Oleh:
KELOMPOK C :
KUSUMA PERSADA, S.Kep 1830913310057
AGUS RAHMAT, S.Kep 1830913310056
FATMAWATI, S.Kep 1830913320050
MUHIBBAH, S.Kep 1830913320037
SOLIYANTI, S.Kep 1830913320030
YUNI SUNARNI, S.Kep 1830913320054
Mengetahui,
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, semangat serta kesabaran hati,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan asuhan keperawatan seminar ini yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
PADA PASIEN Tn. SM DENGAN STROKE NON-HEMORAGIK +
DIABETES MELITUS TIPE II + ACS DI RUANG KASUARI RSD IDAMAN
KOTA BANJARBARU”.
Asuhan keperawatan ini merupakan salah satu tugas kelompok yang
diseminarkan pada stase Keperawatan Medikal Bedah. Selesainya penyusunan
asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,
baik secara moril maupun materil. Atas segala bimbingan dan bantuan yang telah
diberikan tersebut, penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Noordiani, S.Kep,Ns,.M.Kep, Sp.Kep.MB, Agianto, S.Kep,Ns.,MNS,Ph.D,
Rismia Agustina, S.Kep,Ns,.M.Kep, Hasby Pri Choiruna, S.Kep,Ns,.M.Kep
sebagai pembimbing akademik yang berkenan memberikan saran dan
arahan dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini.
2. Akhmad Rijani,S.Kep,.Ns, selaku pembimbing lapangan (Clinical
instructur) ruang Kasuari RSD Idaman Banjarbaru kelompok ners C stase
Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan petunjuk dan saran
untuk penyempurnaan asuhan keperawatan ini.
3. Tn. SM dan keluarga, selaku pasien kelolaan yang dibahas dalam asuhan
keperawatan seminar ini yang telah berkenan untuk dikaji dan diangkat
menjadi kasus seminar ini.
4. Kepada semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu yang
telah banyak memberikan bantuan baik materil maupun materil demi
perampungan penyusunan askep ini.
Kami menyadari adanya ketidaksempurnaan dari asuhan keperawatan ini,
karenanya penyusun mengharapkan dengan senang hati menerima kritik maupun
saran yang bersifat membangun yang diharapkan dapat menyempurnakan asuhan
keperawatan ini. Namun demikian, semoga hasil yang telah tertuang ke dalam
ii
asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kesehatan
pada umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya, serta siapa saja yang
memerlukannya. Dengan demikian, penyusun juga mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Kelompok C
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…….....................................................................................1
B. Rumusan Masalah……..……………………………..................................2
C. Tujuan……..……………………………....................................................3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................145
B. Saran…..……..……...…………………………………………...……..146
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat
modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang
dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke
yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental
baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Setyopranoto, 2011).
Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010,
stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah
penyakit jantung dan kanker (Heart Disease and Stroke Statistics 2010
Update: A Report from American Heart Association), menjelaskan bahwa
dari tahun 2008, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke
setiap tahunnya, dengan 610.000 orang mendapat serangan stroke untuk
pertama kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke berulang (NCHS,
2010). Dalam terbitan Journal of the American Heart (JAHA) 2016
menyatakan terjadi peningkatan pada individu yang berusia 25 sampai 44
tahun menjadi (43,8%) (JAHA, 2016).
Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke
tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia.
Diperkirakan jumlah stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke
di dunia. Berdasarkan data riskesdas tahun 2013, stroke bersama-sama
dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya,
juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau
gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes
tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka
Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil (Riskesdas, 2013). Di
1
Indonesia stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
jantung dan kanker. Prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1000 penduduk, 60,7
persennya disebabkan oleh stroke non hemoragik. Sebanyak 28,5 % penderita
meninggal dunia dan sisanya mengalami kelumpuhan total atau sebagian.
Hanya 15 % saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke atau kecacatan
(Nasution, 2013; Halim dkk., 2013).
Stroke non hemoragik dapat didahului oleh oleh banyak faktor pencetus
dan sering kali berhubungan dengan penyakit kronis yang menyebabkan
masalah penyakit vaskular seperti penyakit jantung (acute coronary
syndrome), hipertensi, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, dan stress.
Pada kenyataannya, banyak klien yang datang ke rumah sakit dalam keadaan
kesadaran yang sudah jauh menurun dan stroke merupakan penyakit yang
memerlukan perawatan dan penanganan yang cukup lama. Oleh karena itu
peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien stroke non hemoragik, diabetes melitus dan acute coronary syndrome
serta diharapkan tidak hanya fokus terhadap keadaan fisiknya saja tetapi juga
psikologis penderita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa definisi stroke non-hemoragik, diabetes melitus dan acute coronary
syndrome?
b. Apakah etiologi stroke non-hemoragik, diabetes melitus dan acute
coronary syndrome?
c. Bagaimana patofisiologi stroke non-hemoragik, diabetes melitus dan acute
coronary syndrome?
d. Apa komplikasi stroke non-hemoragik, diabetes melitus dan acute
coronary syndrome?
e. Bagaimana pemeriksaan diagnostik stroke non-hemoragik, diabetes
melitus dan acute coronary syndrome?
f. Bagaimana penatalaksanaan stroke non-hemoragik, diabetes melitus dan
acute coronary syndrome?
2
g. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke non-
hemoragik, diabetes melitus dan acute coronary syndrome?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dalam pembuatan laporan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
konsep dasar stroke non-hemoragik, diabetes melitus dan acute coronary
syndrome, serta asuhan keperawatan pasien dengan stroke non-hemoragik,
diabetes melitus dan acute coronary syndrome.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami definisi stroke non-hemoragik,
diabetes melitus dan acute coronary syndrome
2) Mahasiswa mampu memahami etiologi stroke non-hemoragik,
diabetes melitus dan acute coronary syndrome
3) Mahasiswa mampu memahami patofisiologi stroke non-hemoragik,
diabetes melitus dan acute coronary syndrome
4) Mahasiswa mampu memahami komplikasi stroke non-hemoragik,
diabetes melitus dan acute coronary syndrome
5) Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik stroke non-
hemoragik, diabetes melitus dan acute coronary syndrome
6) Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan stroke non-
hemoragik, diabetes melitus dan acute coronary syndrome
7) Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien dengan stroke non-hemoragik, diabetes melitus dan acute
coronary syndrome
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran darah otak,
stroke dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
a) Stroke Non Haemoragic/ Iskemik
1) Stroke Non Hemoragik Emboli serebri
Stroke emboli adalah jenis stroke akibat adanya sumbatan pada pembuluh
darah otak seperti bekuan lemak, udara dan darah. Trombus yang terlepas
dari jantung dan tersumbat pada sistem arteri disebut emboli (Muttaqin,
2008)
4
jaringan pada otak (Sutrisno, 2010)
b) Stroke hemorragic
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah arteri ke dalam ruang interstitial
otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri tersebut dan
mengganggu vaskularisasi jaringan sekitarnya. Stroke haemoragik digolongkan
menjadi:
1) Sub Arachnoid hemorrhagic
2) Intraserebral hemorrhagic
3) Subdural hematoma
4) Intra ventricular hemorrhagic
3. Etiologi
a. Stroke Emboli
1) Katup-katup jantung yang rusak
2) Fibrilasi atrium, dapat menimbulkan embolus-embulus kecil yang terjadi
akibat adanya pengosongan ventrikel pada darah yang awalnya tebentuk
dari gumpalan-gumpalan kecil
3) Endokarditis, terjadi dikarenakan adanya infeksi dari berbagai maca bakteri
atau non bakteri yang menyebabkan terbentuknya suatu gumpalan-
gumpalan di endocardium
4) Penyakit jantung tanpa aritmia. trombos murni (stenosis mitral, miokardium
dan sebagainya)
5) Komplikasi pembedahan jantung (Setyanegra, 2010)
b. Stroke Trombotik
1) Aterosklerosis
2) Trombus
3) Embolus
4) Obat-obatan yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah (misalnya,
antidepresan, antiparkinson, dekongestan, dll)
5) Gaya hidup
6) Psikologis
7) Hipotermia (Ganong, 2010)
5
4. Faktor Risiko Stroke Non Haemoragic
Stroke non hemoragik merupakan proses yang multi kompleks dan didasari oleh
berbagai macam faktor risiko. Ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi, dapat
dimodifikasi dan masih dalam penelitian yaitu:
6
6. Patofisiologi
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan
otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.
Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100
gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300- 1400
gram (+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah
aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh
curah jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian,
kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila
aliran darah otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit akan terjadi
kompensasi berupa peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga
fungsi-fungsi sel saraf dapat dipertahankan
Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh otak, oksidanya
akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara fisiologis 90%
glukosa mengalami metabolisme oksidatif secara lengkap. Hanya 10% yang
diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui metabolisme anaerob.
Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob melalui siklus Kreb adalah 38 mol
Adenoain trifosfat (ATP)/mol glukosa sedangkan pada glikolisis anaerob hanya
dihasilkan 2 mol Atp/mol glukosa. Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron-
neuron otak ini digunakan untuk keperluan
1) Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan, transport dan
pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan respon elektrik.
2) Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di dalam/di luar
sel serta membuang produk toksik siklus biokimiawi molekuler.
Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan
patofisiologi permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang mengalami
trauma, kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan,
kalsium intraseluler, eksitotositas dan toksisitas radikal bebas), juga menyebabkan
kerusakan neumoral yang mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang
ekstraseluler, sehingga kadar kalsium intraseluler akan meningkat melalui
7
transpor glutamat, dan akan menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang
menembus membran.
Glutamat merupakan eksitator utama asam amino di otak, bekerja melalui
aktivasi reseptor ionotropiknya. Reseptor-reseptor tersebut dapat dibedakan
melalui sifat farmakologi dan elektrofisiologinya: a-amino-3-hidroksi- 5-metil-4-
isosaksol-propionic acid (AMPA), asam kainat, dan N-metil-D-aspartat (NMDA).
Aktivasi reseptor-reseptor tersebut akan menyebabkan terjadinya eksitasi
neumoral dan depolarisasi. Glutamat yang menstimulasi reseptor NMDA akan
mengaktifkan reseptor AMPA akan memproduksi superoksida
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait, yaitu :
1) Perubahan fisiologi pada aliran darah otak
2) Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemik.
8
8. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan
b. EEG (elektro ensefalogram)
c. MRI
d. Angiografi otak
e. Obtalmuskopy (mata)
f. Lumbal punksi
g. Laboratorium
9. Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan stroke non haemoragik, antara lain (Harsono, 2016;
PERDOSSI, 2016)
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Bedrest total dengan posisi kepala head up 15o-30o
2) Berikan terapi oksigen 2-3 L/menit dengan nasal kanul
3) Pasang infus IV sesuai kebutuhan
4) Monitor ketat kelainan-kelainan neurlogis yang timbul
5) Berikan posisi miring kanan dan kiri per 2 jam dan observasi pasca
pemberian posisi
b. Penatalaksanaan Medis
1) Pemberian alteplase dengan dosis 0,6-0,9 mg/kgBB dengan onset < 6 jam
sebagai trombolisis intravena
2) Trombektomi mekanik dengan oklusi karotis interna atau pembuluh darah
intracranial dengan onset < 8 jam sebagai terapi endovascular
3) Pemberian obat-obatan seperti nicardipin, ACE-Inhibitor, Beta blocker,
diuretic, calcium antagonis sebagai manajemen hipertensi.
4) Pemberian obat-obatan seperti anti diabetic oral maupun insulin sebagai
manajemen gula darah
5) Pemberian obat-obatan antiplatelet seperti aspirin, cilostazol, clopidogrel,
dan lain-lain.
6) Pemberian obat-obatan antikoagulan seperti dabigatran, warfarin,dan lain-
lain.
9
7) Pemberian obat-obatan neuroprotektor seperti citicolin, piracetam,
pentoxyfiline
10. Komplikasi
a. Stroke Emboli
Ada beberapa komplikasi yang timbul yaitu sebagai berikut (Setyanegara,
2014)
1) Pneumonia terjadi akibat immobilisasi lama dan biasanya terjadi 1-14 hari
sejak terjadi serangan stroke
2) Emboli paru, terjadi 7-14 hari post stroke
3) Infark miokard, terjadi setelah 14 hari lebih post stroke
Komplikasi yang timbul pasca stroke, sebagai berikut (Ginsberg, 2008)
1) Dekubitus, terjadi pada pasien tirah baring dalam waktu lama
2) Epilepsi
3) Infeksi saluran kemih terkait dengan kateterisasi
4) Kematian (10%) setelah 30 hari post stroke
b. Stroke Trombotik
Beberapa komplikasi stroke trombotik, antara lain (Sutrisno, 2010)
1) Disfagia
2) Afasia
3) Hemiplagia
4) Dekubitus
5) Deep Vein Thrombosis (DVT)
6) Pneumonia (radang paru-paru)
7) Infeksi saluran kemih (ISK) akibat kateterisasi
8) Edema serebri
9) Infark/nekrosis jaringan otak
10) Meninggal
10
Pathway
Kelainan jantung
Aritmia (detak jantung tidak bekerja normal Endokarditis, peradangan dan infeksi Fibrilasi atrium (atrium) berdenyut tidak teratur
dan cenderung menjadi tidak teratur pada jaringan jantung
Risiko
Risiko Jatuh Risiko Aspirasi
Kerusakan integritas jaringan Defisit Perawatan Diri Cedera
- Mandi
- Berpakaian
- Makan
- Eliminasi
(Agianto, 2019)
11
11. Asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Non Haemoragic
a) Pengkajian
1) Identitas klien
2) Keluhan utama klien
3) Riwayat penyakit klien
4) Pola fungsional gordon
5) Pemeriksaan fisik neurologis
6) Pemeriksaan penunjang
b) Diagnosis Keperawatan
1) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
2) Hambatan mobilitas fisik
3) Defisit perawatan diri: mandi, makan, berpakaian, eliminasi
4) Gangguan menelan
5) Kerusakan integritas kulit
6) Kerusakan integritas jaringan
7) Hambatan komunikasi verbal
8) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
9) Risiko decubitus
10) Risiko Jatuh
11) Risiko Cedera
12) Risiko aspirasi
13) Risiko infeksi
14) Risiko trauma vaskular
c) Intervensi Keperawatan
12
ada tanda-tanda terjadi 30o
peningkatan
Peningkatan Perfusi serebral
Status neurologi: Sensori 1. Minimalkan pergerakan kepala
kranial/ fungsi motoric 2. Kolaborasi pemberian terapi
a. Kesadaran klien farmakologi (manitol,
mengalami peningkatan antihipertensi, calcium chanel
atau membaik blocker dan antifibrinolitik)
b. Tidak terjadi gerakan 3. Monitor efek samping
involunter pemberian terapi
4. Pantau tanda-tanda perdarahan
5. Berkonsultasi dengan dokter
penentuan parameter
hemodinamik dan cara
mempertahankan parameter
hemodinamik agar dalam
rentang normal
13
(mandi, makan, BAK, BAB)
14
1. Dapat melakukan ADL 3. Dorong klien untuk melakukan
(berpakaian dan berhias) AL sesuai dengan kemampuan
dengan bantuan yang dmiliki
2. Rambut dan pakaian klien 4. Berikan bantuan pada klien
terlihat rapi saat berpakaian dan berhias
15
menginterpretasi pesan komunikasi dua arah agar tetap
verbal dan/atau non verbal optmal.
dengan baik dan 6. Perawat meminta keluarga utuk
penerimaan komunikasi secara teratur memberi
yang baik. stimulant komunikasi
7. Perawat meminta klien untuk
dapat mengekspresi diri dengan
cara lain dalam menyampaikan
informasi (bahsa isyarat)
16
diberikan pada klien
17
klien sekali
3. Menunjukkan terjadinya 4. Pakaikan pakaian yang longgar
proses penyembuhan luka pada klien
18
kulit Pencegahan Luka Tekan
5. Torgur kulit < 2 detik 1. Monitor tanda lesi dan
kemerahan pada area-area
Pengetahuan: Perilaku yang terdapat tekanan
Kesehatan 2. Monitor sumber dari tekanan
1. Klien dan keluarga 3. Kaji keadaan kulit pada bagian
mengerti dan memahami penonjolan tulang atau titik
penjelasan yang diberikan tekanan lainnya setiap saat
tentang risiko terjadi memobilisasi pasien
dekubitus selama 4. Berikan pakaian yang tidak
perawatan terlalu ketat
5. Pertahankan bed tempat tidur
untuk tetap bersih dan kering
6. Ajarkan keluarga untuk
memobilisasi posisi pasien
setiap 2 jam
7. Ajarkan keluarga untuk
memobilisasi posisi pasien
setiap 2 jam
8. Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda dan
gejala timbulnya luka
decubitus
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
terkait intake nutrisi yang
adekuat (diet tinggi protei,
vitamin B dan C, zat besi dan
kalori).
