Anda di halaman 1dari 25

TUGAS FARMAKOKINETIKA DASAR

“MODEL 1 KOMPARTEMEN PEMBERIAN INTRAVASKULAR


DAN EKSTRAVASKULAR DATA DARAH”

DOSEN PENGAMPU
SUNANDAR IHSAN, S.Farm., M.Sc., Apt

OLEH :

NAMA : REINA AULIA RAODAH MADJID

NIM : O1A1 19 118

KELAS :C

JURUSAN S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
MODEL 1 KOMPARTEMEN PEMBERIAN INTRAVASKULAR DAN
EKSTRAVASKULAR DATA DARAH

A. DEFINISI /PENDAHULUAN
Farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari secara khusus perubahan jumlah obat
dalam tubuh sebagai fungsi waktu. Dengan kata lain, dalam pokok bahasan farmakokinetika
dilakukan kajian-kajian terhadap fenomena absorbsi, distribusi, dan eliminasi obat secara
kuantitatif. Nasib obat sesudah diminum adalah didistribusikan ke seluruh tubuh oleh cairan
tubuh (darah), tetapi kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kemana dan berapa jumlahnya
pada jaringan penerima distribusi. Oleh karena itu, dalam penelitian-penelitian
farmakokinetika dikembangkan berbagai macam model-model matematika untuk
menjelaskan proses perjalanan obat di dalam tubuh (Sjuib, 2015).
Model 1 kompartemen merupakan salah satu cara untuk menerangkan profil
farmakokinetika obat dalam tubuh dengan menganggap tubuh sebagai sebagai sistem tunggal
atau satu ruang (kompartemen) yang homogen, sistem kompartemen ini tidak mempunyai
makna faal atau anatomi.Model 1- kompartemen terbuka merupakan model yang paling
sederhana untuk menerangkan nasib obat ) absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
obat) didalam tubuh setelah obat dimasukkan langsung kedalam pembuluh darah
(intravaskular) atau diberikan secara ekstravaskular. Tubuh dianggap sebagai kompartemen
terubuka karena obat yang masuk kedalam tubuh mengalami metabolisme sehingga menjadi
metabolit yang umumnya secara farmakologik atau terapeutik tidak aktif dan lebih polar dari
semula, dan obat utuh maupun metabolit tersebut akhirnya diekskresi dari tubuh.

Model 1 kompartemen terbuka beranggapan bahwa perubahan kadar obat dalam


darah mencerminkan perubahan kadar obat dalam jaringan. Asusmsi berikutnys, bahwa
eliminasi (metabolisme dan ekskresi) obat dari tubuh berlangsung mengikuti kinetik orde
pertama, yang berarti bahwa kecepatan eliminasi obat dalam tubuh setiap saat sebanding
dengan kadar obat yang tersisa dalam dalam tubuh saat itu (Hakim, 2018).
Dikemukakan model satu kompartemen dan model multi kompartemen. Model satu
kompartemen dapat digambarkan sebagai berikut :

Model satu kompartemen :


1. Pemberian suntikan IV dengan dosis Xo
2. Pemberian yang harus melewati membran (misal: oral) untuk sampai ke
kompartemen dengan jumlah obat tersedia untuk diabsorbsi (Xa) dan tetapan
kecepatan absorbsi Ka.
K= tetapan kecepatan eksresi obat dari kompartemen (Sjuib, 2015).
A. METODE PENENTUAN MODEL FARMAKOKINETIKA DAN PERSAMAAN
UMUM MODEL 1 KOMPARTEMEN
Model 1 Kompartemen : jika obat setelah pemapakaian segera didistribusikan dalam ruang
distribusi secara merata. Jika terjadi elminasi maka disebut kompartemen terbuka
Model 2 Kompartemen : distribusi obat kedalam ruang distribusi yang dapat dilewaati
dengan kecepatan berbeda-beda
Persamaan Umum Model 1 Kompartemen
1. Pemberian Intravena: Data Darah
dDb/dt =−k × Db
Db : jumlah obat yang berada dalam tubuh setelah penyuntikan Intravena
K : tetapan kecepatan eliminasi orde pertama obat melalui metabolisme, urin,
empedu dan proses lain
Tanda negatif menunjukan obat berkurang dari tubuh setelah pemberian secara intravena
bolus
Untuk menentukan perubahan jumlah obat dalam tubuh dalam tubuh pada tiap waktu
persamaan diatas diintegralkan menjadi:
Db t =DIV e− kt
Dbt : perubahan jumlah obat dalam tubuh pada tiap
waktu
DIV ( dosis intravena) : jumlah obat yang masuk kedalam tubuh pada
waktu t = 0
E : dasar logaritmik natural

