Disusun Oleh:
Amalina Fitrasari
4117109600007
RSUP FATMAWATI
Disusun oleh :
Amalina Fitrasari
NIM : 4117109600007
Penguji
RSUP FATMAWATI
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan portofolio ini tepat
pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada bimbingan kami Nabi
Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari masa kegelapan menjadi
masa yang terang-benderang seperti saat ini.
Pada kesempatan kali in penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
para pembimbing yang telah banyak memberikan masukan serta saran kepada
penulis selama menyusun portofolio ini.
Wassalamu’alaikum wr wb
Penulis
DAFTAR ISI
i
LEMBAR JUDUL ...............................................................................
.. ii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
.. iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
..
DAFTAR ISI ............................................................................... iv
..
RESUME KASUS PORTOFOLIO ................................................................. v
................
KEGIATAN INTERNAL ............................................................................... 1
.. 2
Poli Umum ...............................................................................
..
Farmasi ............................................................................... 15
..
KEGIATAN EKSTERNAL ............................................................................... 22
..
Puskesmas Pembantu ............................................................................... 23
..
Posyandu ............................................................................... 35
..
Penyuluhan Kesehatan Pesantren ............................................................................... 46
.. 56
KEGIATAN MINI CEX ...............................................................................
..
RESUME KASUS PORTOFOLIO
A. Deskripsi Kegiatan
Resep
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
ʃ 3 dd I tab p.c p.r.n
R/ Dekstrometorfan tab 10 mg No. V
ʃ 1 dd I tab p.c
R/ Captopril tab 12,5 mg No. X
ʃ 3 dd I tab p.c
R/Amlodipin tab 5 mg No.V
ʃ 1 dd I tab p.c
F. Daftar Pustaka
1. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2014. 236-241.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman
Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi 1. 2015
3. Gunawan, Sulistia Gan. Buku Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapi FKUI. 2007. 340-361
4. Lynn SB. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 7.
Editor Bahasa Indonesia Bhetsy Angelina. Jakarta : EGC ; 2014. 63
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. TS
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : wanita
Alamat : Kp.Jambe RT 10/RW02
Agama : islam
b. Anamnesis
Keluhan utama
Batuk sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 2 hari sebelum datang ke
puskesmas. Batuk dirasakan tidak berdahak. Keluhan disertai demam,
demam tidak diukur suhu, hidung meler (+). Keluhan lain berupa kepala
pusing dan badan lemas. Pusing dirasakan seperti ditekan, pusing berputar
tujuh keliling (-). Keluhan tidak disertai odinofagia, dispneu maupun suara
serak. Nausea (-), vomiting (-). Keluhan berupa leher terasa kaku, jantung
berdebar, nyeri dada, maupun penglihatan kabur disangkal. Pasien belum
mengonsumsi obat untuk keluhannya tersebut. Pasien merasa tidak
nyaman dengan keluhan batuknya tersebut. Pasien mengaku memiliki
riwayat hipertensi sejak lama, namun tidak rutin kontrol dan minum obat.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami hal serupa, riwayat alergi disangkal. Pasien
belum pernah dirawat inap maupun dioperasi sebelumnya. Pasien
memiliki riwayat hipertensi namun tidak rutin mengonsumsi obat. Riwayat
sakit paru, ginjal, liver, asma disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
Keluhan serupa di keluarga disangkal. Riwayat hipertensi di keluarga tidak
diketahui. Riwayat sakit paru, ginjal, liver, jantung stroke disangkal.
Riwayat Kebiasaan, Lingkungan, dan Sosial
Pasien sudah menikah, sehari-hari pasien bekerja sebagai petani. Riwayat
merokok, konsumsi alkohol, maupun riwayat penggunaan narkotika
disangkal. Pasien mengaku suka mengonsumsi ikan asin. Pasien
mengatakan masih dapat bekerja meskipun badan lemas.
c. Pemeriksaan Fisik
TD : 167/97 mmHg HR : 87x/menit RR : 20x/menit T 37C
BMI : 26,08 kg/m2
Kepala : normosefal, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : S1,S2 reguler murmur (-) gallop (-)
Abdomen : bising usus normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”
Genitalia & anus : tidak diperiksa
d. Diagnosis
Influenza (J1.18)
Hipertensi grade II (I.10)
e. Tatalaksana
Nonfarmakologi
- Edukasi mengenai penyakit influenza yang dapat sembuh
sendiri tanpa harus menggunakan antibiotik
- Edukasi pencegahan penularan influenza dengan cara
menggunakan masker, cara batuk dan bersin yang benar
- Istirahat dan mengurangi aktivitas fisik berlebihan
- Makan makanan bergizi serta cukup konsumsi air
- Meningkatkan higienitas diri sendiri dan lingkungan.
