Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN BIOFARMASI

ABSORPSI OBAT PER ORAL SECARA IN VITRO

Ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah BIOFARMASI

Disusun Oleh :

Ela Fitri Nuryana

11181015

3FA1

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TAHUN AJARAN

2018 – 2021
I. Tujuan Praktikum

1. memahami pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secarain vitro.
2. Memahami berbagai macam mekanisme absorpsi secara in vitro.

II. Prinsip
Absorpsi paracetamol peroral secara in vitromenggunakan tabung Crane and Wilson
terhadap kondisi pH cairal mucosal berupa cairan lambung buatan (CLB) yang
mempunyaih pH 1,2 dan cairan usus buatan (CUB) yang mempunyai pH7,4 menggunakan
spektrofotometri Visiblepada panjang gelombang 435nm.

III. Dasar Teori


Absorpsi adalah proses pergerakan obat yang sudah terlarut dari tempat pemberian
ke dalam sirkulasi darah melalui membrane pada tempat pemberian obat. Obat dapat
diabsorpsi melalui sublingual, bukal, gastrointestinal, subkutan, rektal, muscular,
peritoneal, ocular, nasal dan pulmonal. Membrane sel merupakan lapisan tipis
biomoekuler lemak dengan tebal ± 5nm yang dipisahkan oleh cairan intraseluler dan
ektraseluler. Struktur bilayer membrane memperlihatkan permiabitlitas tinggi untuk
molekul yang bersifat hidrofobik dan permibilitas rendah untuk molekul hidrofilik.
Membrane sel terasosisasi dengan protein intrinsic dan protein ekstrinsik. Protein dapat
berbentuk saluran, pembawa, atau pompa yang dapat memungkinkan senyawa polar dapat
melewati membrane.
Mekanisme absorpsi terdiri dari tiga macam yaitu
1. Difusi pasif
Mekanisme menyangkut senyawa yang dapat larut dalam komposisi penyusun
membrane. Penembusan karena adanya perbedaan konsentrasi atau elektrokimia
dan tidak memerlukan energy. Sebagian besar obat melalui mekanisme kerja
dufusi pasif. Difusi pasif sangat tergantung kelarutan dalam lemak dan gradient
konsentrasi. Molekul hidrofobik memiliki koefesien partisi besar dan molekul
hidrofilik memiliki koefesien partisi kecil.
2. Transport protein
Mekanisme molekul polar kelarutan rendah dalam minyak, permiabilitas rendah.
Beberapa dapat menembus melawan gradient konsentrasi.
a. Channels
Spekulasi awal terhadap keberadaan small aqueous pores dalam membrane
berdasarkan kenyataan membrane sangat permiabel terhadap molekul polar
yang kecil. Contohnya air dan ion. Ada dua channel yaitu water channels dan
ion channels.
b. Difusi terfasilitasi (Carrier)
Mekanisme untuk menjelaskan absorpsi senyawa larut air, tidak
membutuhkan energy, dapat jenuh, dapat terjadi kompetisi dan masih
tergantung pada gradient konsentrasi. Contoh untuk gula dan asam amino.
c. Transport aktif (Pumps)
Merupakan p rotein yang dapat mentrasnport senyawa melawan gradient
konsentrasi menggunakan Adenosin-5triphosphate (ATP) sebagai energy.
3. Pinositosis
Merupakan mekanisme absorpsi untuk makromolekul. Pinositosis mirip seperti
fagositosis dimana molekul seperti “dimakan” oleh struktur yang ada
dimembrane absorpsi.