2. Pemberian Ekstravaskuler : Data Darah


dDb/dt =ka× D ab−k . Db

dDb/d : perubahan jumlah obat dalam tubuh setiap saat


Dab : jumlah obat di tempat absorbsi
Ka : tetapan kecepatan absorbsi
K : tetapan kecepatan eliminasi (orde pertama) obat dari tubuh

Kecepatan hilangnya obat dari tempat absorbsi :


dD ab /dt=−ka . D ab

Diintegralkan menjadi:

Dab=D EV . e−ka.t

3. Pemberian Intravena : Data Urin


 Metode kecepatan absorbsi
k
log dDu/dt=log k e . Db0 . ×t
2,303
 Metode ekskresi urin kumulatif
∞ ke . D IV
Du =
k
Dalam praktek pengertian waktu ∞ = 7-10 waktu paru eliminasi obat
4. Pemberian Ekstravaskuler : Data Urin
 Metode kecepatan ekskresi urin
F . D EV . ke . ka −k .t −ka . t
dDu /dt= (e −e )
ka−ke
 Metode ekskresi urin kumulatif
∞ Du ∞
Du −Du= ¿)
ka−k

Pemodelan farmakokinetik berguna untuk : (1) memprediksikan konsetrasi obat di dalam


plasma, jaringan, dan urin, (2) mengkalkulasikan dosis optimum obat bagi setiap pasien, (3)
mengestimasikan kemungkinan terakumulasinya obat dan atau produk-produk metabolismenya,
(4) mengkorelasikan konsentrasi obat dengan efek toksisistas dan efek farmakologinya, (5)
mengevaluasi perbedaan konsentrasi yang terkandung dalam plasma antara formula yang satu
dengan yang lainnya,(6) menjelaskan bagaimana pengaruh perubahan fisioligi dan efek dari
penyakit terhadap absorpsi, distribusi dan eleminisai dari suatu obat,(7) menjelaskan interaksi
obat yang mungkin terjadi.

Dimana :
Cp = konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t
o
Cp = konsentrasi obat dalam plasma pada t = 0
Ke = konstanta kecepatan eliminasi dari kompartemen pusat
Ka = konstanta kecepatan absorpsi
α = konstanta kecepatan pada fasa eliminasi
A = nilai perpotongan garis regresi di sumbu y dari residual fasa eliminasi
B= nilai perpotongan garis regresi di sumbu y dari fasa absorpsi
(Sukmadjaja, dkk., 2006).
B. PARAMETER FARMAKOKINETIKA

Parameter farmakokinetik dapat dijelaskan dengan kurva konsentrasi obat dalam plasma
per satuan waktu, dimana pada kurva tersebut dapat ditemukan kadar puncak, waktu puncak,
waktu paruh dan juga bersihan (clearance) di dalam plasma. Untuk mendapatkan parameter
tersebut digunakan persamaan garis yang terdapat pada kurva konsentrasi obat dalam plasma
persatuan waktu (Suwandi, dkk., 2018).

1. Tetapan Kecepatan absorbsi (Ka)


Tetapan kecepatan absorbsi menggambarkan kecepatan absorbsi yakni masuknya
obat kedalam sirkulasi sistemik dari tempat absorbsinya ( misal saluran cerna)
Ka dapat diperoleh dengan membuat kurva antara waktu absorbsi dengan log
Cmax kemudian diregresikan sehingga diperoleh persamaan regresi.
Ka = 2,303 x (-slope)

2. Tetapan kecepatan Eliminasi(Kel)

Tetapan kecepatan eliminasi menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah


proses-proses kinetik mencapai keseimbangan.

Harga Kel diperoleh dengan membuat kurva antara waktu eliminasi dengan log
Cp atau Ln Cp kemudiaan diregresikan sehingga diperoleh persamaan regresi.

Kel = 2 ,303 x (-slope) (jika menggunakan Log)

Kel = -(slope) ( jika menggunakan ln)

3. Kadar Puncak (Cmax)

Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah/serum/plasma


setelah pemberian obat secara oral .

4. Waktu untuk Mencapai Kadar Puncak (T maks)

Nilai yang menujukan waktu/ saat kapan kadarobat dalam sirkulasi sitemik
mencapai puncak.

5. Volume Ditribusi

Volume distribusi adalah parameter primer yang nilainya langsung dipengaruhi


faktor-faktor faal misalnya ikatan obat oleh komponen darah dan jaringann, vaskularisasi
jaringan, dan ukuran tubuh.
Div
V d=
C0

6. Waktu Paruh Eliminasi

0,693
/2 eliminasi=
k

waktu paruh eliminasi adalah waktu yang diperluhkan agar kadar obat dalam
darah berkurang menjadi setengah (50%) dari kadar semula. Waktu paru eliminasi
termasuk parameter sekunder , karena nilainya di pengaruhi oleh perubahan volume
distribusi dan klirens obat dalam tubuh (Hakim,

0,693 . Vd
T 1/ 2 eliminasi=
Cl

7. Luas Area dibawah Kurva (AUC)


C0
AUC=
k

AUC disebut juga AUC model , sebab nilainya diturunkan dari model
kompartemen. AUC yang didapat dari metode trapezoid disebut AUC trapezoid,AUC
non-model Kompartemen. AUC bukan merupakan jumlah obat yang di absorbsi namun
sekedar menggambarkan jumlah obat yang diabsorbsi dan masuk kedalam sirkulasi
sistemik (Hakim,

8. Klirens (CL)
Klirens (Clearance) merupakan parameter eliminasi, diartikan sebagai
pembersihan obat dari volume darah (plasma/serum) persatuan waktu. Klirens tidak
diartikan sebagai jumlah obat yang dibersihkan namun merupakan volume darah
(plasma,serum atau sampel hayati lain) yang dibersihkan dari kandungan obat dalam satu
periode waktu.

D iv
CL=
AUC

CL
Tetapan kecepatan eliminasi orde-pertama dapat diperoleh melalui rumus k =
Vd

(Hakim, 2018).

C. MODEL FLIP FLOP ATAU LAG TIME


Waktu tunda (lag-time) adalah penundaan absorbsi obat setelah obat diberikan
dengan dosis tunggal. Penundaan ini bisa berlangsung beberapa menit atau bahkan mendekati
½ - 1jam. Penundaan ini umumnya disebabkan oleh :

1. Faktor formulasi atau teknologi pembuatan sediaan


2. Sifat lipofilisitas obat
3. Faktor faal, misalnya perlambatan pengosongan obat dari lambung menuju usus
(gastric emptying rate)
4. Adanya gangguan absorbsi dalam usus

Adanya waktu tunda tidak menguntungkan bagi obat yang memerlukan onset efek
cepat, misal analgesik.

ka . F . Dev −k (t −tlag) −ka (t −tlag)


C t= (e −e )
Vd (ka−k )

Dimana (ka . F . Dev)/¿ adalah intersep dua garis residual eliminasi dan absorbsi.

Lag time adalah waktu yang berlalu antara pemberian obat dan penampilannya
dalam sirkulasi sistemik atau antara penampilannya dalam sirkulasi sistemik dan
manifestasi dari efek farmakologisnya. Misalnya, jeda waktu antara pemberian obat dan
paparan obat dalam darah atau plasma dapat sering diamati setelah pemberian oral bentuk
sediaan padat seperti tablet, kapsul, dan terutama tablet salut enterik. Penundaan ini
disebabkan oleh disintegrasi yang lambat dan / atau disolusi bentuk sediaan dalam
saluran pencernaan sebelum obat benar-benar diserap dan dapat di mana saja dari
beberapa menit hingga beberapa jam (Kwon, 2002).

Fenomena Flip Flop

Pada pemberian ekstravaskuler, fase terminal padakurva kadar obat dalam darah
terhadap waktu biasanya menerangkan tetapan kecepatan eliminasi K dan tetapan
absorbsi Ka setelah dilakukan residual.

Namun, suatu anomali kadang-kadang terjadi yang mana slope fase terminal
menerangkan Ka, sedangkan slope garis lurus residual adalah K. Hal ini bisa terjadi
ketika kecepatan absorbsi obat lebih lambat dibanding eliminasinya (Ka<K), dan
fenomena ini disebut flip-flop (pembalik antara Ka dan K) (Hakim, 2018).

Dalam farmakokinetik , fenomena flip-flop terjadi ketika suatu obat dilepaskan


pada kecepatan yang berkelanjutan daripada pelepasan segera, seperti formulasi
pelepasan berkelanjutan vs formulasi pelepasan segera (tablet IV). Dalam kinetika flip-
flop, ka (konstanta absorpsi) jauh lebih lambat daripada ke (konstanta eliminasi).
Perbedaan nyata ini menggeser kemiringan log Cp vs kurva waktu di mana sekarang
bagian nyata dari k e terlihat jauh lebih kecil daripada jika obat tersebut diberikan secara
intravena atau dengan formulasi pelepasan segera. Bagian dari kurva ke bawah menjadi
cerminan dari k aktual sedangkan bagian ke atas dari kurva adalah representasi aktual
dari ke . Bagian "flip-flop" dari kurva tersebut disebut kinetika flip-flop. Penerapan flip-
flop kinetics sangat penting dalam pengembangan formulasi lepas-
lepas dan terkontrol- lepas pada manufaktur farmasi (Rowe, 2012).

D. MENGHITUNG AUC DENGAN METODE TRAPEZOID


Ada dua metode trapezoid yang lazim digunakan untuk menghitung AUC, yaitu
metode trapezoid linear dan logaritmik.
1. Metode Trapezoid Linear
Disebut trapezoid linear karena sumbu y ( kadar obat dalam darah) dan sumbu X
( waktu pencuplikan darah) menggunakan skala linear. Metode ini menghasilkan AUC
yang akurat, jika titik datanya cukup rapat.
Nilai AUC total ( dari t = 0, sampai t = ∞ ) dihitung secara fraksional menurut
persamaan:
t2 Cn
AUC=[ AUC ]tt 10 + [ AUC ]t 1 + ⋯ ⋯+
k
Kemudian tiap-tiap segmen area dihitung mulai dari :
t1 ( C +C )( t +t )
[ AUC ]t 0 = 0 1 1 0
2
Akhirnya area sisa dihitung dengan
Cn
k
Untuk mendapatkan nilai AUC yang akurat :
 Interval waktu pengambilan sampel darah hendaknya tidak lebih besar dari waktu
paruh eliminasi obat
 Pengambilan sampel darah hendakya diakhir pada 3-5 kali T 1/ 2 eliminasi obat,
sehingga area sisa ini tidak lebih dari 20 % dari AUC total.
2. Metode Trapezoid Logaritmik
Adanya kelemahan pada metode trapezoi linear maka untuk perhitungan AUC
yang lebih akurat digunakan metodelogaritmik, dalam hal ini sumbu Y berskala
logaritmik ( kadar obat dalam darah menjadi Log C t atau Ln Ct ) sedangkan sumbu
X( waktu) tetap menggunakan skala normal,maka kurva kadar obat terhadap waktu akan
bebrbentuk linear pada fase pasca Cmaks .
Perhitungan AUC total dilakukan dengan menjumlahkan semua segmen area dan
tiap segmen dihitung dengan :
t1 ( C −C ) ( t −t )
[ AUC ]t 0 = 0 1 1 0
ln C0 −ln C1
Kemudian AUC sisa diperoleh menggunakan persamaan yang sama dengan
perhitungan sisa pada trapezoid linear (Hakim, 2018).
SOAL : Soal model 1 kompartemen pemberian ekstravaskuler dengan dosis 50 mg
Waktu (Jam) Kadar (Cp) (ug/ml)
0 0
0,5 5,36
1 9,95
2 17,18
4 25,75
8 29,78
12 26,63
18 19,40
24 13,26
36 5,88
48 2,56
72 0,49
Pertanyaan :
1. Berapa tetapan kecepatan absorbsi dan kecepatan eleminasi?
Jawab:
Waktu Kadar ln Cp Kadar Kadar ln Kadar
(Jam) (Cp) (μg/ml) ekstrapolasi Residual Residual
(Cp’) Cr = (Cp’-Cp) (Cr)
0 0 0 70,316 70,316 4,252
0,5 5,36 1,678 67,965 62,605 4,136
1 9,95 2,297 65,693 55,743 4,020
2 17,18 2,843 61,374 44,194 3,788
4 25,75 3,248 53,570 27,82 3,325
8 29,78 3,393 40,812 11,032 2,400
12 26,63 3,282 31,093 4,463 1,495
18 19,40 2,965 20,676 1,276 0,243
24 13,26 2,584 13,749 0,489 -0,715
36 5,88 1,771 6,079 0,199 -1,614
48 2,56 0,940 2,688 0,128 -2,055
72 0,49 -0,713 0,525 0,035 -3.352
 Tetapan kecepatan eliminasi (ke)
Nilai (A, B, r) kecepatan eliminasi, ditentukan dari nilai ln Cp eliminasi pada kolom 3 ke
bawah adalah sebagai berikut:
A = 4,253 → dari nilai A, dapat ditentukan anti-ln sebagai nilai I (intersept) untuk
mencari nilai dari kadar ektrapolasi (Cp’) :
anti-ln 4,253 = 70,316 => I (intersept)
B = - 0,068
r = - 0,999

- Tetapan kecepatan eliminasi (k):


k=-B
k = - (- 0,068)
= 0,068 / jam

- Persamaan untuk mencari kadar ekstrapolasi (Cp’) berikut:


Cp’ = I . e-k.t
1. kadar ektrapolasi pada t0
Cp’ = I . e-k.t
= 70,316 . e(- 0,068 . 0)
= 70,316 μg/ml

2. kadar ekstrapolasi pada t0,5


Cp’ = I . e-k.t
= 70,316 . e(- 0,068 . 0,5)
= 67,965 μg/ml

3. kadar ekstrapolasi pada t1


Cp’ = I . e-k.t
= 70,316 . e(- 0,068 . 1)
= 65,693 μg/ml

4. kadar ekstrapolasi pada t2


Cp’ = I . e-k.t
= 70,316 . e(- 0,068 . 2)
= 61,374 μg/ml

5. kadar ekstrapolasi pada t4


Cp’ = I . e-k.t
= 70,316 . e(- 0,068 . 4)
= 53,570 μg/ml

- Kadar Residual (Cr = Cp’ – Cp)


1. Kadar Residual pada t0
Cr = Cp’ – Cp
= 70,316 – 0
= 70, 316 μg/ml

2. Kadar Residual pada t0,5


Cr = Cp’ – Cp
= 67,965 – 5,36
= 62,605 μg/ml

3. Kadar Residual pada t1


Cr = Cp’ – Cp
= 65,693 – 9,95
= 55,743 μg/ml

4. Kadar Residual pada t2


Cr = Cp’ – Cp
= 61,374 – 17,18
= 44,194 μg/ml

5. Kadar Residual pada t4


Cr = Cp’ – Cp
= 53,570 – 25,75
= 27,82 μg/ml

 Tetapan kecepatan absorbsi (ka)


Nilai (A, B, r) kecepatan absorbsi ditentukan dari nilai ln kadar residual (Cr)
A = 4,251
B = - 0,231
R = -0,999
Nilai Ka = -b
= - (- 0,231)
= 0,231 / jam

Jadi, nilai kecepatan absorbsi dan kecepatan eleminasi adalah


Kecepatan absorbsi (Ka) = 0,231/jam
Kecepatan eleminasi (Ke) = 0,068 /jam
2. Bagaimana persamaannya?
Persamaan 1 kompartemen ekstravaskuler
Cp = Cp0 . e-ke.t – e-ka.t
Ket :
Cp = kadar dalam plasma
Cp 0 = kadar obat awal dalam plasma
e = eksponensial
k = kontanta
ke = kecepatan eleminasi
ka = kecepatan absorbsi
t = waktu

3. Hitung t1/2 eliminasi dan absorbsi, Cmaks, Tmaks, AUC, Vd, Cl jika ketersediaan
hayati 0,80.
Jawab :
0,693 0,693
t1/2 eleminasi = = = 10,191 jam
k 0,068
0,693 0,693
t1/2 absorbsi = = = 3 jam
ka 0,231

ln Ka−ln K
tmax =
Ka−K
ln 0,231−ln 0,068
=
0,231−0,068
−1,465−(−2,688)
=
0,163
1,223
=
0,163
= 7,503 jam

I I
AUC = -
K Ka
70,316 70,316
= -
0,068 0,231
= 1,034.058 – 304,398
= 729,66 μg jam/mL
= 0,729 mg jam/mL

F . Dev
Vd =
K . AUC
0,80 .50 mg
=
0,068 .0,729
40
=
0,049
= 816, 326 mL

F . Dev
Cmax = . e –k . tmax
Vd
0,80 .50 mg -0,068 . 7,503
= .e
816 ,326
= 0,049 mg/mL . e-0,068 . 7,503
= 0,029 mg/ mL

F . Dev 0 , 80 .50 mg
Cl = =
AUC 0,729 mg. jam /mL
= 54, 869 mL/jam

4. Berapa jumlah obat 50 jam kemudian?


Cp50 = Cp0 . e-kt – e-ka . t
= 70, 316 . e-0,068 . 50 – e-0,231 . 50
= 2, 346 µg/mL

1. Metode Wagner Nelson 1 Kompartemen E.V

Waktu Ct(μ (AUC)tn- (AUC)t- K Ct + Ab/Ab∞ 1- ln 1 -


(jam) g/mL) tn-1 0 (AUC)t-0 k(AUC)t Ab/Ab∞ Ab/Ab∞
-0
0 0 0 1,597 0,108 0,108 0,013 0,987 -0,013
0,5 5,36 1,597 5,304 0,360 5,72 0,727 0,273 -1,298
1 9,95 3,707 16,984 1,152 11,102 1,411 -0,411 0,889
2 17,18 13,241 55,561 3,778 20,958 2,665 -1,665 -0,509
4 25,75 42,320 153,492 10,437 36,187 4,602 -3,602 -1,281
8 29,78 111,172 224,685 15,278 45,058 5,730 -4,73 -1,553
12 26,63 113,513 250,358 17,024 43,654 5,551 -4,551 -1,515
18 19,40 136,845 233,537 15,880 35,28 4,486 -3,468 -1,248
24 13,26 96,692 205,621 13,982 27,242 3,464 -2,464 -0,901
36 5,88 108,954 156,871 10,667 16,547 2,104 -1,104 -0,098
48 2,56 47,942 77,996 5,303 7,863 1 0 0
72 0,49 30,054 - - - - - -

Tentukan Nilai Ka?

Nilai (A, B, r) diperoleh dari hasil regresi ln 1 - Ab/Ab∞


A = -0,797
B = 0,008
r = 0,163
Sehingga diperoleh nilai Ka :

Ka = -b
= -0,008 /jam

Langkah-langkah menentukan nilai dalam tabel:


1. Penentuan nilai (AUC) tn - tn-1
( Cn−1−Cn ) (tn−tn−1)
Rumus:(AUC) tn – tn-1 =
ln Cn−1−ln Cn

( 0−5,36 )( 0,5−0 )
 ((AUC) 1 – 2 =
0−1,678
(−5,36 ) (0,5)
=
−1,678
−2,68
=
−1,678
=1, 597 µg.jam/mL

( 5,36−9,95 )( 1−0,5 )
 (AUC) 2 – 3 =
1,678−2,297
(−4,59 ) (0,5)
=
−0,619
−2,295
=
−0,619
= 3, 707 µg.jam/mL