- Penjelasan mengenai penyakit hipertensi ( faktor risiko,
pengobatan, efek samping obat, komplikasi)
- Edukasi untuk menurunkan berat badan
- Mengurangi konsumsi makanan asin (<2 gr/hari) dan makanan
berlemak serta kopi
- Memperbanyak olahraga (3x seminggu selama 30-60 menit)
disesuaikan dengan kemampuan pasien
- Menghindari paparan asap rokok
- Edukasi untuk rutin minum obat dan rutin kontrol (selalu
kontrol ke puskesmas bila obat habis)
Farmakologi
- Paracetamol 3x500 mg pc prn No. X (diminum bila demam)
- Dekstrometorfan 1x10 mg prn No. V
- Captopril 3x12,5 mg pc No.X
- Amlodipin 1x5mg pc No.V
RESEP
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
ʃ 3 dd I tab p.c p.r.n
R/ Dekstrometorfan tab 10 mg No. V
ʃ 1 dd I tab p.c
R/ Captopril tab 12,5 mg No. X
ʃ 3 dd I tab p.c
R/Amlodipin tab 5 mg No.V
ʃ 1 dd I tab p.c
Feedback dari pembimbing puskesmas
FARMASI
A. Deskripsi Kegiatan
Hari Rabu tanggal 20 Maret 2019 merupakan hari pertama kami bertugas di
Puskesmas Jambe. Setelah mengikuti orientasi puskesmas bersama kepala sub
bagian tata usaha serta dokter umum disana, selanjutnya kami bersiap menuju
ke tugas pelayanan masing-masing. Kami membagi tugas di poli umum, anak,
KIA, lansia, farmasi, dan ikut kegiatan eksternal bersama dokter umum. Pada
hari itu, saya bertugas di bagian farmasi. Depo farmasi terletak di
lantai 1 di samping gudang obat, ruangan berukuran 3x3 m2 dilengkapi dengan
1 buah pendingin ruangan. Terdapat satu pintu dan satu jendela untuk
memberikan obat pada pasien. Di dalam depo terdapat dua lemari besar untuk
penyimpanan obat, satu meja untuk mempersiapkan obat, satu meja untuk
tempat pembuatan puyer dan sirup serta dua kursi. Selain itu, terdapat satu
meja komputer serta kursi untuk keperluan administrasi. Lemari obat
dibedakan berdasarkan asal obat, yaitu obat dari dinkes dan JKN yang terdiri
dari antibiotik, analgetik-antipiretik, obat untuk saluran cerna, laksatif,
antidiare, antiemesis, antiasma, antitusif, antialergi, antimigren,
antidiabetikum, antihipertensi, antilipidemikum, obat kulit, serta vitamin dan
mineral. Selain itu, peletakkan obat dibedakan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun berdasarkan abjad. Ruangan farmasi cukup bersih, dingin, cukup
terang meskipun lampu tidak dinyalakan, pencahayaan cukup dari sinar
matahari. Alur pengambilan resep di depo farmasi Puskesmas Jambe sebagai
berikut setelah pasien selesai dari poli pelayanan, kemudian ke bagian farmasi
dan meletakkan resep di box yang sudah tersedia. Kemudian petugas farmasi
mengambil resep dan menyiapkan obat-obat yang tertulis di resep tersebut
baik itu sirup, puyer, maupun tablet dan memberikan aturan pemakaian di
plastik obat dengan menggunakan spidol. Selanjutnya petugas menyerahkan
obat serta memberikan edukasi ke pasien mengenai aturan pemakaiannya.
Apabila obat yang diresepkan habis petugas memberikan kopi resep dan
meminta pasien untuk membeli di apotek luar sedangkan apabila terdapat
resep yang tidak rasional petugas tidak pernah mengonfirmasi kembali kepada
dokter atau petugas lain yang meresepkan dengan alasan memperpanjang
pelayanan. Untuk alur penyediaan obatnya, setiap selesai pelayanan petugas
farmasi akan membuat laporan obat apa saja yang diresepkan pada hari itu
kemudian laporan tersebut dikirimkan ke dinas kesehatan tanggal 5 setiap
bulannya selanjutnya dinas kesehatan akan mengirimkan obat-obatan sesuai
dengan kebutuhan puskesmas setiap tanggal 22 tiap bulannya. Obat-obat yang
sudah kadaluarsa (> 6 bulan) diberikan label merah kemudian dikumpulkan di
gudang dan dikirim kembali ke dinas kesehatan. Jam pelayanan di bagian
farmasi dimulai pukul 08.00 dan diakhiri ketika tidak ada pelayanan lagi di
poli. Staf puskesmas yang bertugas di bagian farmasi adalah satu orang asisten
apoteker serta satu orang staf. Pada saat saya bertugas di bagian farmasi, saya
belajar membaca resep, mempersiapkan obat, membuat obat puyer dan sirup,
serta memberikan edukasi pada pasien. Selain itu, saya juga mempelajari obat
apa saja yang tersedia di puskesmas.
Saat saya bertugas di depo farmasi, saya mengambil satu resep atas nama
Nn.Mila, usia 20 tahun. Pasien mendapatkan obat berupa paracetamol tab 500
mg No.XV diminum sebanyak 3x sehari serta ambroxol sirup No.I diminum
sebanyak 2x1 sendok takar sehari. Berdasarkan anamnesis singkat yang saya
lakukan, pasien mengeluh demam sejak 2 hari smrs disertai batuk tidak
berdahak sejak 1 hari smrs. Pasien juga mengeluh hidung meler, nyeri
menelan, serta badan terasa lemas. Sebelum berobat, pasien sudah
mengonsumsi obat penurun demam namun panas kembali timbul. Mual (-),
muntah (-), nafsu makan baik. Ayah pasien memiliki keluhan batuk dan pilek.
Pasien mengaku masih dapat beraktivitas seperti biasa. Pasien terkadang stres
karena pekerjaan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos
mentis, tampak sakit ringan, TD 140/90mmHg, frekuensi nadi 72x/menit,
frekuensi napas 18x/menit, T 37 C. Pemeriksaan tenggorokan tampak tonsil
T1/T1, detritus (-), kripta (-), faring hiperemis, dinding faring posterior licin,
granula (-).
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan infeksi saluran napas akut. Dari
literatur yang saya baca, berdasarkan gejala yang ada pada pasien ini
mengarah pada faringitis akut karena terdapat keluhan nyeri menelan serta
pada pemeriksaan fisik didapatkan faring hiperemis tanpa pembesaran
tonsil. Berdasarkan panduan praktik klinis dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer, tatalaksana yang diberikan untuk pasien dengan
faringitis akut adalah obat simtomatik seperti antipiretik-analgetik serta
antitusif atau ekspektoran jika disertai batuk dan dapat juga diberikan
antibiotik atau antivirus.2 Menurut saya, pada pasien ini sudah sesuai
diberikan paracetamol sebagai antipiretik sekaligus analgetik karena ada
keluhan demam serta nyeri menelan. Namun pemilihan obat batuk kurang
tepat. Pasien mengeluh batuk tidak disertai dahak namun diberikan
ambroksol yang diindikasikan untuk batuk berdahak. Ambroksol termasuk
dalam golongan obat mukolitik yang bekerja mengecerkan sekret saluran
napas dengan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum. Obat batuk yang sebaiknya diberikan
untuk pasien adalah golongan antitusif non-opioid seperti dekstrometorfan
atau noskapin. Obat golongan antitusif bekerja dengan menghambat
refleks batuk sehingga dapat mengurangi batuk iritatif atau tidak berdahak.