19
Penghisapan Lendir pada Jalan
Nafas
1. Perawat melakukan auskultasi
suara nafas klien sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan
suction
2. Monitor status respirasi klien
selama dilakukan suctioning
(frekuensi nafas, irama nafas,
saturasi oksigen)
3. Perawat melakukan tindakan
cuci tangan sebelum dan
setelah tindakan keperawatan
4. Gunakan APD
5. Berikan oksigen selama
minimal 30 detik, selama dan
setelah tindakan suction
6. Monitor dan catat warna,
jumlah dan konsistensi secret
20
untuk meminimalkan trauma
3. Gunakan pengekangan fisik
untuk mengurangi potensi
gerakan tidak aman
21
6. Perawat mempertahankan
teknik isolasi
7. Perawat melakukan inspeksi
pada kulit dan membran
mukosa klien terhadap adanya
tanda kemerahan, panas dan
drainase
8. Perawat memonitor suhu
badan pada klien setiap 1 jam
22
B. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS
1. Definisi
Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017, Diabetes Melitus
adalah penyakit kronis dimana kadar glokusa dalam darah meningkat terjadi
karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup (hormon yang
mengatur gula darah) atau ketidakmampuan tubuh secara efektif memanfaatkan
insulin yang dihasilkan. Insulin yaitu hormon penting yang dihasilkan didalam
pankreas dan mengangkut glukosa dari sel-sel tubuh dimana glukosa dirubah
menjadi energi. Insulin yang kekurangan atau sel yang tidak mampu untuk
merespon insulin mengakibatkan kadar glukosa dalam darah tinggi yang jika
dibiarkan terlalu lama mampu mengakibatkan kerusakan pada berbagai organ
tubuh seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati dan retinopati (IDF
2017).
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan penyebab oleh lembaga
kesehatan dunia seperti ADA dan WHO adalah:
2.1 Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes Melitus tipe II ini umumnya ditandai dengan terjadinya kerusakan
pada sel beta pankreas yang disebabkan oleh proses autoimun yang
mengakibatkan terjadinya kekurangan insulin sehingga penderita diabetes
mutlak memerlukan/bergantung dengan insulin dari luar tubuh (eksogen)
untuk mengontrol kadar gula darah dalam batas normal. Hal ini terjadi karena
pankreas sama sekali tidak dapat memproduksi insulin untuk bertahan hidup,
insulin didapatkan dari luar dengan cara disuntikkan (Suiraoka 2012).
Kesalahan reaksi autoimunitas dapat menghancurkan sel beta pankreas yang
menjadi penyebab utama kehilangan sela beta pankreas pada penderita
diabetes tipe I. Infeksi yang dialami tubuh dapat memicu reaksi autoimunitas
dapat terjadi (Sutanto 2010).
23
keduanya sehingga tubuh penderita tidak mampu memanfaatkan insulin
dengan efektif akan berakibat meningkatnya kadar gula dalam darah.
Diabetes melitus tipe 2 dikenal dengan diabetes melitus yang dialami orang
dewasa karena pada umumnya terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 30
tahun yang berhubungan dengan proses penuaan, obesitas, gaya hidup dan
lain-lain (Smeltzer et al 2010).
2.3 Diabetes Melitus Gestasional
Peningkatan kadar glokusa dalam darah saat hamil sangat jarang dan susah
dibedakan dari kehamilan normal, namun bisa termasuk rasa haus dan buang
air kecil meningkat. Pemeriksaan tes toleransi glukosa oral dianjurkan
sebagai skrining awal kehamilan pada wanita yang beresiko tinggi yang
terjadi pada minggu ke-24 dan 28 dari kehamilan (IDF 2017).
3. Manifestasi klinis
a) Gejala Akut
Gejala akut penyakit diabetes melitus menurut Kariadi (2009) yaitu:
1) Berat badan menurun, tubuh lemas dan mudah lelah
2) Sering buang air kecil (poliuri) dengan jumlah yang banyak terutama saat
malam hari.
3) Sering merasa haus dan minum banyak (polidipsi).
4) Nafsu makan meningkat (polifagi) dan tubuh merasa kurang bertenaga.
b) Gejala Kronis
Gejala kronis yang sering dirasakan penderita diabetes melitus adalah
gangguan pada saraf tepi atau seringnya kesemutan, gangguan pada
penglihatan berupa pandangan yang kabur, gatalgatal pada daerah payudara
dan kemaluan pada wanita, kulit terasa tebal, gangguan fungsi seksual
(impotensi) pada pria serta keputihan pada wanita (Suiraoka, 2012)
4. Patofisiologi
Untuk menjalankan berbagai fungsi sel dengan baik tubuh manusia membutuhkan
energi sebagai bahan bakar. Bahan bakar tersebut berasal dari sumber zat gizi
seperti karbohidrat, protein, lemak yang ada didalam tubuh dan mengalami
24
pemecahan menjadi zat yang lebih sederhana dan proses pengolahan lebih lanjut
untuk membentuk energi. Proses pembentukan energi terutama yang berasal dari
glukosa memerlukan proses yang rumit. Dalam proses metabolisme tersebut,
insulin memegang peran yang penting bertugas mengangkut glukosa ke dalam sel
untuk dirubah menjadi energi. Sel beta pankreas dipulau langerhans adalah tempat
dihasilkannya hormon insulin. Setiap pankreas mengandung 100.000 pulau
langerhans; dan setiap pulau mempunyai 100 sel beta (Syahbudin 2007).
5. Faktor Resiko
Faktor resiko diabetes melitus dalam Suiraoka (2012) yaitu:
a) Risiko yang tidak dapat dirubah
1) Usia
2) ) Keturunan
3) Jenis Kelamin
b) Risiko yang dapat dirubah
1) Pola makan salah
2) Aktivitas fisik kurang
3) Obesitas
25
4) Stres
5) Pemakaian obat-obatan
6. Diagnosis
Penegakan diagnosis diabetes melitus menurut ADA (2015) dengan cara sebagai
berikut:
a) Jika didapatkan gejala klasik dan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
(GDS) lebih dari 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu yaitu hasil
pengukuran sesaat dan mengabaikan waktu makan terakhir, atau
b) Jika didapatkan gejala klasik dan hasil pemeriksaan GDP lebih dari 126 mg/dL
(7 mmol/L). Pada saat pemeriksaan individu dipuasakan sedikitnya 8 jam dan
tidak mendapatkan kalori tambahan dari luar, atau
c) Kadar glukosa plasma 2 jam saat pemeriksaan toleransi glukosa oral lebih dari
2 ratus mg/dLo(11,1 mmol/L). TTGO menggunakan standar WHO,
menggunakan berat glukosa yang sebanding dengan 75 gram glukosa anhidrus
yang dilarutkan kedalam air,atau
d) Kadar HbA1C lebih dari 6,5%. Tes HbA1C dilakukan menggunakan Metode
yang sudah disertifikasi oleh National Glycohemoglobin Standardization
Program (NGSP) dan dilakukan dilaboratorium terstandar baik
7. Komplikasi
a) Komplikasi akut
1) Ketoasidosis diabetic
2) Koma Hiperosmolar Hiperglikemia Non Ketotik
3) Hipoglikemia
b) Komplikasi kronis
1) Penyakit jantung koroner
2) Stroke
3) Infeksi
4) Retinopati diabetic
5) Neuropati diabetic dan Nefropati diabetic
26
Pathway/ Pohon Masalah
27
8. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus
a. Pengkajian
1) Identitas: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, alamat, nomor registrasi,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang: kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
4) Riwayat penyakit dahulu : Sejak kapan penyakit DM muncul atau penyakit –
penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin. Riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat- obatan yang biasa digunakan oleh penderita
5) Riwayat kesehatan keluarga: adakah keluarga yang menerita penyakit DM
6) Pemeriksaan fisik:
a) Kepala dan leher
b) Sistem integumen
c) Sistem pernafasan
d) Sistem kardiovaskular
e) Sistem gastrointestina
f) Sistem urinary
g) Sistem muskuloskeletal
h) Sistem neurologis
b. Diagnosis Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresi osmotik
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4) Kerusakan integritas kulit
5) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan system kekebalan tubuh
6) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan filtrasi yang terganggu akibat
terganggunya kerusakan atau disfungsi GFR
28
c. Intervensi Keperawatan
29
NOC: membuat catatan makanan harian
Status nutrisi: 5. Monitor jumlah nutrisi dan
makanan dan kandungan kalori
cairan 6. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
1. Adanya dibutuhkan.
peningkatan BB
sesaui dengan Monitor nutrisi
tujuan 1. BB dalam batas normal
2. BB ideal sesusai 2. Monitor adanya penurunan BB
dengan TB 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
3. Mampu yang biasa dilakukan
mengidentifikasi 4. Monitor kulit kering dan
kebutuhan nutrisi perubahan pigmentasi
4. Tidak ada tanda- 5. Monitor turgor kulit
tanda malnutrisi 6. Monitor mual dan muntah
5. Menunjukkan 7. Monitor kalori dan intake nutrisi
pengingkatan 8. Catat adanya edema, hiperemik,
fungsi hipertonik, papilla, lidah dan
pengecapan dari cavitas oral
menelan
6. Tidak terjadi
penurunan BB
yang berarti.
30
mandiri. Terapi aktivitas
1. Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medic dalam
merencanakan program terapi
yang tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologis dan
social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
8. Bantu klien atau keluarga
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktifitas
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.
31
yang baik bisa 6. Dokumentasikan perubahan
dipertahankan membrane mucosa
(sensasi, 7. Ajarkan anggota keluarga/pemberi
elastisitas, asuhan mengenai tanda-tanda
temperature, kerusakan kulit, dengan cepat.
hidrasi,
pigmentasi) Manajemen tekanan
2. Tidak ada luka 1. Anjurkan pasien untuk
atau lesi pada menggunakan pakaian yang
kulit longgar
3. Perfusi jaringan 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
baik 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
4. Menunjukan bersih dan kering
pemahaman 4. Mobilisasi pasien setiap dua jam
dalam proses sekali
perbaikan kulit 5. Monitor kulit akan adanya
dan mencegah kemerahan
terjadinya cedera 6. Oleskan lotion atau minyak baby
berulang oil pada daerah yang tertekan
5. Mampu 7. Monitor aktivtas dan mobilisasi
melindungi kulit pasien
dan 8. Monitor status nutrisi pasien
mempertahankan 9. Memandikan pasien dengan sabun
kelembaban kulit dan air hangat.
dan perawatan
alami
32
sehat Perlindungan terhadap infeksi:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien yang beresiko
6. Berikan perawatan kulit
7. Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
8. Inspeksi kondisi luka atau insisi
bedah
9. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
10. Dorong istirahat
11. Instruksikan psien untuk
meminum antibiotic sesuai resep
6. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan NIC
urine tindakan Perawatan retensi urin
keperawatan selama 1. Monitor intake dan output
…..x…., masalah 2. Monitor penggunaan obat anti
gangguan eliminasi kolinergik
urine dapat teratasi 3. Monitor derajat distensi bledder
dengan kriteria hasil 4. Catat output
5. Sediakan privacy untuk eliminasi
NOC: 6. Stimulasi refelek bledder
Eliminasi Urin 7. Kateterisasi jika perlu
8. Monitor tanda dan gejala ISK
Kriteria hasil:
Kandung kemih Manajemen pengobatan
kosong 1. Tentukan obat yang di perlukan,
Tidak ada residu dan kelola menurut resep dan /
urine atau protocol
Intake cairan daam 2. Diskusikan masalah keuangan
rentang normal yang berkaitan dengan regimen
Bebas dari ISK obat
Tidak ada spasme 3. Tentukan kemampuan pasien
bladder untuk mengobati diri sendiri
Balance cairan dengan cara yang tepat
4. Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
5. Monitor efek samping obat
6. Kaji ulang pasien dan atau
keluarga secara berkala mengenai
jenis dan jumlah obat yang di
33
konsumsi
7. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan
cara yang tepat
8. Pantau kepatuhan mengenai
regimen obat.
34
C. KONSEP DASAR ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)
1. Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah istilah umum untuk tanda dan gejala klinis
miokardial iskemik yang terjadi akibat ganguan arteri koroner mencakup unstable
Angina Pektoris (UAP), non-ST-segment elevasi infark miokard (NSTEMI), dan ST-
segmen elevasi miokard infark (STEMI) (Overbaugh, 2009; Wenas et al., 2017).
35
menunggu peningkatan enzim jantung (Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia, 2018).
3. Faktor risiko
a) Yang tidak dapat dimodifikasi
Usia lebih dari 45 tahun, jenis kelamin, keturunan, Yang dapat dimodifikasi
b) Yang dapat dimodifikasi
Hipertensi, merokok, DM, obesitas, dislipidemia, pola makan, aktivitas fisik,
infeksi, alkohol, stress, dan pembekuan darah.
4. Patofisiologi
a) Angina Pektoris Tak Stabil
Ruptur Plak
Ruptur plak arterosklerotik adalah penyebab penting untuk kasus angina
pektoris tak stabil, hingga terjadi oklusi subtotal atau total secara tiba-tiba dari
pembuluh koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal.
Plak arterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung lemak dan jaringan
fibrotik (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil bila terdapat infiltrasi sel
makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak berdekatan intima yang
normal. Keretakan bisa juga terjadi pada dinding plak yang lemah karena
terdapat enzim protease yang dihasilkan oleh makrofag yang dapat
melemahkan dinding plak (fibrous cap). Ruptur menyebabkan terjadinya
aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan mengakibatkan terbentuknya
trombus.
Trombus akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah 100% dan
mengakibatkan terjadinya infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bagi
pembuluh yang tidak disumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang
berat akan menyebabkan angina tak stabil
Trombosis dan agregasi trombosit
Agregasi platlet dan pembentukan trombus merupakan salah satu faktor
terjadinya angina tak stabil. Trombosis terjadi akibat interaksi antara lemak, sel
36
otot polos dan sel busa (foam cell) yang terdapat dalam plak berhubungan
dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil.
Bila berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor
VIIa untuk memulai kaskade reaksi yang menghasilkan pembentukan trombin
dan fibrin
Vasospasme
Spasme berlaku bila terdapat perubahan tonus pembuluh darah yang terjadi
karena adanya produksi bahan vasoaktif dan disfungsi endotel oleh platelet.
