Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“Masalah Keperawatan TBC, Dekompensasi Kordis,


Hipertensi Dan Effusi Pleura “
Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

DOSEN PEMBIMBING :

Hardiyanto, S.Kep. Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH :

Ana Lailatul Jannah (1910002)


Devi Tri Utari (1910007)
Eko Suprianto (1910012)
Fransiska Agustin (1910016)
Husnul Ma,rifa (1910020)
Mustafa (19100024)
Rismawati maulidiyah (1910028)
Wiji Isro Ajeng Ramadhani (1910032)

PRODI STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2020
“ TBC (TUBERCULOSIS) “

1. Definisi Tuberculosis
Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis paru dimulai dari
tuberkulosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
berbentuk batang (basil) yang di kenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis.
Penularan penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil tuberculosis paru.Pada saat penderita batuk, butir-butir air
ludah beterbangan di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk
kedalam paru-parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit tuberculosis paru.
2. Masalah Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkaatan produksi
sputum
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intake yang tidak
adekuat.
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengankurangnya pengetahuan
mencegah paparan dari kumanpatogen
4. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan imagenegatif tentang
penyakit.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenaikondisi, aturan tindakan
dan pencegahan berhubungandengan kurang terpajan pada/salah interpetasi
informasi
3. Pengkajian
Kasus 1
Seorang ibu umur 52 tahun ruang rawat dari IGD dengan diagnosa medis TB
Paru dada pneumothorax partial di kedua lapang paru. Pada saat pengkajian
pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak . pengkajian fisik didapatkan
suara bunyi ronkhi di ½lapang paru bawah. Frekuensi nafas 26 kali/menit. Klien
tampak susah untuk mengeluarkan dahak saat batuk. Klien mengatakan bahwa
dirinya tinggal dengan orang yang mengkonsumsi rokok 2 pak/hari selama 25
tahun. Klien juga mengatakan tidak nafsu makan, mual, muntah. Klien kehilangan
tonus otot, BB turun 11 kg, konjungtiva anemis. P 30 x/menit, TD 90/60 mmHg,
N 120 x/menit, S 37°C
Pengkajian Kasus
A. Identitas Klien
Nama : Ny.E
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Garegeh
Pekerjaan : IRT
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak.
Pengkajian fisik didapatkan suara bunyi ronkhi di ½ lapang paru bawah.
Frekueansi nafas 26 kali/menit. Klien tampak susah untuk mengeluarkan
dahak saat batuk. Klien juga mengatakan tidak nafsu makan, mual, muntah.
Klien kehilangan tonus otot, BB turun 11 kg, konjungtiva anemis. P 30
x/menit, TD 90/60 mmHg, N 120 x/menit, S 37°C.
2. Riwayat Kesehatan Masalalu
Klien mengatakan bahwa dirinya tinggal dengan orang yang mengkonsumsi
rokok 2 pak/hari selama 25 tahun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan riwayat kesehatan keluarga
C. Pemeriksaan FisikHead To Toe
1. Kepala : Bentuk kepala oval, kulit kepala tampak kering, rambut kasar
dengan distribusi tebal, tidak ada kelainan dibagian kepala
2. Mata : Bola mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva terlihat anemis
3. Mulut : Mukosa mulut kering, terlihat bernapas dari mulut, tampak susah
mengeluarkan dahak saat batuk
Thoraks
 I : pergerakan dinding dada terlihat cepat pada saat bernapas, tidak
ada lesi dan memar
 P : tidak ada pembengkakan di dada, fremitus tidak normal
 P : bunyi paru pekak
 A : bunyi paru ronkhidi ½lapang paru bawah, kasar dan nyeri
4. Abdomen :
Hepar :
 I : bentuk simetris, tidak adanya benjolan, tidak adanya jaringan parut
 P : tidak adanya nyeri tekan, tidak adanya pembengkakan, hepar tidak
teraba
 P : bunyi hepar pekak/redap, dilakukan perkusi untuk mengetahui
batas dan batas bawah dari hepar
5. Ekstremitas : kehilangan tonus oto, tidak ada kelainan bentuk di bagian
ekstremitas, kulit terlihat pucat dan kering
6. Secara keseluruhan klien terlihat kurus dan terjadi penurunan BB drastis
D. Pemeriksaan Penunjang
LED : 60 mm (lk:0-88mm, pr:0-15mm) Kalium : 3,41 mEq/L (3,5-5,1
mEq/L)
HB : 10 gr/dl (lk: 14-16, pr: 12-14) Klorida : 94,1 mEq/L (98-109
mEq/L)
Eritrosit : 4,08 gr/dl (ce: 4-5) Ureum : 78 mg/dl (10-50
mg/dL)
Leukosit : 11.000 /ul (10.000/ul) Kreatinin: 1,2 mg/dl (0,5-1,5
mg/dL)
Trombosit : 301.000 /ul (150rb-400rb) pH : 7,4 mmHg (7,35-
7,45 mmHg)
Protein : 8,8 gr/dl (7,2-8 g/dl) pCO² : 28,6 mmHg (35-45)
Globulin : 5,9 gr/dl (2,3-3,2 gr/dl) pO² : 76,6 mmol/L (80-
100)
Natrium : 129 mEq/L (135-145 mEq/L) Sat O² : 95,5 % (100%)
Hasil rotgent paru member kesan gambaran TB paru
Kultur BTA (+)
Order Dokter
Rifampicin (R) 1 x 350 mg
Isoniazid (H) 1 x 300 mg
Etambutol (E) 1 x 500 mg
Pirazinamid (Z) 1 x 500 mg
Vit B6 3 x 1 tablet
Domperidon 3 x 10 mg
OMG 1 x 40 mg
Inhalasi vent : Nacl 1 : 1