Dekstrometorfan merupakan antitusif non-opioid yang memiliki kerja
yang sama dengan kodein namun tidak memiliki efek aditif dan jarang
menyebabkan kantuk.3 Pemberian obat yang tidak sesuai dapat disebabkan
karena tidak tersedianya obat yang seharusnya diberikan pada pasien. Saat
saya bertugas di bagian farmasi Puskesmas Jambe memang ada beberapa
obat yang tidak tersedia salah satunya dekstrometrofan. Saat itu obat batuk
yang tersedia hanyalah ambroksol. Ketidaktersediaan obat di Puskesmas
Jambe dapat disebabkan karena penggunaan yang terlalu banyak atau
pasokan obat yang kurang.
F. Daftar Pustaka
1. Purba RT. Pocket Synopsis : Obat di Indonesia. Kalimantan : PT.
Grafika Wangi Kalimantan ; 2016.
2. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2014
3. Gunawan, Sulistia Gan. Buku Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapi FKUI. 2007.
Gambar 3. Obat yang Diberikan pada Pasien
Feedback dari pembimbing puskesmas
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari kamis, 28 maret 2019 kami tiba di puskesmas Jambe sekitar
pukul 7.45 kemudian kami membagi tugas. Kebetulan pada hari itu,
terdapat jadwal puskesmas pembantu karena yang lain sedang bertugas di
poli wajib sehingga saya dan nabila yang ikut serta. Puskesmas pembantu
(pustu) merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh puskesmas
jambe. Pustu dilaksanakan di desa Taban setiap hari senin dan kamis mulai
pukul 8.00-selesai sekitar pukul 12.00
Yang bertugas di pustu ada 2 orang, 1 bidan dan 1 perawat. Satu orang
bertugas di bagian pendaftaran dan memberikan obat. Satu orang lainnya
melakukan pemeriksaan. Jumlah pasien pustu berkisar 30-50 orang yang
terdiri dari anak, dewasa, hingga lansia.
Kasus yang terdapat di pustu juga tidak jauh berbeda dengan di
puskesmas, namun yang sedikit berbeda adalah dalam hal pemberian obat.
Di pustu, obat tidak boleh diberikan terlalu banyak hanya untuk 2-3 hari
sehingga apabila pasien masih ada keluhan dapat kembali ke puskesmas.
Pustu Taban terletak di Desa Taban, Kecamatan Jambe. Di depannya
terdapat lapangan bola, di samping kanan terdapat kelurahan Taban, di
samping kiri dan belakang merupakan tanah kosong. Di halaman depannya
terdapat lahan parkir yang cukup luas. Di dalam gedung pustu, terdapat
satu ruang pemeriksaan, satu ruang obat, satu ruang untuk pelayanan KB,
serta satu kamar mandi dan terdapat satu kursi panjang untuk menunggu.
Ruang pemeriksaan terdiri dari 1 meja, 1 kursi, 1 tempat tidur periksa, 1
timbangan bayi, serta 1 timbangan dewasa, dan 1 alat tensimeter.
Sedangkan di ruang obat terdapat 1 lemari penyimpanan obat, 1 meja
untuk mempersiapkan obat, serta 2 kursi. Obat disusun berdasarkan abjad,
apabila di puskesmas obat sudah disiapkan di dalam bungkus berisi 5 atau
10 tablet/kapsul sedangkan di pustu, obat masih di dalam kotak obat.
Selain itu, terdapat alat untuk membuat puyer yang terdiri dari dari alu,
lumpang, sendok obat, serta perkamen, tidak terdapat sacarrum lactis, di
pustu tidak terdapat bahan untuk membuat sirup yang berbentuk bubuk.
Obat-obatan yang diresepkan rata-rata hanya untuk 2-3 hari karena stok
obat disana terbatas. Di dalam pustu tidak terdapat pendingin ruangan
sehingga terasa panas. Selain itu, ruangan-ruangannya pun jarang
dibersihkan dan dibuka sehingga terasa lembab dan banyak nyamuk.
Alur pelayanan pasien di pustu adalah pasien datang kemudian mendaftar
dengan membawa kartu BPJS atau kartu kesehatan yang lain serta kartu
keluarga. Untuk pasien umum membayar sebesar Rp.3000. Selanjutnya
pasien diberikan satu kertas kecil dan menunggu di ruang tunggu. Sebelum
diperiksa pasien diukur berat dan tinggi badan. Setelah melakukan
anamnesis dan pemeriksaan, pemeriksa akan menuliskan hasilnya di kertas
kecil tersebut juga menuliskan obat yang diresepkan. Setelah selesai
diperiksa, pasien ke depo obat untuk mengambil obat.
Pada hari itu, saya mendapatkan satu kasus atas nama An.S, 16 tahun
datang dengan keluhan gatal di jari-jari tangan serta badan sejak 2 minggu
yang lalu. Gatal dirasakan terus-menerus terutama pada malam hari
sehingga pasien terkadang terbangun karena gatal. Karena gatal pasien
sering menggaruknya sehingga ruam kehitaman di jari-jari tangan dan di
badan. Keluhan gatal tidak disertai rasa panas maupun demam. Pasien
belum pernah mengalami hal serupa. Riwayat alergi terhadap makanan
atau obat-obatan disangkal. Riwayat terkena bahan iritan dalam jangka
waktu lama disangkal. Orang tua dan adik pasien juga mengalami keluhan
serupa. Saat ini pasien merupakan siswa kelas 10 di SMA Parung Panjang.
Pasien tidur bersama-sama dengan kedua orang tua dan adik pasien.
Pasien mengaku kasurnya jarang dijemur, pasien tidak pernah
menggunakan handuk maupun alat mandi bersama-sama dengan anggota
keluarga yang lain. Di sekolahnya, tidak ada yang memiliki keluhan
serupa dengan pasien. Pasien mengatakan sebelumnya sudah berobat dan
diberikan salep namun keluhan masih ada. Pasien merasa tidak nyaman
dengan keluhan gatalnya tersebut karena cukup menganggu terutama saat
tidur dan ingin supaya gatalnya cepat hilang.
Setelah anamnesis, saya melakukan pemeriksaan fisik keadaan umum
tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis, dari tanda vital tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 82xmenit, frekuensi napas 18x/menit,
suhu 36C. Status generalis dalam batas normal. Dari status lokalis, di regio
digiti dan interfalang manus dextra dan sinistra serta abdominal terdapat
papul serta pustul, warna kehitaman, multiple, sirkumskrip, bentuk bulat
hingga tidak beraturan, ukuran miliar hingga lentikular disertai erosi dan
krusta.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, keluhan pasien
mengarah ke penyakit kulit skabies karena ditemukan gejala gatal di jari
tangan dan badan yang terutama dirasakan pada malam hari serta terdapat
lebih dari satu orang yang tinggal bersama dan memiliki keluhan serupa.
Meskipun diagnosis pasti skabies yaitu apabila ditemukan tungau (kutu
Sarcoptes scabiei) di ruam yang terdapat kunikulus (terowongan), dari
gejala yang ada sudah mengarah ke skabies. Setelah itu, saya memberikan
terapi serta edukasi pada pasien. Saya ingin memberikan salep permetrin
namun karena tidak tersedia sehingga saya berikan salep 2-4 yang
digunakan 2 kali sehari serta klorfeniramin maleat yang diminum 3 kali
sehari. Selain itu, saya menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit
skabies, penyebabnya, cara penularannya, serta pengobatannya termasuk
cara penggunaan salep. Saya melakukan edukasi berupa anjuran untuk
mencuci sprei, handuk, dan pakaian di air hangat, rutin untuk menjemur
kasur, tidak menggunakan handuk dan pakaian bersama, menjaga
higienitas diri sendiri serta lingkungan dan menganjurkan kepada anggota
keluarga lain untuk berobat untuk memutuskan rantai penularan.
B. Nomor Rekam Medik : -
C. Diagnosis Holistik
Aspek personal
Pasien datang dengan keluhan gatal di jari-jari tangan serta badan
sejak 2 minggu yang lalu, terutama pada malam hari. Kedua orang
tua serta adik pasien mengalami hal serupa. Pasien sudah berobat
sebelumnya dan sudah menggunakan salep namun keluhan masih
ada. Pasien merasa tidak nyaman dengan keluhannya tersebut dan
ingin gatalnya cepat hilang.
Aspek klinis
Skabies dengan infeksi sekunder (S72)
Aspek faktor risiko internal
Pasien mengaku kasur jarang dijemur
Aspek faktor risiko eksternal
Kedua orang tua serta adik pasien memiliki keluhan serupa. Pasien
tidur bersama kedua orang tua dan adiknya.
Aspek fungsional
Skala 1
D. Tatalaksana
Nonfarmakologi
- Edukasi mengenai penyakit skabies (penyebab, cara penularan,
penatalaksanaan, anjuran seluruh anggota keluarga untuk
diobati, larangan untuk tidak menggaruk saat gatal, cara
penggunaan salep, efek samping obat, pencegahan)
- Anjuran untuk mencuci sprei, handuk, pakaian di air hangat
- Anjuran untuk menjemur kasur di panas matahari
- Tidak menggunakan alat pribadi, seperti alat mandi bersama-
sama
- Menjaga higienitas pribadi dan lingkungan
Farmakologi
- Salep 2-4 dioleskan ke bagian yang gatal dan terdapat ruam
sebanyak 2x sehari setelah mandi, digunakan selama 3 hari
berturut-turut (efek samping salep ini menimbulkan bau, dapat
mengotori pakaian, serta terkadang menimbulkan iritasi pada
kulit)
- Klorfeniramin maleat 3x4 mg/hari setelah makan (efek
samping obat berupa mengantuk, menurunkan konsentrasi,
reaksi alergi, gangguan gastrointestinal)
RESEP
R/Salep 2-4 tube No. I
ʃ 2 dd ue
R/Klorfeniramin maleat tab 4 mg No. X
ʃ 3 dd 1 tab pc
F. Daftar Pustaka
1. Menaldi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta : Badan
Penerbit FK UI ; 2015.
2. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2014
3. Gunawan, Sulistia Gan. Buku Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapi FKUI. 2007
4. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pedoman
Puskesmas Pembantu. Surabaya. 2013
Gambar 5. Pada saat melakukan anamnesis
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Senin, 8 April 2019 saya beserta dua orang dokter muda
yang lain mengikuti salah satu kegiatan eksternal puskesmas, yaitu
posyandu.
Puskesmas Jambe membawahi 10 desa, yang masing-masing desa
memiliki 5-9 posyandu dan masing-masing dibina oleh satu bidan
desa. Posyandu di semua desa dilaksanakan sebanyak satu kali tiap
bulannya.
Posyandu yang saya ikuti ini terletak di Desa Taban yang dibina oleh
bidan desa Siti. Di desa tersebut terdapat tujuh posyandu, yaitu
posyandu cendrawasih I-VII. Setiap satu posyandu memiliki 5 kader
kesehatan yang bertugas untuk membantu puskesmas dalam
memberikan pelayanan serta pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Pada pagi itu kamu berangkat pukul 08.30, jarak dari puskesmas ke
posyandu sekitar 3 km. Saat kami tiba, disana sudah ada banyak pasien
dan tiga kader yang sudah mulai melakukan pendaftaran dan timbang
berat badan. Selain itu, kami juga didampingi oleh dua orang bidan.
