Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI

PASIEN HIPERTENSI DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN

ULANG DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

RS ASTRINI WONOGIRI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

RUNI DARYANTI
NIM: 22020093

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES ESTU UTOMO BOYOLALI

TAHUN AJARAN

2020/2021

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang............................................................................................1
B.Rumusan Masalah.......................................................................................3
C.Tujuan Penelitian .......................................................................................3
D.Manfaat Penelitian .....................................................................................3
E.Keaslian Penelitian......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teori............................................................................................6
B.Kerangka Teori...........................................................................................13
C.Kerangka Konsep........................................................................................14
D.Hipotesis.....................................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian........................................................................................15
B.Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................15
C.Populasi dan Sampel...................................................................................15
D.Variabel......................................................................................................17
E.Definisi Operasional...................................................................................18
F.Pengumpulan Data......................................................................................18
G.Analisa Data...............................................................................................20
H.Prosedur penelitian ....................................................................................21
I. Etika Penelitian...........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................................4

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Perhimpunan Hipertensi

Indonesia( 2013 ) ............................................................................. 37

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................48

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.............................................................................12

Gambar 2.2 Kerangka Konsep..........................................................................44

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Dukungan keluarga terhadap motivasi

Pasien Hipertensi untuk kunjungan ulang .....................................55

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Undangan penguji ujian proposal skripsi

Lampiran 5 Permohonan ijin studi pendahuluan

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan

diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap

mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90

mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012)

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di

negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada

munculnya penyakit degenerative, seperti penyakit jantung (Congestif Heart

Failure - CHF), gagal ginjal (end stage renal disease), dan penyakit pembuluh

darah perifer.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu

hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu

kondisi yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi ini

disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu beberapa faktor yang efek-efek

kombinasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang meliputi

5% dari hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu

organ atau sistem tubuh (Noviyanti,2015).

Dalam World Health Statistik tahun 2012, WHO melaporkan bahwa

sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari penyakit jantung

koroner disebabkan oleh hipertensi. Faktor risiko utama untuk hipertensi,

termasuk riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan yang buruk, merokok,

1
jenis kelamin, stres, ras, usia, dan tidur (Bansil, Pooja., Kuklina,E.V.,

Merrit,R.K., Yoon,P.W., 2011).

Di Indonesia sendiri kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit

hipertensi masih sangat rendah, sehingga dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga penderita hipertensi juga rendah, hal ini terbukti masyarakat lebih

memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi

gula, dan mengandung banyak garam. Pola makan yang kurang sehat ini

merupakan pemicu penyakit hipertensi. Status sehat sakit para anggota

keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.

Pada penderita hipertensi, dukungan keluarga berperan sangat penting

untuk menjaga dan mengontrol agar tekanan darah tidak meningkat dan

diharapkan bisa kembali normal. Selain itu pengukuran tekanan darah juga

dapat dilakukan oleh pihak keluarga yang telah belajar dari tenaga kesehatan.

Pasien hipertensi yang tidak mendapat dukungan keluarga dapat menjadikan

sulitnya pasien untuk selalu menjaga dalam perawatan hipertensi secara baik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit

Astrini Wonogiri tahun 2021 dari data 3 bulan yang saya ambil untuk pasien

hipertensi yang berkunjung sebanyak 512 pasien. Menurut keterangan petugas

kesehatan bahwa masih banyak pasien hipertensi yang tidak berobat sesuai

jadwal pengobatan. Hasil wawancara peneliti terhadap 5 pasien hipertensi

yang melakukan pemeriksaan di rumah sakit Asrtini di Poliklinik Penyakit

Dalam menunjukkan 3 pasien menyatakan anggota keluarganya semuanya

sibuk bekerja, sehingga waktu untuk mengantar sulit dilakukan sedangkan

pasien sudah merasakan sakit akibat penyakit hipertensinya karena karakter

2
geografi dari daerah kabupaten Wonogiri yang pegunungan jauh dari

pelayanan kesehatan sehingga pasien tidak kontrol sakitnya, sementara pasien

sendiri memiliki keinginan untuk sembuh dan berobat sehingga dalam berobat

ke rumah sakit sering tidak sesuai jadwal yang ditentukan. Terdapat 2 pasien

yang menyatakan bahwa malas berkunjung ulang karena merasa sudah stabil

dan kontrol hanya merasakan pusing saja baru melakukan kunjungan

pelayanan untuk pengobatan di Poliklinik Penyakit Dalam RS Astrini

Wonogiri.

Peneliti juga mendapatkan data pasien hipertensi dari rekam medis RS

Astrini Wonogiri , bahwa dari 3 bulan ini berjumlah 512 pasien yang

seharusnya melakukan kontrol tepat waktu tercatat 221 pasien , dan tercatat

sebanyak 311 pasien tidak tepat melakukan kunjungan perawatan. Tidak tepat

dalam kunjungan pemeriksaan menunjukkan masih kurangnya dukungan

keluarga terhadap pasien hipertensi. Oleh sebab itu perlunya dukungan

keluarga serta motivasi pasien hipertensi dalam melakukan kunjungan

perawatan agar penyakit hiperntinya dapat terkontrol.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap

motivasi pasien hipertensi untuk melakukan kunjungan perawatan di instalasi

rawat jalan Rumah Sakit Astrini Wonogiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat hubungan dukungan keluarga

3
terhadap motivasi pasien hipertensi untuk melakukan kunjungan perawatan di

Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Astrini Wonogiri.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien

hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang di Poliklinik Penyakit Dalam

Rumah Sakit Astrini Wonogiri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap motivasi pasien

hipertensi

b. Mengetahui tingkat motivasi pasien hipertensi untuk melakukan

kunjungan perawatan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Astrini Wonogiri.

c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien

hipertensi untuk melakukan kunjungan perawatan di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Astrini Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga

terhadap pasien yang sakit hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah

Sakit Astrini Wonogiri diharapkan :

1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang pentingya dukungan

keluarga dalam perawatan pasien hipertensi yang tepat dan sebagai bahan

masukan untuk penelitian selanjutnya.

4
2. Bagi Pasien Mengetahui dampak yang diakibatkan dari adanya dukungan

keluarga dengan kondisi pasien hipertensi.

3. Bagi Keluarga Bahan pertimbangan dan masukan bagi keluarganya akan

pentingnya memberi dukungan keluarga dalam perawatan hipertensi serta

motivasi pasien hipertensi menjadi baik agar tekanan darah pasien tetap

stabil.

4. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan kepada penderita hipertensi dalam

menjalankan terapi hipertensi.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Persamaan
Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian dan
Perbedaan
Albherta Analisis Deskriptif Didapatkan dari Persamaan terdapat
(2012) Gambaran dengan penelitian ini untuk pada metode penelitian,
Cit Kontrol Tekanan pendekatan mengatahui pengambilan sampling
Santosa Darah pada pasien cross 1) Deografis pasien dan sama –sama
(2014) di Puskesmas sectional. ( letak,lokasi ,da meneliti ketertiban
Bantul erah /jauh dekat kontol tekanan darah
Yogyakarta rumah ) pada pasien Hipertensi
2) Ketertiban
jadwal control Perbedaannya dari
3) Hambatan pasien segi materi,
tidak tertib pengambilan sampling
control dan pada tempat
4) Mengetahui penelitian
faktor pendorong
dan penghambat
control
Martinus Analisis Kuantitatif Didapatkan dari Persamaan sama –
Attalah Hubungan dengan penelitian ini untuk sama meneliti
dan Silva Perilaku Kontrol metode mengatahui ketertiban kontol
(2012) Tekanan Darah deskriptif 1) Respon pasien tekanan darah pada
Pasien Hipertensi analitik 2) Ketertiban pasien Hipertensi
2012 dan jadwal control
pendekatan 3) Hambatan pasien Perbedaannya dari
cross tidak tertib segi materi, Metode
sectional control pengambilan sampling
study 4) Mengetahui dan pada tempat
factor pendorong penelitian

5
dan penghambat
control
Anwar Banyak faktor Model Didapat dalam Persamaan sama –
(dalam pendorong dan pendekatan penelitian ini adalah sama meneliti
Alfiana, penghambat survey ketidakapatuhan ketertiban kontol dan
Bintanah, penderita denagan dalam control mengtahui factor factor
dan hipertensi dalam pendekatan penderita hipertensi penyebab penghambat
Kusuma, melakukan subyek dan factor factor dan pendorong pada
2014) kontrol tekanan adalah penyebabnya pasien Hipertensi untuk
darah di cross control rutin
pelayanan sectional
kesehatan Perbedaannya
dari segi materi,
Metode pengambilan
sampling dan waktu
serta tempat penelitian

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dukungan Keluarga

a. Pengertian dukungan keluarga dukungan keluarga menurut Fridman

(2010) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota

keluargannya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukunan

keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi

sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga

anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya. Jadi dukungan

sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang

dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses

atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015). Dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Suparyanto, 2012).

b. Fungsi Keluarga

7
Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau

konsekuensi dari struktur keluarga. Menurut Padila (2012), secara

umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :

1) Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan resiko sosial. Komponen yang perlu

dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah

Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antara anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang

dan dukungan dari anggota yang lain. Hubungan intim didalam

keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan

dengan orang lain diluar keluarga/masyarakatt. Saling menghargai,

Sikap saling menghargai sudah bisa dengan jelas kita pahami.

Perselisihan pendapat yang seringkali muncul tidak akan dianggap

sebagai sesuatu yang bisa merusak hubungan keluarga, jika di

dalamnya terbentuk pola afeksi yang baik. Ikatan dengan

identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang

menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan

anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif didalam

kelaurga tidak dapat terpenuhi.

2) Fungsi Sosialisasi

8
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1998). Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi misalnya

anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang

yang disekitarnya. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

3) Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis

pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk

meneruskan keturunan.

4) Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota

keluarga seperti memenuhi kebutuhan makanan, pakaian dan

tempat tinggal.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktik

asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

9
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

c. Indikator Dukungan Keluarga

Menurut Setiadi (2018), jenis dukungan keluarga ada empat yaitu:

1) Dukungan Instrumental.

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit. Selain itu bentuk bantuan ini

bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan

aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang

dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang

dihadapinya.

2) Dukungan Informasional.

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai sebuah

penyebar informasi. Bantuan informasi yang disediakan agar dapat

digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-

persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan

ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan.

3) Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian adalah keluarga bertindak sebagai sebuah

umpan balik, membimbing, pemecahan masalah, sebagai sumber,

dan validator identitas keluarga. Penilaian ini dapat bersifat positif

maupun negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi

seseorang. Berkaitan dengan dukungan keluarga maka penilaian

yang sangat membantu adalah penilaian positif.

10
4) Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai sebuah tempat yang

aman dan damai untuk istirahat serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Setiap orang pasti membutuhkan bentuan efektif

dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik, empati,

cinta, kepercayaan dan penghargaan. Seseorang yang sedang

menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban

sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau

mendengarkan segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap

persoalan yang dihadapinya, bahwa mau membantu memecahkan

masalah yang dihadapinya.

d. Tugas Kesehatan Keluarga

Harmoko (2012) menuliskan lima tugas kesehatan keluarga yaitu

sebagai berikut:

1) Mengenal masalah.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan kerena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dankarena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan

dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga dan apabila

menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan

11
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahannya.

2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika

keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada

orang di lingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh

bantuan.

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Sering kali keluarga telah mengalami tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui

oleh keluarga sendri. Jika demikian, anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak

terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan

atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan

melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Mempertahankan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi

bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki

12
waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat

tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menjadikan

lambing ketenangan, keindahan dan dapat menunjang derajat

kesehatan bagi anggota keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga. Apabila mengalami gangguan kesehatan atau masalah

yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga

harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan

tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami

anggota keluarganya, sehingga dapat bebas dari segala penyakit.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Suparyanto (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah :

1) Faktor Internal

a) Tahap Perkembangan

Tahap perkembangan artinya dukungan dapat ditentukan oleh

faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan

perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi -

lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan

kesehatan yang berbeda-beda.

b) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi kayakinan terhadap

adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang

13
mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya

cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin

dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit

tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang

secara umum terlihat sangat tenang mempunyai respon

emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang

tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap

ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala

penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

c) Spiritual

Aspek spiritualitas dapat terlihat dari bagaimana seseorang

menjalani kehidupanya, mencakup nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman dan

kemampuan mencapai harapan dan arti dalam hidup.

2) Faktor Eksternal

a) Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya: pasien hipertensi juga kemungkinan besar akan

melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan

hal yang sama.

b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh

variable intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar

14
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan

kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

c) Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang

mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel

psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan mencari dukungan

dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan

mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan

lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.

Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada

gangguan pada kesehatannya.

d) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk

cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2. Konsep Motivasi

a. Pengertian Motivasi

15
Menurut Hartono (2016), motivasi diartikan sebagai dorongan intrinsik

dan ekstrinsik dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya

hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan

untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan

penghormatan atas diri, lingkungan yang baik, dan kegiatan yang

menarik. Motivasi merupakan sumber kekuatan untuk melakukan

kegiatan ke arah pencapaian tujuan. Motivasi menjadi suatu kekuatan,

tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan

dalam diri individu Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang

mendorong seseorang melakukan pekarjaan atau menjalankan

kekuasaan, terutama dalam berpikir. Dari berbagai macam defenisi

motivasi, ada tiga hal penting dalam pengertian motivasi, yaitu

hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul

karena seseorang merasa sesuatu yang kurang, baik fisiologis maupun

psikologis. Dorongan merupakan arah untuk memenuhi kebutuhan,

sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Nursalam,

2015).

b. Indikator motivasi melakukan kunjungan ulang

Menurut Hartono (2016), motivasi terdapat dua indikator yaitu sebagai

berikut:

1) Motivasi intrinsik atau motivasi yang datangnya dari dalam diri

sendiri, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga manusia menjadi puas.

16
2) Motivasi ekstrinsik berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari

orang lain atau lingkungan. Perilaku yang dilakukan dengan

motivasi ekstrinsik biasanya penuh dengan kekhawatiran dan

kesangsian apabila tidak tercapai kebutuhan.

c. Teori Motivasi

Menurut Hartono (2016), terdapat beberapa teori motivasi yaitu:

1) Hierarki Teori Kebutuhan (A Theory of Human Motivation).

Teori ini dikemukakan oleh Maslow yang menyatakan bahwa

seseorang berperilaku, karena adanya dorongan untuk memenuhi

bermacam-macam kebutuhan. Kebutuhan yang diinginkan

seseorang itu berjenjang, maka dikenal hierarchical of theory.

Kebutuhan manusia akan sangat memengaruhi dorongan atau

motivasi, yang urutan lajunya berlanjut ke dalam jenjang motivasi

seseorang.

Lima tingkatan kebutuhan manusia terdiri atas: 1) kebutuhan

fisiologis (physiological needs), merupakan kebutuhan paling dasar

seperti, kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,

bernafas, dan seksual. 2) kebutuhan rasa aman (safety needs), yaitu

kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan

dan lingkungan hidup. Rasa aman tidak arti fisik semata, tetapi

juga mental, psikologikal dan intelektual. 3) Kebutuhan sosial

(social needs), yakni kebutuhan untuk merasa memiliki dan

kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. 4) Kebutuhan harga diri

(esteem needs), yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai

17
(pengakuan) orang lain. 5) Kebutuhan aktualisasi diri (self

actualization needs) yaitu kebutuhan untuk menggunakan

kemampuan, keahlian (skill), potensi, dan kebutuhan berpendapat.

2) Teori Kebutuhan Berprestasi (Needs for Acievement). Teori ini

dikemukakan oleh Mc Celland yang menyatakan bahwa motivasi

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan seseorang akan prestasi.

Ada tiga karakteristik orang yang berprestasi tinggi, yaitu, suatu

preferensi mengerjakan tugas dengan derajat kesulitan moderat,

menyukai situasi timbulnya kinerja mereka, karena upaya-upaya

mereka sendiri, serta menginginkan umpan balik tentang

keberhasilan dan kegagalan mereka.

3) Teori Dua Faktor. Teori ini dikemukakan oleh Herzberg yang

menyatakan model dua faktor dari motivasi yaitu faktor

motivasional dan faktor higiene atau pemeliharaan. Faktor

motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang

sifatnya instrinsik (dari dalam diri manusia). Faktor higiene

(pemeliharaan) adalah faktor- faktor yang sifatnya ekstrinsik, yang

berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku

seseorang dalam kehidupannya.

4) Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory). Teori ini

dikemukakan oleh Edwin Locke (1978), yang menyatakan bahwa

dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme

motivasional, yaitu tujuan-tujuan yang mengarahkan perhatian,

18
mengatur upaya, meningkatkan persistensi, dan menunjang

strategi- strategi kegiatan.

5) Teori Harapan. Dikemukakan oleh Victor H. Vroom (1964), yang

mengatakan bahwa motivasi merupakan akibat suatu hasil dari

yang ingin dicapai seseorang dan perkiraan yang bersangkutan,

bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkan.

Artinya, apabila seseorang menginginkan sesuatu dan tampak

jalannya terbuka, maka Ia akan berupaya mendapatkannya.

d. Tujuan Motivasi

Menurut Donsu (2017), secara individual motivasi seseorang sangatlah

personal, satu dengan yang lain berbeda. Mereka menempatkan dan

mendasarkan atas nilai-nilai tertentu sesuai dengan pandangan dan

dasar hidupnya.

Tindakan motivasi akan lebih dapat berhasil. Jika tujuannya jelas dan

disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang

yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan

motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang

kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.

e. Fungsi Motivasi

Menurut Sardiman (2017) dalam Donsu (2017), fungsi motivasi ada

tiga yaitu :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, dimana motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.

19
2) Menentukan arah perbuatan, yang ke arah tujuan yang hendak

dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Sebagai seleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan

menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Gerungan (2016) ada dua faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik meliputi:

1) Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri

manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga menjadi puas. Faktor intrinsik meliputi :

a) Faktor fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

kondisi fisik, misalnya status kesehatan pasien. Fisik yang

kurang sehat dan cacat yang tidak dapat disembuhkan,

berbahaya bagi penyesuaian probadi dan sosial. Pasien yang

mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk sebagai

akibatnya mereka selalu frustasi terhadap kesehatannya.

b) Faktor proses mental

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja,

tetapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi

20
tersebut. Pasien dengan fungsi mental yang normal akan

menyebabkan bias yang positif pada diri. Seperti halnya ada

kemampuan untuk mengontrol kejadian-kejadian dalam hidup

yang harus dihadapi, keadaan pemikiran dan pendangan hidup

yang positif dari diri pasien dalam reaksi terhadap perawatan

akan meningkatkan penerimaan diri serta keyakinan diri,

sehingga mampu mengatasi kecemasan dan selalu berpikir

optimis untuk kesembuhannya.

c) Keinginan dalam diri sendiri

Misalnya keinginan untuk lepas dari keadaan sakit yang

mengganggu aktivitasnya sehari-hari, masih ingin menikmati

prestasi yang masih berada dipuncak karir, merasa belum

sepenuhnya mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.

d) Kematangan usia

Kematangan usia akan mempengaruhi proses berfikir dan

pengambilan keputusan dalam melakukan pengobatan yang

menunjang kesembuhan pasien.

2) Faktor Ekstrinsik

Menurut Gerungan (2004) faktor ekstrinsik adalah faktor motivasi

yang berasal dari luar diri seseorang yang merupakan pengaruh

dari orang lain atau lingkungan. Faktor ekstrinsik meliputi:

a) Faktor lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang berada disekitar pasien, baik

fisik, psikologis maupun sosial. Lingkungan fasilitas kesehatan

21
sangat berpengaruh terhadap motivasi pasien untuk sembuh.

Perawat adalah profesi yang sangat dekat dengan pasien yang

memungkinkan perawat selalu berhubungan dengan pasien.

Kemampuan komunikasi terapeutik perawat dapat

mengembangkan hubungan dengan pasien yang dapat

meningkatkan pemahaman pasien sebagai manusia seutuhnya.

