Disusun Oleh :
11181015
3FA1
FAKULTAS FARMASI
TAHUN AJARAN
2018 – 2021
I. Tujuan Praktikum
1. memahami pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secarain vitro.
2. Memahami berbagai macam mekanisme absorpsi secara in vitro.
II. Prinsip
Absorpsi paracetamol peroral secara in vitromenggunakan tabung Crane and Wilson
terhadap kondisi pH cairal mucosal berupa cairan lambung buatan (CLB) yang
mempunyaih pH 1,2 dan cairan usus buatan (CUB) yang mempunyai pH7,4 menggunakan
spektrofotometri Visiblepada panjang gelombang 435nm.
- Bahan :
1. Paracetamol,
2. KH2PO4,
3. HCl,
4. NaCl, asam
5. sulfamat,
6. NaNO2,
7. Kertas Lensa.
- Hewan uji
1. Tikus Jantan
2. Galur Wistar Putih
V. Prosedur
1. Prosedur umum
Pembuatan cairan
mukosal
Pembuatan cairan
serosal
Pembuatan pereaksi
warna
Percobaan absorpsi
obat
2. Prosedur khusus
a. Pembuatan CUB
Menimbang
bahan
Tambahkan 10 gram
pankeratin
b. Pembuatan CLB
Menimbang
bahan
1000ml
Tambahkan pereaksi
warna
Letakkan kanula pada tabung Crine and Wilson yang telah diisi cairan
mukosal yang mengandung paracteamol sebanyak 100ml
Ambil sampel, ganti cairan serosal dalam jumlah volume yang sama
Perhitungan
Dari data diatas maka carilah :
1. Nilai Qb pada cairan usus buatan (CUB) dan cairan lambung buatan CLB
Cairan Usus Buatan (CUB)
a. Mencari Konsentrasi Paracetamol [ X = (Y – A)/B ]
0,543+0,0834
Menit 5 : x = 0,089
= 7,038 µg/mL
0,980+0,0834
Menit 10 : x = 0,089
= 11,984 µg/mL
0,992+0,0834
Menit 20 : x = = 12,083 µg/mL
0,089
1,002+0,0834
Menit 30 : x = 0,089
= 12,195 µg/mL
b. Mencari jumlah obat yang terabsorpi [ Qb’ = C x volume serosal yang tercatat]
Menit 5 : 𝑄𝑏′ = 7,038 × 3,4 = 23,929 µg
Menit 10 : 𝑄𝑏′ = 11,984 × 3,4 = 40,745 µg
Menit 20 : 𝑄𝑏′ = 12,083 × 3,4 = 41,082 µg
Menit 30 : 𝑄𝑏′ = 12,195 × 3,4 = 41,463 µg
b. Mencari jumlah obat yang terabsorpi [ Qb’ = C x volume serosal yang tercatat]
Menit 5 : Qb' = 6,216 × 3,4 = 21,134 µg
Menit 10 : Qb' = 6,887 × 3,4 = 23,415 µg
Menit 20 : Qb' = 4,675 × 3,4 = 15,895 µg
Menit 30 : Qb' = 11,016 × 3,4 = 37,454 µg
Hasil Tabel
Chart Title
100
50
0
5 10 20 30
CUB CLB
3. Buat persamaan regresi linier antara Qb dan waktu untuk kedua kondisi percobaan
a. Cairan Usus Buatan (CUB)
Menit Ke Qb CUB
5 23,929
10 51,302
20 68,615
30 88,120
Y = 2,384x + 19,251
b. Cairan Lambung Buatan (CLB)
Menit Ke Qb CLB
5 21,134
10 32,638
20 35,549
30 67,015
Y = 1,662X + 12,069
Lag time
Dengan cara memasukan nilai Y = 0
Y = 2,384x + 19,251
0 = 2,384x + 19,251
− 19,251
x= 2,384
= - 8,075
VII. Pembahasan
Pada praktikum pada tanggal 23 Maret 2021 dilakukan pengujian pengaruh pH
terhadap absorpsi paracteamol melalui saluran cerna secara in vitro. In vitro adalah
prosedur perlakuan yang diberikan dalam lingkungan terkendali di luar organisme hidup.
Peralatan dan lingkunan dibuat sedemikian hingga menyerupai keadaan didalam tubuh
makhluk hidup. Dalam praktikum ini sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan
dan organ tubuh yang digunakan adalah bagian ileum sebagai organisme hidup dalam
pengujian. Kondisi lingkungan yang dimaksudkan adalah suasana didalam saluran
pencernaan sehingga menggunakan Cairan Lambung Buatan (CLB) untuk
mengumpamakan dalam suasana lambung manusia dan Cairan Usus Buatan (CUB) untuk
mengumpamakan dalam suasana usus manusia.
Pemberian obat dilakukan secara peroral. Peroral merupakan pemberian obat
melalui saluran penceraan mulai dari mulut, lambung, usus halus, dan usus besar.
Pencernaan dimulut dibantu oleh enzim ptyalin kemudian dengan gerakan peristaltic
terjadi dorongan untuk masuk daalam lambung. Dilambung obat dicerna dengan bantuian
enzim dan cairan lambung bersifat asam. Selanjutnya obat masuk dalam usus halus. Usus
halus terdiri dari duodenum, jejenum, ileum. Dalam usus halus terjadi proses absorbs
yang dibantu oleh jonjot usus. Cairan usus memiliki sifat basa dengan nilai pH kurang
lebih 7-8. Proses terakhir adalah penyerapan kembali oleh usus besar sebelum terjadi
proses eksresi.
Sampel obat yang digunakan adalah paracetamol. Paracetamol merupakan senyawa
yang bersifat semi polar karena mudah larut dalam etanol dan dapat larut dalam air
medidih. Sifat paracetamol yang semi polar ini menyebabkanparacetamol mudah
melewati membrane difusi yang merupakan lapisan ganda lipid. Paracetamol dapat larut
dalam komponen membrane hidrofilik tetapi juga dapat larut dalam komponen membrane
lipofilik, sehingga tidak terperangkap dalam membrane.
Gambar 3. Struktur kimia paracetamol
Absorpsi merupakan proses pergerakan obat dari tempat pemberian obat menuju
sirkulasi sistemik. Proses absorpsi sebagian besar obat dengan difusi yaitu perpindahan
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah dalam sati fase. Factor yang
mempengaruhi proses absorpsi antara lain sifat fisika kimia seperti nilai pH, pKa, ukuran
partikel, kelarutan, stabilitas, dan sifat anatomo saluran penceraan seperti ketebalan
membrane, luas permukaan membrane motilitas saluran cerna.
Pada praktikum kali ini, proses pertama yang dilakukan adalah pembuatan CLB dan
CUB sebagai cairan mucosal yaitu cairan yang menggambarkan cairan saluran
pencernaan dan membuat cairan serosal yang menggambarkan cairan darah. Cairan
serosal dipresentasikan oleh larutan NaCl 0,9% yang isotonis dengan cairan darah.
Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan paracetamol dalam CUB dan CLB bertujuan
sebagai gambaran obat dalam usus dan lambung. Pembuatan pereaksi warna juga
dilakukan untuk memberika warna pada sampel yang ada dilakukan pengukuran pada
panjang gelombang visible. Pembuatan kurva kalibrasi dengan 6 seri konsesntrasi
diperoleh persamaan linier untuk CUB Y = 2,384x + 19,251. Persamaan linier untuk CLB
Y = 1,662X + 12,069
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa jumlah obat yang diabsorpsi dinyatakan
dalan nilai Qb lebih sempurna pada CUB dibandingkan dengan CLB. Parameter absorpsi
paracetamol peroral secara iv vitro adalah nilai tetapan absorpsi (K), tetapan permeabilitas
(Pm) dan nilai lag time. Tetapan absorpsi menggambarkan kecepatan absorpsi, yaitu
masukknya obat ke dalam sirkulasi darah. Factor yang mempengaruhi tetapan absorpsi
dan tetapan permeabilitas adalah kecepatann difusi, luas permukaan membrane, ketebalan
membrane. Dari tabel Rekap hasil perhitungan absopsi menunjukkan tetapan absorpsi (K)
dan tetapan permeabilitas (Pm) pada CUB lebih besar dibandingkan dengan CLB, artinya
penyerapan pada obat terbesar terjadi pada kondisi pH basa pada cairan usus. Namun hal
tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa suatu obat yang bersifat
asam akan terabsorpsi optimum pada pH asam (lambung) dan obat yang bersifat basa
terabsorpsi optimum di pH basa (usus). Tabet paracetamol merupakan tablet yang bersifat
asam lemah sehingga memiliki penyerapan optimum pada lambung. Hal tersebut dapat
terjadi kemungkinan karena terkontaminasinya zat aktif yang digunakan dan ketidak
telitian praktikan dapat proses penyiapan usus saat akan digunakan untuk praktikum.
Lag time merupakan penundaan waktu absorpsi sebelum permukaan absorpsi obat
orde pertama atau merupakan waktu yang dibutuhkan obat untuk menembus membrane.
Lag time untuk mengetahio pada menit ke berapa obat mulai diabsorpsi oleh tubuh.
Semakin besar nilai lag time semakin lama obat untuk diabsorpsi. Nilai lag time yang
dihasilkan pada CLB adalah -7,261dan pada CUB- 8,075 adalah, artinya nila lag time
pada lambung lebih besar dibandingkan pada usus, sehingga proses penembusan
membrane pada lambung lebih lama dibandingkan didalam usus. Bahan obat yang
memiliki lag time kurang dari 15 menit, tidak menimbulkan masalah pada transport
melalui membrane.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum absorpsi paracetamol tablet peroral secara in vitro
menggunakan ileum tikus putih jantan, nilai tetapan absorpsi (K) dan tetapan
permeabilitas (Pm) dari tablet paracetamol lebih besar pada usus (CUB), hal tersebut
tidaklah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa obat yang bersifat asam memiliki
absorpsi optimal pada lambung pada obat yang bersifat basa memiliki absorpsi oprimal
pada usus. Lag time pada lambung lebih besar dibandingkan pada usus sehingga proses
penembusan membrane pada lambung lebih lama disbandingkan dengan usus.