Kami membagi tugas, satu orang di bagian pendaftaran dan mengukur
bb, tb, serta lingkar kepala untuk bayi, satu orang di bagian imunisasi
dan pemeriksaan ibu hamil, serta satu orang lagi di bagian
pemeriksaan tumbuh kembang anak. Kami saling bertukar tempat
supaya dapat merasakan seluruh pelayanan. Disana, sebagian besar
pasien adalah pasien anak hanya beberapa ibu hamil. Pertama saya
membantu kader untuk melakukan pengukuran berat badan, tinggi
badan, serta lingkar kepala pada bayi dan balita. Hasil pengukuran
tersebut dicatat di buku KIA (warna pink) serta di satu buku besar
untuk dokumentasi. Pengukuran berat badan dilakukan dengan
menggunakan timbangan gantung. Setelah selesai pengukuran, untuk
bayi dan balita yang akan diimunisasi maka langsung ke bagian
imunisasi apabila tidak ingin diimunisasi maka ke bagian pemeriksaan
tumbuh kembang. Selanjutnya saya bertugas di bagian imunisasi, saat
itu saya melakukan beberapa imunisasi seperti imunisasi campak,
pentabio, serta imunisasi TT untuk ibu hamil. Setelah selesai
imunisasi, kemudian bidan Siti menuliskan catatan di buku KIA
berupa jenis imunisasi serta tanggal pemberian. Selain itu, saya juga
mengobservasi bagaimana bidan memberikan edukasi mengenai efek
samping imunisasi dan pengobatan profilaksis kepada pasien.
Selain itu saya juga melakukan pemeriksaan pada ibu hamil (antenatal
care) meliputi pemeriksaan tanda vital, pengukuran berat badan ibu
dan evaluasi penambahan berat badan ibu, pemeriksaan leopold serta
DJJ. Setelah selesai pemeriksaan, ibu hamil diberikan suplementasi
besi, kalsium serta dilakukan edukasi mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan selama kehamilan, perencanaan persalinan, tanda- tanda
kegawatdaruratan pada kehamilan. Setelah selesai pemeriksaan, bidan
memberikan catatan tentang keluhan dan hasil pemeriksaan serta
rencana tatalaksana selanjutnya di buku KIA.
Saya juga melakukan observasi pemeriksaan tumbuh kembang anak
menggunakan kuisioner pra-skrining perkembangan (KPSP).
Pelayanan selesai ketika tidak ada pasien lagi. Sebelum kembali ke
puskesmas, saya sedikit mewawancarai salah satu kader disana
mengenai pelaksanan posyandu di Desa Taban.
Kami selesai sekitar pukul 12.00 dan bersiap kembali ke puskesmas.
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari sabtu, 6 April 2019 kelompok kami melaksanakan salah satu
kegiatan promosi kesehatan, yaitu penyuluhan kesehatan kepada para
santri di Pondok Pesantren Al-Falah Salimah. Kegiatan ini merupakan
salah satu penilaian kelompok di stase IKK Klinik. Melalui kegiatan ini
kami dilatih untuk memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
awam yang sudah menjadi tugas seorang dokter khususnya di fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Kami memilih pesantren Al-Falah berdasarkan rekomendasi dari dokter
pembimbing kami di puskesmas dengan pertimbangan lokasinya yang
cukup jauh dari perkotaan, kurangnya kesadaran dari para santri untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat, serta kepala pondok pesantrennya
merupakan paman dari salah satu bidan desa di Puskesmas Jambe.
Pondok pesantren Al-Falah Salimah sudah berdiri sejak 1950, namun saat
itu bernama Pondok pesantren Miftanul Ulum Al-madsuriyah, sebuah
pondok pesantren salafi (Tradisional) yg dirintis dan didirikan serta di
pimpin oleh K.H.Madsuri Ahan,seorang ulama sekaligus tokoh
masyarakat di kampung tersebut. Pesantren ini terletak di Jl.Salimah RT
11/RW 004 Desa Sukamanah, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang,
Banten. Pondok pesantren ini terletak cukup jauh dari puskesmas Jambe
sekitar 9 km. Desa Sukamanah merupakan desa yang paling jauh dari 10
desa yang dibawahi Puskesmas Jambe sehingga masyarakat di desa
Sukamanah lebih sering berobat ke Pustu Taban yang letaknya lebih dekat
dibandingkan ke Puskesmas Jambe.
Pondok pesantren Al-Falah memiliki 1 gedung sekolah SMP dan SMA
yang terpisah dengan pondok pesantrennya. Selain itu terdapat 1 gedung
bertingkat untuk santri laki-laki dan 2 gedung untuk santri perempuan, 1
aula, 1 kantin, serta 1 rumah petinggi pesantren yang disebut sebagai
“abah”.
Pondok untuk santri perempuan tidak bertingkat namun terdiri dari
beberapa ruangan. Tiap ruangan diisi oleh sekitar 20 orang yang berasal
dari kelas 1 SMP hingga 1 SMA. Di bagian depan pondok perempuan,
digunakan sebagai tempat menjemur pakaian. Apabila hujan datang, sering
terdapat genangan air di selokan-selokan depan pondok tersebut. Luas
ruangan sekitar 6 x 6 m2, dindingnya terbuat dari tembok yang dilapisi cat,
lantainya terbuat dari keramik, terdapat enam belas jendela yang ditutupi
oleh kertas serta tidak pernah dibuka dan dibersihkan, pencahayaannya
dirasa kurang dengan satu lampu yang cukup redup, ventilasi udara berasal
dari lubang ventilasi di beberapa bagian. Ada beberapa bagian atap yang
sudah rusak. Di dalam ruangan tersebut, terdapat banyak lemari karena
setiap orang memiliki 1-2 lemari yang disusun berjajar. Lemari tersebut
digunakan untuk menyimpan baju, aksesoris, maupun alat tulis. Di
temboknya terdapat beberapa baju yang digantung. Para santri tidur
menggunakan kasur lipat bersama-sama. Saat pertama kali saya masuk ke
ruangan tersebut, kesan yang saya rasakan adalah ruangannya lembab,
redup, serta cukup panas. Kamar mandi untuk santri perempuan berjumlah
empat yang terletak di belakang pondoknya. WC yang digunakan adalah
wc jongkok. Dinding kamar mandi terbuat dari tembok yang dilapisi cat
sedangkan lantainya merupakan keramik. Di dalamnya terdapat 1 wc
jongkok dan 1 bak mandi. Namun sebagian besar pintunya sudah rusak.
