Anda di halaman 1dari 4

Media Gizi Pangan, Vol.

VII, Edisi 1, Januari – Juni


2009

Tinjauan Pustaka

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS TIPE 2


Hasnah1
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Prodi Keperawatan, UIN, Makassar

PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO)
Diabetes mellitus merupakan suatu menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan
penyakit yang ditandai oleh kenaikan kadar gula keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah
darah (hyperglikemia) kronik yang dapat penderita diabetes mellitus-nya terbanyak setelah
menyerang banyak orang di semua lapisan India, China, Uni Soviet, Jepang, dan Brasil.
masyarakat. Problema diabetes mellitus, baik Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita
aspek perorangan maupun aspek kesehatan diabetes di Indonesia mencapai 5 juta dengan
masyarakatnya, terus berkembang meskipun peningkatan sebanyak 230.000 pasien diabetes
sudah banyak dicapai kemajuan di semua bidang per tahunnya, sehingga pada tahun 2005
riset diabetes mellitus maupun diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita.
penatalaksanaannya. Kenaikan ini antara lain karena usia harapan
Diabetes mellitus tipe 2 yang meliputi hidup semakin meningkat, diet kurang sehat,
lebih 90 % dari semua populasi diabetes, faktor kegemukan, gaya hidup modern (Soegondo,
lingkungan sangat berperan. Prevalensi diabetes 1999).
mellitus tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar
Di Indonesia, pada tahun 1994
antara 3 sampai 6 % dari orang dewasanya.
diperkirakan 2 sampai 5 juta orang menderita
Angka ini merupakan acuan untuk
diabetes dan jumlah tersebut akan menjadi 4 juta
membandingkan prevalensi diabetes antara
pada tahun 2000 dan 5 juta pada tahun 2010
berbagai kelompok etnik di seluruh dunia,
(Suparmanto dalam Soegondo, 1999). Menurut
misalnya di negara-negara berkembang yang laju
penelitian epidemiologi yang sampai saat ini telah
ekonominya sangat menonjol yaitu di Singapura
dilaksanakan di Indonesia, prevalensi diabetes
dimana prevalensi diabetes mellitus meningkat
dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,3 %, kecuali
Demikian pula pada beberapa kelompok etnik di di Manado yang agak tinggi sebesar 6 % (Agusta,
beberapa negara yang mengalami perubahan 2000).
Data di Jakarta menunjukkan ada
gaya hidup yang sangat berbeda dengan cara
hidup sebelumnya, karena memang mereka lebih kenaikan prevalensi diabetes mellitus jika
makmur (Utama & Gustaviani, 2000). Saat ini, di dibandingkan angka tahun 1982 (1,7 %), angka
negara-negara yang sedang berkembang tahun 1993 (5,6 %) dan angka tahun 2001 (12,8
termasuk Indonesia sedang mengalami transisi %). Suatu peningkatan yang cukup signifikan dan
epidemiologi menyangkut perubahan perilaku harus diperhatikan agar dapat dilakukan usaha
penyakit masyarakat yaitu peralihan dari perilaku pencegahan yang tepat (Sukardji, 2000).
penyakit infeksi ke perilaku penyakit non infeksi Perubahan yang juga tampak pada
(Ngatimin, 2004). masyarakat bahwa hipertensi pada penyandang
Berdasarkan proyeksi World Health diabetes mellitus dari 15 % menjadi 25 %.
Organization, diperkirakan bahwa dalam kurun Kegemukan pada kelompok non diabetes mellitus
waktu 30 tahun (1995-2025), jumlah penderita sendiri meningkat dari 4,2 % menjadi 10,9 %
diabetes di negara berkembang akan meningkat pada kelompok non diabetes mellitus laki-laki,
sebesar 170 %. Dari persentase tersebut, jumlah dan dari 17,1 % menjadi 24 % pada kelompok
penderita diabetes di Indonesia akan meningkat non diabetes mellitus perempuan. Selain itu
dari 5 juta penderita menjadi 12 juta penderita adanya perubahan perilaku makan ke arah
yang akan termasuk dalam daftar 10 negara persentase lemak yang lebih tinggi (Sukardji,
dengan jumlah penderita diabetes terbesar 2000).
(Healthy Choice, 2002). Jaringan Kebijakan Publik Indonesia
(2004) mengemukakan bahwa penyakit
degeneratif atau penyakit non menular juga