Spasme sering kali terjadi pada plak yang tak stabil dan berperan dalam
pembentukan trombus. Spasme yang terlokalisir pada angina prinzmetal juga
menyebabkan angina tak stabil
Erosi pada plak tanpa ruptur
Penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya proliferasi dan migrasi
dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel. Perubahan bentuk
pembuluh karena bertambahnya sel otot polos dapat menyebabkan penjempitan
pembuluh dengan cepat
b) STEMI
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan
kebutuhan oksigen miokard. NSTEMI juga terjadi karena trombosis akut atau
konstriksi koroner
Trombosis akut diawali dengan ruptur plak yang tidak stabil. Plak ini biasanya
mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah ,fibrous cap tipis
dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Di lokasi ruptur plak dapat dijumpai
sel makrofag dan limfosit T yang mengindikasi proses inflamasi
c) STEMI
STEMI terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
trombus pada plak aterosklerosik sebelumnya. STEMI terjadi jika trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury vaskular, injury dicetus oleh
hipertensi, merokok dan akumulasi lipid. Stenosis arteri koroner berat yang
berkembang secara lambat selalunya tidak akan memicu STEMI.
Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus,
menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon pada terapi trombolitik. Pada
37
lokasi ruptur, agonis (kolagen,ADP,efinefrin,serotonin) memicu aktivas trombosit
yang akan memproduksi dan melepaskan tromboxanA2 (vasokonstriktor). Juga
terjadi perubahan konfirmasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa.
Setelah mengalami konversi fungsi, reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap
sekuan asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von
Willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul multivalen
yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan
silang platelets dan agrerasi
Kaskade koagulasi di aktivasi oleh tissue factor pada sel endotel yang rusak.
Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi protrombin ke trombin dan
fribrinogen ke fibrin. Arteri koroner tersebut akan mengalami oklusi oleh trombus
yang terdiri dari agregasi trombosit dan fibrin.
5. Penatalaksanaan
a. Oksigenasi
b. Nitrogliserin
c. Morfin
d. Aspirin
e. Antitrombolitik
f. Heparin
6. Komplikasi
a. Aritmia
b. Syok Kardiogenik
c. Kongesti
d. Perikarditis
e. Gagal jantung
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Perubahan EKG berupa (gambarann STEMI dan NSTEMI) dengan atau tanpa
gelombang Q.
b. Pemeriksaan Enzim CKMB dan troponin T/1
c. Pemeriksaan Darah Lengkap
d. Foto polos dada
38
Arteriosclerosis
Trombosis koroner
Pathways SKA Konstriksi arteri koronaria
Aliran darah
O2 & nutrisi
Infark Miokardium
Infark transmural Infark
Subendokardial
Infark pada bagian Iskemia jaringan,
hipoksemia, perubahan Metabolisme anaerob
papilla dan korda Suplai O2 ke miokard
tendinae, septum kontrol saraf otonom,
gangguan metabolisme, Sellular hipoksia Produksi Asam laktat
ventrikel dan gangguan
perikardium ketidakseimbangan
elektrolit Integritas membran sel berubah
Nyeri
Komplikasi pasca infark Gangguan Kontraktilitas Penurunan curah
jantung
potensial aksi
Beban jantung
Disfungsi Otot Papilaris, Perubahan Mekanisme kompensasi
Gagal jantung kiri
Ventrikel Septum Defek, elektrofisiologi mempertahankan curah
Rupture Jantung, jantung dan perfusi
Aneurisma Ventrikel, Resiko tinggi perifer
Tromboembolisme, aritmia Forward failure Backware failure
Perikarditis Reflek simpatis
COP Bendungan atrium kiri vasokonstriksi sistem
Vena pulmonalis pressure retensi Na dan air
Suplai O2 cerebral Pe perfusi perifer
Pe perfusi koroner Tekanan hidrostatik Denyut jantung
Pe perfusi paru kapiler paru daya kontraksi jantung
Gangguan
kesadaran Beban akhir
Hipotensi, asidosis Tekanan onkotik
ventrikel kiri daya
metabolik dan hipoksemia
Transudasi cairan dilatasi ventrikel kiri
Sumber:
Kecemasan Kurang Koping individu
Suzanne C Smeltzer&Brenda G
Bare, 2008. Depkes, 1996. Nanda, 39
pengetahuan tidak efektif
2005-2006, Muttaqin, 2009 n
8. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Acute Coronary Syndrome
a. Pengkajian
1) Identitas: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, alamat, nomor registrasi,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang: kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
4) Riwayat penyakit dahulu : Sejak kapan penyakit DM muncul atau penyakit –
penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin. Riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat- obatan yang biasa digunakan oleh penderita
5) Riwayat kesehatan keluarga: adakah keluarga yang menerita penyakit DM
6) Pemeriksaan fisik:
a) Kepala dan leher
b) Sistem integumen
c) Sistem pernafasan
d) Sistem kardiovaskuler
e) Sistem gastrointestina
f) Sistem urinary
g) Sistem muskuloskeletal
h) Sistem neurologis
b. Diagnosis
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
2) Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
jantung asuhan 1. Evaluasi adanya nyeri dada
keperawatan (intensitas,lokasi, durasi)
selama ….x…. 2. Catat adanya disritmia jantung
40
diharap masalah 3. Catat adanya tanda dan gejala
curah jantung penurunan cardiac output
dapat teratasi 4. Monitor status kardiovaskuler
dengan kreteria 5. Monitor statu pernafasan yang
hasil: menandakan gagal jantung,
NOC 6. Berikan terapi oksigen
Keefektifan 7. Monitor abdomen sebagai
Pompa Jantung indicator penurunan perfusi
1. angina tidak ada 8. Monitor keseimbangan cairan
2. Klien dapat 9. Monitor adanya perubahan
beraktivitas. tekanan darah
3. Tanda vital 10. Monitor respon pasien terhadap
dalam batas efek
normal. 11. pengobatan antiaritmia
4. Tidak ada 12. Atur periode latihan dan
edema paru, istirahat untuk menghindari
perifer, dan kelelahan
tidak ada asites 13. Monitor toleransi aktivitas
5. Tidak ada pasien
penurunan 14. Monitor adanya dyspneu,
kesadaran fatigue, tekipneu dan ortopneu
15. Anjurkan untuk menurunkan
stress
41
di darah arteri sudah diresepkan
(PaCO2) dalam 11. Berikan terapi oksigen dengan
kisaran normal tepat
3. pH arteri dalam 12. Berikan pengobatan nyeri
kisaran normal dengan tepat
4. Saturasi
Oksigen normal Monitor Pernafasan
5. Tidak ada 1. Monitor kecepatan, irama,
Dipsnea kedalaman dan kesulitan
6. Tidak ada bernafas
sianosis 2. Catat pergerakan dada,
7. Gangguan ketidaksimetrisan, penggunaan
kesadaran tidak otot-otot bantu nafas, dan
ada retraksi pada otot
supraclaviculas dan intercosta
3. Monitor suara napas tambahan,
pola napas dan saturasi oksigen
42
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologis
dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
8. Bantu klien atau keluarga
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktifitas
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
43
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
44
pada saat di IGD Pasien diberikan infus NS 20 tetes/menit, dilakukan
pemeriksaan GCS: E:4 ; V:5 ; M:6, Tanda-tanda vital TD: 120/60 mmHg,
N: 63 x/menit R: 24 x/menit T: 36,5OC. SPO2: 97%. Pasien tidak
mendapatkan pemeriksaan EKG dan pemasangan O2 selama dilakukan
observasi di IGD. Pasien dilakukan observasi selama 1 jam 30 menit.
Pasien diantar ke ruang Kasuari untuk mendapatkan perawatan selanjutnya
pada jam 12.30 Wita. Selama 2 hari perawatan di ruang Kasuari pasien
mendapatkan terapi Infus NS 20 tetes/menit, Injeksi Piracetam 1x12gr IV,
citicolin 2x1 gr IV, mecobalamin 3x500µ, ranitidin 2x50 mg, metformin tab
3x500 mg, glibenclamid 1x2 mg, concore 1x20 mg, ISDN 3x5 mg,
simvastatin tab 1x20 mg. Pada saat pengkajian pada tanggal 6 Mei 2019
jam 10.00 Wita, pasien mengeluh Bicara pelo, mengeluh tangan dan kaki
sebelah kiri masih lemah dan sulit untuk digerakkan.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan selalu kontrol berobat sejak 2
bulan yang lalu, pasien juga memiliki riwayat diabetes melitus, hasil GDS
pernah sampai 410 mg/dl 2 bulan yang lalu diperiksa saat masuk rumah
sakit.
Riwayat penyakit keluarga:
Ada riwayat penyakit jantung dan diabetes melitus pada ibu pasien. Istri dan
anak pasien tidak ada yang sakit seperti yang diderita pasien saat ini.
45
Riwayat medik dan sosial Riwayat pengobatan
Kecelakaan : Tidak pernah Sebelumnya :
Dirawat : 2 bulan yang lalu Metformin tab 3 x 500 mg
Operasi : Tidak pernah Glibenclamid tab 1 x 2 mg
Alergi : Tidak ada (pagi saat makan)
Penyakit : SNH + DM tipe II + ACS ISDN tab 3 x 5 mg oral
Lain – lain : Bisoprolol 1 x 5 mg oral
Pernah dirawat 2 bulan yang lalu Saat ini :
dengan keluhan nyeri dada Citicolin inj 2 x 1 gr / IV
(penyakit jantung) dan diabetes Mecobalamin inj 3x 500µ
mellitus tipe II (GDS 410 mg/dl) Ranitidin inj 2x50mg
Metformin tab 3 x 500 mg
Glibenclamid tab 1 x 2 mg
(pagi sebelum makan)
Concore tab 1 x 2,5 mg / pagi
Simvastatin tab 1 x 20 mg
ISDN tab 3 x 5 mg
Infus Piracetam 20 tts/mnt
Infus NS 20 tts/mnt
Diagnosis keperawatan:
46
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Intake nutrisi sebelum sakit Intake nutrisi saat sakit
Makanan Makanan
Makanan seperti biasa nasi, lauk, Makan makanan yang disediakan
sayur dan buah 2-3 kali/hari dengan rumah sakit namun jarang bisa
diet yang sesuai dan sesekali makan dihabiskan karena kurang suka.
hanya mampu menghabiskan ½
kue roti. Makanan kesukaan pasien
porsi yang disediakan karena pelo
adalah lontong, ketupat kandangan. tapi pasien mengganti
makanannya dengan makan roti
Minuman Minuman
Menghabiskan 3-4 botol (2 liter)/ Normal, menghabiskan 3-4 botol
hari dan minum teh menggunakan (2 liter)/hari, air yang diminum
gula diet adalah air putih.
Nafsu makan Nafsu makan
Baik, mampu menghabiskan porsi Cukup baik, tidak ada perubahan
makanan yang disediakan yang signifikan
Muntah Muntah
Tidak Pernah Tidak ada
Keluhan /masalah yang Keluhan /masalah yang
mempengaruhi asupan nutrisi mempengaruhi asupan nutrisi
Makanan dibatasi sesuai diet Tidak pernah habis porsi makan
diabetes pasien yang disediakan rumah sakit
karena kurang suka dengan menu
makanannya.
Keadaan kulit, rambut dan kuku
Tampak bersih, tampak pucat, lembab, rambut pendek, kuku pendek dan
tampak bersih.
47
Kebersihan mulut tampak bersih, tidak ada lesi dan sariawan
Peradangan tonsil tidak ada
Gigi tampak beberapa gigi berlubang dan patah
Penggunaan NGT : tidak menggunakan NGT
Terapi intravena / parenteral : Terpasang infus Ns 20 tetes/menit pada vena
radialis ekstrimitas atas sinistra, dengan nomor abocket 20.
Lain-lain: Pasien tampak lemah dan bicara pelo serta kesulitan menggerakkan
tangan dan kaki sebelah kiri. aktivitas harian selalu dibantu oleh anak dan istri
pasien
Diagnosis keperawatan:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
3. Pola Eliminasi
Tanggal defekasi terakhir : 05/05/2019
Frekuensi defekasi : 1 kali/hari
Konsistensi : padat
Warna: Kuning jernih
Masalah defekasi: tidak ada
Penggunaan alat bantu (laksatif/pispot) : Tidak ada
Bising usus : Normal 20 x/menit
Struktur abdomen
I : abdomen tampak simetris, tidak tampak adanya massa, umbilicus
normal, tidak ada lesi, tampak bersih
A: bising usus 20x/menit
P: timpani
P : tidak teraba massa
Distensi : tidak ada distensi abdomen
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada seluruh kuadran
Lain-lain : -
Frekuensi berkemih: 4-5 kali/hari
Jumlah: ± 600 cc
Warna: kuning keruh
Penggunaan alat bantu berkemih : tidak ada
Keluhan /masalah berkemih : tidak ada
Sakit pinggang: tidak ada
Palpasi ginjal: tidak teraba
Perkusi abdomen: tympani
Kondisi blast: kosong, tidak ada tahanan urine
Lain-lain: pasien sulit BAB sendiri ke kamar mandi karena kelemahan
tangan dan kaki sebelah kiri
48
Diagnosis keperawatan:
-
49
Pernapasan
o Frekuensi napas: 24 x/menit
o Kedalaman: -
o Irama: reguler
o Bunyi napas: Vesikuler
o Riwayat merokok: sejak usia 20 tahun pasien merokok, menghabiskan 1
bungkus rokok setiap harinya, namun semenjak sakit 2 bulan yang lalu
pasien sudah berhenti merokok
o Riwayat asma/ bronchitis/ emfisema: Tidak ada
o Riwayat penyakit paru dalam keluarga: Tidak ada
o Batuk : tidak ada
o Penggunaan otot bantu napas : tidak ada
o Suara napas tambahan : tidak ada suara napas tambahan
o Adanya sputum : -
o Lain-lain : pemeriksaan dada
o I : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada lesi,
tidak tampak ada massa
o P : Tarikan dinding dada simetris, tidak ada teraba massa,
taktil premitus normal
o P : Redup/Pekak pada area hepar & jantung
o A : Tidak terdengar bunyi wheezing, tidak terdengar bunyi ronchi
Sirkulasi
o Frekuensi nadi: 84 x/menit, Irama : Reguler TD : 130/70 mmHg
o Perkusi dada : Normal Nyeri dada : Tidak ada
o Capillary Refill : Normal, kembali < 2 detik
o Edema : Tidak ada edema
o Palpitasi : Tidak ada
o Suhu ekstremitas :Teraba hangat
o Riwayat Penyakit Jantung dalam keluarga : Tidak ada riwayat penyakit
jantung di keluarga pasien
50
Mobilitas
Pola latihan yang biasa dilakukan : Berjalan keliling rumah dengan tidak
menggunakan sandal.
Aktivitas di waktu luang : Memancing
Sejak sakit : Berbaring ditempat tidur, meremas bola karet, belajar berjalan
Rentang gerak : Terbatas
Skala kekuatan otot :
5 5 5 5 4 3 3 3
5 5 5 5 4 3 3 3
Diagnosis keperawatan:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
51
6. Pola Kognitif – Persepsi
Fungsi penglihatan : baik, dapat melihat dengan jelas
Posisi bola mata : simetris, tidak ada kelainan posisi
Gerakan mata : normal, tidak ada pembatasan gerak bola mata
Konjungtiva : pucat, tampak anemis
Kornea : Normal
Sklera : Tidak ikterik
Pupil : normal, miosis (+), mibriasis (+)
Keluhan nyeri : tidak ada keluhan nyeri pada fungsi penglihatan
Pemakaian alat bantu penglihatan : tidak menggunakan kontak lensa /
kacamata
Diagnosis keperawatan:
52
7. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
Persepsi klien tentang penyakitnya :
pasien menyadari penyakit yang dideritanya cukup serius dan merupakan
akibat dari gaya hidup sebelumnya yang kurang baik. Pasien menyerahkan
seluruh pengobatan yang perlu dilakukan untuk kesembuhannya kepada
petugas kesehatan yang merawatnya.
