Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA

Disusun Oleh:

Kelompok 3
Asri Putri Kisfandari (7318002)

Chyntia Hadinia Pratiwi (7318011)

Selly Wahyuningtyas Santosa (7318022)

Royyatus Sholehah (7318031)

Nadhira (7318039)

Brian Handika Rama Pangesti (7318040)

PRODI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B dengan “Hernia

Inguinalis Lateralis Sinistra” di Ruang Rawat Inap 3 (23A) RSNU Jombang

Nama Mahasiswa : Asri Putri Kisfandari (7318002)

Chyntia Hadinia Pratiwi (7318011)

Selly Wahyuningtyas Santosa (7318022)

Royyatus Sholehah (7318031)

Nadhira (7318039)

Brian Handika Rama Pangesti (7318040)

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui dan disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

................................................. ...............................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
petunjuk dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan mengenai
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
SINISTRA” dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun guna memenuhi
tugas PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH di RSNU Jombang.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat memberikan wawasan bagi kami. Kritik yang baik dari
pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya.

Semoga dengan membaca laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
SINISTRA”.

Jombang, 27 Mei 2022

penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia

abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari

lapisan muscular aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong

dan isi hernia (Wim Dejong, 2008). Kebanyakan masyarakat yang beraktivitas

terlalu berat, mengangkat beban terlalu berat karena masyarakat tidak tahu

ilmu untuk mengangkat beban itu sendiri sehingga masyarakat tidak menyadari

dan tidak pernah menghiraukan kesehatannya. Mereka juga tidak

menghiraukan sakit yang mereka rasakan seperti halnya nyeri, dan mereka juga

hanya beranggapan bahwa nyeri itu hanyalah penyakit lambung biasa tanpa ada

kecurigaan yang lain sehingga masyarakat tidak cepat-cepat untuk pergi ke

Rumah Sakit terdekat, masyarakat hanya memberikan obat penawar rasa nyeri

saja karena masyarakat beranggapan bahwa nyeri itu hanyalah penyakit

lambung. Dari ketidakhirauan yang ada dimasyarakat itulah ketika mereka

memeriksakannya ke rumah sakit ternyata mereka di diagnosa hernia yang

sudah parah dan biasanya langsung tindakan operasi (Sjamsuhidayat, 2008).

Penderita hernia tiap tahunnya meningkat. Hal tersebut dapat terlihat

pada data World Health Organization (2010), dimana penderita hernia segala

jenis mencapai 19.173.279 penderita (12,7%) dengan penyebaran paling

banyak adalah di daerah negara-negara berkembang seperti asia tenggara

termasuk Indonesia.
Bank data Depatemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan

bahwa distribusi penyakit sistem pencernaan pada pasien rawat inap,

khususnya hernia, menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus. Dan

273 kasus diantaranya meninggal dunia. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya

terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita. Sedangkan untuk pasien

rawat jalan, hernia masih menempati urutan ke-8. Dari 41.516 kunjungan,

sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan baru dengan 8.799 pasien pria dan

4.922 pasien wanita. (Depkes RI, 2011).

Secara umum hernia lebih sering terjadi pada orang yang sudah lanjut

usia, karena pada usia lanjut dinding otot sudah lemah, sehingga sangat

berpeluang terjadinya hernia. Dan umumnya terjadi pada laki-laki dari pada

perempuan dan lebih sering pada sisi kanan dari pada kiri abdomen. Dan

adapun faktor presipitasi yang dapat mengakibatkan hernia, antara lain:

obesitas, kehamilan, mengejan, batuk kronis, mengangkat beban berat (Agung,

2009).

Untuk mencegah terjadinya hernia dapat dilakukan dengan upaya

menghindari mengangkat benda berat, turunkan berat badan jika kelebihan

berat badan, menghindari terlalu mengejan saat miksi dan pada saat defekasi.

