DOSEN PENGAMPU
SUNANDAR IHSAN, S.Farm., M.Sc., Apt
OLEH :
KELAS :C
JURUSAN S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2021
MODEL 1 KOMPARTEMEN PEMBERIAN INTRAVASKULAR DAN
EKSTRAVASKULAR DATA DARAH
A. DEFINISI /PENDAHULUAN
Farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari secara khusus perubahan jumlah obat
dalam tubuh sebagai fungsi waktu. Dengan kata lain, dalam pokok bahasan farmakokinetika
dilakukan kajian-kajian terhadap fenomena absorbsi, distribusi, dan eliminasi obat secara
kuantitatif. Nasib obat sesudah diminum adalah didistribusikan ke seluruh tubuh oleh cairan
tubuh (darah), tetapi kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kemana dan berapa jumlahnya
pada jaringan penerima distribusi. Oleh karena itu, dalam penelitian-penelitian
farmakokinetika dikembangkan berbagai macam model-model matematika untuk
menjelaskan proses perjalanan obat di dalam tubuh (Sjuib, 2015).
Model 1 kompartemen merupakan salah satu cara untuk menerangkan profil
farmakokinetika obat dalam tubuh dengan menganggap tubuh sebagai sebagai sistem tunggal
atau satu ruang (kompartemen) yang homogen, sistem kompartemen ini tidak mempunyai
makna faal atau anatomi.Model 1- kompartemen terbuka merupakan model yang paling
sederhana untuk menerangkan nasib obat ) absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
obat) didalam tubuh setelah obat dimasukkan langsung kedalam pembuluh darah
(intravaskular) atau diberikan secara ekstravaskular. Tubuh dianggap sebagai kompartemen
terubuka karena obat yang masuk kedalam tubuh mengalami metabolisme sehingga menjadi
metabolit yang umumnya secara farmakologik atau terapeutik tidak aktif dan lebih polar dari
semula, dan obat utuh maupun metabolit tersebut akhirnya diekskresi dari tubuh.
Diintegralkan menjadi:
Dab=D EV . e−ka.t
Dimana :
Cp = konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t
o
Cp = konsentrasi obat dalam plasma pada t = 0
Ke = konstanta kecepatan eliminasi dari kompartemen pusat
Ka = konstanta kecepatan absorpsi
α = konstanta kecepatan pada fasa eliminasi
A = nilai perpotongan garis regresi di sumbu y dari residual fasa eliminasi
B= nilai perpotongan garis regresi di sumbu y dari fasa absorpsi
(Sukmadjaja, dkk., 2006).
B. PARAMETER FARMAKOKINETIKA
Parameter farmakokinetik dapat dijelaskan dengan kurva konsentrasi obat dalam plasma
per satuan waktu, dimana pada kurva tersebut dapat ditemukan kadar puncak, waktu puncak,
waktu paruh dan juga bersihan (clearance) di dalam plasma. Untuk mendapatkan parameter
tersebut digunakan persamaan garis yang terdapat pada kurva konsentrasi obat dalam plasma
persatuan waktu (Suwandi, dkk., 2018).
Harga Kel diperoleh dengan membuat kurva antara waktu eliminasi dengan log
Cp atau Ln Cp kemudiaan diregresikan sehingga diperoleh persamaan regresi.
Nilai yang menujukan waktu/ saat kapan kadarobat dalam sirkulasi sitemik
mencapai puncak.
5. Volume Ditribusi
0,693
/2 eliminasi=
k
waktu paruh eliminasi adalah waktu yang diperluhkan agar kadar obat dalam
darah berkurang menjadi setengah (50%) dari kadar semula. Waktu paru eliminasi
termasuk parameter sekunder , karena nilainya di pengaruhi oleh perubahan volume
distribusi dan klirens obat dalam tubuh (Hakim,
0,693 . Vd
T 1/ 2 eliminasi=
Cl
AUC disebut juga AUC model , sebab nilainya diturunkan dari model
kompartemen. AUC yang didapat dari metode trapezoid disebut AUC trapezoid,AUC
non-model Kompartemen. AUC bukan merupakan jumlah obat yang di absorbsi namun
sekedar menggambarkan jumlah obat yang diabsorbsi dan masuk kedalam sirkulasi
sistemik (Hakim,
8. Klirens (CL)
Klirens (Clearance) merupakan parameter eliminasi, diartikan sebagai
pembersihan obat dari volume darah (plasma/serum) persatuan waktu. Klirens tidak
diartikan sebagai jumlah obat yang dibersihkan namun merupakan volume darah
(plasma,serum atau sampel hayati lain) yang dibersihkan dari kandungan obat dalam satu
periode waktu.