Harapan setelah dirawat :
dapat segera sembuh agar bisa beraktivitas dan bekerja seperti biasa yaitu
berjualan ditoko karena pasien merupakan tulang punggung keluarga.
Persepsi klien tentang diri :
merasa bersalah karena akan menyusahkan anak dan istri dalam merawat
pasien. Saat ini masih bergantung dengan istri dan anak-anak dalam
membantu aktivitas harian
Ekspresi afek/ emosi :
Baik. Tidak menunjukkan ekspresi/emosi yang berlebihan
Isyarat nonverbal perubahan harga diri :
pasien sering diam dan menjawab seadanya apa yang ditanyakan perawat
karena masih sulit berbicara
Diagnosa keperawatan:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................
8. Pola Seksualitas – Reproduksi
Dampak sakit terhadap seksualitas : selama sakit tidak pernah melakukan
hubungan suami istri.
Riwayat haid : tidak ada
Pemeriksaan payudara sendiri : tidak ada
Keluhan mengenai keturunan : pasien memiliki 2 orang anak yang semua
sudah besar. Tidak ada keluhan tentang keturunan.
Tindakan pengendalian kelahiran : istri pasien minum pil KB
Riwayat penyakit hubungan seksual : tidak ada
Keluhan gatal-gatal : tidak ada
Diagnosis keperawatan:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
53
9. Pola Koping – Toleransi Stres
Cara pengambilan keputusan klien :
setiap pengambilan keputusan dalam rumah tangga pasien selalu
berkoordinasi dengan istri dan anak-anaknya sehingga tidak ada keputusan
yang diputuskan sendiri.
Stresor dalam 1 tahun terakhir :
saat pertama sakit 2 bulan yang lalu dan di diagnose ada penyakit jantung.
Koping yang biasa digunakan : sholat
Pengobatan untuk mengatasi stress :
ngobrol dengan istri dan anak-anak atau menonton TV
Kecemasan : cemas dengan pekerjaan yang saat ini hanya dikerjakan istri
Sistem pendukung :
saat ini istri dan anak-anak merupakan system pendukung terbaik yang
dirasakan pasien selain dukungan dari keluarga yang lain
Perilaku yang ditunjukkan klien :
pasien sangat kooperatifsaat dilakukan pengkajian oleh perawat meski
jawabannya seadanya karena pasien masih sulit berbicara
Diagnosis keperawatan:
...............................................................................................................................
.............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................
10. Pola Peran – Hubungan
Peran dalam keluarga :
pasien merupakan kepala keluarga dalam rumah tangga nya. Anak pasien
ada 2 orang yang semua sudah kuliah. Pasien bekerja sebagai pedagang di
toko pakaian milik sendiri.
Hubungan dengan orang terdekat :
Hubungan sangat baik. Saat sakit selalu dijenguk oleh keluarga dan tetangga
di dekat rumah pasien
Interaksi dengan pasien lain :
saat dirawat pasien hanya sendiri diruang perawatan sehingga tidak ada
interaksi dengan pasien-pasien lain
Cara berkomunikasi :
baik, namun seadanya berbicara karena masih kesulitan dalam berbicara.
Jawaban yang diberikan sesuai dengan apa yang ditanya namun cukup
singkat
Efek perubahan peran : pasien terkadang merasa bersalah karena selama
sakit pekerjaan yang seharusnya dilakukannya untuk sementara harus
digantikan oleh istri
Perilaku selama dirawat :
Pasien sangat kooperatif terhadap semua tindakan pengobatan dan
perawatan selama dirumah sakit maupun saat dilakukan pengkajian
Bahasa yang digunakan sehari-hari : bahasa banjar
Lain-lain ………………………………………………………………...........
54
Diagnosis keperawatan:
...............................................................................................................................
.............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................
11. Pola Nilai – Kepercayaan
Persepsi klien tentang agama :
Pasien beragama Islam dan taat beribadah. Pasien meyakini bahwa
beribadah yang taat dapat mendekatkan dirinya dengan Tuhan
Kegiatan keagamaan :
Selagi pasien sehat selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat jum’at dan kegiatan
– kegiatan keagamaan lainnya karena pasien juga pengurus masjid. Sejak sakit
kegiatan – kegiatan tersebut tidak dapat sepenuhnya diikuti lagi
Sikap terhadap nilai :
Saat ini pasien menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dengan keadaan
sakit yang dideritanya. Pasien juga meminta anak-anak dan istrinya untuk
selalu mendoakan pasien agar segera sembuh
Bantuan spiritual : Saat dirumah, sesekali meminta pemuka agama/ustad
untuk mendoakan kesembuhan pasien
Diagnosis keperawatan:
...............................................................................................................................
.............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................
55
TERAPI MEDIS
Meningkatkan kemampuan
Piracetam Intra Vena 1 x 1 gr kognitif tanpa menimbulkan
rangsangan pada otak
56
PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( Tanggal 04 Mei 2019)
57
FOTO CT – SCAN (Tanggal 07 Mei 2019)
Dilakukan pemeriksaan head CT – Scan pada penderita dengan klinis SNH tanpa
kontras dengan hasil :
o Taka tampak soft tissue swelling
o Tabulla eksterna / interna intak
o Gyri dan sulci tak prominent
o Sistema ventrikel tak melebar
o Batas cortex medulla tegas
o Tampak lesi hypodens region parietalis aspek dextra
o Struktur medial di tengah
o Tampak kalsifikasi dipineal body et plexus choroideus bilateral
o SPN yang tervisualisasi normolusent
Kesan : Infark cerebri region parietalis aspek dextra dan kalsifikasi dipineal body
et plexus choroideus bilateral
58
59
ANALISIS DATA
Nama Pasien : Tn. SM
Umur : 58 tahun
Ruangan/kamar : Kasuari / 9A
No. RM : 305xxx
Data
Etiologi Masalah
Objektif Subjektif
- Pasien tampak kesulitan turun Pasien mengatakan kesulitan untuk Penurunan kekuatan otot Hambatan mobilitas fisik
dari tempat tidur turun sendiri dari tempat tidur dan
- Pasien tampak kesulitan berjalan ke kamar mandi bila tidak
menggerakkan tangan dan kaki dibantu
sebelah kiri
- Skala kekuatan otot :
5 5 5 5 4 3 3 3
5 5 5 5 4 3 3 3
59
Data
Etiologi Masalah
Objektif Subjektif
- Pasien saat diajak berbicara - Pasien mengatakan sulit Gangguan sistem saraf pusat Hambatan Komunikasi Verbal
tampak pelo berbicara, mulut dan wajah dan hambatan fisik
- Pasien saat ditanya hanya terasa kebas
menjawab seadanya - Istri pasien mengatakan pasien
- Pasien tampak enggan/malas bila diajak berbicara hanya
bila terlalu lama diajak bicara menjawab seadanya, bila makan
- Hasil CT-Scan : kadang makanan yang ada
Infark Cerebri region dimulut tidak disadari oleh
parietalis aspek dextra dan pasien keluar dengan sendirinya
kalsifikasi dipineal body et
plexus choroideus bilateral
60
Data
Etiologi Masalah
Objektif Subjektif
Keluarga pasien banyak bertanya Istri pasien mengatakan masih Kurangnya informasi tentang Defisien pengetahuan
tentang proses penyakit yang belum memahami bagaimana penyakit
dialami pasien proses penyakit gula darah sampai
bisa menyebabkan stroke. Untuk
menghindari hal-hal yang
memperberat penyakit juga masih
belum cukup dipahami
61
Data
Etiologi Masalah
Objektif Subjektif
- Pasien tampak kesulitan Pasien mengatakan masih sulit Dengan faktor risiko hambatan Risiko jatuh
berjalan menggerakkan tangan dan kaki mobilitas dan gangguan
- Pasien tampak kesulitan sebelah kiri sehingga kesulitan keseimbangan
menggenggam benda untuk beraktivitas
menggunakan tangan sebelah
kiri
- Saat pasien berjalan masih
dibantu oleh istri dan anak-
anaknya
62
Data
Etiologi Masalah
Objektif Subjektif
- Kondisi umum pasien tampak Istri pasien mengatakan saat sakit 2 Faktor risiko kurang Resiko ketidak stabilan kadar
lemas bulan yang lalu gula darah pasien kepatuhan pada rencana glukosa darah
- Konjungtiva pucat tinggi, GDS : 410 mg/dl. Sejak saat manajemen diabetes
- GDS : 171 mg/dl itu setiap kali cek gula darah selalu
- Obat oral : turun naik karena pasien belum bisa
Metformin tablet 3 x 500 mg menjaga makanannya dengan baik
Glimeperid tablet 1 x 2 mg dan terkadang lupa meminum obat
(pagi saat makan) penurun gula darahnya. Pasien
merasa lemas bila glukosa darahnya
turun.
63
Data
Etiologi Masalah
Objektif Subjektif
Dengan faktor risiko: Risiko ketidak efektifan perfusi
Embolisme jaringan otak
(Pasien riwayat Diabetes
Mellitus, GDS 2 bulan yang
lalu: 400 mg/dl, tanggal 4 Mei
2019 GDS: 171 mg/dl, GDS 2
Jam PP: 281 mg/dl)
64
PRIORITAS MASALAH
65
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. SM Kelompok :C
Ruangan/Kamar : Kasuari / 9A Angkatan : XV
Diagnosis Medis : SNH + DM Tipe II + ACS Tahun : 2019
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
1 Hambatan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC : Terapi Latihan : Mobilitas Sendi (0224)
dengan penurunan kekuatan otot jam diharapkan hambatan mobilitas fisik berkurang 1. Lakukan pengkajian terkait fungsi motorik klien
dengan kriteria hasil : dengan cara meminta klien untuk melakukan suatu
NOC : Mobilitas (0208) gerakan
a. Aktivitas fisik klien meningkat (skala 2 ke 4) 2. Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi
b. Klien memahami tujuan dari peningkatan mobilitas 3. Ajarkan pada pasien/keluarga mengenai tekhnik ROM
(skala 2 ke 4) pasif dan ROM aktif
NOC : Perawatan Diri : Aktivitas Sehari-hari 4. Bantu dalam melakukan latihan ROM pada semua
(0300) ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan
a. Pemenuhan ADL pasien meningkat (skala 2 ke 4) lembut
66
2: banyak terganggu 2. Ajarkan klien dan keluarga tentang cara mengubah
3: cukup terganggu posisi dan berikan bantuan jika diperlukan klien
67
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
2 Hambatan komunikasi verbal NOC : Komunikasi (0902) NIC : Peningkatan Komunikasi : Kurang Bicara (4976)
berhubungan dengan gangguan sistem Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 x 24 1. Berikan kepada klien satu kalimat sederhana setiap
saraf pusat dan hambatan fisik jam hambatan komunikasi verbal pasien dapat teratasi pertemuan
dengan kriteria hasil : 2. Berikan motivasi pada klien untuk berkomunikasi
a. Menggunakan bahasa lisan sedikit terganggu (skala secara perlahan
2 ke 4) 3. Gunakan gambar, kertas, pulpen, bahasa tubuh,
b. Mengenali pesan yang diterima sedikit terganggu dan lain-lain dalam memfasilitasi komunikasi dua
(skala 2 ke 4) arah agar tetap optimal
c. Pertukaran pesan yang akurat dengan orang lain 4. Berdiri didepan pasien ketika berbicara
sedikit terganggu (skala 2 ke 4) 5. Anjurkan keluarga secara teratur untuk memberi
Keterangan: stimulus komunikasi
1 : sangat terganggu 6. Minta klien untuk dapat mengekspresikan diri
2: banyak terganggu dengan cara lain dalam menyampaikan informasi
68
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
3 Defisien pengetahuan keluarga NOC : Proses Penyakit (1803) NIC: Pengajaran : Proses Penyakit (5602)
berhubungan dengan kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses
tentang penyakit penjelasan, masalah defisien pengetahuan dapat penyakit yang spesifik
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan penyebab, tanda dan gejala yang umum dari
Pengetahuan mengenai Proses perjalanan penyakit penyakit sesuai kebutuhan
biasanya (skala 2 ke 4) 3. Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan
Keterangan: 4. Berikan informasi kepada pasien mengenai kondisinya,
1: tidak ada pengetahuan sesuai kebutuhan
2: pengetahuan terbatas 5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang perlu
3: pengetahuan sedang diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
69
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
4 Risiko jatuh dengan faktor risiko NOC : Kontrol Risiko (1902) NIC : Manajemen Lingkungan (6480)
hambatan mobilitas dan gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 1. Lakukan identifikasi tentang kebutuhan keamanan
keseimbangan jam risiko jatuh tidak terjadi dengan kriteria hasil : klien, berdasarkan fungsi kognitif, tingkat fisik, dan
a. Klien mengetahui strategi untuk mengatasi risiko riwayat penyakit
jatuh (skala 2 ke 4) 2. Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien agar
b. Klien dapat menunjukkan sikap melindungi diri terhindar dari risiko jatuh (seperti membersihkan lantai
dari risiko jatuh (skala 2 ke 4) yang licin)
c. Klien tidak mengalami jatuh (skala 2 ke 4) 3. Jauhkan objek berbahaya dari lingkungan klien yang
70
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
5 Risiko ketidak stabilan kadar glukosa NOC : Keparahan Hiperglikemia (2111) NIC : Manajemen Hiperglikemia (2120)
darah dengan faktor risiko kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam 1. Monitor kadar gula darah
kepatuhan pada rencana manajemen resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah tidak 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (polyuria,
diabetes terjadi dengan kriteria hasil : polidipsi, polifagia, kelemahan, malaise, penglihatan
a. Kelelahan dalam batas normal (skala 2 ke 5) kabur, sakit kepala)
b. Sakit kepala dalam batas normal (skala 2 ke 5) 3. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
c. Peningkatan glukosa darah dalam batas normal 4. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari
(skala 2 ke 5) 250 mg
Keterangan: 5. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah
1: berat 6. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
2: besar pencegahan, pengenalan tanda-tanda hiperglikemia dan
5: tidak ada
71
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
6 Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC : Monitor Neorologi (2620)
otak dengan faktor risiko embolisme jam diharapkan masalah risiko ketidakefektifan 1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan dan
perfusi jaringan otak tidak terjadi dengan kriteria reaktivitas pupil
hasil : 2. Monitor tingkat kesadaran dan GCS
NOC : Perfusi jaringan serebral (0406) 3. Monitor tanda-tanda vital tiap 60 menit
1. Tekanan darah sistolik (skala 2 ke 4) 4. Monitor tanda-tanda peningkatan TIK
2. Tekanan darah diastolik (skala 2 ke 4) 5. Monitor refleks kornea dan refleks batuk
Keterangan: 6. Monitor tonus otot, pergerakan motorik, tremor
1: deviasi berat dari kisaran normal dan kesimetrisan wajah
2: deviasi yang cukup besar dari kisaran normal 7. Catat adanya keluhan sakit kepala
3: deviasi sedang dari kisaran normal
4: deviasi ringan dari kisaran normal NIC : Peningkatan Perfusi Serebral (2550)
5: tidak ada deviasi dari kisaran normal 1. Minimalkan pergerakan kepala
NOC : Status Neurologi (0909) 2. Posisikan kepala klien dengan head up 15 – 300
1. Kesadaran (skala 4 ke 5) 3. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi (manitol,
72
2. Pupil isokor dan reaktif (skala 4 ke 5) antihipertensi, kalsium channel blocker dan
Keterangan : antifibrinolitik)
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
73
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TTD TTD
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
1 Senin, 6 Mei 2019 a. Melakukan pengkajian terkait fungsi motorik Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan tangan dan kaki
Jam 09.00 wita klien dengan meminta pasien melakukan Jam 12.30 wita sebelah kiri masih lemah untuk
gerakan mengangkat tangan dan kaki sebelah digerakkan tetapi selalu dicoba untuk
kiri yang mengalami kelemahan semampu dilatih sesuai yang sudah diajarkan
pasien oleh perawat
b. Selalu mendampingi dan membantu pasien O:
saat latihan mengerakkan tangan dan kaki - Pasien tampak terbaring ditempat
sebelah kiri tidur, aktivitas masih sebatas miring
c. Mengajarkan pasien untuk menggerakkan kiri-miring kanan, dan duduk yang
kaki dan tangan kiri yang mengalami bisa dilakukan serta mencoba
kelemahan dengan cara ROM pasif seperti menggerakkan tangan dan kaki
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, pronasi, sebelah kiri yang mengalami
74
supinasi dan rotasi sebanyak 8 kali setiap kelemahan seperti yang dianjurkan
gerakan dan selama 10 - 15 menit perawat seperti menggenggam bola
d. Membantu pasien dalam melakukan latihan karet untuk melatih otot dan jari
ROM pasif pada semua ekstremitas dan sendi tangan sebelah kiri
dengan menggunakan gerakkan perlahan dan - Saat dijelaskan maupun saat dilakukan
lembut latihan ROM pasif pasien dapat
e. Mengajarkan untuk menggenggam bola karet memahami penjelasan yang diberikan
setiap saat untuk melatih otot dan jari tangan dan mengikuti latihan dengan baik
sebelah kiri yang mengalami kelemahan - Skala kekuatan otot :
(Astriani dan Ariana, 2016) 5 5 5 5 4 3 3 3
f. Melakukan pengkajian terhadap kemampuan 5 5 5 5 4 3 3 3
klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari - Pasien BAB, BAK, Mandi serta
seperti BAB, BAK, mandi dan berpakaian berpakaian masih dibantu anak dan
g. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan istri nya.
sehari-harinya seperti BAB, BAK, mandi,
dan berpakaian A : Masalah belum teratasi
h. Mengajarkan klien dan keluarga tentang
pentingnya berubah posisi seperti miring kiri P : Lanjutkan intervensi
– miring kanan dan memberikan bantuan jika
klien tidak mampu sendiri.
75
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TTD TTD
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
2 Senin, 6 Mei 2019 a. Mengajarkan klien menyebutkan satu kalimat Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan masih sulit
Jam 09.20 wita sederhana setiap pertemuan seperti “Mau Jam 12.45 wita berbicara dengan kondisi pelo, merasa
minum pakai sedotan” atau menyebutkan kurang percaya diri dalam
AIUEO. mengeluarkan kata-kata.
b. Selalu memberikan motivasi kepada klien O:
agar mau berkomunikasi secara perlahan- - Pasien tampak kurang semangat untuk
lahan saat pasien merasa malu atau berbicara
malasuntuk berbicara - Bicara pasien pelan dan pendek
c. Menggunakan kertas dan pulpen untuk - Pasien tampak berusaha menyebutkan
digunakan pasien dalam menyampaikan apa AIUEO saat diminta oleh perawat
yang diinginkan nya atau apa yang namun belum jelas
dikeluhkannya agar komunikasi dapat - Setiap jawaban yang diberikan pasien
optimal dari pertanyaan yang disampaikan
d. Perawat selalu berdiri didepan pasien saat perawat sangat singkat dan kurang
berbicara dengan pasien jelas
e. Meminta pasien untuk menggunakan bahasa - Mulut pasien tampak pelo
isyarat seperti menggerakkan tangan,
76
mengangguk, atau menggeleng saat tidak bisa A : Masalah belum teratasi
berkomunikasi dengan cara yang lain
P : Lanjutkan intervensi
77
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TTD TTD
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
3 Senin, 6 Mei 2019 a. Mengkaji pengetahuan pasien tentang Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien dan keluarga mengatakan sudah
Jam 09.45 wita penyakitnya Jam 13.00 wita memahami tentang penyakitnya.
78
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
4 Senin, 6 Mei 2019 a. Mengidentifikasi kekurangan pasien baik Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan saat mencoba
Jam 10.00 wita kognitif maupun fisik yang dapat Jam 13.20 wita berjalan ke kamar mandi masih perlu
meningkatkan potensi pasien jatuh, seperti dibantu anak dan istri karena takut
kelemahan pada kaki dan tangan sebelah kiri jatuh. Selama ini belum pernah
b. Memastikan lantai disekitar ruang perawatan sampai jatuh karena bila berjalan
pasien tidak licin untuk menghindari pasien selalu dibantu.
jatuh saat latihan berjalan atau ke kamar O:
mandi - Pasien tampak dibantu istri saat
c. Meletakkan benda-benda yang dibutuhkan kekamar mandi
pasien dalam jangkauan yang mudah bagi - Kondisi lantai disekitar ruang
pasien perawatan pasien tampak bersih dan
d. Menyarankan kepada pasien untuk meminta kering
bantuan bila tidak mampu melakukan sendiri - Saat berjalan pasien masih dibantu
e. Menganjurkan pasien untuk menggunakan istri dan masih memegang bahu
alat bantu seperti tongkat/walker untuk istrinya
membantu pasien berjalan - Tidak ada benda-benda yang
f. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk berserakan dilantai
79
tidak meletakkan benda-benda sembarangan - Pasien dan keluarga tampak
dilantai memahami apa yang sudah
diinstruksikan oleh perawat untuk
menghindari pasien jatuh
P : Lanjutkan intervensi
80
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
5 Senin, 6 Mei 2019 a. Memonitor kadar glukosa darah : Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan badan masih
Jam 10.20 wita GDS pasien 171 mg/dl Jam 13.40 wita lemas, sering haus dan kadang masih
b. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia pusing
Poliuri, polidipsi, poliphagi, penglihatan O:
kabur, lemas, sakit kepala. - GDS : 171 mg/dl
c. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab - Infus Normal Saline 20 tetes/menit
hiperglikemia seperti lupa minum obat atau Terpasang pada vena radialis sinistra
konsumsi gula berlebih - Pemberian obat anti diabetic
d. Menganjurkan pasien untuk membatasi Metformin tablet 3 x 500 mg
aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat
dari 250 mg makan)
e. Menginstruksikan pasien mengenai
pencegahan, pengenalan tanda-tanda dan A : Masalah tidak terjadi
manajemen hiperglikemia dengan selalu
mengontrol GDS dan obat-obatan yang harus P : Lanjutkan intervensi
diminum, mengontrol nutrisi dan diet, serta
mengontrol aktivitas yang sebaiknya
81
dilakukan
f. Berkolaborasi dalam pemberian obat anti
diabetik :
Metformin tablet 3 x 500 mg
Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat makan)
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
82
6 Senin, 6 Mei 2019 a. Memonitor tingkat kesadaran Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan sedikit pusing,
Jam 10.45 wita GCS : E 4, V 5, M 6 Jam 14.00 wita tidak ada mual ataupun muntah,
b. Memonitor tanda – tanda vital penglihatan tidak kabur.
TD : 130/80 mmhg, Resp : 22 x/mnt, Nadi : O:
0
88 x/mnt, Suhu : 36,5 C - Kondisi umum pasien tampak lemah
c. Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK - Refleks kornea pasien baik
seperti sakit kepala berlebihan, mual dan - GCS : E 4, V 5, M 6
muntah, penglihatan ganda, tekanan darah - Tanda – tanda vital :
meningkat, merasa bingung, gelisah dan TD : 130/80 mmhg, Resp : 22 x/mnt,
perunahan perilaku Nadi : 88 x/mnt, Suhu : 36,5 0C
d. Memonitor refleks kornea seperti langsung - Pemberian obat :
mengkedip bila di sentuh menggunakan Coucor tab 1x2,5 mg
benda asing seperti cotton bud Citicolin injeksi 2x1 gr
e. Memonitor tonus otot, pergerakan motorik, Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
tremor dan kesimetrisan wajah. Pada pasien Piracetam injeksi 1 x 1 gr
terjadi kelemahan pada tangan dan kaki
sebelah kiri serta mulut pelo
f. Mencatat bila adanya keluhan sakit kepala A : Masalah belum teratasi
g. Berkolaborasi dalam pemberian obat
Coucor tab 1x2,5 mg P : Lanjutkan intervensi
83
Citicolin injeksi 2x1 gr
Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
Piracetam injeksi 1 x 1 gr
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TTD TTD
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
84
1 Senin, 6 Mei 2019 a. Melakukan pengkajian terkait fungsi motorik Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan tangan dan kaki
Jam 15.00 wita klien dengan meminta pasien melakukan Jam 19.00 wita sebelah kiri masih lemah untuk
gerakan mengangkat tangan dan kaki sebelah digerakkan tetapi selalu dicoba untuk
kiri yang mengalami kelemahan semampu dilatih sesuai yang sudah diajarkan
pasien oleh perawat
b. Selalu mendampingi dan membantu pasien O:
saat latihan mengerakkan tangan dan kaki - Pasien tampak terbaring ditempat
sebelah kiri tidur, aktivitas masih sebatas miring
c. Mengajarkan pasien untuk menggerakkan kiri-miring kanan, dan duduk yang
kaki dan tangan kiri yang mengalami bisa dilakukan serta mencoba
kelemahan dengan cara ROM pasif seperti menggerakkan tangan dan kaki
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, pronasi, sebelah kiri yang mengalami
supinasi dan rotasi sebanyak 8 kali setiap kelemahan seperti yang dianjurkan
gerakan dan selama 10 - 15 menit perawat seperti menggenggam bola
d. Membantu pasien dalam melakukan latihan karet untuk melatih otot dan jari
ROM pasif pada semua ekstremitas dan tangan sebelah kiri
sendi dengan menggunakan gerakkan - Saat dijelaskan maupun saat dilakukan
perlahan dan lembut latihan ROM pasif pasien dapat
e. Mengajarkan untuk menggenggam bola karet memahami penjelasan yang diberikan
setiap saat untuk melatih otot dan jari tangan dan mengikuti latihan dengan baik
85
sebelah kiri yang mengalami kelemahan - Skala kekuatan otot :
(Astriani dan Ariana, 2016) 5 5 5 5 4 3 3 3
f. Melakukan pengkajian terhadap kemampuan 5 5 5 5 4 3 3 3
klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari - Pasien BAB, BAK, Mandi serta
seperti BAB, BAK, mandi dan berpakaian berpakaian masih dibantu anak dan
g. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan istri nya.
sehari-harinya seperti BAB, BAK, mandi,
dan berpakaian A : Masalah belum teratasi
h. Mengajarkan klien dan keluarga tentang
pentingnya berubah posisi seperti miring kiri P : Lanjutkan intervensi
– miring kanan dan memberikan bantuan jika
klien tidak mampu sendiri.
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TTD TTD
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
2 Senin, 6 Mei 2019 a. Mengajarkan klien menyebutkan satu Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan masih sulit
Jam 15.20 wita kalimat sederhana setiap pertemuan seperti Jam 19.15 wita berbicara dengan kondisi pelo, merasa
“Mau minum pakai sedotan” atau kurang percaya diri dalam
86
menyebutkan AIUEO. mengeluarkan kata-kata.
b. Selalu memberikan motivasi kepada klien O:
agar mau berkomunikasi secara perlahan- - Pasien tampak kurang semangat untuk
lahan saat pasien merasa malu atau berbicara
malasuntuk berbicara - Bicara pasien pelan dan pendek
c. Menggunakan kertas dan pulpen untuk - Pasien tampak berusaha menyebutkan
digunakan pasien dalam menyampaikan apa AIUEO saat diminta oleh perawat
yang diinginkan nya atau apa yang namun belum jelas
dikeluhkannya agar komunikasi dapat - Setiap jawaban yang diberikan pasien
optimal dari pertanyaan yang disampaikan
d. Perawat selalu berdiri didepan pasien saat perawat sangat singkat dan kurang
berbicara dengan pasien jelas
e. Meminta pasien untuk menggunakan bahasa - Mulut pasien tampak pelo
isyarat seperti menggerakkan tangan,
mengangguk, atau menggeleng saat tidak A : Masalah belum teratasi
bisa berkomunikasi dengan cara yang lain
P : Lanjutkan intervensi
87
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
4 Senin, 6 Mei 2019 a. Mengidentifikasi kekurangan pasien baik Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan saat mencoba
Jam 15.40 wita kognitif maupun fisik yang dapat Jam 19.30 wita berjalan ke kamar mandi masih perlu
meningkatkan potensi pasien jatuh, seperti dibantu anak dan istri karena takut
88
kelemahan pada kaki dan tangan sebelah kiri jatuh. Selama ini belum pernah
b. Memastikan lantai disekitar ruang perawatan sampai jatuh karena bila berjalan
pasien tidak licin untuk menghindari pasien selalu dibantu.
jatuh saat latihan berjalan atau ke kamar O:
mandi - Pasien tampak dibantu istri saat
c. Meletakkan benda-benda yang dibutuhkan kekamar mandi
pasien dalam jangkauan yang mudah bagi - Kondisi lantai disekitar ruang
pasien perawatan pasien tampak bersih dan
d. Menyarankan kepada pasien untuk meminta kering
bantuan bila tidak mampu melakukan sendiri - Saat berjalan pasien masih dibantu
e. Menganjurkan pasien untuk menggunakan istri dan masih memegang bahu
alat bantu seperti tongkat/walker untuk istrinya
membantu pasien berjalan - Tidak ada benda-benda yang
f. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk berserakan dilantai
tidak meletakkan benda-benda sembarangan - Pasien dan keluarga tampak
dilantai memahami apa yang sudah
diinstruksikan oleh perawat untuk
menghindari pasien jatuh
89
P : Lanjutkan intervensi
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
5 Senin, 6 Mei 2019 a. Memonitor kadar glukosa darah : Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan badan masih
Jam 16.00 wita GDS pasien 171 mg/dl Jam 19.40 wita lemas, sering haus dan kadang masih
b. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia pusing
90
Poliuri, polidipsi, poliphagi, penglihatan O:
kabur, lemas, sakit kepala. - GDS : 171 mg/dl
c. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab - Infus Normal Saline 20 tetes/menit
hiperglikemia seperti lupa minum obat atau Terpasang pada vena radialis sinistra
konsumsi gula berlebih - Pemberian obat anti diabetic
d. Menganjurkan pasien untuk membatasi Metformin tablet 3 x 500 mg
aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat
dari 250 mg makan)
e. Menginstruksikan pasien mengenai
pencegahan, pengenalan tanda-tanda dan A : Masalah tidak terjadi
manajemen hiperglikemia dengan selalu
mengontrol GDS dan obat-obatan yang harus P : Lanjutkan intervensi
diminum, mengontrol nutrisi dan diet, serta
mengontrol aktivitas yang sebaiknya
dilakukan
f. Berkolaborasi dalam pemberian obat anti
diabetik :
Metformin tablet 3 x 500 mg
Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat makan)
91
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
6 Senin, 6 Mei 2019 a. Memonitor tingkat kesadaran Senin, 6 Mei 2019 S : Pasien mengatakan sedikit pusing,
Jam 16.20 wita GCS : E 4, V 5, M 6 Jam 20.00 wita tidak ada mual ataupun muntah,
b. Memonitor tanda – tanda vital penglihatan tidak kabur.