Solusi agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah sesegera mungkin klien

penderita hernia di operasi herniotomy. Peran perawat sangat penting dalam

memberikan asuhan keperawatan yang meliputi tindakan promotif, preventif,

melakukan tindakan kolaboratif dengan tim medis dalam pelaksanaan kuratif

dan rehabilitatif. Upaya promotif dengan memberikan pendidikan kesehatan

tentang penyakit hernia, terkait dengan bagaimana terjadinya penyakit dan hal-
hal yang menyebabkan hernia serta penanganannya. Upaya preventif dengan

menghindari faktor resiko antara lain obesitas, batuk kronis, terlalu sering

mengejan, serta mengangkat barang berat. Upaya kuratif antara lain dengan

pembedahan dan terapi medis yaitu pemberian antibiotik dan analgesik. Upaya

rehabilitatif dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada pasien post

operasi hernia agar mengkonsumsi makan tinggi serat, menghindari

mengangkat beban terlalu berat dan faktor resiko lain yang dapat menyebabkan

terjadinya hernia. (Suratun & Lusianah, 2010).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang?

C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang

D. Tujuan Khusus
a. Mengkaji keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
b. Menentukan diagnosis keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
d. Mengimplementasikan keperawatan pada pasien hernia di RSNU jombang
e. Mengevaluasi status kesehatan pada pasien hernia di RSNU jombang
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT HERNIA

1. Definisi Hernia

Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan

abnormal atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah

tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana

organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup

(Jitiwoyono & Kristiyanasari, 2010).

Hernia inguinalis lateralis (indireek) adalah hernia yang melalui

anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika

inferior, menyusuri kanalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus

inguinalis eksternus (Siti Aisyah, Dkk 2013).

Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah

inguinalis, di daerah lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Hernia Inguinalis Interalis (indirek)

Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum

melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh

epigastrika inferior, lalu hernia masuk ke kanalis inguinalis dan jika

cukup panjang, menonjol dan keluar dari anulus inguinalis eksternum

lebih banyak terjadi pada laki-laki usia muda.


b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)

Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa

epigastrika inferior didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach lebih

banyak terjadi pada orang tua.

2. Epidemiologi

Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak.

Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang

sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya

testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya

tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang

menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia banyak diderita

oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh

dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan

stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka,

penyakit hernia akan segera menghinggapinya. 70% dari seluruh hernia

abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di

umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya.

Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis

dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis

mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia

inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan

perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat

terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,


kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh

kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.

3. Etiologi

Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a. Congenital

b. Obesitas

c. Kehamilan

d. Mengejan

e. Kelemahan dinding abdomen

f. Batuk kronis karena PPOK

g. Peningkatan tekanan abdomen karena sering mengangkat benda berat

h. Trauma atau regangan yang berat

i. Degenerasi sendi intervertebralis


4. Patofisiologi
5. Klasifikasi

Klasifikasi hernia, antara lain:

a. Macam-macam hernia berdasarkan terjadinya

1. Hernia Bawaan (Kongenital)

Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): Kanalis

inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan

testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga

terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis

peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah

mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui

kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak

menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka

biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis

yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus

terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia

inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah

menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka

pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,

kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul herniainguinalis

lateralis akuisita.

2. Hernia Didapat (Akuisita)

Ditimbulkan karena factor pemicu. Terjadi setelah dewasa atau


pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang

meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,

konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur

uretra), ascites dan sebagainya.

b. Macam-macam hernia berdasarkan sifatnya

1. Hernia reponibel/reducible

Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri

atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,

tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

2. Hernia ireponibel

Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam

rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri

tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus

= perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun

tanda sumbatan usus.

3. Hernia strangulata atau inkarserata

Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkar

serata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam

rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau

vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan

untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan

vaskularisasi disebut sebagai “herniastrangulata”. Hernia strangulata

mengakibatkan nekrosisd ari isi abdomen di dalamnya karena tidak

mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini


merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlumen dapat

pertolongan segera.

