Disusun Oleh:
Kelompok 3
Asri Putri Kisfandari (7318002)
Nadhira (7318039)
Nadhira (7318039)
Hari :
Tanggal :
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
................................................. ...............................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
petunjuk dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan mengenai
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
SINISTRA” dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun guna memenuhi
tugas PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH di RSNU Jombang.
Semoga dengan membaca laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
SINISTRA”.
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari
lapisan muscular aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong
dan isi hernia (Wim Dejong, 2008). Kebanyakan masyarakat yang beraktivitas
terlalu berat, mengangkat beban terlalu berat karena masyarakat tidak tahu
ilmu untuk mengangkat beban itu sendiri sehingga masyarakat tidak menyadari
menghiraukan sakit yang mereka rasakan seperti halnya nyeri, dan mereka juga
hanya beranggapan bahwa nyeri itu hanyalah penyakit lambung biasa tanpa ada
Rumah Sakit terdekat, masyarakat hanya memberikan obat penawar rasa nyeri
pada data World Health Organization (2010), dimana penderita hernia segala
termasuk Indonesia.
Bank data Depatemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan
khususnya hernia, menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus. Dan
273 kasus diantaranya meninggal dunia. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya
terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita. Sedangkan untuk pasien
rawat jalan, hernia masih menempati urutan ke-8. Dari 41.516 kunjungan,
sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan baru dengan 8.799 pasien pria dan
Secara umum hernia lebih sering terjadi pada orang yang sudah lanjut
usia, karena pada usia lanjut dinding otot sudah lemah, sehingga sangat
berpeluang terjadinya hernia. Dan umumnya terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan dan lebih sering pada sisi kanan dari pada kiri abdomen. Dan
2009).
berat badan, menghindari terlalu mengejan saat miksi dan pada saat defekasi.
Solusi agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah sesegera mungkin klien
tentang penyakit hernia, terkait dengan bagaimana terjadinya penyakit dan hal-
hal yang menyebabkan hernia serta penanganannya. Upaya preventif dengan
menghindari faktor resiko antara lain obesitas, batuk kronis, terlalu sering
mengejan, serta mengangkat barang berat. Upaya kuratif antara lain dengan
pembedahan dan terapi medis yaitu pemberian antibiotik dan analgesik. Upaya
mengangkat beban terlalu berat dan faktor resiko lain yang dapat menyebabkan
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang?
C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
D. Tujuan Khusus
a. Mengkaji keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
b. Menentukan diagnosis keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
d. Mengimplementasikan keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
e. Mengevaluasi status kesehatan pada pasien hernia di RSNU jombang
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Hernia
2. Epidemiologi
testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya
tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh
stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka,
inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan
perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat
3. Etiologi
a. Congenital
b. Obesitas
c. Kehamilan
d. Mengejan
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
lateralis akuisita.
1. Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri
atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
2. Hernia ireponibel
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri
tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkar
pertolongan segera.
6. Gejala Klinis
tidur.
massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual dan
muntah
7. Pemeriksaan Fisik
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan
Palpasi: Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda
sarung tangan sutera, tetapi umumnya tandi ini sukar ditentukan. Kantong
hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet), atau ovarium, dengan jari telunjuk atau jari
kelingking, pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan
isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi,
pada waktu jari masih berada adalam anulus eksternus, pasien diminta
lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis.
Auskultasi: penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan
8. Pemeriksaan Diagnostik
longitudinal.
e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul
paget.
adanya darah.
perbaikan operasi
9. Terapi
Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal tanpa
kasur).
c. Terapi farmakologi
3. Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut.
10. Penatalaksanaan
lain:
(dengan cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan
lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan post operatif yang
ditegakkan.
berikut:
dinding perut.
memenuhi kanal.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
adanya benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada abdomen. Melakukan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala:
tubuh
Tanda:
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi
c. Integritas Ego
e. Kenyamanan
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya,
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
a. Nyeri akut
diharapkan
KH:
nyeri.
