Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
01
Pola
Kromatografi
Simplisia
Pola Kromatografi Simplisia
•Melakukan analisis kromatografi sehingga memberikan
Definisi dan Prinsip pola kromatogram yang khas.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Pola Kromatogram
Simplisia Rimpang Kunyit
KLT
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Pola Kromatogram
Simplisia Daun Lidah Buaya
KLT
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Pola Kromatogram
Simplisia Rimpang Bengle
KLT
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
02
Pola
Kromatografi
Ekstrak
Pola Kromatogram Ekstrak
Pengertian dan
Tujuan Nilai
Prinsip
Ekstrak ditimbang,
diekstraksi dengan Memberikan
Kesamaan pola
pelarut dengan cara gambaran awal
dengan data baku
tertentu, kemudian komposisi kandungan
(standar) yang sudah
dianalisis kromatografi kimia berdasarkan
sehingga memberikan
ditetapkan terlebih
pola kromatogram
pola kromatogram dahulu
(KLT, KCKT, KG)
yang khas
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Prosedur
Pembuatan ekstrak Penyiapan larutan uji
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
KLT KG KCKT
- Untuk kandungan
- Pakai lempeng silika gel kimia yang termolabil
dengan fase gerak - Kolom : ODS (RP18)
disesuaikan dengan - Eluasi dengan program
golongan kandungan - Untuk komponen gradien linear
kimia yang stabil terhadap - Deteksi dengan
- Hasil : pewarnaan pemanasan spektrofotometer
lempeng dengan pereaksi - Jenis kolom : OV-1, monokromatis (210
atau instrumen OV-%, Carbowax nm, 254 nm, 300 nm,
densitometer (TLC- 20M 365 nm)
Scanner) - Detektor : FID - Deteksi dengan
- Panjang gelombang 254 spektrofluoresensi
nm, 365 nm, 415 nm atau untuk pola
lainnya yg spesifik kromatogram selektif
dan khusus
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Pola Kromatogram
Ekstrak Kering Getah Daun Lidah Buaya
KLT
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Pola Kromatogram
Ekstrak Kental Rimpang Bengle
KLT
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Pola Kromatogram
Ekstrak Rimpang Kunyit
- Pemerian → Ekstrak
kental, warna kuning,
bau khas, rasa agak
pahit
- Senyawa identitas →
kurkumin
- Rendemen ekstrak →
tidak kurang dari
11,0%
S : ekstrak rimpang
curcumae
P : pembanding kurkumin
Pothitirat, W., & Gritsanapan, W. (2005). Quantitative Analysis of Curcumin ,
Rf pembanding kurkumin Demethoxycurcumin and Bisdemethoxycurcumin in the Crude Curcuminoid Extract
from Curcuma longa in Thailand by TLC- Densitometry. Mahidol University Journal
0,62 of Pharmaceutical Sciences, 32(Figure 1), 23–30.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Pola Kromatogram
Ekstrak Kulit Buah Manggis
KCKT
● Kromatogram 𝝰-mangostin
dalam larutan oral
● Fase gerak : metanol-air
(90:10)
● Laju alir : 1,0 ml/menit
● Standar : 𝝰-mangostin
● Waktu retensi : 9,622 menit
● Resolusi : 1,725
● Tf : 1,378
● SBR : 0,45%
L. Nurhidayati, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 1, hal. 38-46
Kandungan
03
Kimia
Simplisia
Rimpang Kunyit
Daun Lidah Buaya
Rimpang Bengle
Kandungan Kimia Simplisia
Rimpang Kunyit
Kadar minyak atsiri: Tidak kurang dari 1,85% v/b
Kadar Kurkumin: Tidak kurang dari 3,82%
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kandungan Kimia Simplisia
Rimpang Kunyit -Continue-
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kandungan Kimia Simplisia
Daun Lidah Buaya
Kadar Antrakinon Total: Tidak kurang dari 0,20% (dihitung sebagai aloin A)
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kandungan Kimia Simplisia
Daun Lidah Buaya -Continue-
Pembuatan Larutan Blangko Kalium Hidroksida P
5% dalam metanol P
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kandungan Kimia Simplisia
Rimpang Bengle
Kadar minyak atsiri: Tidak kurang dari 1,16% v/b