6. Gejala Klinis

a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering

tampak menonjol. Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau

tidur.

b. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan

c. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan,

massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual dan

muntah

d. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus

yang tidak terdengar, feses yang mengandung darah

e. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar

hingga gluteus,tungkai, kaki, dan biasanya unilateral

7. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: Secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada abdomen.

Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan

pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas

peningkatan intraabdominal, seperti mengedan untuk menilai adanya

penonjolan pada lipat paha.

Palpasi: Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada

funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang

memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda
sarung tangan sutera, tetapi umumnya tandi ini sukar ditentukan. Kantong

hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba

usus, omentum (seperti karet), atau ovarium, dengan jari telunjuk atau jari

kelingking, pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan

kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah

isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi,

pada waktu jari masih berada adalam anulus eksternus, pasien diminta

mengedan. Apabila ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis

lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia

inguinalis medialis.

Perkusi: Akan terdengar suara hipertimpani.

Auskultasi: penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan

gejala obstruksi intestinal.

8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.

b. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus

yang terhernisiasi. Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat

memberikan gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan

longitudinal.

c. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.

d. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari

ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.

e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul

(sendi sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya


penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan, dan

vertebra yang tidak stabil.

f. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada

pemeriksaan miolegrafi radikuografi, diskografi, serta kadang-kadang

diperlukan venografi spinal.

g. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop

Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit

paget.

h. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan

dari miogram terbatas.

i. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi,

adanya darah.

j. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian pasien

tertentu. Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel dan hernia

inguinalis. Ultrasonografi mampu menemukan kantung berisi cairan

di dalam skrotum, yang akan adekuat dengan diagnosis hidrokel.

k. Laparoskopi adalah metode yang sangat efektif untuk menentukan

adanya hernia inguinalis tetapi hanya digunakan selektif karena

memerlukan anestesi dan pembedahan. Laparoskopi dapat berguna

untuk menilai sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi

keberadaan hernia inguinalis berulang pada pasien dengan riwayat

perbaikan operasi
9. Terapi

Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal tanpa

kasur).

a. Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.

b. Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.

c. Terapi farmakologi

1. Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.

2. Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.

3. Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut.

4. Chemonudeolysis untuk herniasi lumbal.

5. Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air dan

proteoglikan dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan

subsekuen pada akar saraf.

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif antara

lain:

a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi

(dengan cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi

hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif

dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan,

lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang)

yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia

terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis


strangulasi. Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan

menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah

menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini

biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi

atau terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak

dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit

dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan

strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat

menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali

sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan

penyangga tidak menyembuhkan hernia.

b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis,

terutama jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu

diagnosis ditegakkan. Banyak pasien hernia inguinal yang memiliki

gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien ini observasi

dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala

minimal jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi

hingga gejala memberat dinyatakan aman. Operasi hernia dapat

dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup). Menurut beberapa

penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang lebih baik

daripada operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian

menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal secara laparoskopi

lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan post operatif yang

lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan pasien


lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih

rendah daripada pasien yang menjalani operasi anterior konvensional.

Namun kekurangannya ialah waktu operasi yang sedikit lebih

panjang, penggunaan anestesi umum, dan biaya yang lebih mahal.

Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan

jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosis

ditegakkan.

Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah sebagai

berikut:

1. Herniotomi: membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada anak-

anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan

dinding perut.

2. Hernioplasti: membuang kantong hernia disertai tindakan bedah

plastic untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang

kanalis inguinalis. Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis,

meliputi hal-hal berikut:

a. Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan resiko

hernia inkarserataatau hernia strangulata.

b. Nyeri hebat, yang merupakan respons masuknya penonjolan

memenuhi kanal.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan

adanya benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada abdomen. Melakukan

pemeriksaan fisik dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi. Pola kebutuhan dasar:

a. Aktivitas/istirahat

Gejala:

1. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk dan

mengemudi dalam waktu lama Membutuhkan papan/matras yang

keras saat tidur

2. Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian

tubuh

3. Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

Tanda:

Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.

b. Eliminasi

Gejala: konstipasi

c. Integritas Ego

Gejala: ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah

pekerjaan financial keluarga

Tanda: tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga


d. Neurosensori

Gejala: kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki

Tanda: penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia.

Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri

e. Kenyamanan

Gejala: nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk

dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya,

nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.

2. DIAGNOSA

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyakit yang dialami

c. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan

3. INTERVENSI

a. Nyeri akut

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x…. jam

diharapkan

nyeri klien dapat berkurang/ hilang

KH:

- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.


- Skala nyeri 1-3 (0-10).

- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan

nyeri.

- Pasien tidak gelisah

Intervensi Rasional

- Kaji respons nyeri dengan - Pendekatan komprehensif

pendekatan -PQRST untukmenentukan rencana

- Lakukan manajemen nyeri intervensi.

keperawatan, - Istirahat secara fisiologis akan

- Istirahatkan pasien pada saat menurunkan kebutuhan oksigen

nyeri muncul. yang diperlukan untuk

- Ajarkan teknik distraksi pada memenuhi kebutuhan

saat nyeri. metabolisme basal.

- Tingkatkan pengetahuan - Distrraksi (pengalihan

tentang: sebab- sebab nyeri, perhatian) dapat menurunkan

- stimulasi internal.
dan menghubungkan berapa
- Pengetahuan yang akan
lama nyeri akan berlangsung.
dirasakan membantu
- Kolaborasi dengan tim medis
mengurangi nyerinya dandapat
pemberian analgetik

membantu mengembangkan

kepatuhan pasien terhadap

rencana terapeutik.

- Analgetik memblok lintasan


nyeri sehingga nyeri akan

berkurang

b. Gangguan rasa nyaman

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x…. jam

diharapkan pasien merasa nyaman

KH:

- Pasien tidak cemas

- Pasien dapat tidur dengan nyenyak

- Pasien tidak gelisah

Intervensi Rasional

- Kaji toleransi pasien terhadap - Parameter menunjukan respon

aktivitasdengan menggunakan fisiologi pasien terhadap

TTV, dipsnea,nyeri dada, stress, aktivitas danindicator

kelelahan berat dan kelemahan, derajat pengaruh kelebihan

berkeringat, pusing atau kerja

pingsan. - Stabilitas fisiologis pada

- Kaji kesiapan untuk istirahat penting untuk

meningkatkan aktivitas contoh: memajukan tingkat aktivitas

penurunan kelemahan/ individual.

kelelahan, TD stabil, - Mengurangi kecemasan yang


frekwensi nadi, peningkatan dialami klien.

perhatian pada aktivitas dan - Seperti jadwal meningkatkan

perawatan diri. toleransi

- Berikan bantuan sesuai - Terhadap kemajuan aktivitas

kebutuhan dan. dan mencegah kelemahan.

- Dorong pasien untuk

partisifasi dalam memilih

periode aktivitas.

c. Resiko infeksi

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama.….x…jam

diharapkan tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integrasi jaringan

lunak

KH:

- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan

peradangan pada area luka pembedahan.

- Leukosit dalam batas normal.

- TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasional

- Kaji jenis pembedahan, hari - Mengidentifikasi kemajuan atau

pembedahan, dan apakah ada order penyimpanan dari tujuan yang

khusus dari tim dokter bedah dalam diharapkan.


melakukan perawatan luka. - Kondisi bersih dan kering akan

- Buat kondisi balutan dalam menghindari kontaminasi

keadaan bersih dan kering komensal. Sebaliknya jika

- Lakukan perawatan luka. dalam keadaan basah akan

- Lakukan perawatn luka steril pada menyebabkan respons inflamasi

hari kedua pasca bedah dan diulang local dan akan memperlama

setiap dua -hari. penyembuhan luka.

- Kolaborasi penggunaan antibiotic - Perawatan luka sebaiknya tidak

setiap hari untuk menurunkan

kontak tindakan dengan luka

yang dalam kondisi steril

sehingga mencegah

kontaminasi kuman ke luka

bedah.

- Antibiotic injeksi diberikan

selama satu hari pasca bedah

yang kemudian dilanjutkan

antibiotic oral sampai jahitan

dilepas. Peran perawat

mengkaji adanya reaksi dan

riwayat alergi antibiotic, serta

memberikan antibiotic sesuai

pesanan dokter
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama.….x…jam

diharapkan

kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

KH:

- Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)

- BB bertambah 3 kg

- Tidak mual dan muntah

Intervensi Rasional

- Auskultasi bising usus. - Immobilitas dapat menutunkan

- Anjurkan makan sedikit tapi bising usus.

sering. - Membantu mencegah distensi

- Dorong pasien untuk gaster atau ketidaknyamanan dan

memandang diet sebagai meningkatkan pemasukan.

pengobatan dan untuk - Kalori dan protein diperlukan

membuat pilihan makanan untuk mempertahankan berat

minuman tinggi badan dan meningkatkan

kalori/protein. penyembuhan.

- Lakukan oral hygiene - Mulut yang bersih dapat

sebelum makan. meningkatkan rasa dan nafsu

- Kolaborasi dengan ahli gizi makan yang baik.

dalam pemberian nutrisi - Untuk memenhi kebutuhan nutrisi


4. IMPLEMENTASI

Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan

sebelumke pasien

5. EVALUASI

Dx I

- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.

- Skala nyeri 1-3 (0-10).

- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan

nyeri.

- Pasien tidak gelisah

DX II

- Pasien tidak cemas

- Pasien dapat tidur dengan nyenyak

- Pasien tidak gelisah

DX III

- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan

peradangan

- Pada area luka pembedahan.

- Leukosit dalam batas normal.

- TTV dalam batas normal.

DX IV

- Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)

- BB bertambah 3 kg

- Tidak mual dan muntah


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIL SINISTRA DI RSNU

JOMBANG

A. BIODATA

Nama : Tn. B

Umur : 65 tahun

Agama : Islam

Alamat : Delik RT 04/RW 02, Kesamben, Ngoro

Pendidikan :-

Pekerjaan : Tidak bekerja

Tanggal MRS : 25-05-22

Dx medis : HIL Sinistra

No register : 370147

Tgl pengkajian : 26-05-22

B. KELUHAN UTAMA

- Nyeri di selangkangan sebelah kiri

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

- Pasien megatakan ada benjolan diselangkangan sebelah kiri dan terasa

nyeri.

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

- Tidak ada

E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Tidak ada
F. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Pola tidur/istirahat : Baik, nyenyak

2. Pola eliminasi : Sulit BAK dan BAB

3. Pola makan dan minum : Menurun pada pola makan dan minum

4. Pola kebersihan diri : Baik

5. Pola kegiatan : Terbatas

6. Pola hubungan peran : Baik

7. Pola seksual : Tidak terpenuhi

8. Pola penangggulanan stress : Jalan-jalan, terkadang duduk-duduk

didepan rumah

G. DATA PSIKOSOSIAL

- Cemas

H. DATA SPIRITUAL

- Spiritual baik

I. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : lemah

2. TTV

- TD : 130/80

- Nadi : 80

- Suhu : 36

- RR : 20

- GCS : 456 (composmentis)

- BB : 56 kg

- TB : 160 cm
3. Pemeriksaan kepala dan leher

- Inpeksi : ekspresi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit

- Palpasi: tidak ada pembesaran kalenjer tiroid dan limfe pada leher.

- Rambut: Bergelombang, tipis, beruban

4. Mata

- Sklera putih, konjungtiva tidak anemis

5. Hidung

- Tidak terdapat mukus, pernapasan baik

6. Telinga

- Simetris

7. Mulut

- Lembab

8. Integumen

- Keriput, turgor kulit normal

9. Thorax/dada

- Inspeksi: Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernapasan.

- Palpasi: Denyutan jantung teraba cepat, nyeri tekan (-)

- Perkusi: Jantung dullness

- Auskultasi: Suara nafas normal

10. Abdomen

- Inspeksi: Terdapat penonjolan/ pembengkakan pada selangkangan

sebelah kiri, asimetri pada kedua sisi bilateral inguinalis. Dan ketika

dilakukan manuver valsava, benjolan tampak membesar.


- Palpasi: Ditemukan nyeri tekan di area benjolan/ selangkangan

sebelah kiri.

11. Kelamin dan daerah sekitarnya

- Selangkangan sebelah kiri terdapat benjolan dan terasa nyeri.

12. Muskuloskeletal

- Mengalami kelemahan

13. Neorologi

- Lemah

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Hasil EKG: Sinus Rhytm

- Pemeriksaan Lab

Pemeriksaan Hasil Status Nilai rujukan

LIDS 182 mg/dl <200

HIS 13,8 g/dl 7,7-11,4

Leukosit 8700 /cmm 9.700-10.700

Erirosit 4,58 Jt/ul

Hematokrit 44,5 % 40-48

Trombosit 297.000 /cmm 150.000-350.000

ALC 2.750

NLR 1,8

K. PENATALAKSANAAN/ TERAPI

Cairan : NaCL 0,9 %

Injeksi : Anbacym 1 gr Profilaxis, Santa 3x1, Ranitidine 3x1

Oral : Cefixime 200/12 jam, Ponsamic 500/8 jam


ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. B Dx. Medis : HIL Sinistra

No. Register : 370147 Ruangan : 23A

PRE OPERASI

No KELOMPOK DATA KEMUNGKINAN MASALAH

PENYEBAB

1 S:

Px mengatakan terdapat Beban sewaktu kerja Nyeri akut

benjolan di

selangkangan sebelah Peningkatan tekanan

kiri terasa nyeri. abdomen

O:

- KU: Lemah Mengalami HIL Sinistra

- TD: 130/80

- N: 110 Terdapat benjolan dan

- S: 36,6 terasa nyeri di

- RR: 26 selangkangan sebelah kiri

- Tampak meringis

- Skala nyeri : 3 Nyeri akut

(ringan)

2 S:

Px mengatakan merasa Beban sewaktu kerja Ansietas

cemas dan gelisah.


O: Peningkatan tekanan

- KU: Lemah abdomen

- TD: 130/80

- N: 110 Mengalami HIL Sinistra

- S: 36,6

- RR: 26 Harus dilakukan operasi

- Tampak gelisah/ (pembedahan)

cemas

- Otot tegang Otot tegang, nadi dan

- Keringat dingin nafas meningkat

Cemas

POST OPERASI

No KELOMPOK DATA KEMUNGKINAN MASALAH

PENYEBAB

1 S:

- Px mengatakan Pasien dengan HIL Nyeri akut

nyeri dibagian yang Sinistra

di operasi/

selangkangan Prosedur pembedahan

sebelah kiri.

O: Terdapat luka sayatan


- KU: Lemah yang disebakan karena

- TD: 120/80 pembedahan

- N: 82 (Luka post operasi)

- S: 36,3

- RR: 20 Timbul respon nyeri

- Tampak meringis,

merintih sakit. Nyeri akut

- Skala nyeri: 6

(sedang)

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

BERDASARKAN PRIORITAS

Nama Klien : Tn. B Dx. Medis : HIL Sinistra

No. Register : 370147 Ruangan : 23A

DIAGNOSA TANGGAL

NO KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI TTD

1 Nyeri Akut 25-05-2022 26-05-2022


RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. B Dx. Medis : HIL Sinistra