TD : 130/80 mmhg, Resp : 22 x/mnt, Nadi : O:
88 x/mnt, Suhu : 36,5 0C - Kondisi umum pasien tampak lemah
c. Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK - Refleks kornea pasien baik
92
seperti sakit kepala berlebihan, mual dan - GCS : E 4, V 5, M 6
muntah, penglihatan ganda, tekanan darah - Tanda – tanda vital :
meningkat, merasa bingung, gelisah dan TD : 130/80 mmhg, Resp : 22 x/mnt,
perunahan perilaku Nadi : 88 x/mnt, Suhu : 36,5 0C
d. Memonitor refleks kornea seperti langsung - Pemberian obat :
mengkedip bila di sentuh menggunakan Coucor tab 1x2,5 mg
benda asing seperti cotton bud Citicolin injeksi 2x1 gr
e. Memonitor tonus otot, pergerakan motorik, Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
tremor dan kesimetrisan wajah. Pada pasien Piracetam injeksi 1 x 1 gr
terjadi kelemahan pada tangan dan kaki
sebelah kiri serta mulut pelo
f. Mencatat bila adanya keluhan sakit kepala A : Masalah belum teratasi
g. Berkolaborasi dalam pemberian obat
Coucor tab 1x2,5 mg P : Lanjutkan intervensi
Citicolin injeksi 2x1 gr
Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
Piracetam injeksi 1 x 1 gr
93
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TTD TTD
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
1 Senin, 6 Mei 2019 a. Melakukan pengkajian terkait fungsi motorik Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan tangan dan kaki
Jam 20.30 wita klien dengan meminta pasien melakukan Jam 06.00 wita sebelah kiri masih lemah untuk
gerakan mengangkat tangan dan kaki sebelah digerakkan tetapi selalu dicoba untuk
kiri yang mengalami kelemahan semampu dilatih sesuai yang sudah diajarkan
pasien oleh perawat
b. Selalu mendampingi dan membantu pasien O:
94
saat latihan mengerakkan tangan dan kaki - Pasien tampak terbaring ditempat
sebelah kiri tidur, aktivitas masih sebatas miring
c. Mengajarkan pasien untuk menggerakkan kiri-miring kanan, dan duduk yang
kaki dan tangan kiri yang mengalami bisa dilakukan serta mencoba
kelemahan dengan cara ROM pasif seperti menggerakkan tangan dan kaki
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, pronasi, sebelah kiri yang mengalami
supinasi dan rotasi sebanyak 8 kali setiap kelemahan seperti yang dianjurkan
gerakan dan selama 10 - 15 menit perawat seperti menggenggam bola
d. Membantu pasien dalam melakukan latihan karet untuk melatih otot dan jari
ROM pasif pada semua ekstremitas dan tangan sebelah kiri
sendi dengan menggunakan gerakkan - Saat dijelaskan maupun saat dilakukan
perlahan dan lembut latihan ROM pasif pasien dapat
e. Mengajarkan untuk menggenggam bola karet memahami penjelasan yang diberikan
setiap saat untuk melatih otot dan jari tangan dan mengikuti latihan dengan baik
sebelah kiri yang mengalami kelemahan - Skala kekuatan otot :
(Astriani dan Ariana, 2016) 5 5 5 5 4 3 3 3
f. Melakukan pengkajian terhadap kemampuan 5 5 5 5 4 3 3 3
klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari - Pasien BAB, BAK, Mandi serta
seperti BAB, BAK, mandi dan berpakaian berpakaian masih dibantu anak dan
g. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan istri nya.
95
sehari-harinya seperti BAB, BAK, mandi,
dan berpakaian A : Masalah belum teratasi
h. Mengajarkan klien dan keluarga tentang
pentingnya berubah posisi seperti miring kiri P : Lanjutkan intervensi
– miring kanan dan memberikan bantuan jika
klien tidak mampu sendiri.
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TTD TTD
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
2 Senin, 6 Mei 2019 a. Mengajarkan klien menyebutkan satu Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan masih sulit
Jam 20.45 wita kalimat sederhana setiap pertemuan seperti Jam 06.15 wita berbicara dengan kondisi pelo, merasa
“Mau minum pakai sedotan” atau kurang percaya diri dalam
menyebutkan AIUEO. mengeluarkan kata-kata.
b. Selalu memberikan motivasi kepada klien O:
agar mau berkomunikasi secara perlahan- - Pasien tampak kurang semangat untuk
lahan saat pasien merasa malu atau berbicara
malasuntuk berbicara - Bicara pasien pelan dan pendek
c. Menggunakan kertas dan pulpen untuk - Pasien tampak berusaha menyebutkan
96
digunakan pasien dalam menyampaikan apa AIUEO saat diminta oleh perawat
yang diinginkan nya atau apa yang namun belum jelas
dikeluhkannya agar komunikasi dapat - Setiap jawaban yang diberikan pasien
optimal dari pertanyaan yang disampaikan
d. Perawat selalu berdiri didepan pasien saat perawat sangat singkat dan kurang
berbicara dengan pasien jelas
e. Meminta pasien untuk menggunakan bahasa - Mulut pasien tampak pelo
isyarat seperti menggerakkan tangan,
mengangguk, atau menggeleng saat tidak A : Masalah belum teratasi
bisa berkomunikasi dengan cara yang lain
P : Lanjutkan intervensi
97
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
4 Senin, 6 Mei 2019 a. Mengidentifikasi kekurangan pasien baik Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan saat mencoba
Jam 21.00 wita kognitif maupun fisik yang dapat Jam 06.30 wita berjalan ke kamar mandi masih perlu
meningkatkan potensi pasien jatuh, seperti dibantu anak dan istri karena takut
kelemahan pada kaki dan tangan sebelah kiri jatuh. Selama ini belum pernah
b. Memastikan lantai disekitar ruang perawatan sampai jatuh karena bila berjalan
pasien tidak licin untuk menghindari pasien selalu dibantu.
jatuh saat latihan berjalan atau ke kamar O:
mandi - Pasien tampak dibantu istri saat
c. Meletakkan benda-benda yang dibutuhkan kekamar mandi
98
pasien dalam jangkauan yang mudah bagi - Kondisi lantai disekitar ruang
pasien perawatan pasien tampak bersih dan
d. Menyarankan kepada pasien untuk meminta kering
bantuan bila tidak mampu melakukan sendiri - Saat berjalan pasien masih dibantu
e. Menganjurkan pasien untuk menggunakan istri dan masih memegang bahu
alat bantu seperti tongkat/walker untuk istrinya
membantu pasien berjalan - Tidak ada benda-benda yang
f. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk berserakan dilantai
tidak meletakkan benda-benda sembarangan - Pasien dan keluarga tampak
dilantai memahami apa yang sudah
diinstruksikan oleh perawat untuk
menghindari pasien jatuh
P : Lanjutkan intervensi
99
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
5 Senin, 6 Mei 2019 a. Memonitor kadar glukosa darah : Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan badan masih
Jam 21.15 wita GDS pasien 171 mg/dl Jam 06.45 wita lemas, sering haus dan kadang masih
b. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia pusing
Poliuri, polidipsi, poliphagi, penglihatan O:
kabur, lemas, sakit kepala. - GDS : 171 mg/dl
c. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab - Infus Normal Saline 20 tetes/menit
hiperglikemia seperti lupa minum obat atau Terpasang pada vena radialis sinistra
konsumsi gula berlebih - Pemberian obat anti diabetic
d. Menganjurkan pasien untuk membatasi Metformin tablet 3 x 500 mg
100
aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat
dari 250 mg makan)
e. Menginstruksikan pasien mengenai
pencegahan, pengenalan tanda-tanda dan A : Masalah tidak terjadi
manajemen hiperglikemia dengan selalu
mengontrol GDS dan obat-obatan yang harus P : Lanjutkan intervensi
diminum, mengontrol nutrisi dan diet, serta
mengontrol aktivitas yang sebaiknya
dilakukan
f. Berkolaborasi dalam pemberian obat anti
diabetik :
Metformin tablet 3 x 500 mg
Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat makan)
101
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
6 Senin, 6 Mei 2019 a. Memonitor tingkat kesadaran Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan sedikit pusing,
Jam 21.30 wita GCS : E 4, V 5, M 6 Jam 07.00 wita tidak ada mual ataupun muntah,
b. Memonitor tanda – tanda vital penglihatan tidak kabur.
TD : 130/80 mmhg, Resp : 22 x/mnt, Nadi : O:
0
88 x/mnt, Suhu : 36,5 C - Kondisi umum pasien tampak lemah
c. Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK - Refleks kornea pasien baik
seperti sakit kepala berlebihan, mual dan - GCS : E 4, V 5, M 6
muntah, penglihatan ganda, tekanan darah - Tanda – tanda vital :
meningkat, merasa bingung, gelisah dan TD : 130/80 mmhg, Resp : 22 x/mnt,
perunahan perilaku Nadi : 88 x/mnt, Suhu : 36,5 0C
d. Memonitor refleks kornea seperti langsung - Pemberian obat :
mengkedip bila di sentuh menggunakan Coucor tab 1x2,5 mg
102
benda asing seperti cotton bud Citicolin injeksi 2x1 gr
e. Memonitor tonus otot, pergerakan motorik, Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
tremor dan kesimetrisan wajah. Pada pasien Piracetam injeksi 1 x 1 gr
terjadi kelemahan pada tangan dan kaki
sebelah kiri serta mulut pelo
f. Mencatat bila adanya keluhan sakit kepala A : Masalah belum teratasi
g. Berkolaborasi dalam pemberian obat
Coucor tab 1x2,5 mg P : Lanjutkan intervensi
Citicolin injeksi 2x1 gr
Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
Piracetam injeksi 1 x 1 gr
103
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
1 Selasa, 7 Mei 2019 a. Melakukan pengkajian terkait fungsi motorik Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan tangan dan kaki
Jam 09.00 wita klien dengan meminta pasien melakukan Jam 12.30 wita sebelah kiri sudah mulai bisa
gerakan mengangkat tangan dan kaki sebelah digerakan dengan baik tapi masih
kiri yang mengalami kelemahan semampu harus pelan-pelan
pasien O:
b. Selalu mendampingi dan membantu pasien - Pasien tampak berjalan ke kamar
saat latihan mengerakkan tangan dan kaki mandi dengan dibantu istri dan saat
sebelah kiri kembali ke tempat tidur pasien berlatih
c. Mengajarkan pasien untuk menggerakkan menggenggam bola karet
kaki dan tangan kiri yang mengalami menggunakan tangan kiri
kelemahan dengan cara ROM pasif seperti - Skala kekuatan otot :
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, pronasi, 5 5 5 5 4 4 4 4
supinasi dan rotasi sebanyak 8 kali setiap 5 5 5 5 4 4 4 4
104
gerakan dan selama 10 - 15 menit
d. Membantu pasien dalam melakukan latihan - Pasien BAB, Mandi serta berpakaian
ROM pasif pada semua ekstremitas dan masih dibantu anak dan istri nya
105
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
2 Selasa, 7 Mei 2019 a. Mengajarkan klien menyebutkan satu Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan untuk berbicara
Jam 09.20 wita kalimat sederhana setiap pertemuan seperti Jam 12.45 wita masih terasa sulit karena masih pelo
“Mau minum pakai sedotan” atau tetapi selalu berusaha agar dapat
menyebutkan AIUEO. berbicara dengan baik
b. Selalu memberikan motivasi kepada klien O:
agar mau berkomunikasi secara perlahan- - Pasien tampak mulai banyak mencoba
lahan saat pasien merasa malu atau untuk berbicara
malasuntuk berbicara - Bicara pasien masih pelan tetapi mulai
c. Menggunakan kertas dan pulpen untuk banyak kalimat yang diucapkan
digunakan pasien dalam menyampaikan apa - Kata-kata yang diucapkan sudah mulai
yang diinginkan nya atau apa yang jelas
dikeluhkannya agar komunikasi dapat - Mulut pasien masih tampak pelo
optimal
d. Perawat selalu berdiri didepan pasien saat A : Masalah belum teratasi
berbicara dengan pasien
e. Meminta pasien untuk menggunakan bahasa P : Lanjutkan intervensi
isyarat seperti menggerakkan tangan,
106
mengangguk, atau menggeleng saat tidak
bisa berkomunikasi dengan cara yang lain
107
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
4 Selasa, 7 Mei 2019 a. Mengidentifikasi kekurangan pasien baik Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan mencoba latihan
Jam 10.00 wita kognitif maupun fisik yang dapat Jam 13.20 wita berjalan perlahan-lahan dengan
meningkatkan potensi pasien jatuh, seperti memegang bahu istrinya sambil
kelemahan pada kaki dan tangan sebelah kiri memperhatikan kondisi lantai
b. Memastikan lantai disekitar ruang perawatan O:
pasien tidak licin untuk menghindari pasien - Pasien tampak berusaha latihan
jatuh saat latihan berjalan atau ke kamar berjalan dengan masih dibantu oleh
mandi istri nya
c. Meletakkan benda-benda yang dibutuhkan - Kondisi lantai disekitar ruang
pasien dalam jangkauan yang mudah bagi perawatan pasien tampak bersih dan
pasien kering
d. Menyarankan kepada pasien untuk meminta - Tidak ada benda-benda yang
bantuan bila tidak mampu melakukan sendiri berserakan dilantai
e. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
alat bantu seperti tongkat/walker untuk A : Masalah tidak terjadi
membantu pasien berjalan
f. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk
108
tidak meletakkan benda-benda sembarangan P : Lanjutkan intervensi
dilantai
109
Kep.
5 Selasa, 7 Mei 2019 a. Memonitor kadar glukosa darah : Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan lemas sudah
Jam 10.20 wita GDS pasien 192 mg/dl Jam 13.40 wita berkurang, sering haus dan pusing tidak
b. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia ada
Poliuri, polidipsi, poliphagi, penglihatan O:
kabur, lemas, sakit kepala. - GDS : 192 mg/dl
c. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab - Infus Normal Saline 20 tetes/menit
hiperglikemia seperti lupa minum obat atau Terpasang pada vena radialis sinistra
konsumsi gula berlebih - Pemberian obat anti diabetic
d. Menganjurkan pasien untuk membatasi Metformin tablet 3 x 500 mg
aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat
dari 250 mg makan)
e. Menginstruksikan pasien mengenai
pencegahan, pengenalan tanda-tanda dan A : Masalah tidak terjadi
manajemen hiperglikemia dengan selalu
mengontrol GDS dan obat-obatan yang harus P : Lanjutkan intervensi
diminum, mengontrol nutrisi dan diet, serta
mengontrol aktivitas yang sebaiknya
dilakukan
f. Berkolaborasi dalam pemberian obat anti
110
diabetik :
Metformin tablet 3 x 500 mg
Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat makan)
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
6 Selasa, 7 Mei 2019 a. Memonitor tingkat kesadaran Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan pusing tidak ada,
Jam 10.45 wita GCS : E 4, V 5, M 6 Jam 14.00 wita tidak ada mual ataupun muntah,
111
b. Memonitor tanda – tanda vital penglihatan tidak kabur.