E. Analisa Data
Data Fokus:
- Klien tampak susah untuk mengeluarkan dahak saat batuk
- Bunyi ronkhi di ½lapang paru bawah
- Klien kehilangan tonus otot
- BB menurun 11 kg
- Konjungtiva terlihat anemis
- P 30 x/menit, TD 90/60 mmHg, N 120 x/menit, S 37°C
- Klien mengatakan sesak napas
- Klien mengatakan batuk berdahak
- Klien mengatakan tinggal dengan orang yang mengkonsumsi rokok 2
pak/hari selama 25 tahun
- Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual dan muntah

Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
1 Data Subjektif Ketidakefektifan bersihan
- Klien mengatakan sesak jalan napas
napas dan batuk berdahak
- Klien mengatakan saat
bernapas agak dalam
Data Ojektif
- Klien tampak susah
mengeluarkan dahak saat
batuk
- Bunyi ronkhi di ½ lapang
paru bawah
Data Tambahan
- Hasil rotgent paru member
kesan gambaran TB paru
- Kultur BTA (+)
- P 30 x/menit, TD 90/60
mmHg, N 120 x/menit, S
37°C
2 Data Subjektif Ketidakseimbangan nutrisi
- Klien mengatakan tidak kurang dari kebutuhan
nafsu makan
- Klien mengatakan mual dan
muntah
Data Objektif
- BB ↓ 11 kg
- Konjungtiva klien terlihat
anemis
- Klien kehilangan tonus otot
Data Tambahan
- LED: 60 mm (lk:0-88mm,
pr:0-15mm)
- HB : 10 gr/dl (lk: 14-16, pr:
12-14)
- Natrium : 129 mEq/L
(135-145 mEq/L)
- Protein : 8,8 gr/dl (7,2-8
g/dl)
- Globulin : 5,9 gr/dl (2,3-
3,2 gr/dl)
Data Subjektif
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan, mual dan
muntah
Data Objektif
- Konjungtiva klien terlihat
Ketidakefektifian perfusi
3 anemis
jaringan (perifer)
- Klien kehilangan tonus otot
Data Tambahan
- HB : 10 gr/dl (lk: 14-16, pr:
12-14)
- pCO² : 28,6 mmHg (35-
45)
- Sat O² : 95,5 % (100%)
Data Subjektif
- Klien mengatakan masih
sering batuk-batuk dan susah
mengeluarkan sputum
- Klien mengatakan tinggal
dengan orang yang
mengkonsumsi rokok 2
4 pak/hari selama 25 tahun Resiko penyebaran infeksi
Data Objektif
- Klien terlihat sering batuk-
batuk
Data Tambahan
- Hasil rotgent paru member
kesan gambaran TB paru
- Kultur BTA (+)
4. Diagnosa Keperawatan
1. Ketdakefektifan bersihan jalan napas b.d pus yang berlebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,
muntah dan batuk produktif
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) b.d penurunan konsentrasi Hb
dalam darah
4. Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan jaringan atau terjadinya infeksi
lanjutan (penkes agar tidak terjadi penularan infeksi)

