Anda di halaman 1dari 16

PEMAPARAN KASUS TENTANG GAGAL GINJAL

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Ilmu Dasar Keperawatan 3

Disusun oleh :

Isti Yuni Sriwulan

220110160083

KELAS B

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2018
Pemaparan Kasus

Renal Case Histories

Seseorang berusia 23 tahun merasa bengkak, lemah dan lelah selama beberapa
bulan terakhir. Dia tiba-tiba menyadari urinnya berwarna merah kecoklatan dan
jumlahnya sangat kecil. Dia pergi ke ruang UGD di RS terdekat dan data yang
diperoleh setelah pemeriksaan dan uji lab adalah sebagai berikut :

Hematology :

1. Serum sodium 125 mEq/L


2. Serum potassium 6 mEq/L
3. Serum Creatinine 2.6 mg/dL
4. BUN 24.0 mg/dL
5. pH (arterial) 7,32
6. Hematocrit 25%

Urinalysis : Protein Mild

Appearance red to brown

Specific gravity 1.025 Renal Function Test :

Blood positive GFR 40 mL/min

Glucose Negative RBF 280 mL/min

Pertanyaan :

1. Apa penyakit yang diderita pasien? Apa faktor risiko yg mendukung


seseorang untuk mengalami penyakit tersebut?
2. Apa definisi hyponatremia dan hyperkalemia?
3. Apa penyebab hyponatremi dan hyperkalemia?
4. Mengapa ada darah dalam urine pasien tersebut?
5. Bagaimana fungsi urin pada orang normal dibandingkan hasil dari pasien
dalam kasus diatas?
6. Apa penyebab pasien merasa bengkak?
7. Terapi apa yg dibutuhkan untuk pasien tersebut?
8. Apakah pasien ini kandidat untuk terapi dialisis? Jelaskan!

Jawaban :

1. a. Gagal ginjal kronik


b. Berdasarkan salah satu jurnal, faktor resiko yang bisa menyebabkan
seseorang mengalami gagal ginjal yaitu :
- Umur yang semakin bertambah
- Riwayat penyakit ginjal pada keluarga sedarah
- Kurang minum air putih ( kurang dari 2000ml/hari )
- Sering mengkonsumsi minuman berenergi bersamaan dengan sering
mengkonsumsi minuman bersoda.
Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, mengakibatkan
kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Kerusakan pada nefron
dapat terjadi secara cepat, sering sebagai akibat pelukaan atau keracunan.
Tetapi kebanyakan penyakit ginjal menhancukan neefron secara perlahan
dan diam-diam. Kerusakan biasanya dirasakan setelah beberapa tahun atau
bahkan dasawarsa. Sebagian besar penyakit ginjal menyerang kedua buah
ginjal sekaligus.
- Adanya infeksi : pielonefritis kronik
- Mempunyai penyakit peradangan : Glumerulonefritis
- Penyakit vascular hipertensi : nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna stenosis arteria renalis.
- Gangguan jaringan penyambung : lupus eritematosus sistematik,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistematik progresif.
- Gangguan kongerital dan hereditas : penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal.
- Penyakit metabolic : hipertensi,diabetes militus, gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis.
- Faktor penyebab penyakit gagal ginjal kronik karena tekanan darah
tinggi atau penyakit hipertensi ini terjadi jika tekanan darah yang
terjadi pada pembuluh darah ini mengalami suatu peningkatan dan jika
tidak di obati, maka penyakit hipertensi ini bisa mengalami punca yang
utama pada masalah serangan jantung, stroke, atau juga penyakit
gagal ginjal kronik.

2. Hyponatremia adalah keadaan dimana kadar ion Na Plasma kurang dari


135 mEq/L dan dikatakan berat apabila kadarnya di bawah 120 mEq/L.
Hiponatremi berdasarkan onsetya dibagi dua yaitu akut dan kronis.
Dikatakan akut jika terjadi saat kadar Na pada tubuh menurun dengan tiba-
tiba, dan terdapat gejala berat seperti kejan atau penurunan kesadaran.
Kronis jika kadar Na turun secara perlahan selama lebih dari 48 jam dan
terdapat gejala ringan seperti lemah, lesu dan lunglai.
Hyperkalemia adalah keadaan dimana konsentrasi kadar kalium dalam
darah tinggi, yaitu lebih dari 5 mEq/L. Hal ini akan mempengaruhi kondisi
sistem konduksi listrik jantung. Bila hal ini terus berlanjut, irama jantung
menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti berdenyut.

