Disusun oleh:
Kelompok 5 Praktikum Farmakokinetika B
Jumat Pagi (08.00–10.50 WIB)
Anggota:
Ahmad Naufal Giovanni (2006604133)
Azzah Risca Pratiwi (2006528433)
Putri Fatimatu Zahro (2006604556)
Valha Tsabita Hidayat (2006604165)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2022
I. Tujuan
Tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk menganalisis data yang
diperoleh dengan persamaan farmakokinetika untuk perhitungan kadar obat dalam
urin.
Secara khusus, tujuan percobaan adalah:
1. Mampu melakukan penetapan kadar Sulfaniazin dalam urin secara in vivo;
2. Mampu menetapkan parameter farmakokinetika berdasarkan hasil penetapan
kadar Sulfaniazin dalam urin.
Laju absorpsi dapat memengaruhi laju perubahan jumlah obat dalam tubuh.
Laju perubahan obat dalam tubuh, dDB/dt, bergantung pada laju absorbsi dan
eliminasi obat. Laju perubahan obat dalam tubuh pada setiap waktu sama dengan
laju absorbsi obat dikurangi laju eliminasi obat.
dDGI dDe
<
dt dt
Ketika laju absorbsi semakin obat mendekati nol, atau dDGI/dt = 0, fase
eliminasi pada kurva hanya menyatakan proses eliminasi obat dari tubuh yang
umumnya mengikuti kinetika reaksi orde satu. Oleh karena laju perubahan jumlah
obat dalam tubuh digambarkan sebagai proses orde satu selama proses eliminasi,
yang mana proses eliminasinya dipengaruhi oleh konsentrasi awal obat.
dDB
=−kDB
dt
dDu /dt
Cl=
Cp
Cl=K .Vd
Nilai tetapan laju eliminasi obat (k), dapat dihitung dari data ekskresi urin.
Dengan demikian, dapat dilakukan analisis terhadap urin untuk menentukan laju
ekskresinya sehingga dapat ditentukan tetapan laju eliminasinya dan konsentrasi
obat dalam urin tersebut (yang berhasil di eksresikan). Dalam perhitungan ini, laju
ekskresi obat dianggap sebagai orde satu. k eks merupakan tetapan laju ekskresi
ginjal dan Du merupakan jumlah obat yang diekskresi dalam urin.
dDu
=k eks . DB 0 . e−kt
dt
Laju ekskresi obat melalui urin (dDu/dt) tidak dapat ditentukan dengan
pengujian segera setelah pemberian obat. Dalam praktiknya, urin perlu
dikumpulkan dalam waktu tertentu dan konsentrasi obat dianalisis. Laju ekskresi
urin rata-rata perlu dihitung untuk setiap waktu pengumpulan. Analisis terhadap
urin untuk mengetahui laju ekskresinya pun juga dapat dilakukan untuk
mengetahui kadar obat dalam urin secara in vivo sebagai interpretasi jumlah obat
yang berhasil diekskresikan oleh tubuh sebagai luaran proses eliminasi dari organ
ginjal. Namun, proses analisis perlu memperhatikan karakteristik dari urin normal
sebagai acuan kondisi hasil yang lebih sesuai, seperti tidak adanya kandungan
protein dalam urin karena keberadaan protein dapat memengaruhi kadar obat
dalam urin .
III. Metode
A. Alat
Alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Labu takar 100 mL
2. Pipet volume 1 dan 2 mL
3. Tabun reaksi
4. Stopwatch
5. Sentrifuge dan tabung
6. Vortex mixer
7. Spektrofotometer
B. Bahan
Bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Asam triklorasetat (TCA) 10%
2. Natrium nitrit 0,1% (dibuat baru)
3. Ammonium sulfamat (amonium amido sulfonat) 0,5%
4. Sulfadiazin baku
5. N(1-naftil) etilendiamin 0,1%
6. Es batu
C. Cara Kerja
1. Penyiapan sampel urin
a) Tetapkan 1 orang voluntir/sukarelawan untuk percobaan ini.
Tiga hari sebelum praktikum, voluntir tidak diperbolehkan
mengonsumsi obat sejenis dengan sulfadiazin atau obat lain
yang dapat mengganggu penetapan kadar sulfadiazin.
b) Voluntir diminta mengumpulkan sampel urin sewaktu sebanyak
lebih kurang 300 mL pada wadah yang sudah disediakan,
sebelum kegiatan praktikum dan diserahkan kepada laboran.