Gambar 1. Struktur membrane sel (Wellong, 2007)


Penyusanan membrane sel adalah lapisan fosfolipid yang terintregasi dengan protein
fungsional yang bertanggung jawab dalam mekanisme obat transport protein. Oleh karena
itu penyusun membrane sel adalah lipid sehingga secara umum obat yang lebih larut
lemak atau lipid lebih mudah menembus membrane jika terjadi absopsi melalui difusi
pasif.
Sebagian besar obat merupakan asam atau basa organic lemah. Absoporpsi obat
dipengaruhi oleh derajat ionisasinya pada waktu zat berhadapan dengan membrane.
Membrane sel lebih permiabel terhadap bentuk obat yang tidak terionkan daripada bentuk
terionkan. Hal tersebut karena obat bentuk tak terion lebih larut lemak dibanding bentuk
terion. Derajat ionisasi tergantung pada pH larutan dan pKa obat.
Obat yang ditranspor secara difusi pasif, peranan dinding usus hanya sebagai
membrane difusi. Studi absorpsi in vitro dimaksut untuk memperoleh informasi tentang
mekanisme absorpsi suatu bahan obat, tempat terjadi absorpsi yang optimal, permeabilitas
membrane saluran pencernaan terhadap obat, serta berbagai factor terhadap absorpsi obat.
Menurut Tumer dkk, permeabilitas membran biologi terhadap suaru obat dapat
digambarkan oleh koefesien partisinya dan mempunyai hubungan linier dengan kecepatan
transport atau kecepatan absorpsi. Untuk obat yang strukturnya tertentu dan tempat
absorbsinya sudah ditentukan, maka absorpsinya hanya ditentukan oleh gradient kadar
obat antara kedua permukaan membrane, yang memisahkan lumen saluran pencernaan
dengan plasma darah. Kurva hubungan jumlah obat yang ditranspor sehinggan fungsi
waktu memberikan garis linier dengan angka kea rah K=Pm.Cg dan lag time yaitu harga
perpotongan garis dengan sumbu t. bahan obat memiliki lag time kurang dari 15 biasanya
tidak menimbulkan masalah pada proses transport melalui membrane biologis.

IV. Alat dan Bahan


- Alat :

1. Tabung crane and wilson (yang telah dimodifikasi),


2. water bath,
3. tabung gas oksigen,
4. spektro UV-Vis,
5. alat bedah dan alat gelas.

- Bahan :

1. Paracetamol,
2. KH2PO4,
3. HCl,
4. NaCl, asam
5. sulfamat,
6. NaNO2,
7. Kertas Lensa.

- Hewan uji

1. Tikus Jantan
2. Galur Wistar Putih
V. Prosedur

1. Prosedur umum

Pembuatan cairan
mukosal

Pembuatan cairan
serosal

Pembuatan larutan paracetamol dalam CUB dan CLB

Pembuatan pereaksi
warna

Pembuatan kurva kalibrasi paracetamol dalam CUB dan


CLB

Penyiapan usus halus tikus bagian illeum yang dibalik

Percobaan absorpsi
obat
2. Prosedur khusus
a. Pembuatan CUB

Menimbang
bahan

Melarutkan 6,8 gram kalium fosfat monobasa dalam 250ml


air

Tambahkan 100ml NaOH 0,2 N dan 400ml air

Tambahkan 10 gram
pankeratin

Atur nilai pH 7,5 ± 0,1 dengan NaOH 0,2 N

Add kan dengan air hingga 1000ml

b. Pembuatan CLB

Menimbang
bahan

1000ml

Atur pH kurang lebih 1,2


c. Pembuatan kurva kalibrasi paracetamol dalamCUB dan CLB

Membuat larutan induk paracetamol 1000 bpj dalam


CUB dan CLB

Membuat 6 seri konsentrasi yaitu 20, 40, 60, 80,

Ambil masing-masing 1ml, masukan tabung reaksi

Tambahkan pereaksi
warna

Ukur nilai absorbansi pada panjang


gelombangmaksimum 435 nm

Tentukan persamaan kurva kalibrasi yang


diperoleh

d. Penyiapan usus halus tikus bagian illieum yang dibalik

Hewan yang digunakan : tikus putih jantan

Puasakan tidus selam 20-24 jam

Bunuh tikus dengan eter

Bedah tikus disepanjang linea mediana dan


keluarkan

Buang usus tikus epanjang 15 cm dari bawah lambung

Gunakan usus tikus sepanjang 20 cm dibbawahnya

Balik usus hingga bagian dalam berada dibagian luar

Renda usus tikus dalam larutan NaCl 0,9%


e. Percobaan absorpsi obat

Isi water bath dengan air dan atur suhu 37℃

Gunakan 2 Crane and Wilson

Pasangkan dua usus tikus pada kanula bagian tengah masing-


masingtabung

Ikat ujung usus tikus denga hati-


hati

Masukan cairan serosal dalam kanula tengah dan pastikan masuk


dalamusus

Letakkan kanula pada tabung Crine and Wilson yang telah diisi cairan
mukosal yang mengandung paracteamol sebanyak 100ml