1
Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni

memperlihatkan tingkat kecenderungan yang


jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia
bertambah. Hasil survey kesehatan rumah
(Wiryowidagdo dalam Gsianturi, 2005).
tangga (HHS) tahun 2001 menunjukkan bahwa
prevalensi diabetes mellitus (kadar glukosa
STRATEGI PENANGGULANGAN DIABETES
dalam darah lebih dari 110 mg%) penduduk usia
MELLITUS TIPE II
di atas 25 tahun adalah sebesar 8 %. Angka ini
Pada dasarnya ada empat tingkatan
lebih tinggi bagi pria (9 %) dibandingkan wanita
pencegahan penyakit secara umum yang
(7 %) dan meningkat berdasarkan usia. Di sisi
meliputi: pencegahan tingkat dasar (primordial
lain, prevalensi di atas 25 tahun yang memiliki
prevention), pencegahan tingkat pertama
total kolesterol lebih dari 200 mg% adalah
(primary prevention) yang meliputi promosi
sebesar 6 % (laki-laki) dan 8 % (perempuan).
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan
Dari berbagai penelitian epidemiologis di
tingkat kedua (secondary prevention) yang
Indonesia, diperoleh prevalensi DM sebesar 1,5 -
meliputi diagnosa dini serta pengobatan yang
2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun,
tepat, pencegahan tingkat ketiga (tertiary
bahkan pada suatu penelitian di Manado
prevention) yang meliputi pencegahan terhadap
didapatkan prevalensi DM 6,1 %. Penelitian yang
terjadinya cacat dan rehabilitasi (Noor, 2002).
dilakukan di Jakarta membuktikan adanya
A. Pencegahan Tingkat Dasar
kenaikan prevalensi DM pada daerah urban
meningkat dari 1,7 % pada tahun 1982 menjadi Pencegahan tingkat dasar (primordial
5,7 % pada tahun 1993. Di Surabaya, pada prevention) adalah usaha mencegah terjadinya
penelitian epidemiologi yang dilaksanakan di resiko atau mempertahankan keadaan resiko
Puskesmas perkotaan pada tahun 1991 rendah dalam masyarakat terhadap penyakit
mencakup 13.460 penduduk didapatkan secara umum. Pencegahan ini meliputi usaha
prevalensi sebesar 1,43 %, sedangkan di daerah memelihara dan mempertahankan kebiasaan
rural yang mencakup 1.640 penduduk pada tahun atau perilaku hidup yang sudah ada dalam
1989 juga didapat prevalensi yang hampir sama masyarakat yang dapat mencegah resiko
yaitu 1,47 %. Demikian pula di Sulawesi Selatan, terhadap penyakit dengan melestarikan
prevalensi DM di daerah urban Ujung Pandang perilaku atau kebutuhan hidup sehat yang
meningkat dari 1,5 % pada tahun 1981 menjadi dapat mencegah atau mengurangi tingkat
2,9 % pada tahun 1998. Bahkan, di Kecamatan resiko terhadap suatu penyakit tertentu atau
Sesean, suatu daerah yang sangat terpencil di terhadap berbagai penyakit secara umum.
Tana Toraja, didapatkan prevalensi DM sebesar Umpamanya memelihara cara masyarakat
0,8 persen. pedesaan yang kurang mengonsumsi lemak
hewani dan banyak mengonsumsi sayuran,
Tingginya jumlah penderita diabetes
kebiasaan berolahraga dan kebiasaan
mellitus tipe 2 di Indonesia diakibatkan perilaku
lainnya dalam usaha mempertahankan
makan orang Indonesia yang terlalu banyak
tingkat resiko yang rendah terhadap penyakit
mengonsumsi karbohidrat. Hasil penelitian di
(Noor, 2002).
Amerika menunjukkan pada usia dewasa, asupan
Bentuk lain dari pencegahan ini
kalori rata-rata 3200 kalori. Dari jumlah tersebut,
adalah usaha mencegah timbulnya
47 % menghasilkan glukosa bagi tubuh. Di
kebiasaan baru dalam masyarakat atau
Indonesia, setiap orang dewasa memiliki asupan
mencegah generasi yang sedang bertumbuh
kalori 1700-1900 kalori. Akan tetapi, sumber
untuk tidak meniru atau melakukan
kalori yang menghasilkan glukosa bagi tubuh
kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan
mencapai 70 %. Hal itu disebabkan oleh asupan
resiko terhadap beberapa penyakit. Sasaran
makanan pada orang dewasa di Indonesia lebih
pencegahan tingkat dasar ini terutama pada
banyak mengandung karbohidrat (Pikiran Rakyat
kelompok masyarakat berusia muda dan
Cyber Media, 2003). Salah satu makanan
remaja dengan tidak mengabaikan orang
karbohidrat yaitu nasi yang mengandung glukosa
dewasa dan kelompok manula (Noor, 2002).
dalam kuantitas banyak dan glukosa yang
berlebihan merupakan salah satu penyebab B. Pencegahan Tingkat Pertama.
penyakit diabetes. Nasi yang merupakan Pencegahan tingkat pertama
makanan pokok orang Indonesia mengakibatkan (primary prevention) adalah upaya mencegah
negeri ini menduduki posisi keempat dalam agar tidak timbul penyakit diabetes mellitus.
Faktor yang berpengaruh pada terjadinya