Selain itu, bak mandinya kotor, penerangannya redup, baik di dalam
maupun di luar kamar mandi banyak terdapat genangan air. Di samping
itu, kamar mandi terletak di bagian belakang pondok, di sekelilingnya
merupakan tanah kosong, di bagian luar kamar mandi beralaskan tanah.
Sumber airnya berasal dari air pam yang terbagi ke seluruh kamar mandi
di pondok pesantren tersebut. Berdasarkan wawancara dari santri
perempuan, ada jadwal untuk membersihkan kamar serta kamar mandi
yang digilir setiap minggunya.
Pondok untuk santri laki-laki tidak jauh berbeda dengan santri perempuan.
Hal yang berbeda yaitu kamar mandi. Kamar mandi untuk santri laki-laki
merupakan suatu ruangan terbuka tanpa sekat, dindingnya berasala dari
tembok tanpa cat dan beralaskan semen yang dipadatkan sehingga para
santri pria mandi bersama-sama.
Aula terletak di bagian depan pondok yang digunakan sebagai tempat
untuk melaksanakan kegiatan seperti mengaji, ceramah. Pondok pesantren
tersebut memiliki kantin yang terletak di bagian belakang pondok
Sebelum melakukan penyuluhan, kami sudah mengunjungi pesantren
tersebut untuk meminta izin serta menjelaskan tujuan kami kepada kepala
sekolah disana kemudian kami berkeliling untuk melihat keadaan
pesantren selanjutnya kami melakukan wawancara kepada beberapa orang
santri mengenai perilaku kebersihan dan kesehatan serta keluhan yang
sering dialami.
Berdasarkan wawancara dari beberapa santri perempuan, keluhan yang
sering dialami oleh mereka adalah gatal-gatal terutama saat berkeringat,
dan sering dirasakan di jari-jari, maupun selagkangan.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut juga dilihat dari keadaan pondok
pesantren yang berisiko mengalami berbagai penyakit salah satunya
skabies sehingga kelompok kami memutuskan untuk melakukan
penyuluhan tentang skabies dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Pada hari sabtu kami tiba di Pondok Pesantren Al-Falah pukul 09.30,
sebagian dari kami mempersiapkan untuk presentasi, sebagian yang lain
mempersiapkan kuis dan hadiah. Acara dibuka pada pukul 09.45 dengan
perkenalan dan penjelasan sekilas mengenai tujuan penyuluhan kami.
Sebelum presentasi dimulai kami mengadakan pretest mengenai materi
yang akan disampaikan. Presentasi pertama mengenai PHBS yang
meliputi cara cuci tangan, buang sampah di tempatnya, jamban yang
bersih dan sehat, jajanan sehat, olahraga teratur, tidak merokok, serta
memberantas jentik nyamuk. Setelah sesi tanya jawab materi pertama
selesai, kemudian kami ajak para santri untuk ice breaking. Setelah itu
masuk materi yang kedua tentang skabies yang terdiri dari penyebab,
faktor risiko, gejala, penatalaksanaan serta edukasi. Setelah selesai
penyampaian kedua materi dan sesi tanya jawab, kami mengadakan post
test dengan pertanyaan yang sama dengan pre test untuk menilai apakah
materi yang kami sampaikan dipahami atau tidak oleh adik-adik santri.
Kami juga memilih beberapa santri yang meraih nilai tertinggi pre dan
post test. Acara selanjutnya adalah penyerahan cenderamata untuk pondok
pesantren Al-Falah. Setelah seluruh rangkaian acara selesai, kami beres-
beres untuk bersiap pulang.
MINI CEX
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari selasa, 26 Maret 2019 pukul 08.00 kami sudah tiba di KPKM
FKIK UIN Jakarta yang terletak di Buaran, Tangerang Selatan. Kelompok
kami bertugas di KPKM selama dua hari 25-26 Maret 2019. Pada hari
senin, 25 Maret 2019 kelompok kami melakukan evaluasi terhadap
penyelenggaraan KPKM yang didasarkan atas Permenkes No 9 tahun
2009. Selanjutnya pada hari selasanya kami melaksanakan mini cex
bersama dr.Marita Fadhilah, M.Med.
Sebelum melaksanakan mini cex, kami melakukan briefing terlebih dahulu
bersama penguji kami mengenai tata cara pelaksanaan mini cex. Mini cex
dimulai sekitar pukul 08.30 dan dilaksanakan di salah satu ruangan
periksa. Kami mendapatkan masing-masing satu pasien dengan diagnosis
yang berbeda-beda.
Setelah mendapatkan pasien, kami mulai melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Setelah menentukan diagnosis, selanjutnya kami
menuliskan resep obat yang akan diberikan dan melakukan edukasi kepada
pasien. Setelah kami semua selesai melakukan mini cex, kami berdiskusi
dengan penguji kami mengenai kekurangan dan kesulitan yang dihadapi
saat menjalani mini cex kemudian penguji kami memberikan feedback
serta masukan kepada kami untuk perbaikan ke depannya.
Saya mendapatkan pasien atas nama An. SM, 9 tahun datang dengan
keluhan demam sejak 1 hari sebelum datang ke KPKM. Demam tidak
diukur suhu. Demam terus menerus, tidak dipengaruhi waktu serta turun
jika diberikan obat penurun demam namun demam muncul kembali.