Alirkan kanula pinggir dengan oksigen

Ambil sampel, ganti cairan serosal dalam jumlah volume yang sama

Pipet 1ml sampel, masukan dalam tabung


reaksi

Tambahkan pereaksi warna dan ukur absorbansi pada λ


435nm

Buat grafik hubungan Qb terhadap


waktu

Buat persamaan regresi linier dan hitung persaman yang


diperoleh

VI. Data Pengamatan dan Perhitungan

Nama bahan Obat : Parasetamol


Cairan serosal : 3,4 mL
Medium cairan mucosal : Cairan Usus buatan pH 7,5 sebanyak 100 mL
Panjang usus : 7 mL
Pengambilan sampel sebanyak : 1,5 mL pada menit 5, 10, 20 dan 30
ƛmax : 435 nm
persamaan kurva baku : Y = 0,089x – 0,0834 Data parasetamol pada pH 7,5
 Data parasetamol pada pH 7,5
Waktu (Menit) Absorban
5 0,543
10 0,980
20 0,992
30 1,002

Nama bahan Obat : Parasetamol


Cairan serosal : 3,4 mL
Medium cairan mukosal : Cairan Lambung buatan pH 1,2 sebanyak 100 mL
Panjang usus : 7 mL
Pengambilan sampel sebanyak : 1,5 mL pada menit 5, 10, 20 dan 30
ƛmax : 435 nm
Persamaan kurva baku : Y = 0,085x + 0,0834

 Data parasetamol pada pH 1,2


Waktu (Menit) Absorban
5 0,445
10 0,502
20 0,314
30 0,853

 Perhitungan
Dari data diatas maka carilah :
1. Nilai Qb pada cairan usus buatan (CUB) dan cairan lambung buatan CLB
Cairan Usus Buatan (CUB)
a. Mencari Konsentrasi Paracetamol [ X = (Y – A)/B ]
0,543+0,0834
Menit 5 : x = 0,089
= 7,038 µg/mL
0,980+0,0834
Menit 10 : x = 0,089
= 11,984 µg/mL
0,992+0,0834
Menit 20 : x = = 12,083 µg/mL
0,089
1,002+0,0834
Menit 30 : x = 0,089
= 12,195 µg/mL
b. Mencari jumlah obat yang terabsorpi [ Qb’ = C x volume serosal yang tercatat]
Menit 5 : 𝑄𝑏′ = 7,038 × 3,4 = 23,929 µg
Menit 10 : 𝑄𝑏′ = 11,984 × 3,4 = 40,745 µg
Menit 20 : 𝑄𝑏′ = 12,083 × 3,4 = 41,082 µg
Menit 30 : 𝑄𝑏′ = 12,195 × 3,4 = 41,463 µg

c. Mencari faktor koreksi [ Fk = C x 1,5 mL (volume sampel) ]


Menit 5 : 𝐹𝑘 = 7,038 × 1,5 = 10,557 µg
Menit 10 : 𝐹𝑘 = 11,984 × 1,5 = 17,976 µg
Menit 20 : 𝐹𝑘 = 12,083 × 1,5 = 18,124 µg
Menit 30 : 𝐹𝑘 = 12,195 × 1,5 = 18,292 µg

d. Mencari jumlah obat yang diabsorpsi setelah dikoreksi [ Qb = Qb’ + Fk kumulatif ]