3. Penyebab hiponatremia, dipicu oleh sejumlah faktor yaitu :


- Pengaruh usia, yaitu lansia dan bayi. Kedua kelompok usia ini kurang
bisa menyadari rasa haus dan kurang bisa mengendalikan asupan
cairan tubuh mereka.
- Diare atau muntah yang parah dan kronis. Konsumsi terlalu banyak air
akan memicu hiponatremia. Na dikeluarkan tubuh dalam bentuk
keringat. Produksi keringat yang berlebihan pada orang-orang yang
melakukan lari marathon, akan menyebabkan kandungan Na dalam
darah akan berkurang. Sedangkan kekurangan minum akan memicu
kehilangan cairan serta elektrolit-elektrolit lainnya.
- Obat-obatan tertentu, seperti pil diuretik, antidepresan, serta obat
pereda sakit.
- Riwayat penyait tertentu, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, sirosis
hati, SIADH, serta rendahnya kadar hormon tiroid akibat gangguan
padakelenjar adrenal.

Penyebab hiperkalemia yaitu :

- Riwayat penyakit tertentu, seperti gagal ginjal, diabetes, dan addison.


Kedua kondisi ini karena adanya penurunan fungsi ginjal dalam
mengeluarkan kalium melalui urine.
- Kerusakan jaringan, menyebabkan sel tubuh yang rusak melepaskan
kalium ke dalam aliran darah.
- Obat-obatan, seperti diuretik hemat kalium, Obat penghambat enzim
pengubah angiontensin (Ace inhibitor), Obat Antiinflamasi Nonsteroid
(OAINS), Obat penghambat reseptor angiotensin (ARBs),
kortrimoksazol, heparin dan ketokonazol.
-
4. Ginjal yang sehat biasanya menjaga sel darah dalam tubuh saat menyaring
zat sisa dari darah untuk menghasilkan urine. Namun bila ada perdarahan
di saluran kemih dan atau terjadi kerusakan pembuluh darah di ginjal,
ginjal tidak dapat menjalankan fungsi filtrasinya, sehingga sel darah akan
bocor atau tidak tersaring oleh ginjal dan tercampur ke dalam urine.

5. Berdasarkan data dalam kasus :


a. Serum sodium 125 mEq/L, kadar normal sodium adalah 135 - 145
mEq/L. Hyponatremia terjadi ketika kadar sodium dalam darah turun
di bawah 135 mEq/L.
b. Serum potassium 6 mEq/L, kadar normal potassium adalah 3,5-5.0
mEq/L. Kadar potassium antara 5,1 mEq/L to 6.0 mEq/L dianggap
sebagai hyperkalemia ringan.
c. Serum creatinine 2,6 mg/dL, kadar normal creatinine adalah 0,6-1.2
mg/dL. Hasil ini mengindikasikan bahwa adanya gangguan fungsi
ginjal.
d. BUN 24.0 mg/dL, kadar normal BUN adalah 7-20mg/dL. Kadar BUN
yang tinggi dapat juga mengindikasikan adanya berbagai masalah
dalam ginjal.
e. pH (arterial) 7,32. Kadar normal pH adalah 7.35 - 7.45. Untuk hasil
PH pasien ini mungkin normal, karena masih mendekati ke nilai
normal pH.
f. Hematocrit 25%, kadar normal hematokrit untuk wanita adalah 35 -
44.5%. Hasil yang rendah dibandinkan kadar hematokrit yang normal
dapat mengindikasikan bahwa:
Kekurangan pasokan sel darah merah yang sehat (anemia).
Sejumlah besar sel darah putih karena penyakit jangka panjang, infeksi
gangguan sel darah putih seperti leukimia atau limfoma.
Kekurangan vitamin atau mineral.
Kehilangan sel darah dalam jangka panjang.

