) Pelaksana

Perawatan secara langsung wajibdiberikan kepada pasienya, baik ketika

berada di ruma, klin peraw mapun ruma sakit. Hal ini suda menjadi

tangung jawa perawat.

d) Pengawas Kesehatan

Perawat kesehatan wajib melaksanakan homevisite kunjungan kerumah

secara teratur bagai cara untukmengontrol klien. Jika ada kekurangan/hal-

hal yang di rasa perlu, makaperawatwajib menginvormasikannya.

e) Konsultan

Jika ada pertanyan kluarga klien, maka perawa harusbersedia menjadi

narasummber atas swmua pertanyaantersebut.jika keluarga memina saran

jua nasiha Oleh sebab itu, hubunggan antar perawat jga kluarga klien perlu

dijailin dengan bai.

f) Kolaborasi

Selain berkodinasi dan erkolaborasi dengan keluarga knien, perawat harus

miliki komunxitas atau berjejaring dengan perawat lain/pelayanan rumah

saki.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian (Bakri, 2020)

Pengkajian adala suatutahapan dimana sorang perawat menambil invormasi

dengAan terusmenerus terhadap angota kluarga yang dib/inanya untuk


digunaan untuk menuntukan masala keperawatanyang muncul pada

penderita. Hal-halyangperlu dikaji dalam kluarga adala:

a. Identitas Klien

Menanyakan nama,umur,tempat tinggal dan agama yang dinut klien

b. Keluhan Utama

Menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien

sehingga perlu pertolongan,keluhan yang harus diperhatikan antara lain

nyeri kepala,pusing,sesak napas,cepat lela, batuk.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayatkesehatan meliputi keluhan/gangguan yang hubungan dengan

penyakitdirasakan. Dengan adanya nyerikepala, pusing, batuk.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Menanyakan jika ada riwayat hipertensi sebelumya

e. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap merkembangan kluarga saatini ditentukandengan annak

tertuadari keluargainti.

2) Tahapkluarga yangbelum terpenuhiyaitu menjelskan engenai tgas

perke mbangan yangbelum terpen[uhi oleh kluarga serta keandala

mengapatugas perkembangan tersbut belum derpenuhi.

3) Riwayat keluargainti yatu menj elaskan mengenai riwayatkesehatan

pada keluargainti yang meliputiriwayat penya kit ketur unan, riwayat


kesehatan masingmasing angota kluarga, perhatian terhadap

pencegaan penyakit, sumberpelayanan.

4) Riwanyat kluarga sebelumya, kluarga asalkedua orangtua (sepertiapa

kehiidupan kluarga asalya hubugan masasilam juha saat dengan

orangtua dari kedua orangtua.

5) Stress dan Koping keluarga

Patokan stersor dari kboping kluarga ini adala 6 bulan.Stessor yang di

alami kluarga taapi dapa di tangani dalam jangkawaktu < 6 bulan, dina

makan stessor jangkapendek.

6) Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan fisik merupakan dataselanjutnya yang harus diku

mpulkan oleh perawat adalah data tentang kesehatan fisik. Tidakhanya

kondisi pklien, melainkankondisi kesehatanseluruh anggotakeluarga.

7) Harapan Keluarga

Pada bagian ini perludi uraikan[bagaimana harapan kluarga pasien

terhadap[penyakit yang di deritapasien. Selain itu, sebagai pendukung

dan motivasi, perawatjuga perlu mengetahui[bagaimana atau apa saja

harapan<keluargaterhadapperawat.

8) Analisa Data

a) Perumusan Masalah

Setela dilaukan pengkajian, maka dapatdirumuskan masala


kesehatankeperawatankeluarga. Rumusan masala

kesehatankeluarga yang dibuat tersebut hamenggambarkan kedaan

kesehatankeluarga dan status kesehatankeluarga.

Menurut Majid tahun 2019, masalah keperawatan yang muncul

pada penyakit Hipertensi yaitu

a. Defisit pengetahuan

b. Risiko penurunan curah jantung

c. Nyeri akut

d. Resiko perfusi sereberal tidak efektif

b) Penerapan Prioritas

Dalam berberapa kasus, skala prioritas selalu di butuhkan untuk

meminimalisir risiko, memaksimalkan perawatan juga pengobatan,

serta untuk mengambil keputusan yang tepat.

Tabel 2.1 Skala Prioritas

NO KRITERIA NILAI BOBOT

1. Sivat Masala

Tak/kurang sehat Tiga

Ancaman kesehatan Dua Satu

Keadaan sejahtera Satu

2. Kemungkinan masala dapat di uba


Mudah Dua

Sebagian Satu Dua

Tak bisa Nol

3. Potensi masala untuk di cega

Tinggi Tiga

Cukup Dua Satu

Renda Satu

4. Menonjolya masala

Masala yang benarbenar harus segera di Dua

tangani Satu

Ada masala ttapi tak segera ditangani Satu

Masalah tak di rasakan Nol

Skoring : setelah menentukkan skala prioritas sesuai dengan tabel didepan,

langkah selanjutnya adalahmembuat skoring, denganmengguanaka rumus yaitu

skor : angka tertinggi x bobot. Dengan adanya prioritas didepan, kita akan

mengetahui tingkat kedaruratan pasien yang membutuhkanpenanganan cepat atau

lambat. Masinmasing kriteria memberikansumbanganmasukan atas penanganan.

2. Diagnosa Keperawatan (Majid, 2019)

a. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Hipertensi yaitu


1) Defisit pengetahuan

2) Risiko penurunan curah jantung

3) Nyeri akut

4) Resiko perfusi sereberal tidak efektif

b. Konsep Defisit Pengetahuan (PPNI, 2017)

1) Definisi

Defisit pengetahuan didefinisikan sebagai ketiadaan atau minimnya

informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

2) Penyebab

a) Keteratasan kognitif

b) Masala fungsi kognitif

c) Kekeliruan mengikut anjuran

sedikit terpapar pengetauan

e) Sedikit kemauan dalam belajar

f) Kurang bisa mengingat

g) Tidak Tau memastikan sumber berita

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

(1) Bertanya masalah yang dihadapi


b) Objektif

(1) Menunjukan sifat tak sesuai arahan

(2) Menunjukkan persepsi yang membingungkan terhadap

masalah

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif

(tidak tersedia)

b) Objektif

(1) Menjalani pemriksaan yang tak sesuai

(2) Menunujukan sifat berlebihan (mis. Apatis, tak berteman,

agitasi, histeria)

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh pasien

b) Penyakit akut

c) Penyakit kronis. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan berdasarkan (PPNI, 2017), (PPNI, 2019),

(PPNI, 2018) dan Doenges 2014.