2
Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni
2009

diabetes adalah faktor keturunan, faktor


penderita secara aktif pada tahap dini.
kegiatan jasmani yang kurang, faktor
Kegiatan ini meliputi pemeriksaan berkala,
kegemukan, faktor nutrisi berlebih, faktor
penyaringan (screening) yakni pencarian
hormon, dan faktor lain seperti obat-obatan.
penderita dini untuk penyakit yang secara
Faktor keturunan jelas berpengaruh pada
klinis belum tampak pada penduduk secara
terjadinya diabetes mellitus. Keturunan orang
umum pada kelompok resiko tinggi dan
yang mengidap diabetes (apalagi kalau
pemeriksaan kesehatan atau keterangan
kedua orangtuanya mengidap diabetes, jelas
sehat (Noor, 2002).
lebih besar kemungkinannya untuk mengidap
Upaya pencegahan tingkat kedua
diabetes daripada orang normal). Demikian
pada penyakit diabetes adalah dimulai
pula saudara kembar identik pengidap
dengan mendeteksi dini pengidap diabetes.
diabetes hampir 100% dapat dipastikan akan
Karena itu dianjurkan untuk pada setiap
juga mengidap diabetes pada nantinya
kesempatan, terutama untuk mereka yang
(Sidartawan, 2001).
beresiko tinggi agar dilakukan pemeriksaan
Faktor keturunan merupakan faktor penyaringan glukosa darah. Dengan
yang tidak dapat diubah, tetapi faktor demikian, mereka yang memiliki resiko tinggi
lingkungan (kegemukan, kegiatan jasmani diabetes dapat terjaring untuk diperiksa dan
kurang, nutrisi berlebih) merupakan faktor kemudian yang dicurigai diabetes akan dapat
yang dapat diubah dan diperbaiki. Usaha ditindaklanjuti, sampai diyakinkan benar
pencegahan ini dilakukan menyeluruh pada mereka mengidap diabetes. Bagi mereka
masyarakat tapi diutamakan dan ditekankan dapat ditegakkan diagnosis dini diabetes
untuk dilaksanakan dengan baik pada kemudian dapat dikelola dengan baik, guna
mereka yang beresiko tinggi untuk kemudian mencegah penyulit lebih lanjut (Sidartawan,
mengidap diabetes. Orang-orang yang 2001).
mempunyai resiko tinggi untuk mengidap
D. Pencegahan Tingkat Ketiga
diabetes adalah orang-orang yang pernah
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary
terganggu toleransi glukosanya, yang
prevention) merupakan pencegahan dengan
mengalami perubahan perilaku/gaya hidup ke
sasaran utamanya adalah penderita penyakit
arah kegiatan jasmani yang kurang, yang
tertentu, dalam usaha mencegah bertambah
juga mengidap penyakit yang sering timbul
bersamaan dengan diabetes, seperti tekanan beratnya penyakit atau mencegah terjadinya
darah tinggi dan kegemukan. cacat serta program rehabilitasi. Tujuan
utama adalah mencegah proses penyakit
Tindakan yang dilakukan untuk
lebih lanjut, seperti perawatan dan
pencegahan primer meliputi penyuluhan
mengenai perlunya pengaturan gaya hidup pengobatan khusus pada penderita diabetes
sehat sedini mungkin dengan cara mellitus, tekanan darah tinggi, gangguan
memberikan pedoman: saraf serta mencegah terjadinya cacat maupun
kematian karena penyebab tertentu, serta
1. Mempertahankan perilaku makan sehari-
usaha rehabilitas (Noor, 2002).
hari yang sehat dan seimbang dengan
Upaya ini dilakukan untuk mencegah
meningkatkan konsumsi sayuran dan
lebih lanjut terjadinya kecacatan kalau
buah, membatasi makanan tinggi lemak
penyulit sudah terjadi. Kecacatan yang
dan karbohidrat sederhana.
mungkin timbul akibat penyulit diabetes ada
2. Mempertahankan berat badan normal beberapa macam, yaitu:
sesuai dengan umur dan tinggi badan.
1. Pembuluh darah otak, terjadi stroke dan
3. Melakukan kegiatan jasmani yang cukup segala gejala sisanya.
sesuai dengan umur dan kemampuan. 2. Pembuluh darah mata, terjadi kebutaan.
C. Pencegahan Tingkat Kedua 3. Pembuluh darah ginjal, gagal ginjal kronik
Sasaran utama pada mereka yang yang memerlukan tindakan cuci darah.
baru terkena penyakit atau yang terancam 4. Pembuluh darah tungkai bawah,
akan menderita penyakit tertentu melalui dilakukan amputasi tungkai bawah.
diagnosa dini serta pemberian pengobatan Untuk mencegah terjadinya kecacatan,
yang cepat dan tepat.Salah satu kegiatan tentu saja harus dimulai dengan deteksi dini
pencegahan tingkat kedua adanya penemuan penyulit diabetes, agar kemudian penyulit
dapat dikelola dengan baik di samping tentu