D iv
CL=
AUC
CL
Tetapan kecepatan eliminasi orde-pertama dapat diperoleh melalui rumus k =
Vd
(Hakim, 2018).
Adanya waktu tunda tidak menguntungkan bagi obat yang memerlukan onset efek
cepat, misal analgesik.
Dimana (ka . F . Dev)/¿ adalah intersep dua garis residual eliminasi dan absorbsi.
Lag time adalah waktu yang berlalu antara pemberian obat dan penampilannya
dalam sirkulasi sistemik atau antara penampilannya dalam sirkulasi sistemik dan
manifestasi dari efek farmakologisnya. Misalnya, jeda waktu antara pemberian obat dan
paparan obat dalam darah atau plasma dapat sering diamati setelah pemberian oral bentuk
sediaan padat seperti tablet, kapsul, dan terutama tablet salut enterik. Penundaan ini
disebabkan oleh disintegrasi yang lambat dan / atau disolusi bentuk sediaan dalam
saluran pencernaan sebelum obat benar-benar diserap dan dapat di mana saja dari
beberapa menit hingga beberapa jam (Kwon, 2002).
Pada pemberian ekstravaskuler, fase terminal padakurva kadar obat dalam darah
terhadap waktu biasanya menerangkan tetapan kecepatan eliminasi K dan tetapan
absorbsi Ka setelah dilakukan residual.
Namun, suatu anomali kadang-kadang terjadi yang mana slope fase terminal
menerangkan Ka, sedangkan slope garis lurus residual adalah K. Hal ini bisa terjadi
ketika kecepatan absorbsi obat lebih lambat dibanding eliminasinya (Ka<K), dan
fenomena ini disebut flip-flop (pembalik antara Ka dan K) (Hakim, 2018).
3. Hitung t1/2 eliminasi dan absorbsi, Cmaks, Tmaks, AUC, Vd, Cl jika ketersediaan
hayati 0,80.
Jawab :
0,693 0,693
t1/2 eleminasi = = = 10,191 jam
k 0,068
0,693 0,693
t1/2 absorbsi = = = 3 jam
ka 0,231
ln Ka−ln K
tmax =
Ka−K
ln 0,231−ln 0,068
=
0,231−0,068
−1,465−(−2,688)
=
0,163
1,223
=
0,163
= 7,503 jam
I I
AUC = -
K Ka
70,316 70,316
= -
0,068 0,231
= 1,034.058 – 304,398
= 729,66 μg jam/mL
= 0,729 mg jam/mL
F . Dev
Vd =
K . AUC
0,80 .50 mg
=
0,068 .0,729
40
=
0,049
= 816, 326 mL
F . Dev
Cmax = . e –k . tmax
Vd
0,80 .50 mg -0,068 . 7,503
= .e
816 ,326
= 0,049 mg/mL . e-0,068 . 7,503
= 0,029 mg/ mL
F . Dev 0 , 80 .50 mg
Cl = =
AUC 0,729 mg. jam /mL
= 54, 869 mL/jam
Ka = -b
= -0,008 /jam
( 0−5,36 )( 0,5−0 )
((AUC) 1 – 2 =
0−1,678
(−5,36 ) (0,5)
=
−1,678
−2,68
=
−1,678
=1, 597 µg.jam/mL
( 5,36−9,95 )( 1−0,5 )
(AUC) 2 – 3 =
1,678−2,297
(−4,59 ) (0,5)
=
−0,619
−2,295
=
−0,619
= 3, 707 µg.jam/mL
( 9,95−17,18 )( 2−1)
(AUC) 3 – 4 =
( 2,297−2,843)
(−7,23 ) (1)
=
−0,546
= 13, 241 µg.jam/mL
( 17 ,18−25,75 ) ( 4−2)
(AUC) 4 – 5 =
(2,843−3,248)
(−8,57 ) (2)
=
−0,405
−17,14
=
−0,405
= 42,320 µg.jam/mL
( 25,75−29,78 ) (8−4)
(AUC) 5 – 6 =
(3,248−3,393)
(−4,03 ) ( 4)
=
−0,145
−16,12
=
−0,145
= 111, 172 µg.jam/mL
( 29,78−26,63 ) (12−8)
(AUC) 6 – 7 =
(3,393−3,282)
( 3,15 ) (4 )
=
0,111
12,6
=
0,111
= 113,513 µg.jam/mL
( 26,63−19,40 ) (18−12)
(AUC) 7 - 8 =
(3,282−2,965)
( 7,23 ) (6)
=
0,317
43,38
=
0,317
= 136, 845 µg.jam/mL
( 19,40−13,26 ) (24−18)
(AUC) 8 - 9 =
(2,965−2,584 )
( 6,14 ) (6)
=
0,381
36,84
=
0,381
= 96,692 µg.jam/mL
( 13,26−5,88 ) (36−24)
(AUC) 9 - 10 =
(2,584−1,771)
( 7,38 ) (12)
=
0,813
88,58
=
0,813
= 108,929 µg.jam/mL
( 5,88−2,56 )(48−36)
(AUC) 10 - 11 =
(1,771−0,94)
( 3,32 ) (12)
=
0,831
39,84
=
0,831
= 47,942 µg.jam/mL
( 2,56−0 , 49 ) (72−48)
(AUC) 11 - 12 =
(0,94−(−0,713))
( 2,07 ) (24)
=
1,653
49,68
=
1,653
= 30,054 µg.jam/mL