Urinalisys :

a. Warna urine merah kecoklatan, ketika urine normal berwarna kuning


cerah.
b. Berat jenis (specific gravity) 1.025, kisaran normalnya adalah 1.005-
1.030.
c. Positif adanya darah, ketika urine normal tidak mengandung darah.
d. Negatif adanya glukosa, ini menunjukkan bahwa urine tidak
mengandung glukosa seperti urine pada umumnya.
e. Protein mild,seharusnya mengindikasikan bahwa dalam penyaringan
ginjal memiliki fungsi yang abnormal.

Renal function test :


a. GFR 40mL/min,kisaran normal untuk GFR lebih dari 90mL/min. Hasil
ini menunjukkan bahwa ginjal kehilangan fungsinya termasuk stage 3
gagal ginjal kronis.
b. RBF 280mL/min, kadar normal RBF adalah 1000-1200mL/min or 20-
25% dari cardiac output.

6. Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan kelebihan kadar garam


(natrium) yang menyebabkan pembengkakan pada tubuh. Ketika ginjal
bekerja tidak maksimal, maka ada banyak cairan yang gagal di buang oleh
tubuh, cairan inilah yang akan menempati ruang di mana saja di dalam
tubuh dan akhirnya akan menyebabkan pembengkakan.
Pembengkakan biasanya terjadi di kaki, lengan, tangan, atau wajah karena
akumulasi cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal akan mengalami
pembengkakan pada malam hari, dan kemudian pembengkakan akan
meluas ke area lain dari tubuh.

7. Untuk pasien ini dibutuhkan terapi nutrisi yang dapat digunakan sebagai
terapi pendamping (komplementer ) utama dengan tujuan mengatasi racun
tubuh, mencegah terjadinya infeksi dan peradangan, dan memperbaiki
jaringan ginjal yang rusak. Caranya adalah diet ketat rendah protein
dengan kalori yang cukup untuk mencegah infeksi atau berkelanjutannya
kerusakan ginjal. Kalori yang cukup agar tercapai asupan energi yang
cukup untuk mendukung kegiatan sehari-hari, dan berat badan normal
tetap terjaga.
Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi ginjal juga sangat perlu
dimonitor pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan, sehingga
tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan secara baik.

8. Bukan, pasien belum termasuk kandidat untuk dilakukan terapi


hemodialisis. Pada hemodialisis, penyaringan terjadi di luar tubuh
menggunakan mesin dialisis. Prinsip utama hemodialisis adalah difusi
partikel melewati suatu membran semipermeabel dengan kompartemen
dialisat.Tujuan utama dari hemodialisis adalah untuk mengembalikan
kedaan cairan intraselular dan ekstraseslular ke keadaan normal.
Indikasi terapi dialisis pada gagal ginjal kronik adalah jika laju filtrasi
glomerulus <5ml/menit/1,73m2 atau memenuhi salah satu kriteria :
 Keadaan umum buruk dengan gejala uremi
 K serum < 6 mEq/L
 Ureum darah >200 mg/dl
 pH darah < 7,1
 Anuria berkepanjangan (>5 hari)
 Fluid overloaded

Dan pasien dalam kasus belum memenuhi kriteria tersebut, sehingga


yag perlu difokuskan yaitu penanganan dalam memperlambat
penurunan fungsi ginjal dan penanganan komplikasi.
PATHWAY GAGAL GINJAL KRONIK

Etiologi & faktor resiko : DM, Glomeluronefritis kronis, Bakteri E.Coli, Obstruksi saluran kemih, Hipertensi tidak terkontrol, Lesi herediter,dan agen berbahaya.