5. Rencana Tindakan Keperawatan Yang akan dilakukan


1. Tindakan pertama yang akan dilakukan adalah pemeriksaan fisik lengkap
2. Pemasangan suction
3. Berikan Oksigen bila pernapasan kurang cukup
4. Pantau intake dan output
5. Jaga privasi klien, agar bakteri tidak menular
6. Kolaborasi dengan dokter tuberkulostatik, untuk kemajuan pengobatan secara
bakteri ologis, radiologic, dan klinis
DEKOMPENSASI KORDIS

1. Definisi Dekompensasi Kordis

Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan


kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa
jantung. Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. Definisi alternatif
menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang
rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan
regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort
intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduced longevity).
Termasuk di dalam kedua batasan tersebut adalah suatu spektrum fisiologi-klinis
yang luas, mulai dari cepat menurunnya daya pompa jantung (misalnya pada
infark jantung yang luas, takiaritmia atau bradikardia yang mendadak), sampai
pada keadaan-keadaan di mana proses terjadinya kelainan fungsi ini berjalan
secara bertahap tetapi progresif (misalnya pada pasien dengan kelainan jantung
yang berupa pressure atau. volume overload dan hal ini terjadi akibat penyakit
pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).

2. Pengkajian
Kasus
Terdapat pasien MRS dan Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau
makan ± 2 minggu, Pasien mengatakan saat berbaring sesak nafas, Keluarga
pasien mengatakan pasien b.a.k ± 7 hari disertai darah dan berwarna coklat,
Keluarga mengatakan pasien demam ± 7 hari, Keluarga pasien mengatakan pasien
b.a.b cair saat masuk rumah sakit, Keluarga pasien mengatakan pasien batuk
disertai dahak.
Pengkajian
1. Identitas
Tanggal Pengkajian : 6 dan 7 Januari 2014
Jam : 13.00 WIB dan 18.30 WIB
Sumber Data : Pasien,Keluarga, Rekam Medis, Tim Kesehatan
Pasien
Nama : Ny. N D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 84 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pendidikan : -
Pekerjaan :Tidak Bekerja
Suku / Kebangsaan : Indonesia
Alamat :Banjarejo, Wonosari
Diagnosa Medis :Obs Dyspnea e.c Susp DC
Nomor CM : 45 37 56
Tanggal masuk perawatan: 4 Januari 2014
Keluarga / Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
Umur : 55 tahun
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan ± 2 minggu, Pasien
mengatakan saat berbaring sesak nafas, Keluarga pasien mengatakan
pasien b.a.k ± 7 hari disertai darah dan berwarna coklat, Keluarga
mengatakan pasien demam ± 7 hari, Keluarga pasien mengatakan pasien
b.a.b cair saat masuk rumah sakit, Keluarga pasien mengatakan pasien
batuk disertai dahak.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan nyeri dada seperti
tertekan, Pasien mengatakan nyeri rasanya perih pada bagian perut kanan
bawah.
c. Kesehatan sekarang
Pasien terpasang infus pada tangan kanan cairan D5 mikro 15 Tpm, Pasien
mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan tidak mau tidur karena tidak
mengantuk, Pasien terpasang kateter, Pasien memakai O2 dengan terapi 3
liter/menit.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada
sudah ±3 minggu ini, Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah
masuk rumah sakit dan tidak pernah menderita sakit yang sama tetapi
pasien berobat jalan di klinik sinar husada sebelum masuk ke RSUD
Wonosari, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami memiliki
riwayat darah tinggi tetapi baru beberapa bulan ini pasien darah tinggi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan kurang mengetahui ada tidaknya keluarga
yang menderita penyakit yang sama. Keluarga pasien mengatakan
keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan seperti Hipertensi, Jantung
dan Diabetes Mellitus.
3. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien jarang
mengeluh sakit tetapi pasien terlihat gelisah.
b. Gaya Komunikasi
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang berbicara, Saat di ajak
berbicara pasien jarang menjawabnya karena keterbatasan pendengaran
pasien yang sudah berkurang.
4. Riwayat Sosial
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang mengeluh sakit, Pasien hanya
menjawab sedikit – sedikit pertanyaan yang diajukan perawat saat pengkajian,
Pasien berinteraksi pasif.
5. Riwayat Spiritual
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum sakit shalat 5 waktu dengan rajin
tetapi selama sakit pasien tidak melaksanakan shalat 5 waktu karena kondisi
yang tidak memungkinkan.

