SEORANG LAKI LAKI 67 TAHUN DENGAN HEPATOMA, DIARE, DAN SUSPEK TB PARU
Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus
SEORANG LAKI LAKI 67 TAHUN DENGAN HEPATOMA, DIARE, DAN SUSPEK TB PARU
Pelapor
Pembimbing
Mengetahui,
DAFTAR MASALAH
NO
PASIF
Tanggal
1 2 3 4
MELENA
24 07 2012
DATA SOSIAL Nama Umur Jenis Kelamin Agama Status Pendidikan Alamat Nomor CM Dirawat di Ruang Masuk RSUD Dikasuskan Status : Tn. NS : 67 thn : Pria : Islam : Menikah : Tamat SMA : Kedung Sari 5/7 Gebog Kudus : 196595 : Cempaka 2 : 24 Juni 2012 : 26 Juni 2012 : Pribadi
DATA DASAR A. ANAMNESIS : Anamnesis dengan penderita dan keluarga penderita tanggal 26 Juni 2012 Keluhan Utama : nyeri perut Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan perut sakit pada daerah kanan atas, sejak 3 minggu yang lalu, disertai BAB cair sebanyak 3x/hari. Pada bagian kanan atas perut teraba benjolan, dan sakitnya bertambah jika ditekan. Pasien sudah berobat sebelumnya ke dokter untuk rawat jalan dan sudah diberi obat tetapi keluhan tidak berkurang. Sakitnya dirasakan terutama saat berjalan atau beraktivitas, dan berkurang apabila sedang istirahat. Rasa sakit dirasakan
semakin bertambah dan benjolan dirasakan juga semakin membesar, serta BAB cair yang tidak pernah membaik dan berwarna hitam sejak 3 hari yang lalu, sehingga oleh keluarga pasien dibawa ke RSUD dan disarankan untuk rawat inap.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit yang sama disangkal Riwayat tekanan darah tinggi disangkal Riwayat kencing manis disangkal Riwayat minum minuman keras disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi Pasien sudah tidak bekerja, istrinya juga tidak bekerja, memiliki 2 orang anak dan semuanya sudah mandiri. Biaya pengobatan ditanggung keluarga / PRIBADI Kesan Ekonomi : Cukup
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Denyut nadi Laju pernapasan Suhu SPO2 GDS Kulit Kepala : : : : : : : : : Tampak lemah Compos mentis 110/70 mmHg 87x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup 16/menit 36,4C (aksila) 97 134 mg/dl anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit baik
Mata
Pupil isokor, diameter pupil 2mm, konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), reflek cahaya +/+
Hidung
Penciuman baik, nafas cuping hidung tidak ada, Rhinorrhea (-), Epistaksis (-)
Telinga Mulut
: :
Nyeri tekan tragus (-), Keluar cairan (-), keluar darah (-) Bentuk rahang normal, mulut tidak kering, Sulkus nasolabialis simetris, lidah normal, tremor (-), deviasi lidah (-), faring hiperemis (-).
Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), nodul (-), JVP R-2 cmH2O.