TD : 120/70 mmhg, Resp : 20 x/mnt, Nadi : O:
82 x/mnt, Suhu : 36,0 0C - Kondisi umum pasien tampak baik,
c. Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK pasien sudah mulai turun dari tempat
seperti sakit kepala berlebihan, mual dan tidur
muntah, penglihatan ganda, tekanan darah - Refleks kornea pasien baik
meningkat, merasa bingung, gelisah dan - GCS : E 4, V 5, M 6
perunahan perilaku - Tanda – tanda vital :
d. Memonitor refleks kornea seperti langsung TD : 120/70 mmhg, Resp : 20 x/mnt,
mengkedip bila di sentuh menggunakan Nadi : 82 x/mnt, Suhu : 36,0 0C
benda asing seperti cotton bud - Pemberian obat :
e. Memonitor tonus otot, pergerakan motorik, Coucor tab 1x2,5 mg
tremor dan kesimetrisan wajah. Pada pasien Citicolin injeksi 2x1 gr
terjadi kelemahan pada tangan dan kaki Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
sebelah kiri serta mulut pelo Piracetam injeksi 1 x 1 gr
f. Mencatat bila adanya keluhan sakit kepala
g. Berkolaborasi dalam pemberian obat
Coucor tab 1x2,5 mg A : Masalah belum teratasi
Citicolin injeksi 2x1 gr
Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml P : Lanjutkan intervensi
112
Piracetam injeksi 1 x 1 gr
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
1 Selasa, 7 Mei 2019 a. Melakukan pengkajian terkait fungsi motorik Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan tangan dan kaki
Jam 14.30 wita klien dengan meminta pasien melakukan Jam 19.00 wita sebelah kiri sudah mulai bisa
113
gerakan mengangkat tangan dan kaki sebelah digerakan dengan baik tapi masih
kiri yang mengalami kelemahan semampu harus pelan-pelan
pasien O:
b. Selalu mendampingi dan membantu pasien - Pasien tampak berjalan ke kamar
saat latihan mengerakkan tangan dan kaki mandi dengan dibantu istri dan saat
sebelah kiri kembali ke tempat tidur pasien berlatih
c. Mengajarkan pasien untuk menggerakkan menggenggam bola karet
kaki dan tangan kiri yang mengalami menggunakan tangan kiri
kelemahan dengan cara ROM pasif seperti - Skala kekuatan otot :
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, pronasi, 5 5 5 5 4 4 4 4
supinasi dan rotasi sebanyak 8 kali setiap 5 5 5 5 4 4 4 4
gerakan dan selama 10 - 15 menit - Pasien BAB, Mandi serta berpakaian
d. Membantu pasien dalam melakukan latihan masih dibantu anak dan istri nya
ROM pasif pada semua ekstremitas dan
sendi dengan menggunakan gerakkan
perlahan dan lembut A : Masalah belum teratasi
e. Mengajarkan untuk menggenggam bola karet
setiap saat untuk melatih otot dan jari tangan P : Lanjutkan intervensi
sebelah kiri yang mengalami kelemahan
(Astriani dan Ariana, 2016)
114
f. Melakukan pengkajian terhadap kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
seperti BAB, BAK, mandi dan berpakaian
g. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya seperti BAB, BAK, mandi,
dan berpakaian
h. Mengajarkan klien dan keluarga tentang
pentingnya berubah posisi seperti miring kiri
– miring kanan dan memberikan bantuan jika
klien tidak mampu sendiri.
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
2 Selasa, 7 Mei 2019 a. Mengajarkan klien menyebutkan satu Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan untuk berbicara
Jam 14.45 wita kalimat sederhana setiap pertemuan seperti Jam 13.15 wita masih terasa sulit karena masih pelo
“Mau minum pakai sedotan” atau tetapi selalu berusaha agar dapat
menyebutkan AIUEO. berbicara dengan baik
b. Selalu memberikan motivasi kepada klien O:
115
agar mau berkomunikasi secara perlahan- - Pasien tampak mulai banyak mencoba
lahan saat pasien merasa malu atau untuk berbicara
malasuntuk berbicara - Bicara pasien masih pelan tetapi mulai
c. Menggunakan kertas dan pulpen untuk banyak kalimat yang diucapkan
digunakan pasien dalam menyampaikan apa - Kata-kata yang diucapkan sudah mulai
yang diinginkan nya atau apa yang jelas
dikeluhkannya agar komunikasi dapat - Mulut pasien masih tampak pelo
optimal
d. Perawat selalu berdiri didepan pasien saat A : Masalah belum teratasi
berbicara dengan pasien
e. Meminta pasien untuk menggunakan bahasa P : Lanjutkan intervensi
isyarat seperti menggerakkan tangan,
mengangguk, atau menggeleng saat tidak
bisa berkomunikasi dengan cara yang lain
116
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
4 Selasa, 7 Mei 2019 a. Mengidentifikasi kekurangan pasien baik Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan mencoba latihan
Jam 15.00 wita kognitif maupun fisik yang dapat Jam 13.30 wita berjalan perlahan-lahan dengan
meningkatkan potensi pasien jatuh, seperti memegang bahu istrinya sambil
kelemahan pada kaki dan tangan sebelah kiri memperhatikan kondisi lantai
b. Memastikan lantai disekitar ruang perawatan O:
117
pasien tidak licin untuk menghindari pasien - Pasien tampak berusaha latihan
jatuh saat latihan berjalan atau ke kamar berjalan dengan masih dibantu oleh
mandi istri nya
c. Meletakkan benda-benda yang dibutuhkan - Kondisi lantai disekitar ruang
pasien dalam jangkauan yang mudah bagi perawatan pasien tampak bersih dan
pasien kering
d. Menyarankan kepada pasien untuk meminta - Tidak ada benda-benda yang
bantuan bila tidak mampu melakukan sendiri berserakan dilantai
e. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
alat bantu seperti tongkat/walker untuk A : Masalah tidak terjadi
membantu pasien berjalan
f. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk
tidak meletakkan benda-benda sembarangan P : Lanjutkan intervensi
dilantai
118
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
5 Selasa, 7 Mei 2019 a. Memonitor kadar glukosa darah : Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan lemas sudah
Jam 15.15 wita GDS pasien 192 mg/dl Jam 13.45 wita berkurang, sering haus dan pusing tidak
b. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia ada
Poliuri, polidipsi, poliphagi, penglihatan O:
kabur, lemas, sakit kepala. - GDS : 192 mg/dl
c. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab - Infus Normal Saline 20 tetes/menit
hiperglikemia seperti lupa minum obat atau Terpasang pada vena radialis sinistra
119
konsumsi gula berlebih - Pemberian obat anti diabetic
d. Menganjurkan pasien untuk membatasi Metformin tablet 3 x 500 mg
aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat
dari 250 mg makan)
e. Menginstruksikan pasien mengenai
pencegahan, pengenalan tanda-tanda dan A : Masalah tidak terjadi
manajemen hiperglikemia dengan selalu
mengontrol GDS dan obat-obatan yang harus P : Lanjutkan intervensi
diminum, mengontrol nutrisi dan diet, serta
mengontrol aktivitas yang sebaiknya
dilakukan
f. Berkolaborasi dalam pemberian obat anti
diabetik :
Metformin tablet 3 x 500 mg
Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat makan)
120
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
6 Selasa, 7 Mei 2019 a. Memonitor tingkat kesadaran Selasa, 7 Mei 2019 S : Pasien mengatakan pusing tidak ada,
Jam 15.30 wita GCS : E 4, V 5, M 6 Jam 14.00 wita tidak ada mual ataupun muntah,
b. Memonitor tanda – tanda vital penglihatan tidak kabur.
TD : 120/70 mmhg, Resp : 20 x/mnt, Nadi : O:
82 x/mnt, Suhu : 36,0 0C - Kondisi umum pasien tampak baik,
c. Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK pasien sudah mulai turun dari tempat
seperti sakit kepala berlebihan, mual dan tidur
muntah, penglihatan ganda, tekanan darah - Refleks kornea pasien baik
meningkat, merasa bingung, gelisah dan - GCS : E 4, V 5, M 6
perunahan perilaku - Tanda – tanda vital :
121
d. Memonitor refleks kornea seperti langsung TD : 120/70 mmhg, Resp : 20 x/mnt,
mengkedip bila di sentuh menggunakan Nadi : 82 x/mnt, Suhu : 36,0 0C
benda asing seperti cotton bud - Pemberian obat :
e. Memonitor tonus otot, pergerakan motorik, Coucor tab 1x2,5 mg
tremor dan kesimetrisan wajah. Pada pasien Citicolin injeksi 2x1 gr
terjadi kelemahan pada tangan dan kaki Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
sebelah kiri serta mulut pelo Piracetam injeksi 1 x 1 gr
f. Mencatat bila adanya keluhan sakit kepala
g. Berkolaborasi dalam pemberian obat A : Masalah belum teratasi
Coucor tab 1x2,5 mg
Citicolin injeksi 2x1 gr P : Lanjutkan intervensi
Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
Piracetam injeksi 1 x 1 gr
122
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
1 Selasa, 7 Mei 2019 a. Melakukan pengkajian terkait fungsi motorik Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan tangan dan kaki
Jam 20.45 wita klien dengan meminta pasien melakukan Jam 06.00 wita sebelah kiri sudah mulai bisa
gerakan mengangkat tangan dan kaki sebelah digerakan dengan baik tapi masih
kiri yang mengalami kelemahan semampu harus pelan-pelan
pasien O:
b. Selalu mendampingi dan membantu pasien - Pasien tampak berjalan ke kamar
saat latihan mengerakkan tangan dan kaki mandi dengan dibantu istri dan saat
sebelah kiri kembali ke tempat tidur pasien berlatih
c. Mengajarkan pasien untuk menggerakkan menggenggam bola karet
kaki dan tangan kiri yang mengalami menggunakan tangan kiri
kelemahan dengan cara ROM pasif seperti - Skala kekuatan otot :
5 5 5 5 4 4 4 4
123
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, pronasi, 5 5 5 5 4 4 4 4
supinasi dan rotasi sebanyak 8 kali setiap
- Pasien BAB, Mandi serta berpakaian
gerakan dan selama 10 - 15 menit
masih dibantu anak dan istri nya
d. Membantu pasien dalam melakukan latihan
ROM pasif pada semua ekstremitas dan
sendi dengan menggunakan gerakkan
A : Masalah belum teratasi
perlahan dan lembut
e. Mengajarkan untuk menggenggam bola karet
P : Lanjutkan intervensi
setiap saat untuk melatih otot dan jari tangan
sebelah kiri yang mengalami kelemahan
(Astriani dan Ariana, 2016)
f. Melakukan pengkajian terhadap kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
seperti BAB, BAK, mandi dan berpakaian
g. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya seperti BAB, BAK, mandi,
dan berpakaian
h. Mengajarkan klien dan keluarga tentang
pentingnya berubah posisi seperti miring kiri
– miring kanan dan memberikan bantuan jika
klien tidak mampu sendiri.
124
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
2 Selasa, 7 Mei 2019 a. Mengajarkan klien menyebutkan satu Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan untuk berbicara
Jam 21.00 wita kalimat sederhana setiap pertemuan seperti Jam 06.15 wita masih terasa sulit karena masih pelo
“Mau minum pakai sedotan” atau tetapi selalu berusaha agar dapat
menyebutkan AIUEO. berbicara dengan baik
b. Selalu memberikan motivasi kepada klien O:
agar mau berkomunikasi secara perlahan- - Pasien tampak mulai banyak mencoba
lahan saat pasien merasa malu atau untuk berbicara
malasuntuk berbicara - Bicara pasien masih pelan tetapi mulai
c. Menggunakan kertas dan pulpen untuk banyak kalimat yang diucapkan
digunakan pasien dalam menyampaikan apa - Kata-kata yang diucapkan sudah mulai
yang diinginkan nya atau apa yang jelas
dikeluhkannya agar komunikasi dapat - Mulut pasien masih tampak pelo
optimal
d. Perawat selalu berdiri didepan pasien saat A : Masalah belum teratasi
berbicara dengan pasien
125
e. Meminta pasien untuk menggunakan bahasa P : Lanjutkan intervensi
isyarat seperti menggerakkan tangan,
mengangguk, atau menggeleng saat tidak
bisa berkomunikasi dengan cara yang lain
126
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
4 Selasa, 7 Mei 2019 a. Mengidentifikasi kekurangan pasien baik Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan mencoba latihan
Jam 21.15 wita kognitif maupun fisik yang dapat Jam 06.30 wita berjalan perlahan-lahan dengan
meningkatkan potensi pasien jatuh, seperti memegang bahu istrinya sambil
kelemahan pada kaki dan tangan sebelah kiri memperhatikan kondisi lantai
b. Memastikan lantai disekitar ruang perawatan O:
pasien tidak licin untuk menghindari pasien - Pasien tampak berusaha latihan
jatuh saat latihan berjalan atau ke kamar berjalan dengan masih dibantu oleh
mandi istri nya
c. Meletakkan benda-benda yang dibutuhkan - Kondisi lantai disekitar ruang
pasien dalam jangkauan yang mudah bagi perawatan pasien tampak bersih dan
pasien kering
d. Menyarankan kepada pasien untuk meminta - Tidak ada benda-benda yang
bantuan bila tidak mampu melakukan sendiri berserakan dilantai
e. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
alat bantu seperti tongkat/walker untuk A : Masalah tidak terjadi
127
membantu pasien berjalan
f. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk
tidak meletakkan benda-benda sembarangan P : Lanjutkan intervensi
dilantai
128
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
5 Selasa, 7 Mei 2019 a. Memonitor kadar glukosa darah : Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan lemas sudah
Jam 21.30 wita GDS pasien 192 mg/dl Jam 06.45 wita berkurang, sering haus dan pusing tidak
b. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia ada
Poliuri, polidipsi, poliphagi, penglihatan O:
kabur, lemas, sakit kepala. - GDS : 192 mg/dl
c. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab - Infus Normal Saline 20 tetes/menit
hiperglikemia seperti lupa minum obat atau Terpasang pada vena radialis sinistra
konsumsi gula berlebih - Pemberian obat anti diabetic
d. Menganjurkan pasien untuk membatasi Metformin tablet 3 x 500 mg
aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat
dari 250 mg makan)
e. Menginstruksikan pasien mengenai
pencegahan, pengenalan tanda-tanda dan A : Masalah tidak terjadi
manajemen hiperglikemia dengan selalu
mengontrol GDS dan obat-obatan yang harus P : Lanjutkan intervensi
diminum, mengontrol nutrisi dan diet, serta
mengontrol aktivitas yang sebaiknya
129
dilakukan
f. Berkolaborasi dalam pemberian obat anti
diabetik :
Metformin tablet 3 x 500 mg
Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat makan)
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
130
6 Selasa, 7 Mei 2019 a. Memonitor tingkat kesadaran Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan pusing tidak ada,
Jam 21.45 wita GCS : E 4, V 5, M 6 Jam 07.10 wita tidak ada mual ataupun muntah,
b. Memonitor tanda – tanda vital penglihatan tidak kabur.