2. Prosedur analisis sampel urin
a) Ambil 1,0 mL sampel urin yang dikumpulkan pada jam ke-0;
0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0; 12,0; dan 16,0 (sampel
sudah disiapkan laboran).
b) Masukkan sampel urin ke dalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 1,0 mL larutan TCA 10%, segera aduk hingga
homogen dengan menggunakan vortex.
c) Jika terdapat endapan, disentrifugasi pada 4000 rpm selama 5
menit. Pindahkan 1,0 mL supernatan yang jernih ke dalam
tabung reaksi lain.
d) Tambahkan larutan NaNO2 0,1% (1,0 mL) ke dalam tabung
tersebut, dan diamkan selama 3 menit.
e) Tambahkan larutan N(1-naftil) etilendiamin 0,1% (2,0 mL).
Campur baik-baik, diamkan 5 menit di tempat gelap dan di
tempat dingin.
f) Ukur serapannya pada panjang gelombang 545 nm.
g) Lakukan prosedur yang sama terhadap blanko urin.
3. Pembuatan kurva kalibrasi
Ke dalam akuades ditambahkan larutan stok sulfadiazin
sehingga diperoleh kadar sulfadiazin: 100, 200, 300, 500, 600, dan 700
ppm, kemudian aduk masing-masing larutan dengan vortex hingga
homogen dan reaksikan dengan reagen.
4. Uji perolehan kembali
Buat campuran urin dengan larutan baku sulfadiazin sehingga
diperoleh kadar sulfadiazin 20 μg/mL, 30 μg/mL, dan 50 μg/mL
kemudian aduk masing-masing larutan dengan vortex hingga homogen
dan reaksikan dengan reagen. Tetapkan kadar sulfadiazin dalam urin
terhadap baku sulfadiazin.
100 0,115
200 0,213
300 0,294
500 0,574
600 0,676
700 0,901
Tabel 1. Data kurva kalibrasi larutan standar sulfadiazin pada λ=540 nm
a = -0,047
b = 0,0013
r = 0,9912
Sehingga persamaan kurva kalibrasinya adalah y = 0,0013x - 0,047
Gambar 2. Kurva kalibrasi larutan standar sulfadiazin pada λ=540 nm
B. Sampel Uji Perolehan Kembali
250 0,255
500 0,628
700 0,704
Tabel x. Data Serapan Sampel Urin Ditambah dengan Larutan
Stok Sulfadiazin yang Diukur pada λ = 545 nm
0 - -
1 0,221 0,295
2 0,311 0,377
3 0,457 0,431
4 0,570 0,471
6 0,633 0,671
8 0,394 0,362
10 0,188 0,203
12 0,165 0,188
16 0,112 0,140
Tabel 2. Data serapan sampel urin setelah waktu diukur pada λ=540 nm
0 - -
1 206.2 263.1
2 275.4 326.1
3 387.7 367.7
4 474.6 398.5
6 523.1 552.3
8 339.2 314.6
10 180.8 192.3
12 163.1 180.8
16 122.3 143.8
Tabel x. Konsentrasi sampel urin
V. Data Perhitungan
A. Uji Perolehan Kembali
Untuk memperoleh kesalahan sistematis, perlu diketahui persentase
kadar terukur
perolehan kembali dengan rumus R %= ×100 % lalu jumlah
kadar diketahui
tersebut dikurangi dari 100%.
Persamaan regresi linier yang didapat adalah y = 0,001x + 0,037
1. Konsentrasi 250 ppm
y=0.001 x +0.037
0.255=0.001 x +0.037
x=218 ppm
kadar terukur
R %= ×100 %
kadar diketahui
218
R %= ×100 %
250
R %=87.2 %
kadar terukur
R %= ×100 %
kadar diketahui
591
R %= ×100 %
500
R %=118.2 %
kadar terukur
R %= ×100 %
kadar diketahui
667
R %= × 100 %
700
R %=95.3 %
0 - - -
6 5 5231 2615.5
8 7 3392 1696
10 9 1808 904
12 11 1631 815.5
16 14 1223 305.75
Tabel x. Data hasil pengamatan sampel urin (1)
t (jam) tmid (jam) V (mL) Du (μg) = CU×V dDu/dt (μg/jam)
0 - - -
6 5 5523 2761.5
8 7 3146 1573
10 9 1923 961.5
12 11 1808 904
16 14 1438 359.5
Tabel x. Data hasil pengamatan sampel urin (2)
VII. Kesimpulan
A. Data Pengamatan Sampel Urin
C. Perhitungan UPK
1. Konsentrasi 250 ppm
x=218 ppm
R %=87.2 %
Kesalahan sistematis=12.8 %