3
Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni

saja pengelolaan untuk mengendalikan kadar


DAFTAR PUSTAKA
glukosa darah (Sidartawan, 2001).
Utawa dan Gustaviani. 2000.
Pemeriksaan pemantauan yang
Ngatimin, R. 2001. Perilaku Dokter di Rumah
diperlukan untuk penyulit ini meliputi
Sakit dan Masyarakat Sekitarnya.
beberapa jenis pemeriksaan, yaitu:
Makassar: Yayasan PK-3.
1. Mata, pemeriksaan mata secara berkala
Healthy Choice. 2002. Insulin Serat Makanan
setiap 6-12 bulan.
Istimewa (Edisi I). Jakarta: Majalah
2. Paru, pemeriksaan berkala foto dada
Healthy Choice.
setiap 1-2 tahun atau kalau ada keluhan
Pikiran Rakyat Cyber Media. 2003. Cara Tepat
batuk kronik.
Mengendalikan Gula Darah, (Online),
3. Jantung, pemeriksaan berkala urin untuk
(http://www.pikiran-rakyat.com., diakses
mendeteksi adanya protein dalam urin.
16 Agustus 2006).
4. Kaki, pemeriksaan kaki secara berkala
Wiryowidigdo Noor, N.N. 2002. Epidemiologi.
dan penyuluhan mengenai cara
Makassar: Lembaga Penelitian
perawatan kaki yang sebaik-baiknya
Universitas Hasanuddin.
untuk mencegah kemungkinan timbulnya
Sidartawan, S. 2001. Pengalaman Klinis
kaki diabetik dan kecacatan yang
Pengobatan Diabetes Mellitus Tipe 2
mungkin ditimbulkannya.
(Volume 51). Jakarta: Majalah
Kedokteran Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai