Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

FARMAKOKINETIK

PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA OBAT SETELAH


PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI
URIN KUMULATIF

Oleh :

Indah Siti Permatasari

11171095

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2020
I. Tujuan

Untuk mengetahui parameter farmakokinetik obat setelah pemberian dosis tunggal


melalui oral berdasarkan data ekskresi urin kumulatif.

II. Prinsip

Penentuan parameter farmakokinetik urin meliputi tetapan laju absorpsi, eliminasi,


waktu paruh, dan fraksi obat yang diabsorpsi.

III. Dasar Teori

Sistem ekskresi adalah sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat yang
sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan
seperti urin. Data ekskresi obat lewat urin dapat dipakai untuk memperkirakan produk
obat. Tiap cuplikan ditetapkan kadar obat bebas dengan cara spesifik. Kemudian dibuat
grafik yang menghubungkan kumulatif obat yang diekskresi terhadap jarak waktu
pengumpulan.

Proses eksresi obat lewat ginjal meliputi filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif,
reabsorpsi tubular (Shargel, 2005).

1. filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler
glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium selanjutnya ke
kapsula bowman (Corwin,2000).
Plasma darah yang mengalir dalam filtrasi glomerulus akan ditekan pada
glomerulus sehingga menjadi urin primer ,suatu ultrafiltrat yang hampir bebas
protein (Mutschler,1991).
Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat yang minus protein jadi semua
obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein tetap
tinggal dalam darah (Ganiswarna,2007).
Di glomerulus gaya utama yang mendorong filtrasi adalah tekanan kapiler. Di
sebagian besar kapiler lainnya tekanan ini rata-rata berukuran 18 mmHg, di
glomerulus tekanan rerata hampir mencapai 60 mmHg (Corwin,2000).
Sebagian besar gaya penggerak untuk filtrasi glomerulus adalah tekanan
hidrostatik dalam kapiler-kapiler glomerulus, ginjal menerima pasokan darah yang
besar (kira-kira 25% curah jantung melalui arteri ginjal dengan penurunan tekanan
hidrostatik yang sangat kecil. (Shargel, 2005).
Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate,GFR) didefinisikan sebagai
volume filtrat yang masuk kedalam kapsula bowman per satuan waktu
(Corwin,2000).
Laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat diukur dengan menggunakan suatu obat
yang dieliminasi hanya dengan filtrasi (tidak direabsorpsi atau disekresi).
Contohnya seperti inulin dan kreatinin, dimana klirens inulin sama dengan laju
filtrasi glomerulus 125-130 ml/menit (Shargel, 2005).
2. Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus proksimal terjadi melalui
transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (multidrug-resistance protein)
yang terdapat di membran sel epitel dengan selektivitas berbeda yakni MRP untuk
anion organik dan konyugat (mis penisilin, probenesid) dan P-gp untuk kation
organik dan zat netral (mis. Kuinidin, digoksin). Dengan demikian terjadi kompetisi
antara asam-asam organik maupun antara basa-basa organik untuk disekresi
(Ganiswarna,2007).
Obat-obat yang umum digunakan untuk mengukur tubular aktif meliputi asam
p-aminohipurat (PAH) dan iodopiraset (diodras).sekresi aktif untuk obat-obat ini
sangat cepat dan praktis semua obat yang dibawa ke ginjal dieliminasi dalam satu
jalur , sehingga klirens untuk obat-obat ini mencerminkan aliran plasma ginjal
efektif yang bervariasi dari 425-650 ml/menit (Shargel, 2005).