Jantung
Inspeksi Palpasi Perkusi : : : Pulsasi ictus cordis tidak tampak Teraba ictus cordis di ICS V MCLS, tidak kuat angkat Redup, Batas atas ICS II PSLS Batas kanan ICS IV PSLD Batas kiri ICS V MCLS Auskultasi : BJ I-II reguler, isi dan tegangan cukup, murmur (-), gallop (-)
Paru depan
Inspeksi Kanan Pergerakan statis, dinamis sama dengan kiri Retraksi interkostal (-) nyeri tekan (-) stem fremitus normal, sama kuat dengan kiri Sonor Seluruh lapang paru suara dasar vesikuler sama dengan kiri Wheezing (-), Ronchi (-) Kiri Pergerakan statis, dinamis sama dengan kanan Retraksi interkostal (-) nyeri tekan (-) stem fremitus normal, sama kuat dengan kanan Sonor seluruh lapang paru, suara dasar vesikuler sama dengan kanan Wheezing (-), Ronchi (-)
Palpasi
Perkusi Auskultasi
Paru belakang
Inpeksi Kanan Pergerakan statis, dinamis sama dengan kiri Retraksi interkostal (-) nyeri tekan (-) stem fremitus normal, sama kuat dengan kiri Sonor pada seluruh lapang paru suara dasar vesikuler sama dengan kiri Wheezing (-), Ronchi (-) Kiri Pergerakan statis, dinamis sama dengan kanan Retraksi interkostal (-) nyeri tekan (-) stem fremitus normal, sama kuat dengan kanan Sonor pada seluruh lapang paru suara dasar vesikuler sama dengan kanan Wheezing (-), Ronchi (-)
Palpasi
Perkusi Auskultasi
Abdomen
Inspeksi Auskultasi Perkusi : : : Datar, asimetris Peristaltik (+) normal Redup dikuadran kanan atas Timpani di kuadran lainnya. Palpasi : Hepar teraba 5cm dibawa arcus costae konsistensi keras dengan permukaan rata dan tepi tumpul
Ekstremitas
Ptekhie Sianosis Pembesaran limfe aksila Pembesaranlimfe inguinal Gerakan Kekuatan Refleks fisiologis Refleks patologis Tonus
Superior -/-/-/-
Inferior -/-/-
HEMATOLOGI tgl 24 Juni 2012 Jumlah WBC RBC HBG HCT PLT PCT
3
(N) 4,0 10,0 (N) 4,5 5,8 (N) 10,0 23,7 (N) 28,0 75,0 (N) 150 450 (N) .100 - .500
320 / mm .195 %
KIMIA DARAH tgl 24 Juni 2012 Ureum Creatinin SGOT SGPT K Na Cl Albumin 71,7 0,9 227 84 4,7 139 107 2,7 (N) 11 55 (N) 0,6 1,36 (N) < 37 (N) < 41 (N) 3,6 5,5 (N) 135 155 (N) 75 108 (N) 3,8 5,4
Foto Thorax :
Cor : bentuk dan letak normal, tidak membesar
Pulmo : corakan bronkovaskuler normal, bercak infiltrat di kedua paru atas Diafragma sinus normal Kesan : KP aktif USG Abdomen : Hepar : ukuran membesar, tepi rata, densitas gama inhomogen dengan nodul + di lobus kanan hepar, ukuran nodul 8,73x8,13cm : ukuran normal, densitas gama inhomogen, nodul (-), vena lien tidak membesar : ukuran normal, massa (-) : ukuran normal, batas korteks medula kabur, pielocalyses system tidak melebar, batu (-)
Lien
Ginjal kanan : ukuran normal, batas korteks medula kabur, pielocalyses system tidak melebar, batu (-) Vesika urinaria: Dinding tidak melebar, batu (-), massa (-) Kesan : Hepatomegali dengan nodul dilobus kanan hepar, cenderung hepatoma
DAFTAR MASALAH
1. Hepatoma
2. Diare Kronik 3. Suspek TB
Assessment DD : hepatitis Plan Diagnostik : Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, USG abdomen, Kimia darah (SGOT, SGPT, HbSAg) Plan Terapi : Non Farmakologi Tirah baring
Plan Monitoring : Keluhan subjektif, objektif Plan Edukasi : Memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan terapi yang diberikan 2. Problem : Diare Kronik
Assessment DD : Plan Diagnostik Plan Terapi : RT, pemeriksaan feses rutin : a. Non Farmakologi Tirah baring Diet rendah asam dan pedas
b. Farmakologi Infus RL 20 tpm Loperamid HCl 2x1 Metroclopramide 2x ampul Ceftriaxone 1x2gr
Plan Edukasi
: Memberitahu Kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya serta pemeriksaan dan terapi yang akan diberikan.