Lingkungan pelayanan kesehatan yang tidak mendukung dan

kurang kondusif akan membuat stress bertambah.

b) Fasilitas (sarana dan prasarana)

Ketersediaan fasilitas yang menunjang kesembuhan pasien

tersedia, mudah dijangkau menjadi motivasi pasien untuk

berobat. Termasuk dalam fasilitas adalah tersedianya sumber

biaya yang mencukupi bagi kesembuhan pasien, tersedianya

alat-alat medis yang menunjang kesembuhan pasien.

c) Media

Media yaitu dukungan yang diberikan dalam bentuk informasi

pengetahuan tentang penyakit, nasihat dan petunjuk saran.

Adanya media ini penderita menjadi lebih tahu tentang

kesehatannya dan pada akhirnya dapat menjadi motivasi untuk

berobat dan sembuh.

d) Dukungan sosial

Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan

atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan

oleh keakraban sosial atau di dapat karena kehadiran mereka

22
yang mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi

pihak penerima.

g. Metode dan Alat Motivasi

Untuk meningkatkan motivasi seseorang terhadap suatu jenis perilaku

dapat dilakukan dengan memberikan hadiah atau “iming-iming”

berupa benda atau materi. Tetapi tidak semua orang meningkat

motivasinya karena diberikan hadiah atau uang misalnya, melainkan

banyak faktor yang berpengaruh terhadap motivasi tersebut. Beberapa

ahli mengelompokkan dua cara atau metode untuk meningkatkan

motivasi, yakni

1) Metode langsung (Direct Motivation)

Pemberian materi atau nonmateri kepada orang secara langsung

untuk memenuhi kebutuhan merupakan cara yang langsung dapat

meningkatkan motivasi kerja. Yang dimaksud dengan pemberian

materi adalah misalnya pemberian bonus, pemberian hadiah pada

waktu tertentu. Sedangkan pemberian nonmateri antara lain

memberikan pujian, memberikan penghargaan dan tanda-tanda

penghormatan yang lain dalam bentuk surat atau piagam, misalnya.

2) Metode tidak langsung (Indirect Motivation)

Metode tidak langsung adalah suatu kewajiban memberikan

kepada keluarga dan penderita hipertensi berupa fasilitas atau

sarana- sarana kesehatan.

Upaya peningkatan motivasi seperti tersebut, dengan memberikan

sesuatu kepada masyarakat dipandang sebagai cara atau metode

23
untuk meningkatkan motivasi berperilaku hidup sehat. Tetapi

apabila dilihat dari apa yang diberikan kepada orang atau

masyarakat, yang akhirnya dapat menigkatkan motivasi, maka apa

yang diberikan tersebut dapat dikatakan sebagai alat motivasi.

Apabila hal ini dapat dikategorikan sebagai alat motivasi, maka

dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni:

a) Materi

Alat motivasi materiil adalah apa yang diberikan kepada

masyarakat dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat,

yang berupa uang atau barang yang merupakan faktor

pemungkin (enabling factor) untuk melakukan hidup sehat.

b) Non-materi

Alat motivasi nonmateri adalah pemberian tersebut tidak dapat

dinilai dengan uang, tetapi pemberian sesuatu yang hanya

memberikan kepuasan atau kebanggaan kepada orang atau

masyarakat.

c) Kombinasi materi dan non-materi

Alat motivasi ini adalah kedua-duanya, baik materiil maupun

nonmateri. Disamping fasilitas yang diterima, bonus yang

diterima masyarakat juga memperoleh penghargaan berupa

piagam atau medali, dan sebagainya.

h. Cara Meningkatkan Motivasi

Dalam Hartono (2016), ada beberapa hal yang meningkatkan motivasi

sebagai berikut :

24
1) Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force) yaitu

memotivasi dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang

di motivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.

2) Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu

motivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agarmelakukan

sesuatu harapan yang memberikan motivasi.

3) Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification on

egoinvoirement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan

kesadaran.

Pada pelaksanaannya memotivasi dapat dilakukan dengan cara : a.

teknik verbal, seperti berbicara untuk membangkitkan semangat,

pendekatan pribadi, diskusi, dan sebagainya; b. teknik tingkah laku,

yaitu, meniru, mencoba, dan menerapkan; c. teknik intensif dengan

cara mengambil kaidah yang ada; d. supertisi dan kepercayaan akan

sesuatu secara logis, namun membawa keberuntungan; e. citra diri

yaitu dengan imajinasi atau daya khayal yang tinggi, maka individu

akan termotivasi;

3. Konsep Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang banyak

dijumpai dimuka bumi ini penyakit ini dikenal sebagai the silent

killeratau pembunuh tersembunyi karena pada banyak kasus tidak

timbul gejala hingga terjadi komplikasi serius. Hipertensi beresiko

besar bila tidak diobati. Tekanan darah yang terlampau tinggi membuat

25
jantung memompa lebih keras, yang akhirnya mengakibatkan gagal

jantung (decompensation), serangan otak (stroke), infark jantung

(myocard infraction) dan cacat pada ginjal serta pembuluh darah.

Tekanan darah dibedakan atas tekanan darah sistolik dan tekanan darah

diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan didalam pembuluh

darah arteri ketika darah di pompa keluar dari jantung. Tekanan darah

diastolik adalah tekanan di dalam pembuluh darah arteri ketika jantung

dalam keadaan istirahat atau diantara dua denyut jantung (Ananta,

2009).

American Heart Association (AHA) dan American College of

Cardiology (ACC) pada tahun 2017 mengeluarkan pedoman hipertensi

terbaru. Pedoman ini berisikan banyak perubahan besar dalam

pengelolaan hipertensi. Salah satu lompatan terbesar pedoman ini

adalah perubahan klasifikasi atau bahkan definisi hipertensi dimana

sebelumnya hipertensi dinyatakan sebagai peningkatan tekanan darah

arteri sistemik yang menetap dimana tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pada pedoman hipertensi

tersebut maka hipertensi ditetapkan apabila tekanan darah sistolik ≥

130 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg (AHA, 2017).

b. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi dua jenis

menurut Mahdiana (2010) dan Riyadi (2011):

1) Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari

26
seluruh hipertensi). Namum faktor resiko yang di duga kuat adalah

kerena beberapa faktor berikut ini: Keluarga dengan riwayat

hipertensi, pemasukan sodium berlebihan, konsumsi kalori

berlebihan, kurang aktivitas fisik, pemasukan alcohol berlebihan,

rendahnya pemasukan potasium dan lingkungan.

2) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai

akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi sekunder kemungkinan

memiliki banyak penyebab beberapa perubahan pada jantung,

pembuluh darah, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi

vaskuler renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan

darah jika penyebabnya diketahui maka disebut hipertensi

sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi adalah penyakit

ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal

atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab

hipertensi lain yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor

pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin

(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obisitas),

gaya yang tidak efektif (malas berolahraga), stres, alkohol atau

garam dalam makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada

orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung

menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika

stres telah berlalu maka tekanan darah biasanya akan kembali

normal.

27
c. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan

dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuro pre-ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya neropinefrin

mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsangan vasokontriktor. Klien dengan hipertensi sangat

sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sehingga respon rangsang emosi, kelenjar adrenal

juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokotriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah.

Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin .

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriksi kuat, yang

28
pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Aspiani, 2014).

d. Diagnosis Hipertensi

Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5

menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai

hipertensi. Tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan

satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil

yang tinggi maka tekanan darah dapat diukur kembali dan kemudian

diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan

adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya

tekanan darah tinggi, melainkan juga digunakan untuk menggolongkan

beratnya hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan

pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung,

otak dan ginjal (Mahdiana, 2010).

e. Klasifikasi

Hipertensi adalah istilah medis atau penyakit tekanan darah tinggi.

American Society of Hipertinsion (ASH) mendefinisikan hipertensi

sebagai suatu sindrom kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat

dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).

Secara umum, seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila

memiliki tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan tekanan diastolic ≥

80 mmHg. JNC 7 (The sevent report of the Joint National Committee

29
on Prevention, Detection, and Treameant on High Blood Pressure)

mengklasifikasikan tekanan darah dibagi menjadi normal, pra

hipertensi, hipertensi tahap I dan hipertensi tahap II, sedangkan WHO

(World Health Organization) membuat kategori yang lebih banyak

yaitu optimal, normal, normal tinggi, hipertensi tingkat I (hipertensi

ringan), hipertensi tingkat II (hipertensi sedang), hipertensi tingkat III

(hipertensi berat) dan sistolik terisolasi (Isolated Systolic

Hipertension).

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi


Indonesia (2013)

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori Dan/atau
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120 139 Atau 80 89

Hipertensi Tahap 1 140 159 Atau 90 99

Hipertensi Tahap 2 ≥ 160 179 Atau ≥ 100

Hipertensi Sistol ≥ 140 Dan < 90


terisolasi
(Sumber: Sani, 2013)

f. Manifestasi Klinis

Menurut Mahdiana (2010), manifestasi dibagi atas dua bagian yaitu :

1) Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

sekalipun tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sekit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan,

30
yang bisa saja terjadi, baik pada penderita hipertensi maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal.

g. Komplikasi

Komplikasi menurut Corwin (2019) :

1) Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah

melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi

ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga

terjadi disritmia, hipoksia, jantung dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan.

2) Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis

apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

penebalan, maka aliran darah ke otak diperdarahi berkurang. Arteri

otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

menimbulkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya

glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

31
Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar

melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang

dan menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronis.

4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan

berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

ke ruang intertisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron

disekitar kolaps dan terjadi koma serta kematian.

5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir

mungkin memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi

plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia

dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum

proses persalinan.

h. Penatalaksanaan Medis

1) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Nugroho (2011) :

a) Mencari faktor resiko yaitu kolesterol serum, trigliserid, gula

darah Sebagian kecil mengeluh: sakit kepala, berdebar-debar.

Mencari komplikasi yaitu ureum, kreatinin, proteinuria, ronsen

toraks.

2) Terapi Medis

32
b) Diet rendah garam, penurunan berat badan, olahraga, latihan

jiwa, peningkatan exercise, asupan nutrisi, penghentian

merokok yang secara kolektif dikenal sebagai modifikasi

terapeutik gaya hidup atau therapeutic lifestyle modification.

(Nugroho, 2011). Diuretic, penghambat adrenergic, penyekat

alfa I, penyekat beta, vasodilator, penghambat ACE, Diuretic

menyebabkan hilangnya kalium atau obat penahan kalium.

Diuretic sangat efektif pada: orang kulit hitam, lanjut usia,

kegemukan, penderita gagal jantung atau penyakit ginjal

menahun (Nugroho, 2011) Penghambat adrenergik membantu

memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan

tekanan darah. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang

dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan

cara meningkatkan tekanan darah (Ruhyanudin, 2017).

Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE- inhibitor)

membantu menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan

arteri. Obat ini efektif diberikan kepada; usia muda, penderita

gagal jantung, penderita dengan protein dalam air kemihnya

yang sebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit

ginjal diabetik (Ruhyanudin, 2017). Angiontensin II Bloker

membantu menurunkan tekanan darah dengan suatu

mekanisme yang mirip dengan ACE- inhibitor. Angiontensin

kalsium membantu melebarkan pembuluh darah dan sangat

efektif diberikan kepada: lanjut usia, penderita angina pectoris

33
(nyeri dada), denyut jantung yang cepat dan sakit kepala

migren (Syamsudin, 2011). Nifedipine merupakan kalsium

antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan

per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi,

sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat

(Ruhyanudin, 2017).

i. Usaha Pencegahan Hipertensi

Usaha pencegahan hipertensi adalah :

1) Modifikasi pola hidup

Sangat dianjurkan agar pasien dapat memodifikasi pola hidupnya

agar pengobatannya menjadi lebih efektif. Dua pola hidup sangat

perlu disesuaikan adalah kebiasaan merokok dan stress. Rokok

mempunyai efek vasokontriksi pada pembuluh darah. Peran stress

belum begitu jelas tetapi relaksasi dan manajemen stress yang

efektif sangat membantu dalam mengendalikan hipertensi

(Baradero, dkk, 2018).

2) Aktivitas

Gerak badan aerobic secara teratur dianjurkan karna dapat

membantu mengurangi berat badan dan resiko penyakit jantung.

Akan tetapi, gerakan badan yang melelahkan, seperti mengangkat

beban atau gerak badan yang menimbulkan maneuver valsava lebih

baik dihindari. Pada pasien hipertensi esensial tidak dapat diobati

tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya

34
komplikasi. Langkah awal adalah dengan mengubah pola hidup

penderita (Baradero, dkk, 2018).

3) Olahraga

Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi

esensial tidak perlu membatasi aktivitas selama tekanan darahnya

terkendali (Mahdiana, 2010).

B. Kerangka Teori Dukungan Keluarga :

Instrumental
Faktor – faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga : Informasional
1. Faktor Internal:
a. Tahap perkembangan
Penilaian
b. Faktor emosi
Emosional
c. Spiritual
2. Faktor Eksternal:
a. Praktik di keluarga
b. Pendidikan dan tingkat
pengetahuan
c. Faktor sosial ekonomi
d. Latar belakang budaya

Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi


1. Faktor Intrinsik Motivasi pasien Hipertensi
a. Faktor Fisik dalam melakukan
b. Faktor proses mental kunjungan ulang :
c. Keinginan dalam diri sendiri Motivasi Intrinsik
d. Kematangan usia (Dorongan dari dalam
2. Faktor Ekstrinsik diri)
a. Faktor lingkungan Motivasi Ekstrinsik
b. Fasilitas (Dorongan dari luar)
c. Media
d. Dukungan sosial
Motivasi pasien Hipertensi dalam melakukan kunjungan ulang :
1. Motivasi Intrinsik (Dorongan dari dalam diri)
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
Motivasi pasien Hipertensi
2. Motivasi untuk (Dorongan
Ekstrinsik melalukan dari
kunjungan
luar) ulang
di Poliklinik Dalam RS Asrtini.

35
C. Kerangka Konsep

Dukungan keluarga: Motivasi


1. Tinggi
1. Dukungan Informasional 2. Sedang
2. Dukungan Penilaian 3. Rendah
3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Emosional

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Berpengaruh

: Berhubungan

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Motivasi Pasien Hipertensi Dalam Melakukan Kunjungan Ulang
((Notoatmodjo, 2014 dan Hartono 2016)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

Pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016).:

H1: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi pasien

hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang di Poliklinik Penyakit

Dalam RSU Astrini Wonogiri.

H0: Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi pasien

hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang di Poliklinik Penyakit

Dalam RSU Astrini Wonogiri

36
BAB III

METODE PENELITIAN

E. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaf dengan Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian analitik korelasi,

dimana peneliti ingin mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan

motivasi pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini

Wonogiri. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross

sectional. Menurut Nursalam (2016) penelitian Cross Sectional adalah jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi dari variabel

independen dan dependen sekali dalam satu waktu, dalam penelitian ini

peneliti akan memberikan kuesioner dukungan keluarga dengan kuesioner

motivasi pada responden dalam waktu yang sama.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Lokasi dalam penelitian ini adalah Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini

Wonogiri.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari 2021.

G. Populasi dan Sampel

1. Populasi

37
Menurut Nursalam (2013), Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dari penelitian ini adalah jumlah

penderita hipertensi yang berobat di poliklinik Penyakit Dalam RSU

Astrini wonogiri dalam 3 bulan terakhir dari September sampai November

dalam kunjungan control sesuai jadwal yang sudah di tentukan sebanyak

311 pasien .

2. Sampel

Tehnik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Menurut Arikunto (2012) jika jumlah populasi kurang dari 100 orang,

maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika

populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15 % atau

20-25 % dari jumlah populasinya.

N = Jumlah populasi
15%

Berdasarkan data responden yang sebanyak 311 responden maka penulis

akan mengambil 15% dari populasi sebanyak 46 responden.

Pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan kriteria

inklusi :

a. Penderita Hipertensi dengan tekanan darah sistol >140 dan diastole

>90

b. Penderita Hipertensi yang tinggal bersama keluarga

H. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independen)

38
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah dukungan keluarga.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan

oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah motivasi pasien hipertensi dalam kunjungan ulang.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Parameter Alat Skala Skor
Ukur
Independen Dukungan kuesion Ordina Rumusan :
: Dukungan Informasional yaitu er Setiap jawaban
Keluarga keluarga l dilembar kuesioner
mengingatkan berisi 2 item :
kepada penderita Jika Jawaban ya = 1
hipertensi untuk Jika Jawaban tidak = 0
rutin untuk Kategori dukungan
melakukan Baik : 100% - 76%
kunjungan ulang Cukup : 56% - 75%
Kurang : < 55%
Penilaian

Dependen: Motivasi Intrinsik Kuesion Ordina Rumusan: setiap


Motivasi adalah dorongan jawaban
penderita yang berasal dari er l dilembar kuesioner
hipertensi dalam diri berisi 2 item:
penderita penyakit Jika Jawaban ya = 1
dalam
hipertensi, meliputi Jika Jawaban tidak = 0
untuk keinginan dalam Kategori motivasi
melakukan diri sendiri untuk Baik : 100% - 76%
kunjungan melakukan Cukup : 56% - 75%
ulang pengontrolan Kurang : < 55%
tekanan darah

39
J. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek yang

diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2013).

1. Proses Pengumpulan Data

Setelah mendapat ijin dari Ketua STIKES Estu Utomo Boyolali, Ketua

Program Studi Sarjana Keperawatan dan Direktur Rumah Sakit Astrini,

maka peneliti akan mengambil sampel yaitu responden yang berkunjung

sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan menyiapkan Informed

Consent. Setelah mendapat persetujuan, peneliti memberikan kuesioner

dukungan keluarga dan kuesioner motivasi pasien hipertensi dalam

melakukan kunjungan ulang untuk di isi oleh responden setelah itu peneliti

mengumpulkan kuesioner tersebut dan data yang telah dikumpulkan dapat

digunakan sebagai data penelitian.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah

daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner (Saryono, 2010).

a. Instrumen untuk menilai dukungan keluarga dan dibuat dalam bentuk

kuesioner, berupa daftar pertanyaan yang kemudian diberikan jawaban

oleh responden dan dinilai atas pertanyaan yang jawabannya Ya dan

pertanyaan yang jawab Tidak. Jumlah pertanyaan 16, untuk jawaban Ya

diberikan skor 1 dan jawaban “Tidak” diberikan skor 0, sehingga skor

tertinggi skor 20 dan terendah 0. Kuesioner baku dukungan keluarga

yang sudah diuji validitas dan reliabilitas oleh Ridwan Stanley

41
Naimasus (2015) dengan hasil menunjukkan kuesioner dukungan

keluarga dengan nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing

kuesioner lebih besar dari r tabel = 0,561, sehingga kuesioner tersebut

valid. Nilai Cronbach’s Alpha untuk kuesioner dukungan keluarga

sebesar 0,974 > 0,7 sehingga kuesioner ini reliabel.

b. Instrumen motivasi diambil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya

pada pada bulan januari tahun 2019, Kuesioner tersebut kemudian diuji

validitas dan reabilitas, peneliti menggunakan 15 item pertanyaan. Nilai

r tabel (r=0,433), Sehingga pertanyaan P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8,

P9, P10, P11, P12, P13, P14, dan P15 dinyatakan valid.

K. Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk tujuan pokok

penelitian yang mengungkap fenomena. Data mentah yang di dapat, tidak

serta merta menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab

masalah penelitian (Nursalam, 2013).

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh

para pengumpul data. Jika terdapat beberapa kuesioner yang masih belum

diisi, atau pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk dan tidak

relevannya jawaban dengan pertanyaan sebaiknya diperbaiki dengan jalan

menyuruh isi kembali kuesioner yang masih kosong pada responden

semula (Setiadi, 2013).

Setelah lembar kuesioner sudah terisi penuh semua peneliti memeriksa

kembali kebenaran data yang

42
diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini, kuesioner dukungan

keluarga dan motivasi pasien hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang

yang di isi responden dapat digunakan seluruhnya yaitu sebanyak 53

responden.