Intervensi Rasional
- stimulasi internal.
dan menghubungkan berapa
- Pengetahuan yang akan
lama nyeri akan berlangsung.
dirasakan membantu
- Kolaborasi dengan tim medis
mengurangi nyerinya dandapat
pemberian analgetik
–
membantu mengembangkan
rencana terapeutik.
berkurang
KH:
Intervensi Rasional
periode aktivitas.
c. Resiko infeksi
lunak
KH:
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
Intervensi Rasional
hari kedua pasca bedah dan diulang local dan akan memperlama
sehingga mencegah
bedah.
pesanan dokter
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
diharapkan
KH:
- BB bertambah 3 kg
Intervensi Rasional
kalori/protein. penyembuhan.
sebelumke pasien
5. EVALUASI
Dx I
nyeri.
DX II
DX III
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan
DX IV
- BB bertambah 3 kg
JOMBANG
A. BIODATA
Nama : Tn. B
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :-
No register : 370147
B. KELUHAN UTAMA
nyeri.
- Tidak ada
- Tidak ada
F. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
3. Pola makan dan minum : Menurun pada pola makan dan minum
didepan rumah
G. DATA PSIKOSOSIAL
- Cemas
H. DATA SPIRITUAL
- Spiritual baik
I. PEMERIKSAAN FISIK
2. TTV
- TD : 130/80
- Nadi : 80
- Suhu : 36
- RR : 20
- BB : 56 kg
- TB : 160 cm
3. Pemeriksaan kepala dan leher
- Palpasi: tidak ada pembesaran kalenjer tiroid dan limfe pada leher.
4. Mata
5. Hidung
6. Telinga
- Simetris
7. Mulut
- Lembab
8. Integumen
9. Thorax/dada
10. Abdomen
sebelah kiri, asimetri pada kedua sisi bilateral inguinalis. Dan ketika
sebelah kiri.
12. Muskuloskeletal
- Mengalami kelemahan
13. Neorologi
- Lemah
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Lab
ALC 2.750
NLR 1,8
K. PENATALAKSANAAN/ TERAPI
PRE OPERASI
PENYEBAB
1 S:
benjolan di
O:
- TD: 130/80
- Tampak meringis
(ringan)
2 S:
- TD: 130/80
- S: 36,6
cemas
Cemas
POST OPERASI
PENYEBAB
1 S:
di operasi/
sebelah kiri.
- S: 36,3
- Tampak meringis,
- Skala nyeri: 6
(sedang)
BERDASARKAN PRIORITAS
DIAGNOSA TANGGAL
meningkat verbal
(4) cukup
menurun Terapeutik:
tidur
- Pertimbangkan jenis
pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
- Anjurkan menggunakan
fakmakologis untuk
mengurangi nyeri
CATATAN PERKEMBANGAN
25-05- 10.00 S:
2022 wib
Nyeri pada area genitalia
Skala nyeri : 3
Durasi : +10 menit
O:
• KU : lemah
• TD : 130/80
• Nadi : 80
• Suhu : 36
• RR : 26
• Tampak meringis
A: Nyeri Akut
P:
• observasi ttv
• mengidentifikasi lokasi nyeri
• mengidentifikasi skala nyeri
• mengidentifikasi faktor yang
memperberat nyeri
• kontrol lingkungan penyebab nyeri
• fasilitasi istirahat dan tidur
-persiapan operasi-
dr. Robby
• acc operasi
• puasa 6 jam pre op
25-05- 18.00
S:
2022
Wib
Nyeri pada area Genetalia
Skala nyeri : 6
Durasi : +10 menit
O:
• KU : lemah
• TD : 130/80 mmHg
• Nadi : 110/menit
• RR : 26
• Suhu : 36,6
• Tampak meringis
A: Nyeri Akut
P:
• observasi ttv
• mengidentifikasi lokasi nyeri
• mengidentifikasi skala nyeri
• mengidentifikasi faktor yang
memperberat nyeri
• kontrol lingkungan penyebab nyeri
• Fasilitasi istirahat dan tidur
kolaborasi dengan dr. Gute
• RL 20 tpm
• Ketorolac 3x1
• Tramadol 100ml/ 8 jam
Bila mual injeksi metoclopramide k/p
O:
• KU : baik
• TD : 130/80
• Nadi : 80
• Suhu : 36
• RR : 25
• Tampak meringis
• Skala nyeri : 3
A: Nyeri akut
P:
•observasi ttv
•mengidentifikasi lokasi nyeri
•mengidentifikasi skala nyeri
•mengidentifikasi faktor yang
memperberat nyeri
Kolaborasi dengan dr. Gutte
EGC
Jakarta: EGC
Smeltzer, Bare. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &