1. Kesadaran :
CM, GCS : 456, Keadaan umum : lemah
2. Tanda-tanda vital :
S= 37 oC, T= 130/80mmHg, Nadi= 104x/m, RR= 28x/m.
3. Body systems :
1) Pernafasan ( B 1 ) :
Melalui : hidung + terpasang 02 kanule ( 2 liter/menit )
Trachea : dbn
Cyanosis (-), dyspnea (+), batuk lendir putih, darah (-)
Suara tambahan : Whezeeng (+) / (+), Ronchi (+) / (+)
Bentuk dada : simetris
2) Cardiovasculer ( B 2 )
3) Peryarafan ( B3 ) :
5) Pencernaan-Eliminasi-Alvi ( B5):
6) Tulang-Otot-Integument ( B6) :
Kemampuan pergerakan sendi : bebas
Ekstremitas atas : tangan kiri terpasang infus
Tulang belakang : dalam batas normal
Kulit : cyanosis (-), Kapilari refill time normal, turgor : baik
Akral : hangat
4. Data Psiko-sosial-spiritual
Laboratorium :
1) Tanggal :
14-6-2002
.
AGD : - PH : 7,359 ( 7,35-7,45 )
- PCO2 : 46,0 ( 35-45 )
- PO2 : 115,0 ( 80-104 )
- HCO3 : 25,4
2) Tanggal :
14-6-2002 :
3) Tanggal :
14-6-2002 :
4) RO :
Kes. Bronchitis dengan emfisematous lung.
6. Therapi.
Etiologi Masalah
Tanggal : 20-6-2002.
DO:
- Batuk lendir putih,
- Nadi = 104x/m,
- RR = 24x/m,
- Lendir keluar sedikit,
- Sianosis (+)
- BTA : (-)
- Wheezing (+)
- Ronkhi (+)
- Tampak sesak
Diagnosa Keperawatan :
Dx.1.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 jam,bersihan jalan nafas klien
efektif.
Kriteria :
RR : dalam batas norma ( 16 20 x/m )
Batuk (-), wheezing (-), ronkhi (-), sesak (-)
Intervensi :
Dx.2 .
Tujuan :
Setelah memberikan pendidikan kesehatan selama 1x pertemuan diharapkan
klien mengerti tentang penjelasan : pengertian, proses penyakit, serta penanganan
PPOK.
Kriteria :
Klien mengatakan mengerti terhadap penjelasan yang diberikan oleh perawat
.
Intervensi :
1. Kaji ulang tingkat pengetahuan klien.
2. Pendidikan kesehatan ( HE ) tentang :
1) pengertian penyakit paru obstruksi kronis
2) proses penyakit paru obstruksi kronis
3) penanganan lanjut .
Implementasi dan Evaluasi :
Implementasi Evaluasi
Tanggal : 20-6-2002 Tanggal 20-6-2002:
Jam.08.30 Jam . 13.30
1. Mengatur posisi semi fowler
( setengah duduk). S : Klien mengatakan sesaknya
2. Melakukan observasi ada berkurang.
suara tambahan : wheezing
(+), ronkhi (+), TTV. O : KU : lemah
3. Menganjurkan dan Tampak masih sesak, lendir
memberikan pasien minum keluar sedikit, wheezing (+), rokhi
air hangat. (+),
4. Membersihkan mukosa
mulut dari lendir.
5. Memberikan Nebuleser dan A : Masalah ketidakefektifan jalan
melakukan fibrasi dada. nafas teratasi sebagian.
6. Mengajarkan tehnik batuk
efektif. P : Rencana intervensi diteruskan.
7. Kolaborasi terapi :
Pemberian cairan & obat
dan makanan :
Infus RL:D 5 % 1: 1 / 24
jam ( 7tts / menit ), Aminophylin 1
amp / 24 jam, Tarbutalin 4x0,025 S:-
mg, ciprofloxasin 2x500mg,
Nebuleser 4x (Atroven : Agua ) = O : Klien angguk saat penjelasan
1:1, O2 2liter / menit, Diet TKTP. dan klien mau melakukan yang
dianjurkan .
8. Melakukan pendekatan dan
mengajak klien untuk
berkomunikasi.
9. Menjelaskan HE, sesuai
rencana.
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Pengertian :
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus.
Proses penyakit ini seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut : Bronchitis,
Emfisema dan Asma,dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi
dari penyakit primer.
A. Bronchitis kronis , gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mucus
berlebihan dalam brochus dan termanifestasikan dalam batuk kronik dan
pembentuk sputum dalam 3 bulan selama setahun paling sedikit 2 tahun
berturut-turut.
B. Emfisema :
Perubahan anatomis parenchin paru yang ditandai pembesaran alveolus dan
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar.
C. Asma Bronchial.
Suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trachea
dan bronchus terhadap berbagai macam ransangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari
saluran nafas.
Patofisiologi :
Batuk produktif
Managemen medis:
Tujuan utamanya adalah meningkatkan oksigenasi dan menurunkan retensi
oksigen.
Dicapai dengan :
1. Membebaskan obstruksi jalan nafas yang reversible.
2. Memfasilitasi pengeluaran sekresi bronchial
3. Mencegah dan mengobati infeksi saluran nafas
4. Meningkatkan toleransi latihan
5. Kontrol adanya komplikasi]
6. Mencegah allergen/iritasi jalan napas
7. Membenaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering
menyertai obstruksi jalan napas kronis.
Pengkajian Keperawatan.
1. Riwayat / factor penunjang:
- Merokok
- Tinggal/bekerja diarea polusi udara berat
- Riwayat alergi pada keluarga
- Riwayat asma pada masa anak
2. Riwayat / factor pencetus exaserbase :
- Alergen
- Stress emosional
- Aktifitas fisik berlebihan
- Polusi udara
- Infeksi saluran napas
3. Pemeriksaan fisik.
Peningkakatan dyspnea,penggunaan otot asesori pernapasan, retraksi otot-
otot abdominal, napas cuping hidung, mengangkat bahu saat inspirasi.
Gejala menetap pada pemeriksaan dasar :
Bronchitis :
Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan pagi hari,
inspirasi ronkhi dan mengi, sesak napas dan bronchitis tahap
lanjut,penampilan sianosis, pembengkakan umum korpulmonal.
Asma :
Batuk produktif / non produktif,perasaan dada seperti terikat, mengi sering
terdengar tanpa stetoskop, pernafasan cuping hidung, kecemasan /
ketakutan.
Emfisema :
Penampilan kurus dengan dada barelchess, akibat hiperinflasi paru
( barelchest : diameter anterior-posterior, torak meningkat ) fase expirasi
memanjang, emfisema tahap lanjut : jari-jari tubuh, hipoxemia dan
hiperkapnea tanpa sianosis.
4. Pemeriksaan diagnostik.
1) Gas Darah Arteri ( GDA ):
- Pa02 : rendah,
- PaC02 : tinggi
2) Sinar X dada :
- Hiperinflasi paru-paru
- Pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru
3) Pemeriksaan faal paru.
- FEV1 dan rasio FEV1 / FVC
- Derajat sedang : FEV1:<60 %, FEV1/ FVC1: < 60 %
4) Pemeriksaan Lab.
- Peningkatan Hb, hematokrit, jumlah darah merah,
peningkatan IgE serum, serta kaji BB, rata-rata intake
cairan, diet harian.
Diagnosa Keperawatan .
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan napas,
kelelahan otot pernapasan, peningkatan produksi mucus.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mucus
3. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
sekunder ketidakcukupan intake nutrisi.
4. Pembatasan aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan 02 suplay
dan 02 demand.
5. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, pengobatan, perawatan,
berhubungan dengan kurangnya informasi
.
Rencana Intervensi :
Dx. 1
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan klien mampu
mendemonstrasikan perbaikan oksigenase.
Kriteria :
- Gas Darah Arteri dalam batas normal
- Warna kulit membaik
- RR = 12 24 x/m
- Bunyi nafas bersih
- Batuk (-)
- Nadi : 60 100 x/m
- Dyspnea : (-)
Intervensi :
1. Pantau / observasi :
- Status pernafasan
- Hasil gas darah arteri
- Nadi dan nilai oksimetri
- Hasil sinar X dada
2. Berikan obat yang telah diresepkan :
- Bronchdilator
- Steroid
- Antibiotik, evaluasi keefektifannya.
3. Konsultasikan kepada dokter jika gejala tetap memburuk dan menetap. (
komplikasi utama : gagal pernafasan akut).
4. Berikan 02 yang dilembabkan 2liter/menit.
5. Pertahankan posisi fowlers dengan tangan abduksi dan disokong oleh
bantal ( atau duduk condong kedepan dengan ditahan oleh meja ).
6. Hindari penggunaan depresi saraf pusat berlebihan ( Sedatif/narkotik )
7. Anjurkan untuk berhenti merokok.
Dx. 2.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 hari bersihan jalan nafas
klien efektif.
Kriteria :
1. RR dalam batas normal
2. Batuk (-)
3. Ronkhi (-)
4. Wheezing (-)
5. Sesak (-)
Intervensi :
1. Ajarkan klien metode batuk efektif dan gunakan suction jika perlu untuk
mengeluarkan secret.
2. Auskultasi suara napas tambahan
3. Lakukan Nebuleser kemudian fisioterapi dada
4. Berikan bronchodilator,mukalitik,expectoran sesuai order dan observasi
respon terapeutiknya.
Dx.3
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan klien dapat meningkatkan status
nutrisinya.
Kriteria :
1. Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut
2. Masukan makanan dan cairan meningkat
3. Urin tdk pekat dan output urin meningkat
4. Membran mukosa lembab
5. Kulit tidak kering
Intervensi :
1. Pantau / monitor :
- Intake dan output tiap 8 jam
- Jumlah makanan yang dikonsumsikan
- Berat badan ( bila perlu )
2. Ciptakan suasana yang menyenangkan lingkungan bebas dari bau
selama makan.
- Perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
- Bersihkan meja sebelum makanan dihidangkan
- Fisioterapi dada dan nebuleser selambat-lambatnya 1 jam
sebelum makan
- Tempat yang tepat untuk membuang tissue dan secret.
3. Rujuk ke ahli gizi jika tiap makanan yang dikonsumsikan kurang 30 %.
4. Terapi intra vena sesuai order,minum kurang lebih 2 liter / hari jika tdk
ada kontra indikasi.
Daftar Pustaka
PENGKAJIAN.
I. ALASAN MRS ;
Pernapasan (B1) :
Persyarafan (B3) :
Data Psiko-sosial-spiritual :
Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboratorium 14-6-2002:
Hb : 14,2 g/dl Gula darah acak : 116
Leko : 20,3 x10.o/L SGOT : 23 U/L
Tromb. : 279x10.o/L BUN : 12 mg/dl
PCV : 0,42 Kreatinin serum : 1,06 mg/dl
Kalium : 3,77 mcq/L
Natrium : 140 mcq/L
Analisa Gas Darah Arteri :
PH= 7,447
PaC02 = 28,8 mmHg ( 35-45 )
Pa02 = 87,9 mmHg ( 80-104)
HC03 = 19,4 mcql/L (21-25 )
BE = 4,6 mcql/L ( -2,4+2,3 )
Lendir : BTA negatif
2. Thorak photo : 14-6-2002.
Kesimpulan : Bekas keradangan paru-paru, emphysematous lung
menyokong PPOK.
4. Therapi ;
Infus D5+RL 1:1 / 24jam
Aminophylin 1 amp./24jam
Tarbutalin 4x0,025mg
Cefotaxime 2x500 mg
Nebuleser 4 x ( atroven : Agua ) 1:1
02 2liter/menit
Diet TKTP