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden

ke dalam bentuk angka/bilangan. Biasanya klasifikasi ini dilakukan

dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing

jawaban. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data (Setiadi, 2013).

Setelah melakukan editing untuk mempermudah pengelolahan data maka

peneliti melakukan coding dengan pemberian kode pada masing- masing

kuesioner yang telah diisi.

a. Dukungan Keluarga

1) Dukungan keluarga baik diberi kode 1.

2) Dukungan keluarga cukup diberi kode 2.

3) Dukungan keluarga kurang diberi kode 3.

b. Motivasi

1) Motivasi baik diberi kode 1.

2) Motivasi cukup diberi kode 2.

3) Motivasi kurang diberi kode 3.

43
3. Scoring

Menentukan skor/nilai untuk tiap-tiap item pertanyaan, tentukan nilai

terendah dan tertinggi (Hidayat, 2019). Scoring disini menilai variasi

perhitungan presentase dukungan keluarga terhadap motivasi pasien

dengan menderita hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang adalah :

Untuk variabel independen setiap jawaban dilembar kuesioner berisi 2

item. Jawaban ya = 1 dan jawaban tidak = 0, kategori dukungan Baik:

100% - 75%, Cukup: 56% - 75%, Kurang: < 56%.

4) Untuk variabel dependen setiap jawaban dilembar kuesioner barisi 2 item.

Jawaban ya = 1 dan jawaban tidak = 0, kategori motivasi Baik : 100% -

75%, Cukup : 56% - 75%, Kurang : < 56%.

Keterangan :

n = jumlah nilai yang diperoleh responden

N = jumlah nilai maksimal

5) Tabulating

Tabulating merupakan penyajian data dalam bentuk tabel dan

mengatur semua angka sehingga dapat dihitung sebagai kategori. Data

hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel.

6) Analisis Penelitian

Uji statistik dalam penelitian ini adalah analisis dengan uji statistik

korelasi Spearman Rank pada tingkat signifikan 5% atau (0,05).

44
Korelasi speaman rank (Rho) adalah uji statistik yang digunakan untuk

mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang

berskala ordinal, menggunakan program komputer SPSS, sehingga

didapatkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan motivasi

pasien hipetensi dalam melakukan kunjungan ulang di Poliklinik

Penyakit Dalam RSU Astrini Wonogiri, sehingga H1 dapat diterima.

(Nursalam, 2016).

L. Prosedur Penelitian

Kerangka kerja merupakan tahapan atau langkah-langkah dalam

aktifitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian yaitu kegiatan

awal sampai akhir (Nursalam, 2016).

Adapun kerangka kerja (framework) dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Populasi target : Semua penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSU

Astrini Wonogiri pada bulan Desember tahun 2021 sebanyak 150 orang
Populasi Terjangkau: Semua penderita hipertensi yang melakukan rutin kontrol
kunjungan pelayanan pada bulan Desember 2021 di Poliklinik Penyakit Dalam RSU
Astrini Wonogiri yang berjumlah 100 orang
Penderita Hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi :
a. Penderita yang sebelumnya sudah mempunyai riwayat hipertensi
b. Penderita Hipertensi dengan tekanan darah sistol >140 dan diastole > 90
c. Penderita Hipertensi yang bisa membaca dan menulis
d. Penderita Hipertensi yang tinggal bersama keluarga

Sampel Respondek : 46 responden

Informed Consent

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

45
Editing

Coding

Scoring

Tabulating

Analisa statistik dengan menggunakan uji

Spearman Rank

Penyajian Hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien


Hipertensi Dalam Melakukan kunjungan Ulang

M. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin

untuk melakukan penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Umum Astrini.

Setelah mendapat persetujuan, peneliti melakukan penelitian dengan

menekankan pada etika penelitian yang meliputi:

1. Lembaran Persetujuan (Informed Consent)

Informend Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian (Hidayat, 2011). Informed Consent diberikan

46
sebelum melakukan penelitian. Informed Consent ini berupa lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Lembar persetujuan ini diberikan

kepada responden yang diteliti dan memenuhi criteria inklusi. Lembar ini

juga dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Jika

subjek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan

dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksa dan

harus tetap menghormati keputusan responden dan mengganti atau

mencari responden lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonimity merupakan jaminal dalam penggunaak subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur (Hidayat, 2011). Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti

tidak akan mencantumkan nama responden secara lengkap, tetapi dengan

menggunakan nama inisial.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011). Peneliti

mengolah data yang sesuai dengan kepentingan penelitian dan data yang

didapatkan tidak dipublikasikan pada orang lain diluar kepentingan peneli

47
DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2017). Classes of Heart Failure, https://healthmetrics.heart.org/wp -


content/uploads/2017/11/Highlights-from -the-2017-Guideline.pdf.
diakses 9 November 2021

Ananta. (2009). Waspadai Gejala Penyakit Mematikan Jantung Koroner


Dengan 3 Dimensi Penyakit Yang Berkaitan: Hipertensi, Diabetes
Militus, dan Stroke. Yogyakarta: Tugu Publhiser.

Arikunto, Suharsini. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.

Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Cahyani, Erny. (2018). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan


Kunjungan Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Sondakan Purwosari
Surakarta. file:///G:/jurnal%20new/HASIL%20NASKAH
%20PUBLIKASI_ERNY%20CAHYANI.pdf diakses tanggal
14/11/2021 jam 08.34 WIB.

Dewi, A.R, dkk. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Berobat Pada Pasien Penderita Hipertensi Di Puskesmas Dau
Kabupaten Malang https:// publikasi.unitri. ac. id/ index. php/ fikes /
article/ download/819/633. Diakses tanggal 17/09/2021 jam 12.10
WIB.

Dion Yohanes & Betan Shinta. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep
dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Donsu, D. T. Jenita. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Hartono, Dudi. (2016). Psokologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Herlinah, L., Dkk. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku


Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi. Jurnal Keperawatan
Komunitas.
Hidayat. (2011). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.

Kendall.K. Tao.L. (2013). Synopsis Organ System Kardiovaskuler.


Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.

Nugroho. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan


Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. (2015). Manajemen Keperawatan:
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba
Medika.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sari, D., Safri., & Utami, Gamya Try. (2016). Hubungan Motivasi Diri
Terhadap Kepatuhan Melakukan Diet Pada Penderita Hipertensi.
file:///G:/jurnal%20new/21311 -41293-1-SM.pdf diakses tanggal
14/11/2021 jam 08.34 WIB.

Setya Jati, Dwi Nursanti. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Motivasi Pasien Hipertensi Untuk Melakukan Kunjungan Perawatan
Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/19598/3/BAB_1 .pdf. Diakses tanggal
30/08/2021 jam 09.00 WIB.