Tabel 2.2 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1 2 3 4

Defisit Setelah Edukasi


pengetahuan dilakukan Pengukuran
berhubungan kunjungan 60 Tekanan Darah
dengan menit dalam
kurang 2xkunjungan Observasi :
terpapar pada keluarga 1. Identifikasi
informasi diharapkan kesiapan Observasi :
dapat menerima
informasi 1. Untuk mengetahui
pengetahuan
meningkat kesiapan dan
kemampuan pasien
dengan
Terapeutik : dalam menerima
kriteria hasil : informasi
1. Perilaku
2. Sediakan
sesuai
materi dan
anjuran
pendidikan Terapeutik :
meningkat
keseahatan 2. Untuk membantu
2. Perilaku
3. Jadwalkan mempermudah
sesuai
pendidikan dalam menerma
pengetahua
kesehatan informasi
n
4. Berikan 3. Agar renacana
meningkat
kesemapatan yang telah dibuat
3. Pertanyaan
untuk dapat berjalan
tentang
bertanya dengan baik
masalah
5. Dokumentas 4. Untuk memberikan
yang
i ukuran kesempatan pada
dihadapi
tekanan pasien jika masih
menurun
darah yang ada yang belum
4. Persepsi
didapat dipahami
yang keliru
terhadap 5. Agar menjadi
acuan untuk
1 2 3 4

masalah pengukuran
menurun tekanan darah
5. Perilaku berikutnya
membaik Edukasi :

6. Anjurkan Edukasi :
berstirahat 6. Agar membantu
minimal 5 menenangkan
menit kembali kerja
sebelum jantung dan
mengukur mendaptkan hasil
tekanan yang sesuai
darah

3. Implementasi Keperawatan (Bakri, 2020)

Implementasi keperawatan iala sebua vase di mana perawat melakuukan

rencana/intervensi yangs uda dilakskan sebelumya.

Berdarsarkanterminology SIKI, implementasi terdiri atas melakskan dan

mendokumentasikan yang merupkan tindakan kusus yang digunakan untuk

melaksanakanintervensi.

4. Evaluasi Keperawatan (Bakri, 2020)

Tahap penilaianevaluasi adala perbndingan yangsistemtis dan

terencana tentangkesehatan klien dengantujuan yang telah diterapkan,

dilakuan dengan carabersambungan denganmelibatkan klien, keluargadan

tenagakesehatannya. Tujuan evaluasi adala untuk melihatkemampuan

klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengankriteriahasilpada


perencanaan.

D. Konsep Edukasi Pengukuran Tekanan Darah (PPNI, 2018)

Edukasi pengukuran tekanan darah dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Definisi

Edukasi pengukuruan tekanan darah yaitu mengajarkan cara pengukuran

tekanan darah.

2. Tindakan

a) Observasi

Identifikasi kesiapan juga kemampuan menerima berita

b) Terapeutik

1) Sediakan materi jua media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

4) Dokumentasikan ukuran tekanan darah yang didapat

c) Edukasi

1) Anjurkan istirahat minimal 5 menit sebelum mengukur tekanan

2) Anjurkan tidak merokok atau minum kafein setidaknya 30 menit

3) Ajarkan memilih posisi pengukuran (mis. berbaring atau duduk)

4) Ajarkan memasang manset dilengan atas

5) Ajarkan mengembangkan manset


6) Ajarkan mengempiskan manset (tidak lebih cepat dari 2-3 mmHg/detik)

7) Ajarkan cara menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik

8) Informasikan hasil pengukuran tekanan darah

Tabel 2.3 Standar Oprasional Prosedur Pengukuran Tekanan Darah (Rachmad, 2018).

Pengertian Mengukur tekanan darah klien dengan meggunakan alat


tensimeter atau sphygmomanometer

Tujuan Mendapatkan data objektif dan subjektif

Alat juga bahan 1. tensimeter manual


2. alat tulis

Prosedur Tahap Pra interaksi


1. Melaksanakkan verifikasi data
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat didekat klien yang benar
Tahap Orientasi
4. Memberikan salam terlebih dahulu sebagai
penedekatan terapeutik
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
6. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan
dilakukan
Tahap kerja
7. Mengatur posisi klien dengan posisi supinasi
8. Menempatkan diri disebalah kanan klien bila
memungkinkan
9. Mengukur tekanan darah klien dengan benar
10. Mencatat hasil pemeriksaan

Tahap Terminasi
11. Melakukan evaluasi tindakan
12. Membereskan alat
13. Mencuci tangan
14. Berpamitan dengan klien
15. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian merupaknan jenis penelitian deskrisptif yang menerapkan

metode pendekatan studi kasus. Studi kasus memiliki arti penelitian tentang

manusia (berupa suatu kelompok, organisasi, dan individu), peristiwa, latar yang

secara mendalam mengenai suatu kasus yang sedang diteliti. Pada pengumpulan

datanya akan didapat melalui interviu, observasi, serta dokumentasi (Surjaweni,

2014). Studi kasus dilaksanakan dengan maksud untuk menerapkan edukasi

pengukuran tekanan darah dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan pada

anggota keluarga yang mengalami hipertensi di desa paniki atas.

B. Subjek Studi Kasus

1. Subjek dalam penelitian studi kasus ini adalah dua orang klien Hipertensi

a. Kriteria inklusif

1) Keluarga dengan anggota keluarga yang menderita Hipertensi dengan

masalah defisit pengetahuan

2) Keluarga memahami dengan jelas isi pembicaraan


3) Anggota keluarga yang mengalami hipertensi berumur 50-75 tahun

4) Keluarga tidak mengalami gangguan pendengaran

5) Keluarga dapat menerima dan memahami tindakan yang dilakukan

b. Kriteria Ekslusif

1) Keluarga tidak bersedia menjadi subjek dalam studi kasus

2) Klien dengan keadaan umum kurang baik.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus dalam penelitian ini yaitu Penerapan Edukasi Pengukuran

Tekanan Darah dengan Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan Pada Dua

Keluarga Hipertensi di Desa Paniki Atas.

D. Definisi Operasional

1. Hipertensi merupakan tekanan darah yang melebihi batas normal yaitu sistolik

lebih dari 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg

2. Defisit pengetahuan merupakan masalah keperawatan yang muncul pada

penyakit hipertensi dimana klien kurag memahami dan mengerti mengenai

cara mengukur tekanan darah secara digital.

3. Penerapan edukasi pengukuran tekanan darah yaitu tindakan oleh perawat

untuk memberikan pengetahuan dan cara mempraktekan pengukuran tekanan

darah mengguanakan tensimeter/sphygmomanometer digital secara mandiri.

E. Instrumen Studi Kasus


Pada studi kasus ini peneliti akan menggunakan beberapa instrument studi

kasus yaitu format pengkajian Keperawatan keluarga, lembar observasi, lembar

informed consent.

F. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan merupakan observasi

terhadap keadaan pasien sebelum dan sesudah pemberian asuhan keperawatan

2. Langkah Pengumpulan Data

a. Mengurus perijinan dengan Institusi Akademi Keperawatan Metuari Waya

Manado dan Institusi terkait Puskesmas Talawaan

b. Menjelaskan maksud, tujuan, dan waktu penelitian pada kepala keluarga

ditempat penelitian dan meminta persetujuan untuk melibatkan subjek

dalam penelitian

c. Meminta kepala keluarga atau anggota keluarga untuk menandatangani

lembar persetujuan untuk melibatkan subjek dalam penelitian

d. Meminta keluarga dan saksi untuk menandatangani informent consent.

e. Melakukan asuhan keperawatan keluarga selama 3 hari pada 2 keluarga

f. Melakukan pengolahan data dan dilanjutkan dokumentasi 2 asuhan

keperawatan keluarga yang terdiri dari pengkajian sampai evaluasi

g. Menyajikan hasil pengolahan data atau hasil penelitian dalam bentuk tabel

atau narasi.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian : Lokasi penelitian di Desa Paniki Kecamatan Talawaan

Kabupaten Minahsa Utara.

2. Waktu penelitian : 07-12 Juni 2022

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Pengolahan data menggunakan analisa deskriptif. Pengolahan data ini

dilakukan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang

terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan. Analisa data dilakukan dengan cara

menemukan fakta selanjutnya membandingkan dengan teori yang telah ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Adapun cara menilai presentasi

adalah sebagai beerikut :

F
P= X 100 %
N

Keterangan :

P : Presentase

F : Jumlah karakteristik yang dicapai

N : Jumlah karakteristik

Dari data yang disajikan kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-

hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Data

yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.

I. Etika Studi Kasus


Dalam Etika studi kasus terdapat lima hak yaitu meliputi hak untuk self

determination, hak terhadap privacy dan dignity, hak terhadap anonymic dan

confidentiality , hak untuk mendapatkan penanganan yang adil dan hak terhadap

perlindungan dari ketidaknyamanan atau kerugian diperinci sebagai berikut :

1. Hak untuk memiliki otonomi dan hak membuat keputusan secara sadar yang

di pahami dengan baik, bebas dari suatu paksaan dalam berpartisipasi atau

tidak pada penelitian

2. Hak terhadap privasi yang berarti menjaga informasi yang sudah klien

bagikan

3. Hak anonymity dan confidentialy, informasi yang telah didapat dari klien

dijaga dengan sedemikian rupa dan maka perlu peneliti menyimpan semua

dokumentasi dari hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan

mengikuti penelitian, biodata, kaset, rekaman, dan transkrip wawancara dalam

tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti

4. Hak yang adil atau memberikan klien hak yang sama untuk dipilih atau

terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi dan diberikan penanganan yang

sama dengan menghormati seluru persetujuan yang disepakati.

5. Hak agar mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian

mengharuskan agar klien dilindungi dari exploitasi (Macnee, 2014 dalam

kutipan pedoman penulisan karya tulis ilmia pendidikan diploma III

keperawatan)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil dan pembahasan studi kasus yang meliputi

pemaparan data umum serta data khusus dan analisis mengenai penerapan edukasi

pengukuran tekanan dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan pada keluarga

hipertensi di desa Paniki Atas Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara.

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran lokasi penelitian

Studi kasus ini dilaksanakan di Jl. Raya Sd GMIM 51 No.05 desa

Paniki Atas, Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi

Sulawesi Utara. Penyakit yang rata-rata diderita di desa Paniki Atas yaitu

Hipertensi 60%, Asam Urat 27%, dan Diabetes Melitus 12% serta penyakit

lainnya 10% yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang mengunjungi

puskesmas Paniki Bawah sepanjang tahun 2021.


2. Gambaran subyek studi kasus

Pada studi kasus ini penulis memilih 2 kluarga sebagai subyek yang

sudah sesuai dengan kriteria inklusi yaitu Tn. A dan Tn. J dengan anggota

keluarga penderita hipertensi ialah Ny. Y dan Tn. A.

a. Subyek I

Keluarga Tn.A adala keluarga inti dengan tahap perkembangan

keluarga anak remaja yang anggota keluarganya terdiri dari Tn. A, Ny. Y,

An. G, An. N, keluarga Tn. A menganut agama Kristen protestan, dari

rumah keluarga Tn. A ke fasilitas kesehatan terdekat berjarak 1,5 km,

pada 5 tugas kesehatan keluarga Tn. A mengatakan selalu memantau

anggota keluarga jikalau sakit dan juga keluarga Tn. A mengatakan

sumber informasi mengenai kesehatan yang didapatkan dari media massa

(Televisi), Tn. A dan istrinya yang berperan dalam pengambilan

keputusan untuk tindakan selanjutan yang kaitannya dengan kesehatan

ialah dengan merawat ataupun membawa ke puskesmas terdekat, jikalau

salahsatu anggotakeluarga ada yangsakit seluruh anggotakeluarga saling

menolong dalam merawatnya seperti menyediakan semua kebutuhan

anggota keluarga yang sakit dan memberikan obat, kebersihan

dalamrumah maupunluar ruma keluarga Tn. A sangat memperhatikannya,

apa bila salahsatu dari anggotakeluarga Tn. A adaa yangsakit maka

keluarga akan melakukan penolongan pertama dengan cara merawatnya

terlebih dahulu atau pengobatan mandiri di rumah kemudian membelikan


serta memberikan obat yang biasa keluarga Tn. A beli diwarung terdekat

lalu memberikan kenyamanan dalam istirahat tidur, tetapi apabila

perawatan yang diberikan tidak ada perubahan, keluarga Tn. A akan

langsung membawanya ke puskesmas bantuan terdekat ataupun

puskesmas Paniki Atas. Pada kluarga Tn. A yangmenderita peyakit

Hipertansi adalah Tn. A sementara anggotakeluarga yanglain tidak

mempunyai riwayat penyakit, Tn. A berusia 37 tahun dengan pendidikan

terakhir SD dan bekerja sebagai buruh bangunan, pada dua bulan yang

lalu Tn. A mengeluh pusing kemudian keluarga membawa Tn. A ke

puskesmas bantuan Paniki Atas kemudian Tn. A didiagnosa menderita

Hipertensi sejak 2 bulandengan tensi 150/100 mmHg lalu ketika

memeriksakan diri di ke dokter praktek dan diberikan obat rutin yaitu

amlodipine 5 mg tetapi Tn. A tidak patuh meminum obat karena menurut

Tn. A hanya ketika pusing saja baru Tn. A meminum obat amlodipine.

Pada pengkajian tanggal 07 Juni 2022 jam 09:00 didapatkan hasil data

subjektif yaitu keluarga pasienmengatakan tak tau mengenai Hipertensi,

keluarga pasienmengatakan sudah tak mengkonsumsi makanan yang

menganduk banyak garam karena dokter yang menganjurkan untuk tidak

memakan makanan yang bergaram tinggi dengan kata lain keluarga

pasien mengatakan tidak mengetahui cara pengukuran tekanan darah dan

keluarga pasien tidak mengetahui penyebab dari hipertensi. Data objektif:

TTV, TD: 140/100 mmHg, N: 80 x/m, RR: 21 x/m, SB: 36,4 oC, pasien
terlihat bertanya tentang hipertensi yaitu bagaimana cara mengukur

tekanan darah secara mandiri dirumah dan cara menurunkan tekanan

darah, pasien terlihat bingung ketika penulis menanyai tentang penyebab

dan juga pencegahan hipertensi. Keluarga Tn. A berharap setelah

dilakukannya penerapan edukasi pengukuran tekanan dapat mengenal

hipertensi yang sedang diderita Tn. A dan dapat mengukur tekanan darah

secara mandiri dirumah.


b. Subyek II
Keluarga Tn. J adalah keluarga dengan tahap perkembangan anak

dewasa yang terdiri dari anggota keluarga Tn. J, Ny. M, Tn. M, dan An. I,

anak pertama dari Tn. J masih tinggal serumah dengan Tn. J, keluarga Tn.

J memeluk agama Kristen protestan, fasilitas kesehatan dan rumah

keluarga Tn. J berjarak 1 km, pada 5 tugas kesehatan keluarga Tn. J

mengatakan selalu mengawasi apa bila ada salahsatu angota kluarga

yangsakit dan kluarga Tn. J menerima selurh sumber informasi tentang

kesehatan terkini dari media sosial dan media masa (tv & Koran), Tn. J

dan istrinya menjadi peranan untuk mengambil keputusan dalam

melakukan suatu tindakan yang kaitannya mengenai kesehatan dengan

mengambil kepurusan untuk merawat ataupun membawa ke fasilitas

kesehatan terdekat, keluarga Tn. J akan saling membantu jika ada

anggotakeluarga yangsakit dengancara membelikan obat dan meberikan

obat, kebersihan di daam dan luar rumah keluarga Tn. J sangat dijunjung

dengan tujuan untuk jauh dari segala macam penyakit, keluarga Tn. J

akan merawat terlebih dahulu jika salah satu anggota keluarganya sakit

dengan membelikannya obat diwarung dan membuat kenyamanan pada

anggota keluarga yang sakit untuk beristirahat tidur dengan cukup, tetapi

jika tidak ada perubahan keluarga akan langsung membawanya ke

puskesmas Paniki Atas atau dokter praktik terdekat. Pada keluarga Tn. J

anggota yang memiliki riwayat penyakit hipertensi yaitu istri dari Tn. J

yakni Ny. M sejak 5 bulan lalu ketika memeriksakan diri ke pukesmas


Talawaan, anggota keluarga lain tidak memiliki riwayat penyakit, 4 bulan

yang lalu Ny. M dinyatakan menderita Hipertensi sejak dirinya mengeluh

pusing dan dibawa ke puskesmas Paniki Atas dan diberi obat amlodipine

5 mg dan Ny. M rutin meminum obatnya 2 kali sehari, Ny. M berusia 55

tahundengan pendidikanterakhir SM A berprovesi sbagai iburumah tanga

(IRT). Pada penilitian tanggal 10 Juni 2022 jam 10:00 WITA

didapatkanhasil daata dari pengkajian iala data subjektif:

pasienmengatakan mengerti atau mengetahui tentang hipertensi tapi tak

tau carra pencegahannya dan pasien mengatakan masih mengkonsumsi

makanan bergaram tinggi. Data objektif: TTV, TD: 150/110 mmHg, N:

78 x/m, RR: 20x/m, SB: 36oC, pasien tampak bingung dan bertanya

mengenai cara pencegahan hipertensi. Harapan dari keluarga Tn. J yaitu

setelah dilakukannya penerapan edukasi pengukuran tekanan darah

seluruh anggota keluarga dapat mengetahui cara pencegahan dan

perawatan mandiri penyakit hipertensi di rumah.

3. Pemaparan fokus studi kasus

Pada studi kasus ini berfokus pada penerapan edukasi pengukuran

tekanan darah dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan pada

keluarga hipertensi dengan didasari dengan tahapan proses keperawatan yang

langkah utamanya dengan melakukan pengkajian pada tanggal 07 Juni 2022

pada kedua keluarga yang anggotanya menderita hipertensi. Di bawah ini


merupakan data-data penting yang terdiri dari data major dan minor defisit

pengetahuan yang ditemukan dan yang tidak ditemukan pada kedua subjek.

Tabel 4.1 Data Fokus Subyek I dan II

Data Subjek I Data Subjek II


Data yang Data yang tidak Data yang Data yang tidak
ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan
1 2 3 4
1. Menanyakan 1. Menjalani 1. Menanyakan 1. Menjalani
masalah yang pemeriksaan masalah yang pemeriksaan
dihadapi: tidak tepat dihadapi : yang tidak
bagaimana bertanya tepat
cara 2. Menunjukkan mengenai cara
mengukur perilaku pencegahan 2. Menunjukkan
tekanan darah berlebih hipertensi perilaku
berlebihan
secara mandiri
dirumah dan 2. Menunjukkan
cara persepsi yang
menurunkan keliru terhadap
masalah : tidak
tekanan darah
mengetahui
kalau garam
2. Menunjukkan penyebab dari
persepsi yang hipertensi
keliru terhadap
masalah : 3. Menunjukkan
penyebab perilaku tidak
hipertensi dan sesuai anjuran :
meminum obat memakan
hanya makanan
diminum bergaram
ketika pusing

3. Menunjukkan
perilaku tidak
sesuai anjuran :
tidak patuh
meminum
obat

60 % 40% 60 % 40%
Dari data fokus subyek I dan II di atas maka masalah defisit pengetahuan dapat

diangkat karena presentase data sudah 60%, maka dari data yang sudah diperoleh

akan dianalisa, dapatdilihat padatabel 4.2.


Data Etiologi Masalah

Ds: Kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan


1. Kelurga Tn. A mengatakan tidak tahu mengenai Hipertensi
2. Keluarga Tn. A mengatakan sudah tidak mengkonsumsi makanan
yang mengandung banyak garam karena dokter yang
menganjurkan untuk tidak memakan makanan yang bergaram
tinggi dengan kata lain pasien tidak mengetahui penyebab dari
hipertensi
3. Keluarga Tn. A mengatakan tidak tau cara mengukur tekanan
darah

Do:
1. Observasi TTV, TD: 140/100 mmHg, N: 80 x/m, RR: 21 x/m,
SB: 36,4oC
2. Keluarga Tn.A terlihat bertanya tentang hipertensi yaitu
bagaimana cara mengukur tekanan darah secara mandiri dirumah
dan cara menurunkan tekanan darah
3. Kelurga Tn.A terlihat bingung ketika penulis menanyai tentang
penyebab dan juga pencegahan hipertensi.
Tabel 4.2 Analisa Data

Subjek I
Data Etiologi Masalah

Ds: Kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan


1. Keluarga Tn. J mengatakan mengerti atau mengetahui
tentang hipertensi tetapi tidak tahu cara pencegahannya
2. Keluarga Tn. J mengatakan masih mengkonsumsi
makanan bergaram tinggi
3. Keluarga Tn. J mengatakan tidak tau cara mengukur
tekanan darah

Do:
1. Observasi TTV, TD: 150/110 mmHg, N: 78 x/m, RR:
20x/m, SB: 36oC
2. Pasien tampak bingung dan bertanya mengenai cara
pencegahan hipertensi.

Subjek II
Berdasarkan pada tabel analisa data subyek I dan subyek II didapatkan diagnosa keperawatan Defisit Pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Berdasarkan diagnosa kedua subyek didapatkan perencanaan keperawatan

yang dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perencanaan subyek I dan subyek II

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

1 2 3 4

Defisit Setelah dilakukan Edukasi Pengukuran Tekanan Darah


pengetahuan kunjungan 60 menit Observasi :
berhubungan dalam 2x kunjungan 7. Identifikasi kesiapan menerima informasi Observasi :
dengan pada keluarga
kurang diharapkan dapat 7. Untuk mengetahui kesiapan dan
terpapar pengetahuan Terapeutik : kemampuan pasien dalam menerima
informasi meningkat dengan informasi
(PPNI, 2017) kriteria hasil : 8. Sediakan materi dan pendidikan keseahatan
6. Perilaku sesuai 9. Jadwalkan pendidikan kesehatan
anjuran 10. Berikan kesemapatan untuk bertanya Terapeutik :
meningkat 11. Dokumentasi ukuran tekanan darah yang
7. Perilaku sesuai didapat 8. Untuk membantu mempermudah dalam
pengetahuan menerma informasi
meningkat Edukasi : 9. Agar renacana yang telah dibuat dapat
8. Pertanyaan berjalan dengan baik
tentang masalah 12. Anjurkan berstirahat minimal 5 menit sebelum 10. Untuk memberikan kesempatan pada
yang dihadapi mengukur tekanan darah pasien jika masih ada yang belum
menurun 13. Ajarkan memasang manset di lengan atas dipahami
9. Persepsi yang 14. Ajarkan mengembangkan manset 11. Agar menjadi acuan untuk
keliru terhadap 15. Ajarkan mengempiskan manset (tidak lebih pengukuran tekanan darah berikutnya
masalah menurun cepat dari 2 sampai 3mmmHg/detik)
10. Perilaku 16. Ajarkan cara menentukan tekanan darah sistolik
membaik dan diastolic Edukasi :
(PPNI, 2017) 17. Informasikan hasil pengukuran tekanan darah
12. Agar membantu menenangkan
(PPNI, 2018) kembali kerja jantung dan mendaptkan
hasil yang sesuai
13. Agar tidak salah dalam penempatan
pemasangan manset
14. Agar dapat mengetahui cara kerja
alat tensi dan tidak keliru atau salah
15. Supaya dapat dengan tepat mengukur
tekanan darah
16. Agar dapat mengetahui hasil dari
pemeriksaan tekanan darah sistolik dan
juga diastolic
17. Mengetahui hasil dari pengukuran
tekanan darah (Doenges, 2014)
Tindakan keperawatan yang penulis laksanakan pada kedua sub yek dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5 sesuai dengan

perencanaan yang sudah disusun di atas sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI) dan Standar

Operasional Prosedur (SOP) pengukuran tekanan darah.

Tabel 4.4 Tindakan keperawatan edukasi pengukuran tekanan darah subyek I

Subyek Tindakan

I
07 Juni 2022 08 Juni 2022 09 Juni 2022

10:05-11:50 09:00-10:47 09:00-10:45

1. Tahap prainteraksi 1. Tahap prainteraksi 1. Tahap prainteraksi


a. Mengidentifikasi kesiapan a. Mengidentifikasi kesedian juga a. Menyediakan materi serta
dan kemampuan keluarga kemampuan Ny. Y dalam media pendidikan kesehatan
Tn. A dalam menerima menerima informasi. Hasil: Ny. untuk Ny. Y . Hasil: Ny.
informasi. Hasil: setelah Y siap untuk menerima kembali masih menyimpan dan
dilakukan pengamatan dan informasi yang akan memegang leaflet yang
identifikasi, Ny. Y terlihat dilaksanakan penulis. (09:00) penulis berikan serta penulis
mampu untuk menerima b. Mempersiakan matery serta menyiapkan alat pengukur
edukasi yang akan media pendidikan kesehatan tekanan darah (tensimeter)
dilaksanakan penulis dan untuk Ny. Y. Hasil: Ny. Y yang akan digunakan untuk
Tn. A yang akan diperiksa terlihat memegang leaflet yang praktik pengukuran darah,
tekanan darahnya. (10:05) sudah penulis berikan dan Ny. Y mengatakan sudah
b. Mempersiapka materi penulis menyiapkan alat membeli 1 alat tensimeter
serta media pendidikan pengukur tekanan darah manual. (09:03)
kesehatan. Hasil: (tensimeter) karena keluarga Tn. b. Mencuci tangan 6 langkah.
memberikan leaflet A belum memiliki alat tersebut. (09:07)
hipertensi kepada Ny. Y (09:05)
dan menyediakan alat c. Mencuci tangan 6 langkah
pengukur tekanan darah (09:07)
(tensimeter). (10:10)
c. Mencuci tangan 6 langkah
(10:17)

2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam kepada
Ny. Y sebagai pembukaan.
2. Tahap orientasi Hasil: penulis menyapa Ny.
a. Memberikan salam kepada Y “selamat pagi ibu”, Ny. Y
Tn.A dan Ny Y sebagai menjawab salam dari
pendekatan terapeutik. penulis. (09:10)
Hasil: menyapa Tn. A dan b. Menjelaskan kembali tujuan
Ny. Y, “selamat pagi ibu edukasi pengukuran tekanan
2. Tahap orientasi
dan bapak”, Tn. A dan Ny. darah serta prosedur
a. Memberikan salam kepada Ny.
Y merespon baik penulis tindakan pengukuran
Y sebagai pembukaan. Hasil:
dengan menjawab salam “selamat pagi Ny. Y” Ny. Y tekanan darah kepada Ny.
penulis kembali. (10:18) menjawab dengan baik salam Y. Hasil: Ny. Y mengatakan
b. Menjelaskan tujuan serta penulis. (09:10) sudah mengerti mengenai
prosedur tindakan b. Menjelaskan kembali tujuan tujuan edukasi pengukuran
mengenai edukasi serta prosedur tindakan darah dan juga prosedur
pengukuran tekanan darah mengenai edukasi pengukuran tindakan pengukuran darah.
kepada Tn. A dan Ny. Y tekanan darah kepada Ny. Y. (09:15)
Hasil: setelah penulis Hasil: Ny. Y mengatakan sudah
menjelaskan tujuan memahami tujuan dilakukannya
dilakukannya edukasi edukasi pengukuran darah dan 3. Tahap kerja
pengukuran tekanan prosedur tindakan pengukuran a. Menganjurkan kepada Ny.
darah , Tn. A dan Ny. Y darah. (09:20) Y untuk Tn. A beristirahat
sudah memahami tujuan minimal 5 menit sebelum
dilakukannya edukasi 3. Tahap kerja
dilakukannya pengukuran
pengukuran darah dan juga a. Menganjurkan kembali Ny. Y
tekanan darah. (09:40)
prosedur tindakan untuk beristirahat minimal 5
b. Menganjurkan dan
pengukuran darah. (10:28) menit sebelum dilakukannya
mempraktikan kembali
c. Menjadwalkan pendidikan pengukuran tekanan darah.
kepada Ny. Y pemasangan
kesehatan dengan Ny. Y (09:30)
manset di lengan kanan atas
sesuai kesepakatan b. Menganjurkan kembali kepada
dengan posisi duduk. Hasil:
bersama penulis. Hasil: Ny. Y memasang manset di
Ny. Y mengatakan sudah
Ny. Y menyepakati untuk lengan kanan atas dengna posisi
mengerti pemasangan
dibuatkan jadwal dudu. Hasil: Ny. Y mengatakan
manset. (09:43)
pendidikan kesehatan sudah mengerti anjuran penulis
c. Mengajarkan dan
edukasi pengukuran untuk memasang manset pada
mempraktikan kembali
tekanan darah pada lengan kanan atas Tn. A.
mengembagkan minset serta
tanggal 07-09 Juni 2022 (09:35)
mengempikan minset
yang bertempat di rumah c. Mengajarkan kembali Ny. Y
dengan > 2-3 mmHg/detik.
keluarga Tn. A setiap jam mengembagkan minset dan
Hasil: Ny. Y mengatakan
09:00 WITA. (10:30) menggempiskan minset dengan sudah mengerti dan bisa
d. Memberikan kesempatan > 2-3 mmHg/detik. Hasil: Ny. Y mempraktikan cara
kepada Ny. Y untuk tampak mengamati dan mengembangkan dan
bertanya. Hasil: tidak ada membaca leaflet serta Ny. mengempiskan manset
pertanyaan yang Ny. Y Mengatakan sudah memahami dengan didampingi penulis.
berikan kepada penulis. untuk mengembangkan dan (09:50)
(10:32) mengempiskan manset. (09:47) d. Mengajarkan dan
d. Mengajarkan kembali Ny. y mempraktikan kembali cara
cara menentukan tekanan darah menentukkan tekanan dara
3. Tahap kerja sistolik dan diastolic sistolic jugga diastolic
a. Menganjurkan beristirahat menggunakan alat tensimeter menggunakan alat
minimal 5 menit sebelum dengan menunjukkan jarum tensimeter dengan
dilakukannya pengukuran pada manometer. Hasil: Ny. Y menunjukkan jarum pada
tekanan darah. (10:45) mengatakan memahami manometer. Hasil: Ny. Y
b. Menganjurkan Ny. Y penjelasan penulis. (09:55) mengatakn sudah mengerti
memasang manset di e. Mendokumentasikan hasil dan bisa menentukan
lengan kanan atas kepada pengukuran tekanan darah Tn. tekanan darah sistolik dan
Tn. A dengan posisi duduk A yang didapat. Hasil: tekanan diastolic walaupun penulis
dan mendekatkan Ny. Y darah Tn. A yaitu 130/90 mengajarkannya dan
kepada Tn. A. (10:50) mmHg. (10:00) menuntun berulang kali.
c. Mengajarkan Ny. Y (10:10)
mengembagkan minset e. Mendokumentasikan hasil
dan mengempiiskan 4. Tahap terminasi pengukuran tekanan darah
minset dengan > 2-3 a. Melakukan evaluasi tindakan yang didapat. Hasil: tekanan
mmHg/detik. Hasil: Ny. Y dengan memberikan kesempatan darah Tn. A yaitu 140/110
tampak mengamati dan Ny. Y untuk menjelaskan mmHg. (10:15)
mengerti penjelasan dari kembali dan melakukan
penulis. (10:55) pengukuran tekanan darah
d. Mengajarkan Ny. Y cara dengan didampingi oleh penulis. 4. Tahap terminasi
menentukan tekanan darah Hasil: Ny. Y sudah dapat a. Melakukan evaluasi
sistolik dan diastolic menjelaskan cara pengukuran tindakan dengan
menggunakan alat tekanan darah tetapi ketika memberikan kesempatan
tensimeter dengan mempraktikannya Ny. Y Ny. Y untuk menjelaskan
menunjukkan jarum pada mengatakan takut salah kembali dan melakukan
manometer. Hasil: Ny. Y walaupun sudah didampingi pengukuran tekanan darah
terlihat memperhatikan penulis. (10:30) dengan atau tanpa dituntun
dan memahami apa yang b. Membereskan alat tensimeter oleh penulis. Hasil: Ny. Y
penulis jelaskan. (11:08) yang sudah digunakan untuk sudah dapat menjelaskan
e. Mendokumentasikan hasil edukasi dan memberikan saran cara pengukuran tekanan
pengukuran tekanan darah kepada keluarga Tn. A untuk dan Ny. Y sudah tidak
Tn. A. Hasil: hasil tekanan memiliki alat pengukur tekanan takut untuk mempraktikann
darah Tn. A yaitu 140/100 darah minimal 1 untuk pengukuran tekanan darah
mmHg. (11:15) dilakukan di rumah secara dengan didampingi penulis.
mandiri dan dapat mengontrol (10:25)
4. Tahap terminasi tekanan darah setiap anggota di b. Membereskan alat
a. Melakukan evaluasi rumah. (10:35) tensimeter yang sudah
tindakan dengan c. Mencuci tangan 6 langkah. digunakan untuk edukasi
memberikan kesempatan (10:39) (10:28)
Ny. Y untuk menjelaskan d. Mencatat setiap kegiatan c. Mencuci tangan 6 langkah.
kembali dan melakukan dilembar catatan. (10:47) (10:33)
pengukuran tekanan darah. d. Mencatat setiap kegiatan
Hasil: Ny. Y masih lupa dilembar catatan. (10:40)
untuk menjelaskan setiap e. Berpamitan dan
tahapan pengukuran berterimakasih dengan
tekanan darah dan pada keluarga Tn. A karena
saat mempraktikannya ny. berakhirnya jadwal
Y masih bingung untuk kunjungan rumah dan
melakukan cara sudah berpartisipasi selama
pengukuran tekanan darah. 3 hari untuk melakukan
(11:25) edukasi pengukuran
b. Membereskan alat tekanan darah. (10:45)
tensimeter yang sudah
digunakan untuk edukasi
(11:28)
c. Mencuci tangan 6 langkah.
(11:35)
d. Mencatat setiap kegiatan
dilembar catatan. (11:50)

Tabel 4.5 Tindakan keperawatan edukasi pengukuran tekanan darah subyek II

Subyek Tindakan

II
10 Juni 2022 11 Juni 2022 12 Juni 2022

09:45-12:00 08:00-10:00 08:00-09:32

1. Tahap prainteraksi 1. Tahap prainteraksi 1. Tahap prainteraksi


a. Mengidentifikasi keluarga a. Mengidentifikasi keluarga Tn. J a. Menyediakan alat
Tn. J mengenai persipan mengenai prsiapan juga bisa pengukuran tekanan darah.
juga bisa dalam menerim a dalam menerima berita. Hasil: Hasil: Tn. M dihari ke 3
berita. Hasil: Tn. M siap keluarga Tn. J terlihat siap masih menyimpan leaflet
serta mampu untuk untuk menerima informasi yang penulis berikan serta
menerima informasi yang kembali yang akan penulis menyiapkan alat
akan dilaksanakan penulis dilaksanakan penulis dan pengukur tekanan darah
serta Ny. M yang akan seluruh anggota keluarga Tn. J (tensimeter), Tn. M
diperiksa tekanan memgang leaflet yang diberikan mengatakan sudah
darahnya oleh Tn. M. penulis. (08:00) melakukan saran yang
(09:45) b. Menyediakan pengukuran penulis anjurkan yaitu
b. Menyediakan materi tekanan darah untuk keluarga membeli 1 alat tensimeter
leaflet edukasi pengukuran Tn. J. (08:05) manual. (08:00)
tekanan darah serta media c. Mencuci tangan. (08:07) b. Mencuci tangan 6 langkah
pendidikan kesehatan (08:05)
untuk Tn. M dan Ny. M.
(09:50)
c. Mencuci tangan dengan 6
langkah. (09:55)