( 9,95−17,18 )( 2−1)
 (AUC) 3 – 4 =
( 2,297−2,843)
(−7,23 ) (1)
=
−0,546
= 13, 241 µg.jam/mL
( 17 ,18−25,75 ) ( 4−2)
 (AUC) 4 – 5 =
(2,843−3,248)
(−8,57 ) (2)
=
−0,405
−17,14
=
−0,405
= 42,320 µg.jam/mL

( 25,75−29,78 ) (8−4)
 (AUC) 5 – 6 =
(3,248−3,393)
(−4,03 ) ( 4)
=
−0,145
−16,12
=
−0,145
= 111, 172 µg.jam/mL

( 29,78−26,63 ) (12−8)
 (AUC) 6 – 7 =
(3,393−3,282)
( 3,15 ) (4 )
=
0,111
12,6
=
0,111
= 113,513 µg.jam/mL

( 26,63−19,40 ) (18−12)
 (AUC) 7 - 8 =
(3,282−2,965)
( 7,23 ) (6)
=
0,317
43,38
=
0,317
= 136, 845 µg.jam/mL

( 19,40−13,26 ) (24−18)
 (AUC) 8 - 9 =
(2,965−2,584 )
( 6,14 ) (6)
=
0,381
36,84
=
0,381
= 96,692 µg.jam/mL
( 13,26−5,88 ) (36−24)
 (AUC) 9 - 10 =
(2,584−1,771)
( 7,38 ) (12)
=
0,813
88,58
=
0,813
= 108,929 µg.jam/mL

( 5,88−2,56 )(48−36)
 (AUC) 10 - 11 =
(1,771−0,94)
( 3,32 ) (12)
=
0,831
39,84
=
0,831
= 47,942 µg.jam/mL

( 2,56−0 , 49 ) (72−48)
 (AUC) 11 - 12 =
(0,94−(−0,713))
( 2,07 ) (24)
=
1,653
49,68
=
1,653
= 30,054 µg.jam/mL

2. Penentuan AUCt-0
Dijumlahkan tiap segmen AUC (kolom 3) untuk dapat AUC dari t = 0 sampai t = ∞(waktu
tak hingga adalah t 48 jam)
 AUC = AUCt1 + AUCt2
= 0 + 1,597
= 1,597 µg.jam/mL

 AUC = AUCt2 + AUCt3


= 1,597 + 3,707
= 5,304 µg.jam/mL

 AUC = AUCt3 + AUCt4


= 3,707 + 13,241
= 16,948 µg.jam/mL
 AUC = AUCt4 + AUCt5
= 13,241 + 42,320
= 55,561 µg.jam/mL

 AUC = AUCt5 + AUCt6


= 42,320 + 111,172
= 153,492 µg.jam/mL

 AUC = AUCt6 + AUCt7


= 111,172 + 113,513
= 224,685 µg.jam/mL

 AUC = AUCt7 + AUCt8


= 113,513 + 136,845
= 250,358 µg.jam/mL

 AUC = AUCt8 + AUCt9


= 136,845 + 96,692
= 233,537 µg.jam/mL

 AUC = AUCt9 + AUCt10


= 96,692 + 108,929
= 205,621 µg.jam/mL

 AUC = AUCt10 + AUCt11


= 108,929 + 47,942
= 156,871 µg.jam/mL

 AUC = AUCt10 + AUCt11


= 47,942 + 30,054
= 77,996 µg.jam/mL

3. Penentuan k(AUC) t-0, nilai k adalah k eleminasi


Ke = 0,068/jam
 Untuk t0
K(AUC) t-0 = 0,068 × 1,597
= 0,108 µg/mL
 Untuk t0,5
K(AUC) t-0 = 0,068 × 5,304
= 0,360 µg/mL
 Untuk t1
K(AUC) t-0 = 0,068 × 16,948
= 1,152 µg/mL
 Untuk t2
K(AUC) t-0 = 0,068 × 55,561
= 3,778 µg/mL
 Untuk t4
K(AUC) t-0 = 0,068 × 153,492
= 10,437 µg/mL