Pemeriksaan Fisik
a. Keluhan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. Pengukuran antropometri
BB : 35 Kg
TB : 145 cm
IMT : 16,64 Kg/m2
d. Tanda vital :
TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C
e. Pemeriksaan Kepala
1) Kepala
Bentuk kepala Brakhiocephalus, simetris, tidak ada luka, rambut pasien
sudah berwarna putih, kulit kepala pasien berminyak.
2) Leher
Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi.
f. Pemeriksaan Wajah
1) Mata
Konjungtiva Bactericus, mata berair, keluarga mengatakan mata pasien
masih bisa melihat dengan jelas.
2) Telinga
Keluarga pasien mengatakan pasien pendengarannya sudah berkurang
yaitu telinga kanan dan kiri, telinga simetris, tidak ada luka, telinga pasien
terlihat terdapat sedikit kotoran.
3) Hidung
Simetris, pada hidung pasien terdapat cairan, Hidung pasien tidak ada
pembesaran polip.
4) Mulut
Mulut pasien terlihat berwarna pucat, kering, simetris, tidak ada stomatitis,
bau mulut, gigi pasien terlihat kurang bersih.
g. Pemeriksaan Thoraks/ dada
- Inspeksi
Susunan ruas tulang belakang lordosis, bentuk dada asimetris, kulit
keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi.
- Auskultasi
Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/-
h. Pemeriksaan Jantung
Catatan Dokter : Ictus cordis +, bergeser ke kiri.
i. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi
Pertumbuhan rambut tidak ada, simetris, tidak ada benjolan,terdapat
retraksi.
- Auskultasi
Bising usus : 25 x/menit
- Perkusi
Kuadran I : dull
Kuadran II : tympani
Kuadran III : tympani
Kuadran IV : tympani
- Palpasi
Bagian Kuadran IV pasien mengatakan sakit
j. Pemeriksaan Genetalia
Tidak terkaji, pasien terpasang kateter.
k. Pemeriksaan Ekstermitas
Ekstermitas atas : anggota gerak lengkap, tidak ada fraktur,
capillary refill tidak lebih dari 3 detik, ekstermitas dapat digerakkan
dengan baik.
Ekstermitas bawah : anggota gerak kaki lengkat, tidak ada
fraktur, ekstermitas dapat digerakkan dengan baik, tidak ada luka.
l. Pemeriksaan Kulit / Integument
Kulit terlihat tidak ada lesi, turgor kulit jelek, struktur keriput, akral dingin

