Anda di halaman 1dari 17

Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen

Menurut Hukum Kesehatan


Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

ABSTRAK
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus, dan telah mengucapkan
sumpah/janji (PP 51, 2009 ; Permenkes RI, 2014). Apoteker merupakan salah satu profesi di
bidang kesehatan, yang memiliki kemampuan yang lebih memumpuni terkait obat-obatan.
Dalam menjalankan profesinya, apoteker melakukan praktek kefarmasian untuk menjamin
mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang beredar luas di
masyarakat, sehingga taraf kehidupan dan kualitas hidup pasien terjamin. Hubungan antara
Apoteker dan Pasien dilandasi oleh kepercayaan, tanggung jawab dan pemenuhan hak serta
kewajiban, sehingga terbentuknya hukum dalam sebuah perjanjian dari dua belah pihak. Dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya dengan iktikad baik dan
penuh tanggung jawab. Jika apoteker tidak memenuhi kewajiban itu, menjadi alasan baginya
untuk dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian yang timbul sehubungan dengan
tidak dipenuhinya kewajiban itu secara hukum atas kesalahan atau kelalaiannya dalam
menjalankan kewajibannya.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

 Latar Belakang

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker, dan telah
mengucapkan sumpah/janji apoteker. Seorang sarjana farmasi meskipun sudah lulus dari
program pendidikan apoteker dan bisa mempunyai sertifikat kompetensi apoteker belum
dapat disebut sebagai apoteker sebelum yang bersangkutan disumpah menurut iktikad baik
dan pertanggung jawaban untuk mengucapkan sumpah/janji apoteker. (Peraturan Pemerintah
No.20 tahun 1962 )

Profesi Apoteker ditempuh melalui pendidikan dalam sebuah kelompok yang


memiliki ciri khusus dalam komunitasnya, disatukan oleh latar belakang pendidikan,
keahlian yang sama, memiliki otoritas dalam profesinya, sehingga mempunyai
kewenangan tertentu dalam bidang kesehatan. Ciri khususnya, yaitu :

a) Mempunyai sistim nilai yang mengikat tingkah apoteker baik sesama


kolega, sejawat maupun terhadap anggota masyarakat.

b) Bersifat otonom memiliki identitas tertentu, memiliki komunitas


(kelompok tertentu) yang biasa disebut sistem otonom, yang akan melahirkan standar
profesi maupun standar pelayanan profesi apoteker yang biasa digunakan sebagai
pedoman atau pemberi arah praktik kefarmasian. (Jakarta: Majelis Etik dan Disiplin Apoteker
Indonesia Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, dan pedoman disiplin Apoteker Indonesia, 2015 ; hlm 6-7)

Standar pelayanan kefarmasian menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014


menjadi tolak ukur atau pedoman bagi Tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian yang merupakan suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan
konsumen, untuk meningkatkan kualitas hidup pasien maupun konsumen. (Permenkes RI,
2014)
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

Pada setiap tenaga kerja dalam bidang kesehatan ataupun bidang lainnya,
mereka mendapatkan hak dan kewajiban secara adil. Hak dan kewajiban akan terbentuk
saat kedua belah pihak melakukan suatu perjanjian atau ditentukan oleh Undang-undang,
yang menimbulkan suatu perikatan dimana perikatan tersebut merupakan isinya. Perikatan
yang telah dilaksanakan, akan memberikan tuntutan pemenuhan hak dan kewajiban dalam
penuntasan isi perjanjian tersebut.

Hak-hak apoteker sebagai pelaku usaha dalam pelayanan kefarmasian telah


diatur dalam UU No. 8 tahun 1999 pasal 6, tentang perlindungan terhadap konsumen :

a. Mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang


beriktikad tidak baik.
b. Melakukan pembelaan diri yang sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen.
c. Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa
yang diperdagangkan.
d. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.

Kewajiban Apoteker dalam usaha pelayanan kefarmasian telah diatur dalam


UU No. 8 tahun 1999 pasal 7 tentang perlindungan , berisi:

a. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.


b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan atau jasa serta memberikan penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

d. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan


diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau
jasa yang berlaku.
e. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menguji dan mencoba
barang dan atau jasa tertentu, serta memberikan jaminan atas barang
yang dibuat dan atau diperdagangkan.
f. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan
atau jasa yang diperdagangkan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/SK/X/2002 Tentang


Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dinyatakan bahwa:

a. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan


keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
b. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generic yang ditulis
dalam resep dengan obat paten.
c. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam
resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan
obat yang lebih tepat.
d. Apoteker wajib memberikan informasi:
 Berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada
konsumen.
 Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas
permintaan masyarakat. Apoteker dalam melaksanakan hak
dan kewajibannya harus dengan iktikad baik dan penuh
tanggung jawab. Jika apoteker bersalah tidak memenuhi
kewajiban itu, menjadi alasan baginya untuk bertanggung
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

jawab atau dituntut secara hukum dan membayar kerugian


yang telah ditimbulkannya.(www.suduthukum.com)

Pada profesi Apoteker sebagai tenaga kesehatan hak dan kewajiban


tercantum pada UU No.36 tahun 2014 pasal 57 dan UU No. 36 tahun 2014 pasal 66 ayat 1,
bahwa setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik hak dan kewajiban untuk
memenuhi standar profesi, standar pelayanan profesi dan standard prosedur operasional.

Dalam menjalankan praktik pelayanan kefarmasian dapat dikatakan terikat


oleh 3(tiga) aturan yaitu :

I. Norma etik ( wujudnya kode etik yang lahir karena sistem nilai);
II. Norma disiplin (wujudnya pedoman disiplin yang lahir karena sistem
otonom) ;dan
III. Norma hukum ( wujudnya peraturan perundang-undangan sebagai
sistem hukum).
(Kode etik dan pedoman disiplin opcit., hlm28-43)

Tenaga kesehatan sering menjadi perhatian masyarakat karena sifat


pengabdiannya kepada masyarakat sangat dibutuhkan. Di bidang kefarmasian pemerintah
telah membuat peraturan perundangan yang menyangkut bidang kefarmasian seperti UU
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang No.36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan, PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dan peraturan-peraturannya
lainnya.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

 Rumusan Masalah
1) Bagaimana Hak dan Kewajiban Apoteker dalam pelayanan kefarmasian
yang tercantum dalam UU Perlindungan terhadap pasien maupun
konsumen?
2) Bagaimana ketentuan dan tata cara izin apotek menurut peraturan Menteri
kesehatan?
3) Bagaimana penyelesaian dan penerapan sanksi bila terjadi kelalaian atau
keteledoran yang dilakukan apoteker terhadap pasien maupun konsumen?
4) Bagaimana aturan dalam menjalankan praktik pelayanan kefarmasian?
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

 Tinjauan Pustaka
a. Tinjauan Tentang Apotek dan Apoteker
Penjelasan Tentang Apotik

Apotek (apotecha) dalam bahasa Yunani, yang berarti


“penyimpanan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, apotek
merupakan tempat meramu dan menjual obat berdasarkan obat dokter
serta memperdagangkan barang medis. (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), hal.62.

Definisi apotek yang termuat dalam Peraturan Perundangan Nomor


1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Perizinan Izin Apotek.

Apotek adalah bisnis eceran suatu bisnis eceran (retail) yang


komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terjadi dari pembekalan
farmasi (obat atau bahan obat). Selain itu juga apotek dapat diartikan
sebagai tempat pengabdian seorang apoteker dalam melaksanakan
pekerjaan keprofesiannya. Sebagai prantara, apotek dalam
mendistribusikan pembekalan farmasi dan pembekalan kesehatan dari
supplier kepada konsumen, memiliki 5 fungsi kegiatan yaitu:

 pembelian,
 gudang,
 pelayanan dan perjualan,
 keuangan,
 pembukuan, sehingga agar dapat dikelola dengan
baik. (Ibid hlm 115)

Sejarah dan Pengertian Apoteker

Pada masa Hipocrates (460-370) yang dikenal sebagai “Bapak


Ilmu Kedokteran“ seorang dokter yang mendiagnosis penyakit,juga
sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

lama masalah penyediaan obat semakin rumit baik formula maupun


pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri.
Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Fredrick II memerintahkan pemisahan
secara resmi antara farmasi dan kedokteran dalam dektritnya yang terkenal
“two silices”.dari sejarah ini satu hal yang perlu direnungkan bahwa akar
ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama. (Indri Mulyani Bunyamin,
“Sejarah Profesi Farmasi “. http://www.informasiobat.com/content/view/72/40/, 22
januari 2006)

Apoteker adalah seorang yang mempunyai keahlian dan


kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri,
pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang
kefarmasian. Apoteker Pengelolah Apotek (APA) adalah apoteker yang
telah di beri Surat Izin Praktek Apotek (SIPA).

Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam mendampingi,


memberikan konseling, membantu penderita mencegah dan
mengendalikan konflikasi yang mungkin timbul, mencegah dan
mengendalikan efek samping obat, menyesuaikan dosis obat yang harus
dikonsumsi penderita merupakan tugas profesi kefarmasian. Perlindungan
hukum terhadap pasien dalam KUH Perdata dan beberapa undang-undang
yang mengaturnya. (Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Apotek Dan Apoteker,Mandar
Maju, Bandung, 1990)

b. Fungsi dan Tugas Apoteker sebagai pelaku usaha


Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen maka hak apoteker sebagai pelaku usaha
yaitu:
I. Hak untuk penerima pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan.
II. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan
konsumen yang tidak bertikad baik.
III. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam
penyelsaian hukum sengketa konsumen.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

IV. Hak untuk merehabilitasi nama baik apabila terbukti secara


hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

Berdasarkan undang-undang kesehatan maka hak apoteker sebagai


tenaga kesehatan dalam hubungannya dengan pasien antara lain:

I. Hak melakukan sesuatu yang sesuai dengan keahlian dan atau


kewenangannya (Pasal 50 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1922 Tentang Kesehatan)
II. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum dan melakukan tugas
sesuai profesinya (Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 Tentang Kesehatan)
III. Hak atas informasi dari pasien tentang keadaan kesehatannya
apabila dianggap perlu, hak ini untuk membantu apoteker dalam
mengambil keputusan menghindarkan dari perbuatan salah.
IV. Hak atas imbalan jasa yang diberikan oleh pasien sehubungan
dengan penyerahan obat yang telah dilakukan.
V. Hak untuk meminta penjelasan dari dokter yang menulis resep
untuk pasien apabila dianggap ada kekeliruan atau resep tak
terbaca dengan jelas sehingga dapat merugikan atau
membahayakan pasien.
(Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Kesehatan, Cet. 1 (Jakarta: Penerbit IND-
HOL-CO,1989), hal.162-163: lihat juga Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan, Pasal 50 jo. Pasal 53 Ayat (1))
c. Perlindungan Terhadap Konsumen
Konsumen (concumer) diartikan oleh Kamus Bahasa Inggris, yaitu
pemakai atau konsumen. Menurut Kamus umum bahasa Indonesia, yaitu
pemakai barang-barang hasil industri, bahan makanan, dan sebagainya.
Definisi tersebut menghendaki bahwa konsumen adalah bahwa setiap
orang atau individu yang harus dilindungi selama tidak
memiliki kafasitas dan bertindak sebagai produsen, pelaku usaha dan/atau
pembisnis. (Wj. Poewarmadita (Kamus Umum Bahasa Indonesia),(Jakarta: Balai
Pustaka, 1976).
Didalam Pasal 1 Angka 1 UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (selanjutnya undang-undang konsumen atau
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