Keluhan demam tidak disertai badan pegal, nyeri sendi, nyeri di belakang
mata maupun manifestasi perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah,
muntah darah, batuk darah, maupun BAB hitam/berdarah. Keluhan batuk,
hidung berair, nyeri menelan, sesak disangkal. Riwayat batuk lama,
penurunan berat badan drastis, maupun penurunan nafsu makan drastis
disangkal. Pasien merasa pendengarannya tidak terganggu, riwayat nyeri
telinga maupun keluar sekret dari telinga disangkal. Pasien mengaku BAB
lancar dengan konsistensi lunak tidak keras maupun cair. keluhan nyeri
perut tidak ada. Keluhan nyeri saat berkemih, anyang-anyangan, rasa tidak
tuntas setelah berkemih, maupun nyeri pinggang tidak diketahui. Riwayat
keputihan berbau, gatal di daerah selangkangan tidak diketahui. Riwayat
adanya luka di bagian tubuh tertentu maupun adanya ruam-ruam di kulit
tidak diketahui. Riwayat mata dan tubuh kuning tidka diketahui.
Keluhan disertai muntah sebanyak 1x pagi ini. Yang dimuntahkan berupa
makanan yang dimakan sebelumnya. Selain itu pasien mengeluh badan
lemas.
Riwayat mengalami demam tifoid diakui. Berdasarkan keterangan dari
ayahnya, pasien tidak memiliki riwayat asma, alergi obat atau makanan.
Sebelumnya belum pernah dirawat inap maupun menjalani operasi.
Riwayat kelahiran, imunisasi, maupun tumbuh kembang tidak diketahui.
Keluhan serupa di keluarga disangkal. Riwayat batuk lama dan harus
mengonsumsi obat selama 6 bulan di keluarga disangkal. Pasien
merupakan anak tunggal. Ayahnya bekerja sebagai supir dan ibunya
sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal di pemukiman yang cukup padat,
di sekitar rumah terdapat selokan yang jarang dibersihkan, bila hujan
datang terkadang terdapat genangan air. Ayah pasien mengatakan di
sekitar rumahnya tidak pernah dilakukan fogging. Menurut keterangan dari
ayahnya, tetangganya tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan
anaknya. Saat ini pasien merupakan siswi kelas 4 SD. Pola makan pasien
teratur 3x sehari namun terkadang pasien jajan di sekitar SD. Riwayat
berpergian ke wilayah indonesia timur disangkal. Ayah pasien khawatir
pasien mengalami demam tifoid seperti dahulu. Ayahnya berharap supaya
anaknya cepat sehat kembali. Saat ini pasien tidak bersekolah karena
sedang libur, pasien lebih banyak di dalam rumah semenjak sakit namun
masih dapat melakukan aktivitas untuk kebutuhan dirinya sendiri seperti
makan, mandi
Setelah anamnesis, saya melakukan pemeriksaan fisik. Keadaan umum
tampak sakit ringan dengan kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda
vital tekanan darah 100/60mmHg, frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi
napas 20x/menit, suhu aksila 37,8oC. Dari status generalis kepala
normosefal, tidak ada nyeri tekan. Mata konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik. Hidung napas cuping hidung tidak ada, nyeri tekan sinus
tidak ada, cavum nasal lapang, deviasi septum tidak ada, di meatus nasal
inferior tidak ada sekret, konka nasal inferior tidak edema, tidak
hiperemis, Pada pemeriksaan fisik telinga, auricula tidak hiperemis, nyeri
tekan maupun nyeri tragus tidak ada, meatus acusticus externus lapang,
sekret maupun serumen tidak ada, membran timpani tidak terlihat. Pada
pemeriksaan mulut dan tenggorok mukosa bibir lembab, oral higiene
cukup baik, tidak ada gigi berlubang. Tonsil T1/T1 tidak hiperemis,
dinding faring posterior licin tidak hiperemis. Pada pemeriksaan leher kgb
tidak membesar. Pemeriksaan thorax tidak ada penggunaan otot bantu
napas, auskultasi vesikuler kedua lapang paru tidak ada ronkhi maupun
wheezing. Pada auskultasi jantung S1 dan S2 reguler murmur gallop tidak
ada. Pada pemeriksaan abdomen tampak datar, bising usus 6x/menit, tidak
ada nyeri tekan, perkusi timpani. Pemeriksaan ballotement maupun nyeri
ketok cva tidak diperiksa. Pemeriksaan genitalia dan anus tidak dilakukan.
Pada ekstremitas akral hangat, CRT < 2 detik. Setelah melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan keluhan demam sejak 1 hari
smrs dengan suhu saat diukur di aksila 37,8C. Keluhan pada pasien ini
demam yang baru 1 hari. Diagnosis banding demam sangat beragam.
Demam merupakan respon terhadap adanya infeksi, demam dapat juga
merupakan akibat dari hiperkatabolisme tubuh. Pada pasien dengan
keluhan demam harus dicari kemungkinan sumber infeksi. Namun tidak
semua pemeriksaan penunjang dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan primer seperti di KPKM ini sehingga saya putuskan untuk
memberikan antipiretik terlebih dahulu sambil dilakukan observasi
terhadap demamnya tersebut. Pada pasien ini saya berikan paracetamol
3x250 mg yang diminum bila demam serta saya lakukan edukasi untuk
istirahat cukup, konsumsi air yang cukup dan makan makanan bergizi.
Selain itu, saya lakukan edukasi juga untuk kembali ke klinik apabila
demam menetap > 3 hari atau apabila terdapat tanda dan gejala yang
membahayakan (warning sign) seperti penurunan kesadaran, muntah yang
terus menerus, nyeri perut yang hebat, BAK berkurang atau anak tidak
mau minum, perabaan tangan kaki dingin, serta adanya manifestasi
perdarahan (mimisan, gusi berdarah, muntah darah, batuk darah, maupun
BAB hitam/berdarah).
B. Nomor Rekam Medik : 006230
C. Diagnosis Holistik
Aspek personal
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 hari sebelum datang
ke KPKM. Pasien sudah mengonsumsi obat penurun panas yang
dibeli di warung sempat turun namun demam muncul kembali.