3. Suspek TB Asessment DD : -
Plan Diagnostik : Anamnesis, Foto Thoraks, Pemeriksaan lab (BTA) Plan Terapi : Non Farmakologi Tirah baring
Plan Monitoring : BTA, keluhan subjektif, foto thoraks Plan Edukasi : Memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan terapi yang diberikan
RINGKASAN: Seorang laki-laki berumur 67 tahun datang dengan keluhan perut sakit, dan teraba benjolan di bagian kanan atas sejak3minggu yang lalu. Keluhan ini disertai BAB cair. Benjolan makin lama maakin membesar dan BAB cair berwarna hitam sejak 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Nyeri tekan abdomen di kuadran kanan atas, hepar teraba 5 cm dibawah arcus costae Foto thoraks: KP aktif USG : Hepatomegali dengan nodul dilobus kanan hepar, cenderung hepatoma. Pemeriksaan kimia darah: SGOT 227, SGPT 84.
Catatan Kemajuan
Tanggal 26 Juni 2012
Subyektif: Nyeri di perut bagian kanan atas, mencret 1x, warna kuning kecoklatan Obyektif: Tensi 110/70mmHg Nadi 87/menit Suhu 36,4C Abd: Perkusi: redup di kuadran kanan atas Palpasi: hepar teraba membesar, 4 cm dari arcus costae, konsistensi keras, permukaan rata, nyeri tekan + Assesment: Hepatoma, diare kronik, suspek TB paru Planning: Diagnostik Terapi : periksa HbsAg, periksa BTA, periksa feses rutin : Tirah baring
Diet rendah asam dan pedas
Infus RL 20tpm Curcuma 3x1 Proliva 1x1 Metronidazol 2x1 Rifampisin 1x1 Monitoring Edukasi : TTV, Lab Hematologi, keluhan subyektif, objektif : Menjelaskan Kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, pemeriksaan dan terapi yang akan diberikan.
Palpasi: hepar teraba membesar, 4 cm dari arcus costae, konsistensi keras, permukaan rata, Lab: HbsAg (-) Pemeriksaan feses: Makro: warna coklat, konsistensi keras, darah +, lendir + Mikro: leukosit +, eritrosit +, amuba, sisa makanan,dan telur cacing Assesment: Hepatoma, suspek TB paru Planning: Diagnosis Terapi : Periksa BTA, kolonoskopi, RT, anti HAV, anti HCV : Tirah Baring Infus RL 20 tpm Curcuma 3x1 Proliva 1x1 Metronidazol 2x1 Loperamid HCl 2x1 Rifampisin 1x1 Monitoring Edukasi : TTV, lab Hematologi (SGOT, SGPT) : Menjelaskan Kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, pemeriksaan dan terapi yang akan diberikan.
Tanggal 28 Juni 2012 Subyektif: Lemas, mencret 1x, Obyektif: Tensi 110/70mmHg Nadi 76/menit Suhu 36,3C Abd: Perkusi: redup di kuadran kanan atas Palpasi: hepar teraba membesar, 4 cm dari arcus costae, konsistensi keras, permukaan rata,
Infus RL 20tpm Curcuma 3x1 Proliva 1x1 Metronidazol 2x1 Rifampisin 1x1 Monitoring Edukasi : Keluhan subjektif, TTV, lab Hematologi (SGOT,SGPT) : Menjelaskan Kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, pemeriksaan dan terapi yang akan diberikan.
Pasien minta pulang atas permintaan sendiri dengan alasan sudah bosan di rumah sakit
ALUR PIKIR
Laki-laki 67 tahun mengeluh perut sakit pada daerah kanan atas disertai BAB cair berwarna hitam PF: Nyeri tekan abdomendi bagian kanan atas, hepar teraba 4cm dari arcus costae Foto Thoraks: KP aktif USG : Hepatomegali dengan nodul dilobus kanan hepar, cenderung hepatoma. Pemeriksaan kimia darah: SGOT 227, SGPT 84.