PUPA) menyebutkan “hukum perlindungan konsumen adalah segala


upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen. segala upaya yang memberikan
jaminan akan kepastian hukum, ukurannya secara kualitatif ditentukan
dalam UU perlindungan konsumen dan UU lainnya yang juga
dimaksudkan dan juga masih berlaku untuk memberikan perlindungan
konsumen, baik dalam bidang hukum privat maupun bidang hukum
puplik. (Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, hal. 2)
Tujuan Perlindungan Konsumen untuk memberikan perlindungan
dan keseimbangan hukum antara produsen dan konsumen sehingga
terwujud suatu perekonomian yang sehat dan dinamis sehingga terjadi
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. (Nasution, Az. Hukun
Perlindungan Konsumen, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

d. UU Tujuan Perlindungan Konsumen


Tujuan perlindungan konsumen diatur dalam Pasal 3
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999,
yaitu antara lain:
i. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan
kemandirian konsumen untuk melindungi diri.
ii. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan
cara menghindarkannya dengan ekses negatif
pemakaian dan/atau jasa.
iii. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya
sebagai konsumen.
iv. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha
Memberikan perlindungan terhadap kepentingan
konsumen, maka kepentingan-kepentingan itu dirumuskan
dalam bentuk hak. (Shidarto. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:
Grasindo, 2000, hal,16)
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

Hak-hak perlindungan konsumen telah diatur dalam


Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999
pasal 4, yaitu:
a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam
mengosumsi barang dan/atau jasa.
b. Hak memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi jaminan barang dan atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya
penyelsaian sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen.
g. Hak untuk mendapat konvensasi ganti rugi atau
penggantian, apabila barang dan jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
h. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak deskrinatif.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
f. Tanggung jawab hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab
diartikan sebagai kewajiban dalam menanggung segala sesuatunya bila
terjadi keteledoran maupun kesalahan dapat dituntut, dipersalahkan, dan
diperkarakan. Menurut Kamus hukum, tanggung jawab diartikan menjadi
suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seseorang tentang perbuatannya
yang berkaitan dengan etika dan moral dalam berperilaku.(Soekidjo
Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm 21.)
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

Tanggung jawab hukum dapat terjadi karena adanya kewajiban


yang tidak dipenuhi oleh salah satu pihak yang melakukan perjanjian, hal
tersebut membuat pihak lain mengalami kerugian akibat hak yang
dimilikinya tidak dipenuhi oleh pihak lainnya.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

 Pembahasan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga
akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Apoteker adalah suatu profesi yang merupakan panggilan hidup untuk
mengabdikan diri pada kemanusiaan pada bidang kesehatan, membutuhkan ilmu
pengetahuan yang tinggi yang didapat dari pendidikan formal, orientasi primernya
harus ditujukan untuk kepentingan masyarakat.
Dalam menjalankan Tugasnya, Apoteker mempunyai Hak dan kewajiban
serta mengamalkan keahliannya yang selalu berpegang teguh pada sumpah/janji
Apoteker. Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan
moral yaitu kode etik apoteker Indonesia. Di dalam peraturan menteri kesehatan
no. 922./MENKES/ PER X/ 1993, tentang Ketentuan dan tata cara pemberian izin
apotek, pada pasal 12 ayat 1 bahwa apoteker berkewajiban menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin
kualitasnya.
Bertens mengungkapkan bahwa kaidah moral menentukan apakah seseorang
berperilaku baik atau buruk dari sudut etis, oleh karena itu, kaidah moral adalah
kaidah yang tertinggi dan tidak dapat ditaklukkan oleh kaidah yang lainnya.
 Kaidah moral dapat diwujudkan secara positip maupun secara negatif.
 Bentuk positip : perintah yang mengharuskan atau mewajibkan seseorang
melakukan sesuatu,
misalnya : apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian
dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat.
 Bentuk Negatif kaidah moral merupakan suatu larangan atas tindakan
tertentu
Misalnya : apoteker melanggar sumpah/janji apoteker.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