Ayah pasien khawatir pasien mengalami demam tifoid seperti
dahulu. Ayahnya berharap supaya anaknya cepat sehat kembali.
Aspek klinis
Observasi febris hari ke 2 suspek infeksi virus dd infeksi bakteri
Aspek faktor risiko internal
Pasien anak perempuan berusia 9 tahun. Terkadang pasien jajan di
sekitar sekolahnya.
Aspek faktor risiko eksternal
Ayahnya bekerja sebagai supir dan ibunya sebagai ibu rumah
tangga. Pasien tinggal di pemukiman yang cukup padat, di sekitar
rumah terdapat selokan yang jarang dibersihkan, bila hujan datang
terkadang terdapat genangan air. Ayah pasien mengatakan di
sekitar rumahnya tidak pernah dilakukan fogging.
Aspek fungsional
Skala 1
D. Tatalaksana
Nonfarmakologi
- Edukasi mengenai kondisi pasien (kemungkinan penyebab
demam, pengobatan simtomatik sementara, rencana tatalaksan
selanjutnya)
- Edukasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan apabila demam
dirasakan tidak turun/membaik (>3 hari)
- Edukasi untuk mengenali tanda-tanda bahaya (warning sign)
berupa muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, timbulnya
manifestasi perdarahan, penurunan kesadaran, serta tanda-tanda
syok (akral dingin, urin output berkurang)
- Perbanyak istirahat, cukup minum air putih serta perbanyak
makan makanan bergizi dan konsumsi multivitamin
Farmakologi
- Paracetamol dan domperidon puyer 3 dd 1 pulv
RESEP
R/ Paracetamol tab 500 mg No. IX
Domperidon tab 10 mg No. XV
Mf pulv div in p aeq No. XV
ʃ 3 dd I pulv pc p.r.n
f. Identitas Pasien
Nama : An. SM
Usia : 9 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Buaran, Tangerang Selatan
Agama : islam
a.) Anamnesis
Keluhan utama
Demam sejak 1 hari sebelum datang ke KPKM
Riwayat penyakit sekarang
Demam sejak 1 hari sebelum datang ke KPKM. Demam tidak diukur suhu.
Demam terus menerus, tidak dipengaruhi waktu serta turun jika diberikan
obat penurun demam namun demam muncul kembali. Keluhan demam
tidak disertai badan pegal, nyeri sendi, nyeri di belakang mata maupun
manifestasi perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, muntah darah,
batuk darah, maupun BAB hitam/berdarah. Keluhan batuk, hidung berair,
nyeri menelan, sesak disangkal. Riwayat batuk lama, penurunan berat
badan drastis, maupun penurunan nafsu makan drastis disangkal. Pasien
merasa pendengarannya tidak terganggu, riwayat nyeri telinga maupun
keluar sekret dari telinga disangkal. Pasien mengaku BAB lancar dengan
konsistensi lunak tidak keras maupun cair. Keluhan nyeri perut tidak ada.
Keluhan disertai muntah sebanyak 1x pagi ini. Yang dimuntahkan berupa
makanan yang dimakan sebelumnya. Selain itu pasien mengeluh badan
lemas.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat mengalami demam tifoid diakui. Berdasarkan keterangan dari
ayahnya, pasien tidak memiliki riwayat asma, alergi obat atau makanan.
Sebelumnya belum pernah dirawat inap maupun menjalani operasi.
Riwayat kelahiran, imunisasi, maupun tumbuh kembang tidak diketahui.
Riwayat penyakit keluarga
Keluhan serupa di keluarga disangkal. Riwayat batuk lama dan harus
mengonsumsi obat selama 6 bulan di keluarga disangkal
Riwayat kebiasaan, lingkungan, dan sosial
Pasien merupakan anak tunggal. Ayahnya bekerja sebagai supir dan
ibunya sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal di pemukiman yang
cukup padat, di sekitar rumah terdapat selokan yang jarang dibersihkan,
bila hujan datang terkadang terdapat genangan air. Ayah pasien
mengatakan di sekitar rumahnya tidak pernah dilakukan fogging. Menurut
keterangan dari ayahnya, tetangganya tidak ada yang memiliki keluhan
serupa dengan anaknya. Saat ini pasien merupakan siswi kelas 4 SD. Pola
makan pasien teratur 3x sehari namun terkadang pasien jajan di sekitar
SD. Riwayat berpergian ke wilayah indonesia timur disangkal. Ayah
pasien khawatir pasien mengalami demam tifoid seperti dahulu. Ayahnya
berharap supaya anaknya cepat sehat kembali. Saat ini pasien tidak
bersekolah karena sedang libur, pasien lebih banyak di dalam rumah
semenjak sakit namun masih dapat melakukan aktivitas untuk kebutuhan
dirinya sendiri seperti makan, mandi
c.) Diagnosis
Observasi febris hari ke 2 suspek ec infeksi virus dd infeksi bakteri
d.) Tatalaksana
Nonfarmakologi
- Edukasi mengenai kondisi pasien (kemungkinan penyebab
demam, pengobatan simtomatik sementara, rencana tatalaksan
selanjutnya)
- Edukasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan apabila demam
dirasakan tidak turun/membaik (>3 hari)
- Edukasi untuk mengenali tanda-tanda bahaya (warning sign)
berupa muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, timbulnya
manifestasi perdarahan, penurunan kesadaran, serta tanda-tanda
syok (akral dingin, urin output berkurang)
- Perbanyak istirahat, cukup minum air putih serta perbanyak
makan makanan bergizi dan konsumsi multivitamin
Farmakologi
- Paracetamol dan domperidon puyer 3 dd 1 pulv
RESEP
R/ Paracetamol tab 500 mg No. IX
Domperidon tab 10 mg No. XV
Mf pulv div in p aeq No. XV
ʃ 3 dd I pulv pc p.r.n
Feedback dari pembimbing puskesmas