Menit 5 : 𝑄𝑏 = 23,9292 + 0 = 23,929 µg
Menit 10 : 𝑄𝑏 = 40,7456 + 10,557 + 0 = 51,302 µg
Menit 20 : 𝑄𝑏 = 41,0822 + 17,976 + 10,557 + 0 = 68,615 µg
Menit 30 : 𝑄𝑏 = 41,463 + 18,1245 + 17,976 + 10,557 + 0 = 88,120 µg

Cairan Lambung Buatan (CLB)


a. Mencari Konsentrasi Paracetamol [ X = (Y – A)/B ]
(0,445+0,0834)
Menit 5 :𝑥= 0,085
= 6,216 µg/mL
(0,502+0,0834)
Menit 10 : 𝑥 = = 6,887 µg/mL
0,085
(0,314+0,0834)
Menit 20 :𝑥 = 0,085
= 4,675 µg/mL
(0,853+0,0834)
Menit 30 :𝑥 = 0,085
= 11,016 µg/mL

b. Mencari jumlah obat yang terabsorpi [ Qb’ = C x volume serosal yang tercatat]
Menit 5 : Qb' = 6,216 × 3,4 = 21,134 µg
Menit 10 : Qb' = 6,887 × 3,4 = 23,415 µg
Menit 20 : Qb' = 4,675 × 3,4 = 15,895 µg
Menit 30 : Qb' = 11,016 × 3,4 = 37,454 µg

c. Mencari faktor koreksi [ Fk = C x 1,5 mL (volume sampel) ]


Menit 5 : 𝐹𝑘 = 6,216 × 1,5 = 9,324 µg
Menit 10 : 𝐹𝑘 = 6,887 × 1,5 = 10,330 µg
Menit 20 : 𝐹𝑘 = 4,675 × 1,5 = 7,012 µg
Menit 30 : 𝐹𝑘 = 11,016 × 1,5 = 16,524 µg
d. Mencari jumlah obat yang diabsorpsi setelah dikoreksi [ Qb = Qb’ + Fk kumulatif ]
Menit 5 : 𝑄𝑏 = 21,134 + 0 = 21,134
Menit 10 : 𝑄𝑏 = 23,415 + 9,324 + 0 = 32,638
Menit 20 : 𝑄𝑏 = 15,895 + 10,330 + 9,324 + 0 = 35,549
Menit 30 : 𝑄𝑏 = 37,454 + 7,012 + 10,330 + 9,324 + 0 = 67,015

 Hasil Tabel

Menit Abs / Y C (bpj) /X Qb’ (µg) Fk (µg) Qb (µg)


ke CUB CLB CUB CLB CUB CLB CUB CLB CUB CLB
5 0,543 0,445 7,038 6,216 23,929 21,134 10,557 9,324 23,929 21,134
10 0,980 0,502 11,984 6,887 40,745 23,415 17,976 10,330 51,302 32,638
20 0,992 0,314 12,083 4,675 41,082 15,895 18,124 7,012 68,615 35,549
30 1,002 0,853 12,195 11,016 41,463 37,454 18,292 16,524 88,120 67,015

2. Buat Grafik hubungan Qb terhadap waktu untuk kedua kondisi percobaan

Chart Title
100

50

0
5 10 20 30

CUB CLB

3. Buat persamaan regresi linier antara Qb dan waktu untuk kedua kondisi percobaan
a. Cairan Usus Buatan (CUB)
Menit Ke Qb CUB
5 23,929
10 51,302
20 68,615
30 88,120

Persamaan regresi linier :

Y = 2,384x + 19,251
b. Cairan Lambung Buatan (CLB)
Menit Ke Qb CLB
5 21,134
10 32,638
20 35,549
30 67,015

Persamaan regresi linier :

Y = 1,662X + 12,069

4. Dari persamaan yang di dapat hitung


Cairan Usus Buatan (CUB)
 Tetapan absorpsi / K ( Nilai B) = 2,384
 Tetapan permiabilitas / Pm
𝐵
Pm = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎𝑙
2,384 2,384
Pm = 500𝑚𝑔 = = 4,768 x 10-4
( ) 5000𝑝𝑝𝑚
100𝑚𝐿

 Lag time
Dengan cara memasukan nilai Y = 0
Y = 2,384x + 19,251
0 = 2,384x + 19,251
− 19,251
x= 2,384
= - 8,075

Cairan Lambung Buatan (CLB)


 Tetapan absorpsi / K (nilai B) : 1,662
 Tetapan permebilitas / Pm
𝐵
Pm = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎𝑙
1,662 1,662
Pm = 500𝑚𝑔 = 5000𝑝𝑝𝑚 = 3,324 x 10-4
( )
100𝑚𝐿

 Lag time (X)


Dengan cara memasukan nilai Y = 0
Y = 1,662X + 12,069
0 = 1,662x + 12,069
−12,069
X= = -7,261
1,662
Rekap hasil perhitungan absopsi
Kondisi Percobaan
Parameter
Cairan Lambung Buatan
Absorpsi
Cairan Usus Buatan (CUB) (CLB)
K 2,384 1,662
Pm 4,768 x 10-4 3,324 x 10-4
Lag time (x) - 8,075 - 7,261

VII. Pembahasan
Pada praktikum pada tanggal 23 Maret 2021 dilakukan pengujian pengaruh pH
terhadap absorpsi paracteamol melalui saluran cerna secara in vitro. In vitro adalah
prosedur perlakuan yang diberikan dalam lingkungan terkendali di luar organisme hidup.
Peralatan dan lingkunan dibuat sedemikian hingga menyerupai keadaan didalam tubuh
makhluk hidup. Dalam praktikum ini sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan
dan organ tubuh yang digunakan adalah bagian ileum sebagai organisme hidup dalam
pengujian. Kondisi lingkungan yang dimaksudkan adalah suasana didalam saluran
pencernaan sehingga menggunakan Cairan Lambung Buatan (CLB) untuk
mengumpamakan dalam suasana lambung manusia dan Cairan Usus Buatan (CUB) untuk
mengumpamakan dalam suasana usus manusia.
Pemberian obat dilakukan secara peroral. Peroral merupakan pemberian obat
melalui saluran penceraan mulai dari mulut, lambung, usus halus, dan usus besar.
Pencernaan dimulut dibantu oleh enzim ptyalin kemudian dengan gerakan peristaltic
terjadi dorongan untuk masuk daalam lambung. Dilambung obat dicerna dengan bantuian
enzim dan cairan lambung bersifat asam. Selanjutnya obat masuk dalam usus halus. Usus
halus terdiri dari duodenum, jejenum, ileum. Dalam usus halus terjadi proses absorbs
yang dibantu oleh jonjot usus. Cairan usus memiliki sifat basa dengan nilai pH kurang
lebih 7-8. Proses terakhir adalah penyerapan kembali oleh usus besar sebelum terjadi
proses eksresi.
Sampel obat yang digunakan adalah paracetamol. Paracetamol merupakan senyawa
yang bersifat semi polar karena mudah larut dalam etanol dan dapat larut dalam air
medidih. Sifat paracetamol yang semi polar ini menyebabkanparacetamol mudah
melewati membrane difusi yang merupakan lapisan ganda lipid. Paracetamol dapat larut
dalam komponen membrane hidrofilik tetapi juga dapat larut dalam komponen membrane
lipofilik, sehingga tidak terperangkap dalam membrane.
Gambar 3. Struktur kimia paracetamol
Absorpsi merupakan proses pergerakan obat dari tempat pemberian obat menuju
sirkulasi sistemik. Proses absorpsi sebagian besar obat dengan difusi yaitu perpindahan
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah dalam sati fase. Factor yang
mempengaruhi proses absorpsi antara lain sifat fisika kimia seperti nilai pH, pKa, ukuran
partikel, kelarutan, stabilitas, dan sifat anatomo saluran penceraan seperti ketebalan
membrane, luas permukaan membrane motilitas saluran cerna.
Pada praktikum kali ini, proses pertama yang dilakukan adalah pembuatan CLB dan
CUB sebagai cairan mucosal yaitu cairan yang menggambarkan cairan saluran
pencernaan dan membuat cairan serosal yang menggambarkan cairan darah. Cairan
serosal dipresentasikan oleh larutan NaCl 0,9% yang isotonis dengan cairan darah.
Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan paracetamol dalam CUB dan CLB bertujuan
sebagai gambaran obat dalam usus dan lambung. Pembuatan pereaksi warna juga
dilakukan untuk memberika warna pada sampel yang ada dilakukan pengukuran pada
panjang gelombang visible. Pembuatan kurva kalibrasi dengan 6 seri konsesntrasi
diperoleh persamaan linier untuk CUB Y = 2,384x + 19,251. Persamaan linier untuk CLB
Y = 1,662X + 12,069
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa jumlah obat yang diabsorpsi dinyatakan
dalan nilai Qb lebih sempurna pada CUB dibandingkan dengan CLB. Parameter absorpsi
paracetamol peroral secara iv vitro adalah nilai tetapan absorpsi (K), tetapan permeabilitas
(Pm) dan nilai lag time. Tetapan absorpsi menggambarkan kecepatan absorpsi, yaitu
masukknya obat ke dalam sirkulasi darah. Factor yang mempengaruhi tetapan absorpsi
dan tetapan permeabilitas adalah kecepatann difusi, luas permukaan membrane, ketebalan
membrane. Dari tabel Rekap hasil perhitungan absopsi menunjukkan tetapan absorpsi (K)
dan tetapan permeabilitas (Pm) pada CUB lebih besar dibandingkan dengan CLB, artinya
penyerapan pada obat terbesar terjadi pada kondisi pH basa pada cairan usus. Namun hal
tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa suatu obat yang bersifat
asam akan terabsorpsi optimum pada pH asam (lambung) dan obat yang bersifat basa
terabsorpsi optimum di pH basa (usus). Tabet paracetamol merupakan tablet yang bersifat
asam lemah sehingga memiliki penyerapan optimum pada lambung. Hal tersebut dapat
terjadi kemungkinan karena terkontaminasinya zat aktif yang digunakan dan ketidak
telitian praktikan dapat proses penyiapan usus saat akan digunakan untuk praktikum.
Lag time merupakan penundaan waktu absorpsi sebelum permukaan absorpsi obat
orde pertama atau merupakan waktu yang dibutuhkan obat untuk menembus membrane.
Lag time untuk mengetahio pada menit ke berapa obat mulai diabsorpsi oleh tubuh.
Semakin besar nilai lag time semakin lama obat untuk diabsorpsi. Nilai lag time yang
dihasilkan pada CLB adalah -7,261dan pada CUB- 8,075 adalah, artinya nila lag time
pada lambung lebih besar dibandingkan pada usus, sehingga proses penembusan
membrane pada lambung lebih lama dibandingkan didalam usus. Bahan obat yang
memiliki lag time kurang dari 15 menit, tidak menimbulkan masalah pada transport
melalui membrane.

VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum absorpsi paracetamol tablet peroral secara in vitro
menggunakan ileum tikus putih jantan, nilai tetapan absorpsi (K) dan tetapan
permeabilitas (Pm) dari tablet paracetamol lebih besar pada usus (CUB), hal tersebut
tidaklah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa obat yang bersifat asam memiliki
absorpsi optimal pada lambung pada obat yang bersifat basa memiliki absorpsi oprimal
pada usus. Lag time pada lambung lebih besar dibandingkan pada usus sehingga proses
penembusan membrane pada lambung lebih lama disbandingkan dengan usus.

IX. Daftar Pustaka

• Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Drijen POM.


Jakarta. Gozali, D., 2000. Penuntun Praktikum Biofarmasi. STFB.
Bandung.
• Syukrin. 2002. Biofarmasetika. UI Press. Yogyakarta.
• Wellong P. G., 2007. Absorption of Drugs Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology. SwiarbrckJ. (Ed). Pharmaceutech Inc. North California.

Anda mungkin juga menyukai