Penurunan GFR

Penurunan fungsi ginjal

Hipertofi nefron

Aliran darah ginjal kurang

Gagal Ginjal Kronis

Proteinuria Produksi urin dan Renin me Produksi eritropoetin me Pekreatinin & BUN Tekanan darah me

Penurunan tek.osmotik kepekatan me Angiotensin I Pe pembentukan eritrosit Asotemia Kelemahan tonus otot
dan II me

Cairan keluar ke ekstravaskuler Vasokontriksi pem. darah Syndrom Uremia


Anemia Kelemahan fisik
Organ GI
Disuria / anuria Tekanan Darah Di kulit
Edema
meningkat pruritus
Mual,
Suplemen zat besi, muntah
transfusi sel darah
merah, vit B12, dan
Diuretik suplemen asam
ACE Inhibitor folat.
Anti emetik
Salep kortikosteroid
dan obat antihistamin
RESUME FARMAKOLOGI PADA GAGAL GINJAL KRONIS

Untuk mengatasi edema pada penderita gagal ginjal, salah satu golongan obat yang berfungsi
untuk membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui urine adalah diuretik.
Jumlah garam, terutama natrium, yang diserap kembali oleh ginjal akan dikurangi. Natrium
tersebut akan ikut membawa cairan yang ada di dalam darah, sehingga produksi urine
bertambah. Akibatnya, cairan tubuh akan berkurang dan tekanan darah akan turun.

Diuretik umumnya digunakan untuk mengobati penyakit yang menyebabkan terjadinya


penumpukan cairan dalam tubuh (edema). Selain itu, diuretik juga efektif dalam mengobati darah
tinggi atau hipertensi. Khusus diuretik jenis karbonat anhidrase, dapat juga mengobati glaukoma
dan terkadang digunakan untuk mengobati penyakit akibat ketinggian (altitude sickness).
Kondisi lain yang juga membutuhkan diuretik adalah diabetes insipidus.

Diuretik terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Thiazide. Diuretik thiazide merupakan obat diuretik yang bekerja dengan cara


mengurangi penyerapan natrium dalam ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine.
Selain itu, thiazide dapat melebarkan pembuluh darah sehingga lebih efektif dalam
menurunkan tekanan darah. Diuretik jenis thiazide ini merupakan obat yang dianjurkan
sebagai lini pertama dalam mengatasi hipertensi. Contoh obat jenis thiazide antara lain
adalah chlorthalidone, hydrochlorothiazide, dan indapamide.

b. Diuretik loop. Diuretik loop merupakan obat diuretik yang bekerja pada loop (lengkung)
Henle di dalam ginjal. Obat jenis ini bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium,
klorida, dan natrium sehingga memaksa ginjal meningkatkan jumlah urine. Dengan
produksi urine yang meningkat, tekanan darah akan turun serta kelebihan cairan yang
menumpuk di dalam tubuh dan paru-paru akan berkurang. Contoh obat jenis diuretik
loop, antara lain adalah bumetanide.

c. Diuretik hemat kalium. Ini merupakan jenis diuretik yang mengakibatkan meningkatnya


volume cairan dan natrium dalam urine tanpa ikut membawa kalium keluar dari
tubuh. Diuretik hemat kalium tepat digunakan untuk mencegah hipokalemia. Contoh
diuretik golongan ini antara lain adalah amiloride, eplerenone, spironolactone, dan
triamterene.

d. Penghambat karbonat anhidrase. Obat diuretik jenis ini bekerja dengan cara


meningkatkan konsentrasi asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang dikeluarkan
dari ginjal. Penghambat karbonat digunakan untuk menurunkan jumlah cairan di dalam
bola mata dan terkadang mengatasi penyakit akibat ketinggian. Salah satu contoh obat ini
adalah acetazolamide.

e. Diuretik osmotik. Obat jenis ini meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring keluar
oleh ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali oleh ginjal. Contoh obat
diuretik jenis ini adalah mannitol.

Salah satu jenis dari golongan diuretik adalah furosemid , dapat digunakan sendiri atau bersama-
sama dengan obat lain untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi).