Data Penunjang
Hasil Lab tanggal : 4 Januari 2015 ( 18.00 WIB )
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 11,0 gr% 12 – 16 gr%
A Leukosit18400 4300 – 11400 µ/l
Hemogram Eos Bas Stab Seg Limp Mon
0 0 2 87 5 6
HCT/HMT 32 % 37 %
A Eritrosit 3,4 4,4 – 5,5 jt µ/l
Gol Darah O
Glukosa Darah Sesaat 157 mg/dl 76 – 110 mg/dl

Hasil Lab tanggal : 5 Januari 2015 ( 11.00 WIB )


Pemeriksaan Hasil Normal
SGOT 43 µ/ l 10 – 50 µ/l
SGPT 15 µ/l 10 – 50 µ/l
Urea 27 mg/ dl 15 – 45 mg/ dl
Creatinine 0,5 mg/ dl 0,6 – 1,3 mg/ dl
Kalium 8,7 mmol/l 3,4 – 5,3 mmol/l
Natrium 128 mmol/l 135 – 155 mmol/l
Clorida 96 mmol/l 95 – 108 mmol/l
Terapi
- O2 2- 3 ltr/menit
- Infus RL/D5 Mikro 15 Tpm
- Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Ambroxol 3 x 1 sendok
- PCT 3 X 500 mg
- Inj Kalnex 250 mg / 8 jam ( bila hematuri + )
- Diet bubur saring

Analisa Data
Hari, tanggal : Selasa, 6 Januari 2014
Waktu : 18.00 WIB
Data Masalah Penyebab
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan saat berbaring sesak nafas
- Pasien mengatakan nyeri dada seperti tertekan
DO :
- RR : 45 x / menit
- Pasien terlihat terengah-engah
- Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/-
Kerusakan pertukaran gasO2 dan CO2 Kongesti paru dan terjadinya
edema paru.
DS :
Keluarga pasien mengatakan dari dokter mengatakan jantung pasien
bermasalah.
DO :
- Tanda vital :
TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C
- Keluhan umum: lemah
- Catatan Dokter: Ictus
cordis +, bergeser ke kiri.
Penurunan curah jantung Penurunan kontraksi miokard sekunder
terhadap gagal jantung
DS :
- Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien makan biasa 3x sehari dengan porsi
sedang dengan sayur dan lauk seperti tempe dan tahu. Keluarga pasien
mengatakan pasien minum 2 – 3 gelas air putih dan teh setiap harinya.
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan ( nafsu makan
berkurang )± 2 minggu,
- Keluarga pasien mengatakan pasien b.a.b cair saat masuk rumah sakit,
- Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan, Keluarga pasien
mengatakan pasien hanya makan 3-4 sendok bubur yang diberikan gizi dari
rumah sakit, Pasien mengatakan pasien minum 1/2 gelas air putih.
DO : Pasien terpasang infus D5 Tpm 15 Tpm Perubahan pola pemenuhan
nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
anoreksia.
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas saat berbaring
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau tidur,
- Keluarga pasien mengatakan pasien selama di rumah sakit pasien tidak
mau tidur dan hanya ingin duduk saja tetapi pasien biasanya dapat tertidur 1-2
jam saat malam hari,
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah tidur siang.
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran : composmentis Gangguan pemenuhan kebutuhan
tidur Dyspneu noktural.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas O2 dan CO2 berhubungan dengan kongesti paru
dan terjadinya edema paru ditandai dengan
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan saat berbaring sesak nafas
- Pasien mengatakan nyeri dada seperti tertekan
DO :
- RR : 45 x / menit
- Pasien terlihat terengah-engah
- Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/-
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi
miokard sekunder terhadap gagal jantung ditandai dengan
DS :
Keluarga pasien mengatakan dari dokter mengatakan jantung pasien
bermasalah.
DO :
- Tanda vital :
TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C
- Keluhan umum: lemah
- Catatan Dokter : Ictus cordis +, bergeser ke kiri
3. Perubahan pola pemenuhan nutrisi berhubungan dengan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia ditandai dengan
DS :
- Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien makan biasa 3x sehari dengan porsi
sedang dengan sayur dan lauk seperti tempe dan tahu. Keluarga pasien
mengatakan pasien minum 2 – 3 gelas air putih dan teh setiap harinya.
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan ( nafsu makan
berkurang )± 2 minggu,
- Keluarga pasien mengatakan pasien b.a.b cair saat masuk rumah sakit,
- Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan, Keluarga pasien
mengatakan pasien hanya makan 3-4 sendok bubur yang diberikan gizi dari
rumah sakit, Pasien mengatakan pasien minum 1/2 gelas air putih.
DO : Pasien terpasang infus D5 Tpm 15 Tpm
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan dyspneu
noktural ditandai dengan
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas saat berbaring
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau tidur,
- Keluarga pasien mengatakan pasien selama di rumah sakit pasien tidak
mau tidur dan hanya ingin duduk saja tetapi pasien biasanya dapat tertidur 1-2
jam saat malam hari,
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah tidur siang.
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran : composmentis