2. Tahap orientasi
2. Tahap orientasi a. Memberikan salam kepada
2. Tahap orientasi Tn. M untuk pembukaan.
a. Memberikan salam
a. Memberikan salam kepada Hasil : penulis menyapa
kepada Tn. M sebagai
keluarga Tn. J untuk pembukaan Tn. M “selamat pagi
pendekatan terapeutik.
edukasi. (08:12) bapak”, kemudian Tn. M
Hasil: penulis
b. Menjelaskan kembali tujuan menjawab dengan baik
memberikan salam
serta prosedur tindakan kepada salam dari penulis.(08:08)
“selamat pagi bapak” dan
keluarga Tn. J. Hasil: keluarga b. Menjelaskan kembali
Tn. M menjawab dengan
Tn. J mengatakan sudah tujuan dan prosedur
baik salam dari penulis.
memahami dengan jelas tujuan tindakan kepada Tn. M.
(10:00)
dan prosedur edukasi Hasil: Tn. M mengatakan
b. Menjelaskan tujuan
pengukuran darah. (08:15) sudah memahami tentang
pengukuran tekanan darah
dan juga prosedur maksud tujuan
pengukuran tekanan darah dilakukannya penerapan
kepada Tn. M. Hasil: Tn. 3. Tahap kerja edukasi pengukuran
M mengatakan sudah a. Menganjurkan beristirahat tekanan darah. (08:12)
memahami tujuan dan minimal 5 menit sebelum 3. Tahap kerja
prosedur edukasi dimulainya pengukuran tekanan a. Menganjurkan kembali
pengukuran darah. (10:20) darah. (08:30) pada Tn. M untuk Ny. M
c. Menjadwalkan pendidikan b. Menganjurkan kembali pada Tn. beristirahat minimal 5
kesehatan edukasi M untuk melakukan menit sebelum
pengukuran tekanan darah pemasangan manset di lengan dilakukannya pengukuran
dengan Tn. M sesuai kanan atas dengan posisi duduk. tekanan darah. Hasil: Tn.
kesepakatan. Hasil: Tn. M (08:35) M sudah memahami dan
mengatakan menyetujui c. Mengajarkan kembali Tn. M melakukan anjuran dari
dan menyepakati jadwal cara mengembangkan dan penulis untuk Ny. M
pendidikan kesehatan mengempiskan manset dengan beristirahat 5 menit.
edukasi pengukuran tidak lebih dari 2-3 (08:28)
tekanan darah pada mmHg/detik. Hasil: Tn. M b. Menganjurkan dan
tanggal 10-12 Juni 2022 mengatakan sudah memahami mempraktikan kembali
yang bertempat di rumah penjelasan dari penulis dan Tn. pada Tn. M pemasangan
keluarga Tn. J setiap jam M mengatakan sudah dapat manset di lengan kanan
08:00 WITA. (10:25) mengembangkan serta atas Ny. M pada posisi
d. Memberikan kesempatan mengempiskan manset. (08:55) duduk. (08:34)
kepada Tn. M untuk d. Mengajarkan kembali pada Tn. c. Mengajarkan dan
bertanya. Hasil: anggota M cara menetapkan tekanan mempraktikan kembali
keluarga Tn. J tidak ada darah sistolik dan diastolic mengembangkan manset
yang memberikan menggunakan alat tensimeter serta mengempiskan
pertanyaan kepada dengan menunjukkan jarum manset dengan tidak lebih
penulis. (10:26) pada manometer. Hasil: Tn. M dari 2-3 mmHg/detik.
mengatakan sudah mengerti dan Hasil: Tn.M mengatakan
bisa menetapkan tekanan darah sudah memahami dan
3. Tahap kerja sistolik dan diastolic. (09:00) sudah dapat
a. Menganjurkan untuk mempraktikannya sendiri
beristirahat minimal 5 tanpa dibantu oleh penulis
menit sebelum 4. Tahap terminasi tetapi tetap dipantau.
dilakukannya pengukuran a. Melakukan evaluasi tindakan (08:35)
tekanan darah. (10:36) dengan memberikan d. Mengajarkan serta
b. Menganjurkan memasang kesempatan Tn. M untuk mempraktikan kembali Tn.
manset di lengan kanan menjelaskan dan melakukan M cara menentukan
atas dengan posisi duduk. kembali pengukuran tekanan tekanan darah sistolik dan
(10:50) darah. Hasil: Tn. M mengatakan diastolic menggunakan alat
c. Mengajarkan kepada Tn. sudah tidak bingung dan bisa tensimeter dengan
M cara mengembangkan mempraktikan pengukuran menunjukkan jarum pada
manset dan mengempiskan tekanan darah tetapi masih manometer. Hasil: Tn. M
manset dengan tidak lebih didampingi oleh penulis. mengatakan sudah dapat
dari 2-3 mmHg/detik. (09:25) menentukan tekanan darah
Hasil: Tn. M mengatakan b. Merapikan kembali alat sistolik dan diastolic.
sudah memahami yang tensimeter yang sudah (08:48)
diajarkan penulis. (11:00) digunakan untuk edukasi dan e. Menginformasikan hasil
d. Mengajarkan cara memberikan saran kepada dari pengukuran tekanan
menentukan tekanan darah keluarga Tn. J untuk memiliki darah yang telah diajarkan.
sistolik dan diastolic alat tensimeter setidaknya 1 di (08:50)
menggunakan alat rumah untuk mengontrol
tensimeter dengan anggota keluarga yang
menunjukkan jarum pada menderita hipertensi. (09:38)
manometer. Hasil: Tn. M 4. Tahap terminasi
c. Mencuci tangan 6 langkah.
mengatakan sudah a. Melakukan evaluasi
(09:40)
mengerti tentang tindakan dengan
d. Mencatat setiap kegiatan
menentukan sistolik dan memberikan kesempatan
dilembar catatan. (10:00)
diastolic tekanan darah. untuk menjelaskan kembali
(11:20) dan melakukan pengukuran
tekanan darah dengan atau
e. Mendokumentasikan hasil tanpa dituntun oleh penulis.
pengukuran tekanan darah Hasil: Tn. M mengatakan
yang didapat. Hasil: Ny. sudah bisa melakukan
M yaitu 150/110 mmHg. pengukuran tekanan darah
(11:28) dengan menggunakan
tensimeter tanpa dibantu
oleh penulis namun seluruh
4. Tahap terminasi tahapan tindakan tetap
a. Melakukan evaluasi terpantau. (09:15)
tindakan dengan b. Merapikan alat tensimeter
memberikan kesempatan yang sudah digunakan.
Tn. M untuk menjelaskan (09:20)
dan melakukan kembali c. Mencuci tangan 6 langkah.
pengukuran tekanan (09:23)
darah. Hasil: Tn. M sudah d. Mencatat setiap kegiatan
bisa menjelaskan dengan dilembar catatan. (09:27)
tepat cara pengukuran e. Berpamitan dengan
tekanan darah tetapi keluarga Tn. J karena
ketika mempraktikan sudah berakhirnya jadwal
pengukuran tekanan darah kunjungan rumah dan
Tn. M mengatakan masih melakukan penerapan
bingung. (11:40) edukasi pengukuran
b. Merapikan kembali alat tekanan darah serta
tensimeter yang sudah mengucapkan terimaksih
digunakan untuk edukasi. karena sudah ingin
(11:50) berpartisipasi dan menjadi
c. Mencuci tangan dengan 6 subyek penelitian selama 3
langkah. (11:55) hari. (09:32)
d. Mencatat setiap kegiatan
dilembar catatan. (12:00)

Tabel 4.6 Evaluasi karakteristik Subyek I

No Karakteristik Hari I Hari II Hari III

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1. Sifat sesuai anjuran meningkat √ √ √

2. Perilaku sesuai pengetahuan meningkat √ √ √

3. Pertanyaan tenang masalah yang dihadapi menurun √ √ √


4. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun √ √ √

5. Sifat membaik √ √ √

Jumlah 1 4 3 2 5

Persentasi 20% 80% 60% 40% 100%

Tabel 4.7 Evaluasi karakteristik Subyek II

No Karakteristik Hari I Hari II Hari III

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1. Sifat sesuai anjuran meningkat √ √ √

2. Perilaku sesuai pengetahuan meningkat √ √ √


3. Pertanyaan tenang masalah yang dihadapi menurun √ √ √

4. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun √ √ √

5. Sifat membaik √ √ √

Jumlah 3 2 4 1 5

Persentasi 60% 40% 80% 20% 100%


B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kedua subjek selama 3 hari tentang

penerapan edukasi pengukuran tekanan darah maka diperoleh pembahasan

sebelum dan sesudah tindakan keperawatan yang dapat diuraikan sebagai berikut

Pada Keluarga Subyek I dilakukan pengkajian pada tanggal 07 juni 2022

diperoleh data yaitu data subyek Keluarga mengatakan tidak tahu mengenai

hipertensi dan pasien mengatakan sudah tidak mengkonsumsi makanan yang

mengandung banyak garam karena dokter yang menganjurkan untuk tidak

memakan makanan yang bergaram tinggi dengan kata lain pasien tidak

mengetahui penyebab dari hipertensi pada data objektif observasi TTV,

TD :140/100 mmHg , N:80x/m , RR:21x/m ,SB:36,4 pasien terlihat bertanya

tentang hipertensi yaitu bagaimana cara mengukur tekanan darah secara mandiri

dirumah dan cara menurunkan tekanan darah kemudian pasien terlihat bingung

ketika penulis menanyai tentang penyebab dan juga pencegahan hipertensi.