2. Penentuan AUCt-0
Dijumlahkan tiap segmen AUC (kolom 3) untuk dapat AUC dari t = 0 sampai t = ∞(waktu
tak hingga adalah t 48 jam)
AUC = AUCt1 + AUCt2
= 0 + 1,597
= 1,597 µg.jam/mL
Untuk t8
K(AUC) t-0 = 0,068 × 224,685
= 15,278 µg/mL
Untuk t12
K(AUC) t-0 = 0,068 × 250,358
= 17,024 µg/mL
Untuk t18
K(AUC) t-0 = 0,068 × 233,537
= 15,880 µg/mL
Untuk t24
K(AUC) t-0 = 0,068 × 205,621
= 13,982 µg/mL
Untuk t36
K(AUC) t-0 = 0,068 × 156,871
= 10,667 µg/mL
Untuk t48
K(AUC) t-0 = 0,068 × 77,996
= 5,303 µg/mL
4. Penentuan Ct + k (AUC)
Untuk t0
Ct + k (AUC) = 0 + 0,108
= 0,108 µg/mL
Untuk t0,5
Ct + k (AUC) = 5,36 + 0,360
= 5,72 µg/mL
Untuk t1
Ct + k (AUC) = 9,95 + 1,152
= 11,102 µg/mL
Untuk t2
Ct + k (AUC) = 17,18 + 3,778
= 20,958 µg/mL
Untuk t4
Ct + k (AUC) = 25,75 + 10,437
= 36,187 µg/mL
Untuk t8
Ct + k (AUC) = 29,78 + 15,278
= 45,058 µg/mL
Untuk t12
Ct + k (AUC) = 26,63 + 17,024
= 43,654 µg/mL
Untuk t18
Ct + k (AUC) = 19,40 + 15,880
= 35,28 µg/mL
Untuk t24
Ct + k (AUC) = 13,26 + 13,982
= 27,242 µg/mL
Untuk t36
Ct + k (AUC) = 5,88 + 10,667
= 16,547 µg/mL
Untuk t48
Ct + k (AUC) = 2,56 +5,303
= 7,863 µg/mL
Untuk t0,5
5,72
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 0,727
Untuk t1
11,102
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 1,411
Untuk t2
20,958
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 2,665
Untuk t4
36,187
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 4,602
Untuk t8
45,058
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 5,730
Untuk t12
43,654
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 5,551
Untuk t18
35,28
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 4,486
Untuk t24
27,242
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 3,464
Untuk t36
16,547
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 2,104
Untuk t48
7,863
Ab/Ab ∞ =
7,863
=1
Untuk t0,5
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 0,727
= 0,273
Untuk t1
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 1,411
= -0,411
Untuk t2
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 2,665
= -1,665
Untuk t4
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 4,602
= -3,602
Untuk t8
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 5,730
= -4,73
Untuk t12
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 5,551
= -4,551
Untuk t18
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 4,486
= -3,486
Untuk t24
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 3,464
= -2,464
Untuk t36
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 2,104
= -1,104
Untuk t48
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 1
=0
DAFTAR PUSTAKA
Sjuib, F., 2015, Farmakokinetika dan Biofarmasi Sebagai Jembatan Antara Dokter Dan
Apoteker, Jurnal Apresiasi Purna Bakti Guru Besar Departemen Farmasi ITB, Vol.1(1).
Sukmadjaja, A., Lucy S., Muhammad Q., 2006, Pengembangan Aplikasi Komputer Pengolahan
Data Konsentrasi Obat Dalam Plasma Untuk Studi Pemodelan Parameter
Farmakokinetik, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.3 (3).
Suwandi, N.D., Cholis A., Muhammad H., 2018, Kadar Puncak (Cmax), Waktu Puncak (Tmax),
Waktu Paruh (T1/2) dan Bersihan Teobromin pada Sukarelawan Sehat Setelah Pemberian
Dark Chocolate Bar Per Oral, e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.6(2).