Hubungan moral dengan etika sangat erat, mengingat etika membutuhkan moral
sebagai landasan atau pijakan dalam melahirkan sikap tertentu. Apoteker sebagai
individu/kelompok dalam melakukan tindakan juga harus berpegang pada moral yang
baik, yang diwujudkan dalam bentuk Kode Etik Apoteker Indonesia. Dalam mukadimah
kode etik apoteker Indonesia disebutkan:

1) Melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus didasari oleh


sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk hidup sesuai dengan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.
2) Dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu
berpegang teguh pada sumpah dan janji apoteker sebagai komitmen, yang
harus dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya
3) Dalam pengabdian profesinya berpegang pada ikatan moral yaitu kode
etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti sebagai
pedoman dan petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak dan
mengambil keputusan.

Pelayanan kefarmasian selama ini dinilai oleh banyak pengamat masih dibawah
standar. Apotek telah berubah menjadi semacam toko yang berisi semua golongan obat
baik obat bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika dengan pelayanan yang tidak
mengacu pada tanggungjawab profesi karena tidak dilakukan oleh apoteker. Selain itu,
Sebagian apoteker tidak berada di apotek sehingga pelayanan farmasi digantikan oleh
asisten apoteker. Kesalahan yang sering terjadi pada pelayanan obat di apotek adalah
pada tahap dispensing, yaitu antara lain adalah :

a) cara pemberian obat yang salah, pemberian label yang keliru,


b) salah dosis dan salah sediaan.

Apoteker dapat dimintakan tanggung jawab hukum apabila melakukan kelalaian


yang menimbulkan kerugian bagi konsumen. Pertanggungjawaban apoteker jika
konsumen mengalami kerugian adalah dengan menangani dan menyelesaikan berbagai
keluhan dan pengaduan konsumen. Perlindungan konsumen terhadap pasien apotek
selaku konsumen dimaksudkan agar pasien mempunyai hak untuk melakukan pengaduan
pasien serta menggunakan forum mediasi untuk dapat menyelesaikan sengketa secara
sederhana, murah dan cepat.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

Guna mencegah munculnya akibat-akibat langsung yang merugika konsumen


didalam perundang-undangan yang berkaitan dengan hak dan perlindungan konsumen
yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya dengan itikad baik
dan penuh tanggung jawab. Jika apoteker bersalah tidak memenuhi kewajiban itu,
menjadi alasan baginya untuk dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian
yang timbul.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

 Kesimpulan
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Apoteker sebagai individu/kelompok dalam melakukan tindakan juga harus
berpegang pada moral yang baik, yang diwujudkan dalam bentuk Kode Etik Apoteker
Indonesia.. Apotek telah berubah menjadi semacam toko yang berisi semua golongan
obat baik obat bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika dengan pelayanan yang tidak
mengacu pada tanggungjawab profesi karena tidak dilakukan oleh apoteker.
Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Apoteker yang tidak memenuhi
kewajibannya, maka apoteker dapat dituntut secara hukum untuk mengganti segala
kerugian dan apoteker harus bertanggung jawab secara hukum atas kesalahan atau
kelalaiannya.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com

 Daftar Pustaka
Nasution, Az. Hukun Perlindungan Konsumen, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan

Shidarto. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Grasindo, 2000, hal,16

Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, hal. 2

Wj. Poewarmadita (Kamus Umum Bahasa Indonesia), (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),

Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Kesehatan, Cet. 1 (Jakarta: Penerbit IND-HOL-CO, 1989),
hal.162-163: lihat juga Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal
50 jo. Pasal 53 Ayat (1)

Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Apotek Dan Apoteker,Mandar Maju, Bandung, 1990

Indri Mulyani Bunyamin, “Sejarah Profesi Farmasi “ http://www.informasi-obat


.com/content/view/72/40/, 22 januari 2006

http://suduthukum.com

Alexandra Ide, Etika dan Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan, Cet. I, Grasia Book Publisher,
Yogyakarta, h.27.

Anda mungkin juga menyukai