 4. Perencanaan Keperawatan


Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Selasa, 6 januari Selasa, 6 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari
2015 januari 2015 2015 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Kerusakan Setelah Kaji pola nafas  dan Untuk mengetahui
pertukaran gas O2 dilakukan frekuensi   respirasi. keadekuatan
dan CO2 asuhan pertukaran O2 
berhubungan keperawatan dan CO2 paru
dengan kongesti selama 3 x 24 jaringan paru.
paru dan jam pertukaran Tinggikan tempat Ekspansi paru  
terjadinya edema gas adekuat tidur dengan posisi  lebih baik dapat
paru ditandai dengan kriteria fowler. dicapai pada
dengan hasil posisi ini
DS : - Sesak nafas Kelola pemberian Membantu
- Pasien berkurang O2 sesuai kebutuhan pemenuhan
mengatakan bahkan keperluan O2
sesak nafas hilang. dalam  tubuh
- Pasien - Respirasi Bimbing klien Melatih pola nafas
mengatakan dalam batas latihan nafas agar pertukaran
saat berbaring normal (16 – dalam ; dengan cara gas adekuat.
sesak nafas 20 x/menit ) menarik nafas
- Pasien - Tidak terdapat dalam  melalui
mengatakan tanda sianosis. hidung  dan
nyeri dada menghembuskan
seperti tertekan secara perlahan
DO : melalui mulut.
- RR : 45 Observasi Agar dapat
x / menit perubahan respirasi dipantau 
- Pasien terlihat tiap 6 jam. perubahan
terengah-engah respirasi yang
Catatan Dokter terjadi secara
: vesikuler kontinyu
+/+ , Ronchi +/+,
Wheezing -/-
Rina
Selasa, 6 januari Selasa, 6 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari
2015 januari 2015 2015 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Penurunan curah Setelah Istirahatkan / Dengan istirahat
jantung dilakukan bedrest secara  fisik maka beban
berhubungan asuhan dan mental volume dan
dengan penurunan keperawatan kontraksi jantung
kontraksi miokard selama 3 x 24 tidak berat.
sekunder terhadap jam kardiak Observasi dan catat Untuk mengetahui
gagal jantung output adekuat tanda – tanda vital kelainan lanjutan
ditandai dengan dengan kriteria tiap 6 jam serta yang terjadi dan
DS : hasil amati tanda – tanda sebagai dasar
Keluarga pasien - Tanda – perfusi jaringan. penetapan 
mengatakan dari tanda vital selanjutnya.
dokter mengatakan dalam batas Amati pengaruh Mencegah alergi
jantung pasien normal negatif pemberian ataupun efek
bermasalah. - Lemah obat digitalis. samping yang
DO : berkurang, tidak diinginkan.
- Tanda vital keadaan Berikan diet Kelebihan garam
: umum klien makanan rendah meningkatkan
TD : 115/70 membaik. garam retensi cairan dan
mmHg - Kulit perifer dapat
N : 89 x / terutama meningkatkan
menit ekstremitas volume vaskuer
RR : 45 x / hangat. dan beban kerja
menit jantung.
S : 35,4 °C
cordis +, bergeser
ke kiri.

Selasa, 6 januari Selasa, 6 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari


2015 januari 2015 2015 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Perubahan pola Setelah Kaji  frekuensi  dan  Mengetahui
pemenuhan nutrisi dilakukan porsi makan klien jumlah frekuensi
berhubungan asuhan dan banyaknya
dengan kurang keperawatan porsi makan klien.
dari kebutuhan selama 3 x 24 Sajikan makanan Agar  klien dapat
tubuh jam Masukan dalam keadaan berselera makan.
berhubungan nutrisi adekuat hangat, menarik,
dengan mual dan dengan kriteria bervariasi, namun
anoreksia ditandai hasil tetap sesuai dengan
dengan - Porsi makan diet rendah garam.
DS : habis.
- Sebelum Sakit  Anjurkan agar Mencegah sekresi
- Mual
Keluarga pasien tidak asam lambung 
berkurang
mengatakan mengkonsumsi yang berlebihan.
bahkan
pasien makan makan yang terlalu
hilang.
biasa 3x sehari
- Tidak terjadi panas, dingin,
dengan porsi terlalu pedas, atau
penurunan
sedang dengan terlalu asam.
berat badan.
sayur dan lauk
seperti tempe dan Anjurkan klien Agar pencernaan
tahu. Keluarga makan dengan porsi tidak langsung
pasien sedikit tapi sering  bekerja terlalu
mengatakan dan tingkatkan porsi keras dan
pasien minum 2 makan secara makanan  yang
– 3 gelas air bertahap. masuk dapat 
putih dan teh ditolerir
setiap harinya. Kolaborasi dengan Dengan hilangnya
- Keluarga pasien dokter dalam mual dan muntah
mengatakan mengatasi mual maka nafsu makan
pasien tidak mau dan  muntah. dapat meningkat.
makan ( nafsu
makan berkurang
) ± 2 minggu,
- Keluarga pasien
mengatakan
pasien b.a.b cair
saat masuk
rumah sakit,
- Selama Sakit
Keluarga pasien
mengatakan
pasien tidak mau
makan, Keluarga
pasien
mengatakan
pasien hanya
makan 3-4
sendok bubur
yang diberikan
gizi dari rumah
sakit, Pasien
mengatakan
pasien minum 1/2
gelas air putih.
DO : Pasien
terpasang infus
D5 Tpm 15 Tpm
Rina
Selasa, 6 januari Selasa, 6 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari
2015 januari 2015 2015 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Gangguan Setelah Ciptakan Agar klien dapat
pemenuhan dilakukan lingkungan yang tidur dengan baik 
kebutuhan tidur asuhan tenang  dan batasi dan tidak
berhubungan keperawatan jumlah pengunjung  mengganggu tidur
dengan dyspneu  selama 3 x 24 terutama saat jam klien.
noktural ditandai jam Kebutuhan tidur klien.
dengan tidur klien  Atur posisi klien Dengan  posisi
DS : terpenuhi dengan pada saat akan tidur yang
- Pasien kriteria hasil senyaman mungkin. mengenakkan,
mengatakan Klien dapat tidur klien dapat lebih
sesak nafas dengan tenang. rileks  dan tidak
saat berbaring Klien dapat tidur gelisah.
- Keluarga dengan nyenyak Buat jadwal Agar tidak
pasien dengan jumlah tindakan mengganggu tidur
mengatakan jam tidur  7  - 8 sedemikian  rupa   klien.
pasien tidak jam  per hari. agar tidak
mau tidur, Klien terlihat mengganggu  tidur
- Keluarga segar. klien
pasien Bila tindakan Agar klien tidak 
mengatakan dilakukan saat klien terbangun.
pasien selama sedang tidur,
di rumah sakit lakukanlah dengan
pasien tidak hati – hati .
mau tidur dan
hanya ingin
duduk saja
tetapi pasien
biasanya dapat
tertidur 1-2
jam saat malam
hari,
- Keluarga
pasien
mengatakan
pasien tidak
pernah tidur
siang.
DO :
- Keadaan
umum : lemah
- Tingkat
kesadaran :
composmentis

5. Implementasi dan Evaluasi

1.
HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah daalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung Dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar 95 mmHg. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan
diastoliknya antara 95– 104 mmHg, hipertensisedang jika tekanan diastoliknya
antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanandiastoliknya 115
mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya2.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
3. Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika
umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi
dari perempuan ) dan ras( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
3. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yangtinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol,
minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ).
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi :
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport 
Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
   
3. Patofisiologi
     Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
     Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pathways
Pathway Hipertensi 

4. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
     Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b) Sakit kepala
c) Pusing / migraine
d) Rasa berat ditengkuk
e) Penyempitan pembuluh darah
f) Sukar tidur
g) Lemah dan lelah
h) Nokturia
i) Azotemia
j) Sulit bernafas saat beraktivitas
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
3. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
4. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
5. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
6. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
7. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
8. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
9. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
10. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
11. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
12. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
13. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
14. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
1. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
2. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
4. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
5. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien

6. Komplikasi
Efek pada organ :
Otak
Pemekaran pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
Ginjal
Malam banyak kencing
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung

7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Terapi tanpa Obat, Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan
Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.

8. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa :
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal
dan stabil mungkin.
3. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
4. Batasi aktivitas.
c. Perawatan Hipertensi
1. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
2. Batasi pemakaian garam.
3. Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor
keturunan hipertensi dalam keluarga.
4. Tidak merokok.
5. Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
6. Hindari minum kopi yang berlebihan.
7. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
8. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40
tahun.
EFFUSI PLEURA

d. Definisi Effusi Pleura


Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunter terhadap penyakit lain. Efusi pleura adalah
terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum. Penumpukan
cairan di rongga paru berakibat pada penekanan paru – paru sehingga
pengembangan atau ekspansi paru akan menurun dan mengakibatkan
ketidakefektifan pola nafas dan Nyeri akut. Nyeri dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari, psikis dan lain-lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita.
e. Pengkajian Keperawatan
f. Diagnosa keperawatan
g. Intervensi keperawatan
h. Implementasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

1. Baradero, M dkk. 2017. Klien gangguan kardiovaskuler. Jakarta : EGC

2. Guyton hall. 2015. Buku ajar fisiologi kedokteran ed.2. Jakarta : EGC
3. Udjianti, Wajan. 2018. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
4. Ardiansyah, Muhamad. 2015. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta :
DIVA press.
5. Darmawan, Endang, dkk. 2019. Gambaran hubungan Regimen Dosis dan Efek
Samping Kemoterapi Pada Pasien Kanker di RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo
Purwokerto Periode Bulan Januari - Februari Tahun 2019. Jurnal Farmaseutik.
15(2) : 113-122
6. Siska. 2017. Tuberculosis. Diakses secara online pada Tanggal 14 November
2020.https://www.academi.edu/31914943/ASKEP_KASUS_SISTEM_PERNAF
ASAN_Tuberculosis Paru. ( Di akses pukul 10.40 WIB ).
7. Fahmis. dkk., 2020. Pengertian Efusi Pleura dan Diagnosa Keperawatan.
Diakses secara online pada Tanggal 14 November 2020.
http://dosen.stikesdhb.ac.idDiagnosa ( Di akses pukul 12.30 WIB ).
8. Syarifudin & Herlina. 2018. Dekompensasi kordis. Diakses secara online pada
Tanggal 14 November 2020. http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-
pdf&fid=4175&bid=3791 ( Di akses pukul 12.40 WIB ).
9. Richaldo Hariandja. 2020. Effusi Pleura. Diakses secara online pada Tanggal 14
November 2020. https://osf.io/9c23d/download/?format=pdf. ( Di akses pukul
13.30 WIB ).

Anda mungkin juga menyukai