Berdasarkan hasil dari data pengkajian pada subjek 1 pada tanggal 7 Juni 2022

yang telah diperoleh maka peneliti menegakkan diagnosa keperawatan Defisit

pengetahuan yang sesuai dengan teori pada buku Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia ( SDKI ). Pada jam 10.05 Peneliti melaksanakan edukasi mengenai

pengukuran tekanan darah mulai dari cara memasang manset di lengan tangan

kanan atas, mengembangkan dan mengempiskan manset dilengan kanan atas

tidak lebih 2-3 mmHg/detik, mengajarkan cara membaca sistolik dan diastolik

melalui tensi meter. Hasil observasi subjek I pada haripertama yaitu : Ny. Y
masih lupa cara pengukuran tekanan darah dan pada saat mempraktikannya Ny. Y

tampak bingung. Pada hasil observasi hari pertama Ny. Y belum mengalami

perubahan dilakukan tindakan kembali pada hari kedua. Hasil observasi hari

kedua subjek I Ny. Y sudah dapat menjelaskan cara pengukuran tekanan darah

tetapi subjek I mengatakan takut salah ketika mempraktekannya walaupun sudah

didampingi oleh penulis, jadi untuk hari kedua keluarga Tn. A tidak

mempraktekannya. Pada hasil observasi terjadi perubahan yaitu peningkatan

pengetahuan tetapi tidak menunjukan perilaku sesuai anjuran, maka tindakan

dilanjutkan pada hari ketiga. Hasil observasi hari ketiga subjek I sudah dapat

menjelaskan cara pengukuran tekanan darah dan sudah tidak takut lagi untuk

mempraktekannya dengan didampingi oleh penulis, pada hari ketiga terjadi

peningkatan yang lebih baik dari hari pertama dan kedua sehinga masalah teratasi

dan tindakan edukasi pengukuran tekanan darah pada keluarga Tn. A dihentikan.

Pada Keluarga subjek II tanggal 10 Juni 2022 dilakukan pengkajian dan

diperoleh yaitu data subjektif keluarga Tn. J mengatakan mengerti atau

mengetahui tentang hipertensi tetapi tidak tahu cara pencegahannya dan masih

mengonsumsi makanan bergaram tinggi. Data objektif yaitu keluraga Tn. J

tampak bingung dan bertanya cara pencegahan hipertensi, hasil pengukuran TTV

yaitu : TD : 150/100 mmHg, N : 78x/m, Rr : 20x/m, SB : 36. Berdasarkan hasil

dari data pengkajian pada subjek 1 pada tanggal 10 Juni 2022 yang telah

diperoleh maka peneliti menegakkan diagnosa keperawatan Defisit pengetahuan

yang sesuai dengan teori pada buku Standar Diagnos Keperawatan Indonesia
( SDKI ). Pada jam 09.45 keluarga Tn. J dilakukan edukasi mengenai pengkuran

tekanan darah mulai dari cara memasang manset di lengan tangan kanan atas,

mengembangkan dan mengempiskan manset dilengan kanan atas tidak lebih 2-3

mmHg/detik, mengajarkan cara membaca sistolik dan diastolik melalui tensi

meter. Hasil observasi subjek II pada hari pertama yaitu : keluarga Tn. J masih

bingung dan lupa melakukan tindakan pengukuran tekana darah, hasil observasi

subjek II pada hari pertama tidak mengalami perubahan maka kelurga kembali

diberikan tindakan edukasi pengukuran tekanan darah pada hari kedua. Hasil

observasi hari kedua terjadi perubahan yang baik pada keluarga Tn. J yaitu sudah

dapat dengan cepat memahami dan menjelaskan edukasi pengukuran tekanan

darah serta sudah bisa mempraktekan cara pengukuran tekanan darah tetapi masih

didampingi oleh penulis. Kerena keluarg masih belum cukup mahir dalam

pengukuran tekanan darah maka tindakan edukasi kembali diberikan pada hari

ketiga. Hasil observasi hari ketiga subjek II kelurga Tn. J sudah dapat

menjelaskan cara pengukuran tekanan darah tanpa didampingi oleh penulis. Pada

hari ketiga terjadi peningkatan yang lebih baik dari hari pertama dan kedua

sehinga masala teratasi dan tindakan edukasi pengukuran tekanan darah pada

keluarga Tn. J dihentikan. Hasil evaluasi ini dapat dilihat pada tabel evaluasi 4.6

dan 4.7 yang sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan

dapat dilihat terjadi perubahan pada subjek I yaitu dari 20% menjadi 100% dan

pada subjek II dari 60% menjadi 100%. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan

jurnal yang ditulis oleh Nuryanah (2022), penelitian tersebut membuktikan bahwa
tindakan penyuluhan cara pengukuran tekanan darah dapat meningkatkan

pengetahuan keluarga bersama pasien tentang hipertensi dan cara pengukuran

tekanan darah serta memahami edukasi pendidikan yang di berikan.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pada studi kasus ini yang menjadi hambatan yaitu penulis kesulitan untuk

memahami tahapan pemaparan hasil dari studi kasus karena tidak adanya

contoh ataupu acuan.

2. Ketika penelitian dilaksanakan penulis memiliki kondisi kesehatan yang tidak

bagus, jadi jadwal penelitian tidak sesuai dengan harapan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penerapan edukasi pengukuran tekanan darah dengan masalah

keperawatan defisit pengetahuan pada keluarga hipertensi di desa Paniki Atas

selama 3 hari, pada pengkajian subyek I dan II memiliki persamaan yaitu sama-

sama tidak mengetahui apa itu hipertensi dan cara mengukur tekanan darah.

Diagnosa keperawatan pada subyek I dan Subyek II yaitu defisit pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Tindakan keperawatan pada

subyek I dan Subyek II sama hanya berbeda pada hari kedua dan ketiga. Hasil

evaluasi pada subyek I dan subyek II mengalami perkembangan tetapi subyek II

dihari kedua lebih terlihat perkembangannya dari presentase YA 60% menjadi

80% dan TIDAK 40% menjadi 20% berbeda dengan subyek II yang

perkembangannya lambat karena tidak lupa dan juga dilihat dari perbedaan usia

yang jauh sehingga daya mengingat pada subyek II lebih kuat dibandingkan

subyek I.

B. Saran

1. Bagi penulis

Penulis hendaknya lebih banyak lagi mencari sumber-sumber tentang

hipertensi maupun tindakan-tindakan keperawatan mengenai pengukuran

tekanan darah untuk menambah pengetahuan. Penulis hendaknya lebih teliti


dalam penyimpanan data kedua subyek spaya tak terjadi ssesutua yang tak

diinginkan misal kehilangan data dari salah satu subyek yang dapat

memperlambat proses penelitian.

2. Bagi masyarakat

Masyarakat khususnya keluarga harus lebih menjaga dan juga

mempertahankan dalam pola hidup yang sehat dari memilih makanan yang

sehat terlebih memilih makanan yang tidak banyak mengandung garam

berlebih agar terhindar dari penyakit hipertensi.

3. Bagi perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Seiring dengan perubahan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan juga

teknologi keperawatan yang semakin modern disarankan kepada perawat agar

dapat memperhatikan kesehatan keluarga dalam memilih makanan yang sehat

dan tidak mengandung garam berlebih serta dapat lebih banyak mengedukasi

hipertensi kepada masyarakat. Perawat juga harus mempelajari komunikasi

terapeutik yang baik dan juga menarik pada saat melakukan edukasi kepada

keluarga agar keluarga tertarik untuk mempelajari mengenai edukasi yang

disampaikan perawat.

Anda mungkin juga menyukai