Suparyanto. (2012). Konsep Dukungan Keluarga. http://www.google.com


/2012/03/konsep -dukungan-keluarga. Diakses tanggal 26/10/2021 jam
10.21 WIB.

Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakologi Kardiovaskuler dan


Renal.Jakarta: Salemba Medika.
Wulandhani, Sri Ayu. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Motivasi Lansia Hipertensi Dalam Memeriksakan Tekanan
Darahnya. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/3444 . Diakses
pada tanggal 3/10/2021 jam 12.00 WIB.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth.
Bapak/ibu...........
Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Keperawatan STIKes
Estu Utomo Boyolali:
Nama : Runi Daryanti
NIM : 22020093
Sedang mengadakan penelitian dengan judul ” Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Motivasi Pasien Hipertensi Dalam Melakukan Kunjungan Ulang Di
Poliklinik Penyakit Dalam Rs Astrini Wonogiri”

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/ibu
sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi akan di jaga dan di pergunakan
untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/ibu bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini maka saya mohon kesediaan Bapak/ibu untuk menandatangani
lembar kesediaan yang saya lampirkan.
Demikian atas perhatian, ketersediaan dan kerjasama Bapak/ibu menjadi
responden, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

(Runi Daryanti)
Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien Hipertensi Dalam

Melakukan Kunjungan Ulang Di Poliklinik Penyakit Dalam Rs Astrini

Wonogiri

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis kelamin :
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden
penelitian yang di lakukan oleh saudari Runi Daryanti Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Estu Utomo Boyolali. Saya menyatakan tidak keberatan
untuk memberikan informasi dan penjelasan yang sebenar-benarnya.
Demikian surat pernyatan ini kami buat dengan sebenar-benarnya
untuk dipergunakan sebagimana mestinya.

Wonogiri, ...........Desember 2021


Responden

(..........................)
Lampiran 3 :

KUESIONER
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP
MOTIVASI PASIEN HIPERTENSI UNTUK MELAKUKAN
KUNJUNGAN PELAYANAN DIPOLIKLINIK DALAM RSU ASTRINI
WONOGIRI

Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan Terakhir :
B. KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
Berilah tanda check (√) pada jawaban yang sesuai dengan yang anda
alami dan anda rasakan.

No Dukungan Ya Tidak
Dukungan Informasional
1. Saya diingatkan keluarga untuk melakukan Kunjungan kunjungan
ualgn sesuai jadwal secara rutin
2. Keluarga mengingatkan saya untuk minum Obat rutin dan control
rutin
3. Keluarga menginginkan saya untuk Mematuhi larangan makanan
buat hipertensi
4. Keluarga saya bertanya tentang kapan jadwal Kunjungan ulang
hipertensi kepada saya di RS di poliklinik dalam
5. Keluarga saya membiarkan perilaku-perilaku yang memperburuk
kondisi saya
6. Keluarga saya merasa keberatan bila mengantar jadwal periksa ke
RS Poliklinik Dalam dengan alasan jarak nya kejahuan
7. Keluarga saya tidak ada waktu mengantar setiap saya periksa ke
RS
Dukungan Instrumental

8. Keluarga saya memakai fasilitas (kendaraan) jika saya ingin pergi


untuk mengontrol hipertensi di RS .
9. Keluarga bersedia membiayai biaya pemeriksaan dan pengobatan
No Dukungan Ya Tidak
10. Semua anggota keluarga saya berpergian pada saat saya terdapat
jadwal untuk pengontrolan hipertens RS di Poliklinik Dalam
11. Keluarga bersedia membantu memenuhi kebutuhan peningkatan
kesehatan saya
12. Keluarga melengkapi fasilitas untuk saya berolah raga

13. Keluarga mengabaikan waktu untuk berkumpul bersama

Dukungan Penghargaan

14. Keluarga memaklumi kondisi yang saya alami saat ini

15. Keluarga saya mengurusi urusannya masingmasing, dan masa


bodoh terhadap saya
16. Keluarga memberi pujian kepada saya ketika saya teratur
melakukan pengontrolan hipertensi
17. Keluarga mengabaikan saya pada saat setelah meminum obat
antihipertensi
18. Keluarga melibatkan saya dalam mengambil keputusan untuk
melakukan pengontrolan hipertensi
19. Keluarga mengabaikan saya jika kehilangan minat untuk
melakukan pengontrolan hipertensi di Poliklinik Dalam RS .

Dukungan Emosional
20. Keluarga mendampingi saya saat melakukan pengontrolan
hipertensi
21. Keluarga mengabaikan saya untuk tetap menjaga kesehatan

22. Keluarga bersedia mendengarkan saya ketika menceritakan


tentang keluhan yang saya alami
23. Keluarga menjauhi saya selama kondisi saya kurang baik

24. Keluarga tetap memperhatikan saya selama kondisi saya kurang


baik
25. Keluarga mengabaikan keperluan saya selama melakukan
pengontrolan hipertensi
C. KUESIONER MOTIVASI
Berilah tanda check (√) pada jawaban yang sesuai dengan yang anda alami
dan anda rasakan

No Dukungan Ya Tida
k

Motivasi Instrinsik
1. Saya melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit atas kemauan saya
sendiri
2. Saya melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit dipaksa oleh anggota
keluarga
3. Saya tidak melakukan kunjungan ulang hipertensi sesuai jadwal

4. Saya melakukan kunjungan ulang hipertensi sesuai jadwal

5. Saya merasa tenang meskipun tidak melakukan kunjungan ulang ke


rumah sakit
6. Saya merasa tidak tenang meskipun tmelakukan kunjungan ulang ke
rumah sakit
7. Saya selalu menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai
jadwal
8. Saya tidak menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai
jadwal
9. Saya pergi ke RS di poliklinik Dalam walaupun sedang hujan

10. Saya tidak pergi ke RS di poliklinik Dalam walaupun tidak ada kegiatan

Motivasi Ekstrinsik

11. Saya datang kembali ke rumah sakit jika ada yang mengantar

12. Saya tidak datang kembali ke rumah sakit jika ada yang mengantar

13. Saya ke Poliklink Dalam RS agar mendapatkan pujian dari keluarga saja

14. Saya tidak ke Poliklink Dalam agar orang lain tahu saya bias sembuh
tanpa berobat
15. Saya melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit

16. Saya tidak melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit


17. Saya ke Poliklinik Dalam RS didampingi oleh keluarga saya

18. Saya tidak ke Poliklinik Dalam RS walaupun didampingi oleh keluarga


saya
19. Saya mengurungkan niat untuk melakukan pengontrolan Hipertensi di
poliklinik Penyakit Dalam karena tidak diberikan uang saku dan jaraknya
jauh oleh keluarga saya
20. Saya selalu niat untuk melakukan pengontrolan Hipertensi di poliklinik
Penyakit Dalam walaupuan tidak diberikan uang saku dan jaraknya jauh
oleh keluarga saya

Anda mungkin juga menyukai