BAB Cair
Suspek TB
HbsAg ( - )
Hepatoma
PEMBAHASAN
HEPATOMA
Definisi Tumor ganas hati Biasanya disebabkan oleh infeksi/penyakit hati kronik akibat virus hepatitis, sirosis, atau parasit (Clonorchis sinensis)
Klinis Nyeri perut kanan atas Nafsu makan berkurang, BB turun Hati membesar Lemas
Pemeriksaan Penunjang USG abdomen Uji faal hati SGOT, SGPT CT-scan dan angiografi Diagnosis Laboratorium USG : SGOT dan SGPT : hepatomegali dan nodul (+)
Terapi Kemoterapi : 5 fluorourasil (5 FU) dan adriamisin Embolisasi transkateter arteri hepatik Pembedahan
Diare kronik
Definisi Diare kronis adalah diare yang onset gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari.
Etiologi Etiologi diare kronik sangat beragam dan tidak selalu hanya disebabkan kelainan pada usus. Kelainan yang dapat menimbulkan diare kronis antara lain kelainan usus, kelainan hati, kelainan pancreas, endokrin, dan lain-lain. Walaupun telah diusahakan secara maksimal, diperkirakan sekitar 10-15% pasien diare kronik tidak diketahui etiologinya.
Patofisiologi 1. Diare Inflamasi, pada pasien tanpa penyakit sistemik, adanya fases yang berisi cairan atau darah tersamar kemungkinan suatu neoplasma kolon atau proktitis ulcerative. Terjadinya diare kronik yang berdarah dapat disebabkan oleh Collitis Ulcerativa atau Chrons Disease. 2. Osmotic (malabsorbsi), jika cairan yang dicerna tidak seluruhnya diabsorbsi oleh usus halus akibat tekanan osmotic yang mendesak cairan kedalam lumen intestinal. Pada umumnya penyebab diare osmotic adalah malabsorbsi lemak atau karbohidrat. 3. Sekretori, Diare sekretori biasanya disebabkan abnormalitas baik absorbsi maupun sekresi elektrolit. Diare Sekretori secara normal berhubungan dengan meningkatnya camp inttraselular. Meningkatnya cAMP
menghambat absorbsi NaCL dan menstimulasi sekresi klorida tanpa merubah mekanisme transport lainnya. Asam empedu yang tidak
diabsorbsi dan asam-asam lemak dapat menstimulasi sekresi ion dalam kolon, menyebabkan diare massif yang berlanjut walaupun dalam keadaan puasa. Pada diare ini yang menonjol adalah air dan elektrolit. Diare osmotic disebabkan oleh akumulasi larutan yang sulit diserap dalam lumen intestinal. Malabsorbsi Karbohidrat menyebabkan diare osmotic,
4. Dismotilitas, Diare ini disebabkan oleh kelainan yang menyebabkan perubahan motilitas intestinal. Ditandai dengan konstipasi, nyeri abdomen, passase mucus dan rasa tidak sempurna dalam defaksi. Pada beberapa pasien dijumpai konstipasi dengan kejang perut yang berkurang dengan diare, kemungkinan disebabkan kelainan motilitas intestinal. Kasus paling sering adalah Irritable Bowel Syndrome. GEJALA KLINIS 1. Diare Inflamasi ditandai dengan adanya demam, nyeri perut, fases yang berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy mukosa intestinal. 2. Diare osmotic ditandai peningkatan volume cairan lumen, artralgia, demam, menggigil, hipotensi, limfadenopati dan keterlibatan system saraf. Gejala berupa artralgia, demam, menggigil, hipotensi, limfadenopati dan keterlibatan system saraf merupakan manisfestasi pada Malabsorbsi Intestinal (Whipp;es Disease) disebabkan tropehyma whippeli, umumnya terjadi pada usia dewasa. 3. Diare sekretori ditandai ditandai oleh volume feses yang besar oleh karena abnormalitas cairan dan transport elektrolit yang tidak selalu berhubungan dengan makanan yang dimakan, tidak ada malabsorbsi larutan. 4. Diare dismotilitas ditandai dengan adanya konstipasi, nyeri abdomen, passase mucus dan rasa tidak sempurna dalam defaksi, konstipasi dengan kejang perut yang berkurang dengan diare, kemungkinan disebabkan kelainan motilitas intestinal. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG LAINNYA 1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes) : Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. 