Indikasi : e. Insufisiensi jantung akut, terutama pada


edema paru
1. Tablet:
f. Untuk mengurangi produksi kemih akibat
a. Edema karena gangguan jantung
gestoses (yang berhubungan dengan
b. Edema karena gangguan hati kehamilan nephrosis), setelah memulihkan

c. Edema karena gangguan ginjal vol cairan normal.

d. Edema karena luka bakar g. Edema karena luka bakar

e. Hipertensi ringan hingga sedang h. Untuk mendukung diuresis paksa pada


kasus keracunan

2. Injeksi:
Dosis :
a. Edema karena penyakit jantung
1. Tablet
b. Edema karena penyakit hati (asites)
a. Dewasa
c. Edema karena penyakit ginjal
Awal: 20-80 mg per hari.
Pemeliharaan: 20-40 mg sehari. Dewasa dan anak lebih dari 15 tahun

b. Bayi dan anak Awal: 20-40 mg intravena, atau


Intramuskular dalam kasus luar biasa, dapat
2 mg/kg berat tubuh.
diulang dalam 2 jam jika diperlukan dan
Max: 40 mg/hari. meningkat sebesar 20 mg/dosis sampai efek
yang diinginkan telah didapatkan.

2. Injeksi

Sedangkan untuk mengatasi tekanan darah, ada obat-obatan penghambat ACE (ACE inhibitor)
yaitu segolongan obat yang menghambat kinerja enzim angiotensin-converting enzyme (ACE),
yakni enzim yang berperan dalam sistem renin-angiotensin tubuh yang mengatur volume
ekstraseluler (misalnya plasma darah, limfa, dan cairan jaringan tubuh), dan vasokonstriksi
arteri. ACE inhibitor berguna untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi,
meningkatkan kerja jantung, dan mengurangi beban kerja jantung pada pasien gagal jantung.
ACE inhbitor merupakan analog nonpeptida dari AT I. ACE inhibitor terikat kuat pada sisi aktif
ACE, dimana terjadi kompleks dengan ion Zn dan berinteraksi dengan gugus bermuatan positif
dan kantong hidrofobik.

Mekanisme aksi dari ACE Inhibitor itu sendiri ialah :

ACE inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, dimana angiotensin


II adalah vasokonstriktor poten yang juga merangsang sekresi aldosteron. ACE inhibitor juga
memblok degradasi bradikinin dan merangsang sintesa zat-zat yang menyebabkan vasodilatasi,
termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek
penurunan tekanan darah dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggung jawab terhadap efek
samping batuk kering yang sering dijumpai pada penggunaan obat. ACE inhibitor secara efektif
mencegah regresi hipertrofi ventrikel kiri dengan mengurangi perangsangan langsung
oleh angiotensin II pada sel miokardial.

Pada pasien hipertensi ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan mekanisme :

- Menurunkan resistensi vaskuler perifer


- Menurunkan aktivitas simpatetik

- Mengurangi retensi Na dan air

Selanjutnya untuk mengatasi anemia, ada beberapa yang bisa membantu untuk meningkatkan sel
darah merah dalam tubuh yaitu :

a. Suplemen Zat besi

Langkah pertama dalam mengobati anemia adalah meningkatkan kadar zat besi. Pil zat
besi dapat membantu meningkatkan kadar zat besi dan hemoglobin. Namun, untuk pasien
hemodialisis, banyak penelitian menunjukkan pil tidak bekerja sebaik yang diberikan
secara intravena.

b. Erythropoietin

Jika tes darah menunjukkan penyakit ginjal sebagai penyebab paling mungkin dari
anemia, pengobatan dapat mencakup suntikan bentuk rekayasa genetika dari EPO.
Perawat akan menyuntikkan pasien dengan EPO subkutan, atau di bawah kulit, sesuai
yang diperlukan. Beberapa pasien belajar bagaimana untuk menyuntikkan EPO sendiri.
Pasien hemodialisis dapat menerima EPO intravena selama hemodialisis. Para ahli
menyarankan untuk menggunakan dosis terendah EPO yang akan mengurangi kebutuhan
untuk transfusi sel darah merah. Selain itu, penyedia layanan kesehatan harus
mempertimbangkan penggunaan EPO hanya bila kadar hemoglobin pasien di bawah 10
g/dL. Penyedia layanan kesehatan tidak boleh menggunakan EPO untuk mempertahankan
tingkat hemoglobin pasien di atas 11,5 g/dL. Pasien yang menerima EPO harus memiliki
tes darah rutin untuk memantau hemoglobin mereka sehingga penyedia layanan
kesehatan dapat menyesuaikan dosis EPO ketika tingkat terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Dokter harus mendiskusikan manfaat dan risiko dari EPO dengan pasien mereka.

c. Transfusi sel darah merah

Jika hemoglobin pasien jatuh terlalu rendah, dokter mungkin menyarankan transfusi sel
darah merah. Transfusi sel darah merah ke dalam vena pasien meningkatkan persentase
darah pasien yang terdiri dari sel-sel darah merah, meningkatkan jumlah oksigen yang
tersedia bagi tubuh.

d. Vitamin B12 dan suplemen asam folat

Vitamin B12 dan suplemen asam folat dapat dikonsumsi bagi sebagian orang dengan
CKD dan anemia. Menggunakan suplemen vitamin dapat mengobati rendahnya tingkat
vitamin B12 atau asam folat dan membantu mengobati anemia.

Selanjutnya untuk mengatasi pruritus pada kulit dapat menggunakan kortikosteroid.


Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi,
khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim skabies bersama-sama
dengan obat skabies. Kortikosteroid menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan
saja, kortikosteroid sama sekali tidak menyembuhkan, dan bila pengobatan dihentikan kondisi
semula mungkin muncul kembali. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan gejala dan
penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain seperti pemberian emolien tidak efektif.

KEKUATAN KORTIKOSTEROID  TOPIKAL

Potensi Contoh
Ringan hidrokortison 1%
Kuat-sedang Klobetason butirat 0.05%
Kuat Betametason 0,1% (sebagai valerat)
Hidrokortison butirat
Sangat Kuat Klobetasol propionat 0,05%

Yang terakhir untuk mengatasi rasa mual dan muntah dapat mengkonsumsi obat Antiemetik
seperti metoklopramid atau domperidon atau fenotiazin dan antiemetik antihistamin, ini dapat
meredakan mual akibat serangan migren. Antiemetik dapat diberikan melalui injeksi
intramuskular atau melalui rektal jika mual menyebabkan masalah pemberian obat.
Metoklopramid dan domperindon mempunyai kelebihan dalam mempercepat pengosongan
lambung dan peristaltik normal, dosis tunggal sebaiknya diberikan pada saat gejala mulai
nampak. Sediaan analgesik oral yang mengandung metoklopramid atau domperidon merupakan
alternatif yang lebih nyaman. Untuk peringatan terkait efek ekstrapiramidal metoklopramid
terutama pada anak dan dewasa muda, Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat
mengatasi muntah dan mual. Antimuntah biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk
kendaraan dan efek samping dari analgesik opioid, anestetik umum dan kemoterapi terhadap
kanker.

Jenis antimuntah:

- Antagonis reseptor 5-HT3 - obat ini - Tropisetron


akan menghambat reseptor
- Palonosetron (Aloxi, antagonis 5HT3
serotonin pada sistem saraf
baru)
pusat dan saluran pencernaan. Obat
ini juga dapat digunakan untuk - Antagonis dopamin
mengobati mual dan muntah akibat
- Domperidon
pasca-operasi dan sitotoksik obat.
- Droperidol, Haloperidol, Klorpromaz
- Dolasetron
in, Prometazin, Proklorperazin.
- Granisetron
- Metoklopramid 
- Ondansetron
- Alizaprid

- Antihistamin (antagonis reseptor - Kanabinoid .
histamin H1).
- Sativex
- Siklizin
- Benzodiazepin
- Difenhidramin
- Lorazepam 
- Dimenhidrinat
- Antikolinergik
- Meklizin
- Hyoskin (atauSkopolamin)
- Prometazin (Pentazin, Fenergan,
- Steroid
Promakot)
- Deksam
- Hidroksizin

Anda mungkin juga menyukai