3. Reabsorpsi tubular terjadi setelah obat difiltrasi melalui glomerulus dan dapat aktif
atau pasif. Jika suatu obat direabsorpsi sempurna (misal glukosa) maka harga
klirens obat mendekati nol. Untuk obat-obat yang direabsorpsi sebagian harga
klirens akan menjadi lebih kecil daripada GFR 125-130 ml/menit. Reabsorpsi obat-
obat asam atau basa lemah dipengaruhi oleh pH urin dan pKa obat (Shargel, 2005).
Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk nonion obat yang
larut lemak ,oleh karena derajat ionisasi bergantung pada pH larutan maka hal ini
dimanfaatkan untuk mempercepat eksresi ginjal pada keracunan suatu obat asam
atau obat basa .obat asam yang relatif kuat (pKa≤2) dan obat basa yang relatif kuat
(≥12, mis guanetidin) terionisasi sempurna pada pH ekstrim urin akibat asidifikasi
dan alkalinisasi paksa(4,5-7,5). Hanya obat asam dengan pKa antara 3,0 dan 7,5
dan obat basa dengan pKa 6 dan 12 yang dapat dipengaruhi oleh pH urin
(Ganiswarna,2007).
Selain itu ada pula beberapa cara lain yaitu melalui kulit bersama keringat, paru-
paru, empedu, air susu, dan usus (Tjay dan Rahardja, 2007). Proses pembentukan
urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi
(penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).

Urine memiliki komponen organic dan anorganik. Urea, asam urat dan kreatinin
merupakan beberapa komponen organic dari urine. Ion-ion seperti Na, K, Ca serta
anion Cl merupakan komponen anorganik dari urine. Warna kuning pada urine,
disebabkan oleh urokrom, yaitu family zat empedu, yang terbentuk dari pemecahan
hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara terbuka, urokrom dapat teroksidasi,
sehingga urine menjadi berwarna kuning tua. Pergeseran konsentrasi komponen-
komponen fisiologik urine dan munculnya komponen-komponen urine yang
patologik dapat membantu diagnose penyakit (Jan Koolman, 2001).
Metode eksresi urin kumulatif ini biasanya dipergunakan untuk menetapkan
parameter Kel, fa , t1/2, yang diabsorpsi, jumlah obat yang akhirnya diabsorpsi,
serta besar ketersediaan hayati obat (EBA = extentof bioavailability of drug). Untuk
memperolch harga tetapan kecepatan eliminasi (Kel) tersebut diatas, dengan
metode ARE (Amount of Drug Remaining to be Excreted), pengumpulan cuplikan
urin setelah pemberian suatu produk obat, berlangsung sampai seluruh obattak
berubah praktis telah dieksresikan seluruhnya dari tubuh, yakni pada waktu tak
terhingga.
Faktor-faktor tertentu dapat mempersulit untuk mendapatkan data ekskresi urin
yang sahih. Beberapa faktor tersebut adalah:
a. Suatu fraksi yang bermakna dari obat tidak berubah harus diekskresi dalam urin.
b. Teknik penetapan kadar harus spesifik untuk obat tidak berubah, dan harus tidak
dipengaruhi oleh metabolit-metabolit obat yang mempunyai struktur kimia yang
serupa.
c. Diperlukan pengambilan cuplikan yang sering untuk mendapatkan gambaran
kurva yang baik.
d. Cuplikan hendaknya dikumpulkan secara berkala sampai hamper semua obat
diekskresi. Suatu grafik dari kumulatif obat yang diekskresi vs waktu akan
menghasilkan kurva yang mendekati “asimtot” pada waktu yang tak berhingga.
Dalam praktek diperlukan kurang lebih 7 t1/2 eliminasi untuk mengeliminasi
99% obat.
e. Perbedaan pH urin dan volume dapat menyebabkan perbedaan laju ekskresi urin
yang bermakna. (Shargel et al., 2005)

IV. Tugas Pendahuluan


1. Plot numerik jumlah kumulatif obat yang diekskresikan dalam urin terhadap
waktu. Ae indeks = jumlah kumlatif obat yang diekskresikan.

2. Plot semi logaritmik Are terhadap waktu untuk penetapan Kel.


ARE ini diperoleh dengan mengurangi Ae, dengan Ae sampai waktu tertentu.
Kel dapat diperoleh dari plot semilogaritmik kecepatan eksresi (dAe/dt) terhadap
waktu tengah.
V. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Kateter Lar. PCT
Mouthblock, dll. Suspensi PCT 10% dlm Tilosa 1%
Pereaksi

VI. Prosedur

A. Pra Percobaan
Satu jam sebelum minum obat, manusia uji terlebih dahulu diberi air 400 ml,
kemudian 200 ml pada saat minurn obat, dan empat kali setiap satu jam lalu
sebanyak 200 ml untuk jam berikutnya.
1) Sebelam minum obat, isi kandung kencing harus dikosongkan secara sempurna.
Ambil urin secukupnya antuk blanko.
2) Setiap waktu interval pengambilan cuplikan, volume urin yang diekskresikan harus
dicatat.
3) Jika arin tidak segera dianalisis, harus disimpan dalam lemari pendingin sampai
analisis dikerjakan. Untuk keperluan ini urin dapat diberi toluen setengah sampai
satu ml.
4) Jaga jangan sampai ada satupun cuplikan urin yang hilang.
5) Pengumpulan urin dikerjakan sampai seluruh obat tak berubah. Praktis telah
diekskresikan seluruhnya di dalam urin (7- 10 xT1/2).
6) Usahakan pengosongan kandung kencing setiap interval waktu pengambilan
dikerjakan dengan sempurna.

B. Prosedur Percobaan
1) Tentukan manusia untuk relawan. Dua heri sebelum praktikun relawan sudah mulai
minum obat uji. Satu minggu sebelum praktikum tidak diperkenankan minum obat
sejenis dengan obat uji atau obat lain yang dapat mengganggu penetapan kadar obat
uji.
2) Sebelum minum obat, tetapkan terlebih dahulu dahalu interval pengambilan
cuplikan.
3) Minum obat uji (tablet 500 mg). Perhatikansistem water loading. Jangan lupa untuk
mengambil urin blangko sebelum minuan obat.
4) Kumpulkan cuplikan urin pada sederetan irterval wakta yang ditentukan
sebelumnya. Catat volume di setiap interval waktu pengambilan cuplikan yang
diperoleh. Ambil kurang lebih 10 ml, masukan kedalam flakon dan simpan dalam
lemari es.
5) Tetapkan kadar obat uji utuh dalanm cuplikan urin.
6) Data kadar obat dalam urin yang diperoleh pada setiap interval waktu pengambilan
cuplikan, masukkan dalam tabel I. Selanjutnya hitung parameter famakokinetik
obat (Kel, t1/2, ka, fa, persen jumlah obat yang diabsorpsi, jumlah obat yang pada
akhinya diabsorpsi), dengan cara melengkapi isian pada tabel I selanjunya,
berdasarkan pada cara perthitungan yang terdtapat pada tabel II.
7) Simpulkan hasilnya dan catat.

VII. Data Pengamatan

interval t V konsentra 100%- ln 100%-


T mid Abs Aei(µg) Aei (mg) Aei (mg) dAe/dt In dAe/dt ARE ln ARE Db ΔT (F) (mg) %Abs
waktu (jam) (ml) si (µg/ml) %abs %abs
0 0 0 51,4918 3,94142257 0 0 0 100 4,60517019
06.00-08.00 2 590 1 0 3,51 2070,9 2,0709 2,0709 1,03545 0,034836 49,4209 3,90037341 10,15147 12,22237059 15,70592 84,29408 4,43431163
08.00-10.00 4 170 3 0,018 7,89 1341,3 1,3413 3,4122 0,67065 -0,39951 48,0796 3,87285797 6,575 9,9872 12,83369 87,16631 4,46781785
10.00-14.00 8 120 6 0,837 61,23 7347,6 7,3476 10,7598 1,8369 0,608079 40,732 3,70701402 18,00882 28,76862353 36,96809 63,03191 4,14364108
14.00-18.00 12 534 10 0,135 36,39 19432,26 19,4323 30,19206 4,858065 1,58064 21,29974 3,05869487 47,62809 77,82014824 100 0 -
18.00-24.00 18 70 15 0,752 186,67 13066,9 13,0669 43,25896 2,177817 0,778323 8,23284 2,10813103 21,35115 64,61010706 83,02491 16,97509 2,83174705
24.00-06.00 24 84 21 0,388 98,01 8232,84 8,23284 51,4918 1,37214 0,316372 0 - 13,45235 64,94415294 83,45416 16,54584 2,80613456
Cara perhitungan :

t jam T mid ( To-to+to / 2 )

• t (jam)1 = 06.00-08.00 = 2 • T mid1 = 2 + 0/2 = 1


• t (jam)2 = (06.00-08.00)+(08.00-10.00) = 4 • T mid2 = 4 + 2/2 = 3

Aei (C x V) Aei (mg)

• Aei1 = 3,51 x 590 ml = 2070,9 µg/ml • Aei1 = 2070,9 µg/ml : 1000 = 2,0709 mg
• Aei2 = 7,89 x 170 ml = 1341,3 µg/ml • Aei2 = 1341,3 µg/ml : 1000 = 1,3413 mg

Aei (mg) (Aeio + Aei ) dAe/dt

• Aei1 = 2,0709 + 0 = 2,0709 mg • dAe/dt1 = 2,0709 – 0 / 2-0


• Aei2 = 1,3413 + 2,0709 = 3,4122 mg = 1,034545

Tetapan laju eliminasi

4.5
4 y = -0.102x + 4.1791
3.5 R² = 0.9028
3
2.5
2
1.5 Series1 Linear (Series1)
1
0.5
0
0 5 10 15 20

K. el = b = 0,102/jam
Tetapan laju absorpsi

2
Series1 Linear (Series1)
y = 0.0324x + 0.1843
1.5 R² = 0.131

0.5

0
0 5 10 15 20 25

-0.5

K. el=b=0,0324/jam

Waktu Paruh

T1/2 = 0,693 / K
= 0,693 / 0,102 = 6,7 jam

Fraksi obat yang di absorbsi

Fa = ΔT (F)/dosis x 100 %

77,82014824 mg x 100 % = 31,128 %

250 mg

VIII. Pembahasan
Paracetamol diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai
dalam 30-60 menit, waktu paruh kira-kira 2 jam, metabolism diahti sekitar 3% di
eskresikan dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90% dikonjugasi dengan
asam glukoronik aau asam sulfuric kemudian dieksresikan melalui urin dalam satu hari
pertama, sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan
berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Parameter farmakokinetik yang diperoleh
pada obat yang diberikan secara oral adalah untuk tetapan laju eliminasi (Ke) diperoleh
dengan hasil 0,102/jam dimana menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses
kinetic mencapai keseimbangan, dimana eliminasi obat akan meningkat kecepatannya
dengan meningkatnya konsentrasi obat, dimana kata lain makin tinggi kadar obat dalam
darah makin banyak obat ynag di eliminasikan. Lalu untuk tetapan laju absorbs (Ka)
mendapat hasil 0,1027/jam, dan untuk T ½ diperoleh nilai 6,7 jam, paracetamol
diketahui memiliki waktu paruh 1,5-3 jam, jadi dari hasil diatas waktu paruh tidak
memenuhi persyaratan. Lalu untuk nilai Fa memperoleh hasil 31,128% maka tubuh
mampu mengeliminasi hasil metabolisme melalui urin dengan 31,128%. Maka menurut
literatur nilai bioavaibilitas paracetamol antara 80%-90%, dari hasil Fa dapat
disimpulkan bahwa nilai bioavaibilitas tidak memenuhi syarat.

IX. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan, diperoleh parameter
sebagai berikut :
a) Tetapan laju eliminasi (Ke) = 0,102/jam
b) Tetapan laju absorbs (Ka) = 0,0324/jam
c) Nilai T½ = 6,7 jam
d) Nilai Fa = 31,128%

X. Daftar Pustaka

Corwin, J.E. 2000. Buku Saku Patofisiologi . penerbit buku kedokteran .EGC.
Jakarta.

Ganiswarna, 2007. “ farmakologi dan terapi edisi 5”. FK.Universitas indonesia.


Jakarta. hal 11,787,788.

Jan Koolman, Klaus-Heinrich Rohm, 2001, Atlas Berwarna & Teks


Biokimia, Alih bahasa ; dr. Septilia Inawati Wanandi, Hipokrates, Jakarta.
Mutschler ,ernest. 1991. “ Dinamika Obat “ edisi kelima ..penerbit ITB.
Bandung .hal 553,554,557.

Shargel, Leon., Yu, Andrew B. C., 2012. Applied Biopharmaceutical and


Pharmacokinetics fifth edition. New York: the McGraw-Hill companies.

Shargel,L B,C.YU,.2005. “ Biofarmasetika dan farmakokinetika terapan “ edisi


kedua. Airlangga University Press. Surabaya. Hal 53,57,177-184,201-205,207,209.

Anda mungkin juga menyukai