Kadar Kurkuminoid: Tidak kurang dari 0,80% (dihitung sebagai kurkumin)
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kandungan Kimia Simplisia
Rimpang Bengle -Continue-
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
04 Kandungan Kimia
Ekstrak
Metode Uji Kandungan Kimia Ekstrak
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
Larutan uji: Timbang seksama 1 g ekstrak, larutkan dalam 20 ml etanol dalam labu
takar (3x). Ke dalam dua labu yang masing-masing berisi larutan uji dan larutan baku
dan ke dalam labu ketika yang berisi 20,0 mml etanol P sebagai blangko, tambahkan
2,0 ml larutan yang dibuat dengan melarutkan 50 mg biru tetrazolium P dalam 10 ml
metanol P, dan campur. Kemudian ke dalam tiap labu tambahkan 2,0 ml campuran
etanol P dan tetrametil amonium hidroksida LP (9:1), campur, dan biarkan dalam gelap
selama 90 menit. Ukur serapan larutan yang diperoleh dari larutan uji dan larutan
baku pada panjang gelombang lebih kurang 525 nm dibandingkan terhadap blangko.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
Penetapan Kadar Tanin
Hidrolisis
1. Timbang tepat ekstrak yang setara 200 mg simplisia dan masukkan ke dalam labu
alas bula
2. Tambah sistem hidrolisis ( 1,0 ml lar. 0,5% b/v heksametilentetramina, 20,0 ml
aseton, 2,0 ml lar. 25% HCl dalam air)
3. Lakukan hidrolisis dengan pemanasan sampai mendidih selama 30 menit
4. Campuran hasil hidrolisis disaring menggunakan kapas ke dalam labu ukur 100,0
ml.
5. Residu hidrolisis ditambah 20 ml aseton untuk didihkan kembali sebentar,
lakukan 2x, filtrat dikumpulkan semua ke dalam labu ukur
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
Penetapan Kadar Flavonoid
Hidrolisis
5. Setelah labu ukur dingin, volume ditepatkan sampai tepat 100,0 ml dan dikocok rata.
8. Kemudian 2 kali dengan 10 ml etil astetat. Kumpulkan fraksi etilasetat ke dalam labu
ukur 50,0 ml
Spektrofotometri
1. Masukkan 10 ml larutan fraksi etilasetat (hidrolisa) ke dalam labu ukur 25,0 ml. Tambahkan 1
ml larutan 2 g AlCl3 dalam 100 ml larutan asam asetat glasial 5% v/v (dalam metanol)
2. Tambahkan secukupnya lar. as. asetat glasial 5% v/v (dalam metanol) sampai tepat 25,0 ml
3. Setelah 30 menit, hasil reaksi diukur pada spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum
Hemolisa
1. Campur 0,5 g ekstrak yang diperiksa dengan 50 ml larutan dapar fosfat pH 7,4.
panaskan sebentar, dinginkan, dan disaring
2. Ambil 1 ml filtrat dan campur dengan 1 ml suspensi darah. Untuk ekstrak yang
mengandung tanin, encerkan 0,2 ml filtrat dengan 0,8 ml larutan dapar fosfat pH
7,4, campur dengan 1 ml suspensi darah.
3. Diamkan selama 30 menit, terjadi hemolisa total menunjukkan adanya saponin
4. Kadar saponin dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan melakukan berbagai
pengenceran filtrat dan diamati kadar yang masih menghasilkan hemolisa total,
dibandingkan dengan saponin pembanding
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
6. Ekstraksi kedua lapisan eter masing-masing 20 ml, 20 ml, dan 5 ml lar. Asam sulfat
P (1 dalam 70).
7. Lakukan ekstraksi pada corong pisah ketiga lebih dahulu, setelah itu corong pisah
kedua.
8. Campur ekstrak asam dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan asam sampai
tanda. Lakukan hal yang sama dengan 25 mg alkaloid pembanding yang tersedia
9. Encerkan masing-masing 5,0 ml larutan uji dan larutan pembanding dengan larutan
asam sulfat P (1 dalam 70) hingga 100,0 ml dan tetapkan serapan tiap larutan pada
panjang gelombang tertentu menggunakan larutan asam sulfat P (1 dalam 70)
sebagai blangko
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
1. Timbang 0,1 g ekstrak, kocok dengan 10 ml air panas selama 5 menit, saring dalam
keadaan panas, dinginkan filtrat, dan ekstraksi dengan 10 ml benzena.
2. Pisahkan lapisan benzena
3. Tambahkan pada lapisan air 10 ml larutan feri klorida 5% dan 5 ml asam klorida
4. Panaskan campuran pada penangas air selama 10 menit dalam tabung refluks
5. Dinginkan dan ekstraksi dengan 10 ml benzena
6. Uapkan cairan hingga habis pada cawan porselen dengan pemanasan lemah
7. Larutkan residu dalam 5 ml larutan KOH 5% dalam MetOH
8. Ukur serapan pada panjang gelombang 515 nm
9. Hitung kadar total antrakinon glikosida berdasarkan kurva baku antrakinon pembanding
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Kandungan Kimia Tertentu
Metode Uji
1. Densitometer Tujuan
2. Kromatografi Gas Memberikan data kadar
3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi kandungan kimia tertentu sebagai
4. Lainnya senyawa identitas atau senyawa
yang diduga bertanggung jawab
Syarat Pemilihan Metode
pada efek farmakologi
1. Teruji validitasnya
2. Teruji selektivitas dan batas
linearitasnya
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dkk. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Kandungan Kimia Tertentu
Ekstrak Kental Herba Sambiloto
(Androgaphidis Paniculatae Herbae Extractum Spissum)
Ekstrak kental herba sambiloto adalah ekstrak yang dibuat dari herba
Androgaphis paniculata (Burm. F.) Nees., suku Acanthaceae, mengandung
androgafolid tidak kurang dari 3,80%
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Kandungan Kimia Tertentu
Ekstrak Kental Herba Sambiloto
(Androgaphidis Paniculatae Herbae Extractum Spissum)
KLT Densitometri
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Kandungan Kimia Tertentu
Ekstrak Kental Herba Sambiloto
(Androgaphidis Paniculatae Herbae Extractum Spissum)
Prosedur
1. Totolkan 10 mikroliter Larutan Uji dan masing-masing seri Larutan pembanding
pada lempeng silika gel 60 F254
2. Eluasi dengan fase gerak
3. Ukur serapan pada panjang gelombang maksimum 230 nm, buat kurva
kalibrasi.
4. Hitung persentase androgafolid dalam ekstrak dengan kurva baku atau dengan
rumus
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
05 Kadar Minyak
Atsiri Simplisia
Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam
tanaman.
1. Timbang seksama sejumlah bahan yang diperkirakan
mengandung 0,3 mL minyak atsiri,
2. Masukkan ke dalam labu alas bulat 1 L, tambahkan 200
- 300 mL air suling
3. Hubungkan labu dengan pendingin dan buret berskala.
4. Tambahkan 0,2 mL toluen atau xylen ke dalam buret
(hanya untuk minyak atsiri dengan bobot jenis <1)
5. Panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan
berlangsung dengan lambat tetapi teratur
6. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama >15 menit
7. Catat volume minyak atsiri pada buret
8. Kadar minyak atsiri dihitung dalam % v/b
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Contoh
Jurnal
Prosedur Kerja
Persiapan Bahan Uji Koleksi Minyak Atsiri
Sampel diperoleh dari dua lokasi tanam: 1. Bahan uji ditimbang dengan neraca analitik
1. Kecamatan Tawangmangu, Solo ( ± 680 mdpl) sesuai berat yang ditentukan
2. Kecamatan Kebumen, Purwokerto (± 1200 2. Masukkan bahan uji dalam alat destilasi air.
mdpl) 3. Proses destilasi dilakukan menggunakan akuades
sebagai media pelarut dengan perbandingan
Daun, ranting dan kulit batang Cinnamomum sampel dan media pelarut adalah 1 : 10.
burmannii Blume dipanen dari 2-3 individu tanaman 4. Destilasi dilakukan selama 5 - 10 jam dengan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing. temperatur 100°C
Selanjutnya, sampel tersebut disortasi, dibersihkan, 5. Minyak atsiri yang dihasilkan dipisahkan dan
dicuci, ditiriskan dan dipotong kecil dengan ukuran ± dikeringkan dengan menambahkan Na₂SO₄.
1 cm. 6. Minyak yang telah kering disimpan pada suhu
4°C.
Prosedur Kerja (cont’d)
Karakterisasi Minyak Atsiri
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Penetapan Kadar Minyak Atsiri
1. Timbang saksama sejumlah ekstrak yang diperkirakan mengandung 0,3 mL minyak
atsiri,
2. Masukkan ke dalam labu alas bulat 1 L,
3. Tambahkan 200 sampai 300 mL air suling,
4. Hubungkan labu dengan pendingin dan buret berskala
5. Untuk minyak atsiri dengan bobot jenis lebih dari 1, tambahkan 0,2 mL toluen atau
xylen ke dalam buret
6. Panaskan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi
teratur
7. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit
8. Catat volume minyak atsiri pada buret. Kadar minyak atsiri dihitung dalam % v/b.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Destilasi Uap
Alat-alat terbuat dari kaca. Sebelum
digunakan, buret dicuci dengan etanol 90%
P dan eter P, kemudian dibebas lemakkan
dengan asam pencuci dan dibilasi dengan air
hingga bebas asam.
Keterangan:
A, Labu bulat 1000 mL
B. Pendingin/Kondensor
C. Buret 0,5 mL berskala 0,01 mL
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kadar Minyak Atsiri Ekstrak
No. Ekstrak Kental Kadar Minyak Atsiri
1 Buah Adas (Foeniculli Vulgaris Fructi Extractum Spissum) Tidak kurang dari 0,25% v/b
2 Bawang Putih (Allii Sativi Bulbi Extractum Spissum) Tidak kurang dari 0,05% v/b
3 Rimpang Jahe (Zingiberis Officinalis Rhizomae Extractum Spissum) Tidak kurang dari 1,20% v/b
4 Buah Kapulaga (Amomi Compacti Fructi Extractum Spissum) Tidak kurang dari 0,75% v/b
5 Kulit Kayu Manis (Cinnamomi Burmanii Cortecis Extractum Spissum) Tidak kurang dari 0,05% v/b
6 Buah Kemukus (Piperis Cubebae Fructi Extractum Spissum) Tidak kurang dari 1,40% v/b
7 Rimpang Kencur ( Kaempferiae Galangae Rhizomae Extractum Spissum) Tidak kurang dari 7,93% v/b
8 Rimpang Kunyit (Curcumae Longae Rhizome Extractum Spissum) Tidak kurang dari 3,10% v/b
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Jurnal 1
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental di laboratorium
dengan tahapan sebagai berikut:
Terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil kadar minyak atsiri kedua rimpang
kencur tersebut. Hal ini diduga karena umur rimpang kencur yang didapat berbeda
(umur rimpang kencur 1 lebih muda dari rimpang kencur 2) sehingga kandungan
minyak atsirinya berbeda.
Jurnal 2
Metode Penelitian
1. Penyiapan Simplisia
Sampel yang digunakan adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). yang diambil di
daerah Kecamatan Pauh Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Rimpang
kunyit yang diambil pada pagi hari karena proses fotosintesis terjadi di pagi hari sehingga
kandungan kimia pada tumbuhan dalam keadaan optimal.
Sampel yang digunakan untuk pengujian ini adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica
Val) yang telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium Universitas Andalas (ANDA), jurusan
biologi FMIPA Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
Hasil specimen berupa Curcuma domestica Val. (famili: Zingiberaceae).
a. Pengumpulan bahan baku e. Pengeringan
b. Sortasi basah f. Sortasi kering
c. Pencucian g. Pembuatan serbuk sampel
d. Perajangan
Pemeriksaan makroskopik rimpang kunyit antara lain: bentuk bulat atau menjorong,
tepi rimpang berkeriput; warna rimpang coklat muda, permukaan tengah berwarna coklat
kemerahan; bau aromatic yang khas, rasa agak pahit dan agak pedas.
Metode Penelitian
2. Karakteristik Simplisia
Karakterisasi simplisia berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia (2008)
yaitu meliputi uji makroskopis, uji mikroskopis, pola kromatografi lapis
tipis, susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam,
kadar sari larut air dan sari larut etanol.
Metode Penelitian
3. Ekstraksi Simplisia
Setelah dilakukan karakterisasi simplisia yang sudah dinyatakan memenuhi standar,
selanjutnya dilakukan ekstraksi simplisia
a. Timbang sebanyak 50 gram serbuk simplisia untuk dijadikan ekstrak.
b. Ekstrak dapat dibuat dengan cara maserasi yaitu dengan merendam simplisia
dalam pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi metabolit
dapat diminimalisasi.
c. Simplisia yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam botol kaca gelap, ditambah
dengan 500 mL pelarut heksan direndam selama 6 jam sambil sesekali diaduk dan
dibiarkan selama 18 jam.
d. Kemudian saring, dan ulangi sebanyak 2 kali pengulangan dengan jenis dan jumlah
pelarut yang sama.
e. Maserat dikumpulkan lalu diuapkan dengan penguap vakum (rotary evaporator)
pada suhu ± 50 ºC, penguapan ini bertujuan menguapkan pelarut sehingga
diperoleh ekstrak cair.
Penetapan Kadar Ekstrak Heksan
Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan destilasi uap.
1. Timbang 100 gram ekstrak rimpang kunyit, masukkan ke dalam
labu alas bulat 1 L,
2. Tambahkan 200 mL air suling hubungkan labu dengan pendingin
dan buret berskala.
3. Panaskan di atas hot plate.
4. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15
menit,
5. Catat volume minyak atsiri pada buret.
6. Kadar minyak atsiri yang diperoleh yaitu 2,8 mL untuk 100 gram
sampel (2,8% v/b).
TERIMA
KASIH
Apakah ada pertanyaan?
07 Pertanyaan
Dinar
PERTANYAAN:
kan tadi kandungan minyak atsiri secara kuantitas lebih banyak di daerah
yang kekurangan air, apakah berarti kualitas nya juga lebih baik?
JAWABAN:
Kualitas dari minyak atsiri yang dihasilkan tidak hanya ditentukan oleh
dimana tumbuhan itu ditanam. Ada faktor lain yang mempengaruhi kualitas
minyak atsiri seperti jenis minyak atsirinya, atau prosedur ekstraksinya.
Namun, saya menemukan sebuah jurnal yang mengatakan bahwa apabila
dibandingkan tanaman yang tumbuh di daerah kekurangan air dan daerah
yang kandungan air lebih banyak, kualitas minyak atsiri yang lebih baik
dihasilkan oleh tanaman yang tumbuh di daerah dengan kandungan air
yang banyak.
Prof Berna
PERTANYAAN:
Apa itu parameter spesifik?
JAWABAN:
Parameter spesifik terdiri dari
1. Pemeriksaan identitas (deskripsi tata nama dan senyawa identitas):
memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas
2. Organoleptis (bentuk, warna, bau, rasa): pengenalan awal yang sederhana
seobjektif mungkin
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu.
Prof Berna
PERTANYAAN:
Adakah cara lain untuk menetapkan kadar minyak atsiri selain destilasi uap?
JAWABAN:
Penetapan kadar minyak atsiri dapat dilakukan secara GC/MS
Jurnal GC/MS
Hasil dan Diskusi
Analisis minyak atsiri dilakukan untuk mengetahui komposisi senyawa yang
terdapat dalam minyak atsiri hasil distilasi uap dari masing-masing ekstrak
rimpang kencur. Analisis dilakukan dengan menggunakan GC/MS karena sifat
dari komponen minyak atsiri yang mudah menguap sehingga dapat dielusikan
dengan fase gerak GC/MS yang berupa gas. Analisis dilakukan dengan
membandingkan data spektrum masa Wiley dan indeks retensi Kovat. Hasil
analisis minyak atsiri ekstrak rimpang kencur 1 dan ekstrak rimpang kencur 2
dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 3.
Hasil dan Diskusi
Hasil dan Diskusi
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa kandungan etil-p-metoksisinamat yang
merupakan komponen utama minyak atsiri ekstrak rimpang kencur, pada
ekstrak rimpang kencur 2 ternyata lebih sedikit dari dari ekstrak rimpang
kencur 1 walaupun kadar minyak atsiri pada rimpang kencur 2 berdasarkan
pemeriksaan parameter ekstrak menghasilkan nilai yang lebih besar daripada
ekstrak rimpang kencur 1. Hal ini diduga karena perbedaan tempat tumbuh
tanaman kencur, termasuk lokasi, jenis tanah, iklim, tingkat kesuburan, dan
intensitas cahaya matahari, mempengaruhi jumlah minyak atsiri dan
kandungan etil-p-metoksisinamatnya.