2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam : Jika berat feses > 300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif. 4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per lapang pandang 5. Osmolalitas Feses : Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare sekretori. 6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia, E Histolitika pada pemeriksaan rutin. 7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan hipoproteinemia. 8. Pemeriksaan imunodefisiensi (CD4, CDS), feses lengkap dan darah samar. Pemeriksaan anatomi usus : Barium enema, colon in loop (didahului BNO). 9. Kolonoskopi, ileoskopi, dan biopsi, barium follow through atau enteroclysis, ERCP, USG abdomen, CT Scan abdomen. 10. Fungsi usus dan pankreas : tes fungsi ileum dan yeyunum, tes fungsi pankreas, tes Schilling. DIAGNOSA Terbagi menjadi pemeriksaan awal (dasar), yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah sederhana, tinja & urin dan Pemeriksaan lanjutan yang disesuaikan dengan perkiraan diagnosis yang sudah didapatkan pada pemeriksaan awal, yaitu meliputi: 1. Pemeriksaan anatomi usus : Barium enema kontras ganda (colon in loop) & BNO, Kolonoskopi & ileoskopi, Barium follow thruogh dan/atau enteroclysis, Gastroduodeno-jejunoskopi, Endoscopic Retrograde Cholangio Pncreatography (ERCP), Sidik Indium 111 leukosit, USG abdomen, Sidik perut (CT-scan abdomen), Arteriography/angiografi mesenterika duperior & inferior.
2. Fungsi Usus & Pankreas: Tes fungsi ileum & yeyenum, Tes fungsi pancreas, Tes Schilling: utk def B12, Test bile acid breath, Tes lainnya meliputi: Tes permeabilitas usus, Tes small & large bowel transit time.
PENATALAKSANAAN Pengobatan diare kronik ditujukan terhadap penyakit yang mendasari. Sejumlah agen anti diare dapat digunakan pada diare kronik. Opiat mungkin dapat digunakan dengan aman pada keadaan gejala stabil. 1. Loperamid : 4 mg dosis awal, kemudian 2 mg setiap mencret. Dosis maksimum 16 mg/hari. 2. Dhypenoxylat dengan atropin : diberikan 3-4 kali per hari. 3. Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi additif, obat ini sebaiknya dihindari. Kecuali pada keadaan diare yang intractable. Kodein dapat diberikan dengan dosis 15-60 mg setiap 4 jam, Paregoric diberikan 4-8 ml. 4. Klonidin : adrenergic agonis yang menghambat sekresi elektrolit intestinal. Diberikan 0,1-0,2 mg/hariselama 7 hari. Bermanfaat pada pasien dengan diare sekretori, kriptospdidiosis dan diabetes. 5. Octreotide : Suatu analog somatostatin yang menstimulasi cairan instestinal dan absorbs elektrolit dan menghambat sekresi melalui pelepasan peptide gastrointestinal. Berguna pada pengobatan diare sekretori yang disebabkan oleh VIPoma dan tumor carcinoid dan pada beberapa kasus diare kronik yang berkaitan dengan AIDS. Dosis efektif 50mg 250mg subkutan tiga kali sehari. 6. Cholestiramin : Garam empedu yang mengikat resin, berguna pada pasien diare sekunder karena garam empedu akibat reseksi intestinal atau penyakit ileum. Dosis 4 gr 1 s/d 3 kali sehari.
TB PARU
Definisi Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBC Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paruparu.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
JENIS OBAT
SIFAT
Dosis yang direkomendasikan Harian 3x seminggu 10(8-12) 10(8-12) 35(30-40) 15(12-18) 30(20-35)
Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3) Tahap Intensif Berat Badan tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) 30 37 kg 38 54 kg 55 70 kg 71 kg 2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150) 2 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT
Tahap Intensif tiap hari Berat badan RHZE (150/75/400/275) + S Selama 28 hari 2 tab
Selama 56 hari
selama 20 minggu
30-37 kg
2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol 3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol 4 tab 4KDT + 4 tab Etambutol 5 tab 4KDT + 5 tab Etambutol
4KDT
38-54 kg
3tab 4KDT
55-70 kg
tab
4KDT
71 kg
tab
4KDT