 Untuk t8
K(AUC) t-0 = 0,068 × 224,685
= 15,278 µg/mL
 Untuk t12
K(AUC) t-0 = 0,068 × 250,358
= 17,024 µg/mL
 Untuk t18
K(AUC) t-0 = 0,068 × 233,537
= 15,880 µg/mL
 Untuk t24
K(AUC) t-0 = 0,068 × 205,621
= 13,982 µg/mL
 Untuk t36
K(AUC) t-0 = 0,068 × 156,871
= 10,667 µg/mL
 Untuk t48
K(AUC) t-0 = 0,068 × 77,996
= 5,303 µg/mL

4. Penentuan Ct + k (AUC)
 Untuk t0
Ct + k (AUC) = 0 + 0,108
= 0,108 µg/mL
 Untuk t0,5
Ct + k (AUC) = 5,36 + 0,360
= 5,72 µg/mL
 Untuk t1
Ct + k (AUC) = 9,95 + 1,152
= 11,102 µg/mL
 Untuk t2
Ct + k (AUC) = 17,18 + 3,778
= 20,958 µg/mL
 Untuk t4
Ct + k (AUC) = 25,75 + 10,437
= 36,187 µg/mL
 Untuk t8
Ct + k (AUC) = 29,78 + 15,278
= 45,058 µg/mL

 Untuk t12
Ct + k (AUC) = 26,63 + 17,024
= 43,654 µg/mL
 Untuk t18
Ct + k (AUC) = 19,40 + 15,880
= 35,28 µg/mL
 Untuk t24
Ct + k (AUC) = 13,26 + 13,982
= 27,242 µg/mL
 Untuk t36
Ct + k (AUC) = 5,88 + 10,667
= 16,547 µg/mL
 Untuk t48
Ct + k (AUC) = 2,56 +5,303
= 7,863 µg/mL

5. Penentuan nilai pada Ab/Ab ∞


Ab/Ab ∞ dimana :
nilai Ab = nilai pada Ct + k (AUC)t-0 dan nilai Ab ∞ = nilai pada t=48 (7,863), sehingga:
 Untuk t0
0,108
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 0,013

 Untuk t0,5
5,72
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 0,727

 Untuk t1
11,102
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 1,411

 Untuk t2
20,958
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 2,665

 Untuk t4
36,187
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 4,602

 Untuk t8
45,058
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 5,730
 Untuk t12
43,654
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 5,551

 Untuk t18
35,28
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 4,486

 Untuk t24
27,242
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 3,464

 Untuk t36
16,547
Ab/Ab ∞ =
7,863
= 2,104
 Untuk t48
7,863
Ab/Ab ∞ =
7,863
=1

6. Penentuan nilai pada 1 -Ab/Ab ∞


 Untuk t0
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 0,013
= 0,987

 Untuk t0,5
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 0,727
= 0,273

 Untuk t1
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 1,411
= -0,411

 Untuk t2
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 2,665
= -1,665

 Untuk t4
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 4,602
= -3,602

 Untuk t8
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 5,730
= -4,73

 Untuk t12
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 5,551
= -4,551

 Untuk t18
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 4,486
= -3,486

 Untuk t24
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 3,464
= -2,464

 Untuk t36
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 2,104
= -1,104

 Untuk t48
1 - Ab/Ab ∞ = 1 – 1
=0
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, L., 2018, Farmakokinetika Edisi 2, Bursa Ilmu : Yogyakarta.

Rowe, Philip, 2012, Pharmacokinetics, Bookboon : New York.

Sjuib, F., 2015, Farmakokinetika dan Biofarmasi Sebagai Jembatan Antara Dokter Dan
Apoteker, Jurnal Apresiasi Purna Bakti Guru Besar Departemen Farmasi ITB, Vol.1(1).

Sukmadjaja, A., Lucy S., Muhammad Q., 2006, Pengembangan Aplikasi Komputer Pengolahan
Data Konsentrasi Obat Dalam Plasma Untuk Studi Pemodelan Parameter
Farmakokinetik, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.3 (3).

Suwandi, N.D., Cholis A., Muhammad H., 2018, Kadar Puncak (Cmax), Waktu Puncak (Tmax),
Waktu Paruh (T1/2) dan Bersihan Teobromin pada Sukarelawan Sehat Setelah Pemberian
Dark Chocolate Bar Per Oral, e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.6(2).

Anda mungkin juga menyukai