No. Register : 370147 Ruangan : 23A

No. DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut Luaran utama: Manajemen Nyeri

berhubungan Tingkat nyeri Tindakan

dengan Luaran tambahan: Observasi:

pencederaan fisik kontrol nyeri - Identifikasi lokasi

(prosedur operasi) Kriteria hasil: karakteristik durasi,

- Kemampuan frekuensi, kualitas,

mengenali intensitas nyeri

penyebab nyeri - Identifikasi skala nyeri

(4) cukup - Identifikasi nyeri non-

meningkat verbal

- Kemampuan - Identifikasi faktor yang

menggunakan memperberat dan

terknik non- memperingan nyeri

farmakologi (3) - Identifikasi pengaruh

sedang nyeri pada kualitas

- Keluhan nyeri hidup

(4) cukup

menurun Terapeutik:

- Penggunaan - Kontrol lingkungan


analgetik (3) yang memperberat nyeri

sedang - Fasilitasi istirahat dan

tidur

- Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri dalam

pemilihan strategi

meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan

analgesik secara cepat

- Anjurkan teknik non-

fakmakologis untuk

mengurangi nyeri

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. B Dx. Medis : HIL Sinistra

No. Register : 370147 Ruangan : 23A

Tanggal Jam No.Dx Catatan Perkembangan TTD

25-05- 10.00 S:
2022 wib
Nyeri pada area genitalia

Lokasi : Selangkangan kiri

Nyeri : Hilang timbul

Skala nyeri : 3
Durasi : +10 menit

O:

• KU : lemah
• TD : 130/80
• Nadi : 80
• Suhu : 36
• RR : 26
• Tampak meringis
A: Nyeri Akut

P:

• observasi ttv
• mengidentifikasi lokasi nyeri
• mengidentifikasi skala nyeri
• mengidentifikasi faktor yang
memperberat nyeri
• kontrol lingkungan penyebab nyeri
• fasilitasi istirahat dan tidur

13.00 kolaborasi dengan dr. Gute

Wib • pemberian cairan Nacl 0,9%


• ambacym 1 gr
• injeksi santa 3x1
• injeksi ranitidine 3x1
rencana operasi pukul 14.00

-persiapan operasi-

dr. Robby

• acc operasi
• puasa 6 jam pre op

25-05- 18.00
S:
2022
Wib
Nyeri pada area Genetalia

Lokasi : selangkangan kiri

Nyeri : hilang timbul

Skala nyeri : 6
Durasi : +10 menit

O:

• KU : lemah
• TD : 130/80 mmHg
• Nadi : 110/menit
• RR : 26
• Suhu : 36,6
• Tampak meringis
A: Nyeri Akut

P:

• observasi ttv
• mengidentifikasi lokasi nyeri
• mengidentifikasi skala nyeri
• mengidentifikasi faktor yang
memperberat nyeri
• kontrol lingkungan penyebab nyeri
• Fasilitasi istirahat dan tidur
kolaborasi dengan dr. Gute

• pemberian cairan Nacl 0,9%


• injeksi santa
• injeksi ranitidine
• injeksi ambacym
bila tidak adak keluhan, bisa KRS

kolaborasi dengan dr. Robby

• RL 20 tpm
• Ketorolac 3x1
• Tramadol 100ml/ 8 jam
Bila mual injeksi metoclopramide k/p

26-05- 11.00 S: nyeri pada selangkangan kiri (luka post


2022 wib op)

O:

• KU : baik
• TD : 130/80
• Nadi : 80
• Suhu : 36
• RR : 25
• Tampak meringis
• Skala nyeri : 3
A: Nyeri akut

P:

•observasi ttv
•mengidentifikasi lokasi nyeri
•mengidentifikasi skala nyeri
•mengidentifikasi faktor yang
memperberat nyeri
Kolaborasi dengan dr. Gutte

• injeksi santa 1 ampul


• injeksi ranitidine 1 ampul
• Injeksi ambacym 1 vial
Rencana pasien pulang dengan membawa
obat pulang yang diresepkan oleh dokter
Gutte:

• Cefixime : 200/12 jam


• Posanic : 500/8 jam
Up infus +, rawat luka +

15.00 Pasien KRS


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:

EGC

Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Jakarta: EGC

Nanda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Price, SA, Wilson, LM. 1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku

Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

Smeltzer, Bare. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &

suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai