ABSTRAK
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus, dan telah mengucapkan
sumpah/janji (PP 51, 2009 ; Permenkes RI, 2014). Apoteker merupakan salah satu profesi di
bidang kesehatan, yang memiliki kemampuan yang lebih memumpuni terkait obat-obatan.
Dalam menjalankan profesinya, apoteker melakukan praktek kefarmasian untuk menjamin
mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang beredar luas di
masyarakat, sehingga taraf kehidupan dan kualitas hidup pasien terjamin. Hubungan antara
Apoteker dan Pasien dilandasi oleh kepercayaan, tanggung jawab dan pemenuhan hak serta
kewajiban, sehingga terbentuknya hukum dalam sebuah perjanjian dari dua belah pihak. Dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya dengan iktikad baik dan
penuh tanggung jawab. Jika apoteker tidak memenuhi kewajiban itu, menjadi alasan baginya
untuk dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian yang timbul sehubungan dengan
tidak dipenuhinya kewajiban itu secara hukum atas kesalahan atau kelalaiannya dalam
menjalankan kewajibannya.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com
Latar Belakang
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker, dan telah
mengucapkan sumpah/janji apoteker. Seorang sarjana farmasi meskipun sudah lulus dari
program pendidikan apoteker dan bisa mempunyai sertifikat kompetensi apoteker belum
dapat disebut sebagai apoteker sebelum yang bersangkutan disumpah menurut iktikad baik
dan pertanggung jawaban untuk mengucapkan sumpah/janji apoteker. (Peraturan Pemerintah
No.20 tahun 1962 )
Pada setiap tenaga kerja dalam bidang kesehatan ataupun bidang lainnya,
mereka mendapatkan hak dan kewajiban secara adil. Hak dan kewajiban akan terbentuk
saat kedua belah pihak melakukan suatu perjanjian atau ditentukan oleh Undang-undang,
yang menimbulkan suatu perikatan dimana perikatan tersebut merupakan isinya. Perikatan
yang telah dilaksanakan, akan memberikan tuntutan pemenuhan hak dan kewajiban dalam
penuntasan isi perjanjian tersebut.
I. Norma etik ( wujudnya kode etik yang lahir karena sistem nilai);
II. Norma disiplin (wujudnya pedoman disiplin yang lahir karena sistem
otonom) ;dan
III. Norma hukum ( wujudnya peraturan perundang-undangan sebagai
sistem hukum).
(Kode etik dan pedoman disiplin opcit., hlm28-43)
Rumusan Masalah
1) Bagaimana Hak dan Kewajiban Apoteker dalam pelayanan kefarmasian
yang tercantum dalam UU Perlindungan terhadap pasien maupun
konsumen?
2) Bagaimana ketentuan dan tata cara izin apotek menurut peraturan Menteri
kesehatan?
3) Bagaimana penyelesaian dan penerapan sanksi bila terjadi kelalaian atau
keteledoran yang dilakukan apoteker terhadap pasien maupun konsumen?
4) Bagaimana aturan dalam menjalankan praktik pelayanan kefarmasian?
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com
Tinjauan Pustaka
a. Tinjauan Tentang Apotek dan Apoteker
Penjelasan Tentang Apotik
pembelian,
gudang,
pelayanan dan perjualan,
keuangan,
pembukuan, sehingga agar dapat dikelola dengan
baik. (Ibid hlm 115)
Pembahasan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga
akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Apoteker adalah suatu profesi yang merupakan panggilan hidup untuk
mengabdikan diri pada kemanusiaan pada bidang kesehatan, membutuhkan ilmu
pengetahuan yang tinggi yang didapat dari pendidikan formal, orientasi primernya
harus ditujukan untuk kepentingan masyarakat.
Dalam menjalankan Tugasnya, Apoteker mempunyai Hak dan kewajiban
serta mengamalkan keahliannya yang selalu berpegang teguh pada sumpah/janji
Apoteker. Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan
moral yaitu kode etik apoteker Indonesia. Di dalam peraturan menteri kesehatan
no. 922./MENKES/ PER X/ 1993, tentang Ketentuan dan tata cara pemberian izin
apotek, pada pasal 12 ayat 1 bahwa apoteker berkewajiban menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin
kualitasnya.
Bertens mengungkapkan bahwa kaidah moral menentukan apakah seseorang
berperilaku baik atau buruk dari sudut etis, oleh karena itu, kaidah moral adalah
kaidah yang tertinggi dan tidak dapat ditaklukkan oleh kaidah yang lainnya.
Kaidah moral dapat diwujudkan secara positip maupun secara negatif.
Bentuk positip : perintah yang mengharuskan atau mewajibkan seseorang
melakukan sesuatu,
misalnya : apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian
dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat.
Bentuk Negatif kaidah moral merupakan suatu larangan atas tindakan
tertentu
Misalnya : apoteker melanggar sumpah/janji apoteker.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com
Hubungan moral dengan etika sangat erat, mengingat etika membutuhkan moral
sebagai landasan atau pijakan dalam melahirkan sikap tertentu. Apoteker sebagai
individu/kelompok dalam melakukan tindakan juga harus berpegang pada moral yang
baik, yang diwujudkan dalam bentuk Kode Etik Apoteker Indonesia. Dalam mukadimah
kode etik apoteker Indonesia disebutkan:
Pelayanan kefarmasian selama ini dinilai oleh banyak pengamat masih dibawah
standar. Apotek telah berubah menjadi semacam toko yang berisi semua golongan obat
baik obat bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika dengan pelayanan yang tidak
mengacu pada tanggungjawab profesi karena tidak dilakukan oleh apoteker. Selain itu,
Sebagian apoteker tidak berada di apotek sehingga pelayanan farmasi digantikan oleh
asisten apoteker. Kesalahan yang sering terjadi pada pelayanan obat di apotek adalah
pada tahap dispensing, yaitu antara lain adalah :
Kesimpulan
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Apoteker sebagai individu/kelompok dalam melakukan tindakan juga harus
berpegang pada moral yang baik, yang diwujudkan dalam bentuk Kode Etik Apoteker
Indonesia.. Apotek telah berubah menjadi semacam toko yang berisi semua golongan
obat baik obat bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika dengan pelayanan yang tidak
mengacu pada tanggungjawab profesi karena tidak dilakukan oleh apoteker.
Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Apoteker yang tidak memenuhi
kewajibannya, maka apoteker dapat dituntut secara hukum untuk mengganti segala
kerugian dan apoteker harus bertanggung jawab secara hukum atas kesalahan atau
kelalaiannya.
Hak dan Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien atau Konsumen
Menurut Hukum Kesehatan
Tiara Puspitasari Widhiastuti
Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Indonesia
pwtiara90@gmail.com
Daftar Pustaka
Nasution, Az. Hukun Perlindungan Konsumen, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan
Wj. Poewarmadita (Kamus Umum Bahasa Indonesia), (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Kesehatan, Cet. 1 (Jakarta: Penerbit IND-HOL-CO, 1989),
hal.162-163: lihat juga Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal
50 jo. Pasal 53 Ayat (1)
Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Apotek Dan Apoteker,Mandar Maju, Bandung, 1990
http://suduthukum.com
Alexandra Ide, Etika dan Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan, Cet. I, Grasia Book Publisher,
Yogyakarta, h.27.