TD : 120/70 mmhg, Resp : 20 x/mnt, Nadi : O:
0
82 x/mnt, Suhu : 36,0 C - Kondisi umum pasien tampak baik,
c. Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK pasien sudah mulai turun dari tempat
seperti sakit kepala berlebihan, mual dan tidur
muntah, penglihatan ganda, tekanan darah - Refleks kornea pasien baik
meningkat, merasa bingung, gelisah dan - GCS : E 4, V 5, M 6
perunahan perilaku - Tanda – tanda vital :
d. Memonitor refleks kornea seperti langsung TD : 120/70 mmhg, Resp : 20 x/mnt,
mengkedip bila di sentuh menggunakan Nadi : 82 x/mnt, Suhu : 36,0 0C
benda asing seperti cotton bud - Pemberian obat :
e. Memonitor tonus otot, pergerakan motorik, Coucor tab 1x2,5 mg
tremor dan kesimetrisan wajah. Pada pasien Citicolin injeksi 2x1 gr
terjadi kelemahan pada tangan dan kaki Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
sebelah kiri serta mulut pelo Piracetam injeksi 1 x 1 gr
f. Mencatat bila adanya keluhan sakit kepala
g. Berkolaborasi dalam pemberian obat A : Masalah belum teratasi
Coucor tab 1x2,5 mg
131
Citicolin injeksi 2x1 gr P : Lanjutkan intervensi
Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
Piracetam injeksi 1 x 1 gr
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
1 Rabu, 8 Mei 2019 a. Melakukan pengkajian terkait fungsi motorik Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan tangan dan kaki
132
Jam 09.00 wita klien dengan meminta pasien melakukan Jam 12.30 wita sebelah kiri sudah mulai bisa
gerakan mengangkat tangan dan kaki sebelah digerakan dengan baik tapi masih
kiri yang mengalami kelemahan semampu harus pelan-pelan
pasien O:
b. Selalu mendampingi dan membantu pasien - Pasien tampak berjalan ke kamar
saat latihan mengerakkan tangan dan kaki mandi dibantu istri dan saat kembali
sebelah kiri ke tempat tidur pasien berlatih
c. Mengajarkan pasien untuk menggerakkan menggenggam bola karet
kaki dan tangan kiri yang mengalami menggunakan tangan kiri
kelemahan dengan cara ROM pasif seperti - Skala kekuatan otot :
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, pronasi, 5 5 5 5 4 4 4 4
supinasi dan rotasi sebanyak 8 kali setiap 5 5 5 5 4 4 4 4
gerakan dan selama 10 - 15 menit - Pasien BAB, Mandi serta berpakaian
d. Membantu pasien dalam melakukan latihan masih dibantu anak dan istri nya
ROM pasif pada semua ekstremitas dan
sendi dengan menggunakan gerakkan
perlahan dan lembut A : Masalah belum teratasi
e. Mengajarkan untuk menggenggam bola karet
setiap saat untuk melatih otot dan jari tangan P : Lanjutkan intervensi
sebelah kiri yang mengalami kelemahan
133
(Astriani dan Ariana, 2016)
f. Melakukan pengkajian terhadap kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
seperti BAB, BAK, mandi dan berpakaian
g. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya seperti BAB, BAK, mandi,
dan berpakaian
h. Mengajarkan klien dan keluarga tentang
pentingnya berubah posisi seperti miring kiri
– miring kanan dan memberikan bantuan jika
klien tidak mampu sendiri.
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
2 Rabu, 8 Mei 2019 a. Mengajarkan klien menyebutkan satu Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan untuk berbicara
Jam 09.20 wita kalimat sederhana setiap pertemuan seperti Jam 12.45 wita masih terasa sulit karena masih pelo
“Mau minum pakai sedotan” atau tetapi selalu berusaha agar dapat
menyebutkan AIUEO. berbicara dengan baik
134
b. Selalu memberikan motivasi kepada klien O:
agar mau berkomunikasi secara perlahan- - Pasien tampak mulai banyak mencoba
lahan saat pasien merasa malu atau untuk berbicara
malasuntuk berbicara - Bicara pasien masih pelan tetapi mulai
c. Menggunakan kertas dan pulpen untuk banyak kalimat yang diucapkan
digunakan pasien dalam menyampaikan apa - Kata-kata yang diucapkan sudah mulai
yang diinginkan nya atau apa yang jelas
dikeluhkannya agar komunikasi dapat - Mulut pasien masih tampak pelo
optimal
d. Perawat selalu berdiri didepan pasien saat A : Masalah belum teratasi
berbicara dengan pasien
e. Meminta pasien untuk menggunakan bahasa P : Lanjutkan intervensi
isyarat seperti menggerakkan tangan,
mengangguk, atau menggeleng saat tidak
bisa berkomunikasi dengan cara yang lain
135
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
4 Rabu, 8 Mei 2019 a. Mengidentifikasi kekurangan pasien baik Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan mencoba latihan
Jam 10.00 wita kognitif maupun fisik yang dapat Jam 13.20 wita berjalan perlahan-lahan tanpa
meningkatkan potensi pasien jatuh, seperti berpegangan sambil memperhatikan
kelemahan pada kaki dan tangan sebelah kiri kondisi lantai
136
b. Memastikan lantai disekitar ruang perawatan O:
pasien tidak licin untuk menghindari pasien - Pasien tampak berusaha latihan
jatuh saat latihan berjalan atau ke kamar berjalan sendiri tanpa berpegangan
mandi - Kondisi lantai disekitar ruang
c. Meletakkan benda-benda yang dibutuhkan perawatan pasien tampak bersih dan
pasien dalam jangkauan yang mudah bagi kering
pasien - Tidak ada benda-benda yang
d. Menyarankan kepada pasien untuk meminta berserakan dilantai
bantuan bila tidak mampu melakukan sendiri
e. Menganjurkan pasien untuk menggunakan A : Masalah tidak terjadi
alat bantu seperti tongkat/walker untuk
membantu pasien berjalan
f. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk P : Lanjutkan intervensi
tidak meletakkan benda-benda sembarangan
dilantai
137
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
5 Rabu, 8 Mei 2019 a. Memonitor kadar glukosa darah Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan badan sudah tidak
Jam 10.20 wita b. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia Jam 13.40 wita lemas lagi, sering haus dan pusing sudah
Poliuri, polidipsi, poliphagi, penglihatan tidak ada
kabur, lemas, sakit kepala. O:
c. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab - Infus Normal Saline 20 tetes/menit
hiperglikemia seperti lupa minum obat atau Terpasang pada vena radialis sinistra
138
konsumsi gula berlebih - Pemberian obat anti diabetic
d. Menganjurkan pasien untuk membatasi Metformin tablet 3 x 500 mg
aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat
dari 250 mg makan)
e. Menginstruksikan pasien mengenai
pencegahan, pengenalan tanda-tanda dan A : Masalah tidak terjadi
manajemen hiperglikemia dengan selalu
mengontrol GDS dan obat-obatan yang harus P : Lanjutkan intervensi
diminum, mengontrol nutrisi dan diet, serta
mengontrol aktivitas yang sebaiknya
dilakukan
f. Berkolaborasi dalam pemberian obat anti
diabetik :
Metformin tablet 3 x 500 mg
Glimeperid tablet 1 x 2 mg (pagi saat makan)
139
No.
Waktu Waktu Catatan Perkembangan
Dx. Tindakan Keperawatan TT TT
Tanggal/Jam Tanggal/Jam (SOAP)
Kep.
6 Rabu, 8 Mei 2019 a. Memonitor tingkat kesadaran Rabu, 8 Mei 2019 S : Pasien mengatakan pusing tidak ada,
Jam 10.45 wita GCS : E 4, V 5, M 6 Jam 14.00 wita tidak ada mual ataupun muntah,
b. Memonitor tanda – tanda vital penglihatan tidak kabur.
TD : 110/80 mmhg, Resp : 20 x/mnt, Nadi : O:
0
80 x/mnt, Suhu : 36,1 C - Kondisi umum pasien tampak baik,
c. Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK pasien sudah mulai belajar berjalan
seperti sakit kepala berlebihan, mual dan sendiri meski masih pelan
muntah, penglihatan ganda, tekanan darah - Refleks kornea pasien baik
140
meningkat, merasa bingung, gelisah dan - GCS : E 4, V 5, M 6
perunahan perilaku - Tanda – tanda vital :
d. Memonitor refleks kornea seperti langsung TD : 110/80 mmhg, Resp : 20 x/mnt,
mengkedip bila di sentuh menggunakan Nadi : 80 x/mnt, Suhu : 36,1 0C
benda asing seperti cotton bud - Pemberian obat :
e. Memonitor tonus otot, pergerakan motorik, Coucor tab 1x2,5 mg
tremor dan kesimetrisan wajah. Pada pasien Citicolin injeksi 2x1 gr
terjadi kelemahan pada tangan dan kaki Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml
sebelah kiri serta mulut pelo Piracetam injeksi 1 x 1 gr
f. Mencatat bila adanya keluhan sakit kepala
g. Berkolaborasi dalam pemberian obat
Coucor tab 1x2,5 mg A : Masalah belum teratasi
Citicolin injeksi 2x1 gr
Mecobalamin injeksi 3 x 1 ml P : Lanjutkan intervensi
Piracetam injeksi 1 x 1 gr
141
142
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
145
tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan tentunya perlu untuk
diperbaiki yaitu antara lain penanganan awal di IGD pada pasien non-hemoragik
perlu diberikan tindakan wajib seperti pemasangan oksigen dan pemeriksaan
EKG. Pada pasien yang kami kelola saat ini kedua tindakan tersebut tidak
dilakukan berdasarkan data yang kami peroleh dari status rekam medis pasien.
Tindakan lain yang juga perlu diperhatikan dan diperbaiki seperti pemeriksaan
CT-Scan sebaiknya dilakukan diawal pasien masuk rumah sakit agar diagnosa
medis dapat segera ditegakkan. Hal lain juga yang perlu diperhatikan seperti
ambulasi pada pasien stroke non-hemoragik sebaiknya dilakukan pada hari ke-7
perawatan tetapi pada pasien ini sudah diperbolehkan ambulasi pada hari ke-5.
Tetapi hal tersebut juga sambil memperhatikan bagaimana kondisi umum dari
pasien.
B. Saran
Untuk memperbaiki beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kesimpulan
yang kami peroleh selama merawat pasien Tn.SM, perlu adanya peningkatan ilmu
bagi perawat yang bertugas di IGD maupun di ruangan melalui pelatihan tentang
bagaimana penanganan yang terbaru pada pasien stroke hemoragik maupun
stroke non-hemoragik.
Kami selaku penulis meminta maaf apabila dalam penulisan Asuhan
Keperawatan ini terdapat kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu segala kritik dan
saran demi perbaikan asuhan keperawatan ini sangat kami harapkan.
146
Daftar Pustaka
International Diabetes Federation (IDF). 2017. IDF Diabetes Atlas Eight edition 2017.
Agianto et al., 2019. STROKE: Buku Saku Keperawatan. Sulawesi Tenggara: Yayasan
Cipta Anak Bangsa (YCAB).
Astriani, N.M.D.Y. & Ariana, P.A., 2016. Pengaruh ROM Exercise Bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot GEnggam Pasien Stroke Non Hemoragik. Bali: Jurnal
Keperawatan Buleleng.
Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI
Batticaca, F.C., 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. & Wagner, C.M., 2018. Nursing
Interventions Classification (NIC): Seventh Edition. Mosby.Inc: St. Louise.
Harsono, 2016. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Herdman, T.H., 2016. Nanda International Inc: Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi tahun 2018-2020. Edisi 11. Jakarta: EGC.
JAHA. 2016. Ischemic Stroke Rate Increases in Young Adults: Evidance For a
Generational Effect? Availabel From https://www.ahajournal.org Diakses tanggal
10 Mei 2019
Kariadi, S.H., 2007. Diabetes? Siapa Tkut! Panduan Lengkap untuk Diabetesi,
Keluarganya dan Profesional Medis. Bandung: Qanita.
Maharani, E., 2018. Elektrokardiografi Konsep Dasar dan Praktik Klinik. UGM
PRESS.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E., 2018. Nursing Outcomes
Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes. Sixth Edition. St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
Muttaqin, A., 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba.
NCHS (2010). Hospitalization For Stroke In U.S. Hospital, 1989-2009. Availabe from :
http://www.cdc.gov./nchs/data/databriefs/db95.pdf. Diakses tanggal 10 Mei 2019.
Pinzon, R. & Asanti, L., 2010. Awas Stroke: Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan
dan Pencegahan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Price, S.A. & Wilson, L.M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Santoso, L.E., Hariyono & Wati, L.S., 2018. Peningkatan Kekuatan Motorik Pasien
Stroke Non Hemoragik Dengan Latihan Menggenggam Bola Karet. Jombang:
STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.
Setyanegara, 2014. Ilmu Bedah Saraf Edisi V. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Setyopranoto, I., (2011). Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. CDK, 38 (4) :247-250
Smeltzer, S. & Bare, 2008. Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Alih Bahasa Agung
Waluyo. Jakarta: EGC.
Sutanto, 2010. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol dan
Diabetes. Yogyakarta: Andi.
Sutrisno, A., 2010. Stroke? Sebaiknya Anda Tahu Sebelum Anda Terserang Stroke.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yueniwati, Y., 2015. Deteksi Dini Stroke Iskemik dengan pemeriksaan Ultrasonografi
Vaskular dan Variasi Genetika. Malang: UB Press.
LAMPIRAN
Nasional Institute Health Stroke Scale ( NIHSS)
7 Ataksia 0 = normal
1 = Ataksia pada satu ekstremitas
2 = Ataksia pada 2 atau lebih
ekstremitas
8 sensorik 0 Normal
1 gangguan sensori ringan hingga
sedng. Ada gangguan sensorei
terhadap nyeri tetapi masih merasa
apabila disentuh
2 = gangguan sensori berat atau total
9 Bahasa Terbaik 0 = ada apasia
1 = Apasia ringan sedang
2 = Apasia berat
3 = Tidak dapat bicara apasia Global
koma
10 Disatria 0 = artiku;asi Normal
1 = Disatria Ringan
2 = Disatria berat
11 Neglect/tidak ada atensi 0 = Tidak Ada
1 = Tidak ada atensi pada salah satu
modalitas berikut visual audiotry
2 = tidak ada atensi pada lebih dari
satu modalitas
TOTAL
Interprestasi Hasil
Skor < 5 : defisit neurologis ringan
Skor 6 – 14 : Defisit Neurologis sedang
Skor 15 – 24 : Defisit Neurologis Berat
Skor > 25 : Defisit Neurologis sangat berat
PEMERIKSAAN YANG TERKAIT PASIEN STROKE
STATUS NEUROLOGIS
SARAF NAMA SARAF PEMERIKSAAN HASIL
KRANIAL
CN I Olfaktorius Mampu membedakan Aroma
Tidak Mampu
Reflek fisiologis
Tricep : Normal, merespon / ekstensi lengan ke bawah disendi siku
Bisep : Normal, Merespon / fleksi lengan pada sendi Siku
Patella : Normal, Merespon / ekstensi pada tungkai bawah
Acilles : Normal, Merespon / plantar Fleksi Pada kaki
PEMERIKSAAN REFLEKS MENINGEAL
6. Status Mental
- Menyadari kondisi dirinya 0
- Mengalami keterbatasan dayaingat
15
TOTAL NILAI
Interprestasi hasil
tingkatan Risiko Nilai MSF Tindakan
Tidak berisiko 0-24 perawatan dasar
Rendah Rendah 25- 50 pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh standar
Risiko Tinggi ≥51 pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh risiko tinggi
PENILAIAN HASIL PENGUKURAN KEKUATAN OTOT
Derajat Kekuatan Cara Penilaian
5 = 100% ( n = normal ) Otot berkontrasi dengan gerak sendi penuh pada bidang
sagital dengan tahanan gerak maksimal dan melawan
vertikal, melawan tahanan minimal
4 = 75% ( g= good) Otot berkontraksi dengan gerak sendi penuh pada gerak
vertikal, elawan tahanan minimal
2 = 25% ( p = poor) Otot berkontraksi dengan gerak penuh atau tidak penuh
pada bidang horizontal
Interprestasi Hasil :
Risiko ringan : 15-23
Risiko Sedang : 13-14
Risiko Berat : 10-12
Risiko Sangat berat : < 10