FEKAL
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 4
Oleh :
S1 – 2B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat
dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Ilmu Keprawatan Dasar 4
(IKD 4) ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami
berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap Tugas Ilmu Keprawatan Dasar 4 (IKD 4) ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Klasifikasi kebutuhan keselamatan dan keamanan , kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami harap adanya kritik dan saran demi
perbaikan di masa depan yang akan datang, meningat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan masa depan .
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 .................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB 2 .................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................2
A. Standar Operasional Prosedur ( SOP )............................................................................2
BAB 3 .................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................13
A. Kesimpulan ....................................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk sampah
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer
mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme
pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena
dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan
cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin secara normal
bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ; jika salah satunya
menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada
seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan
produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari
tubuh. Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi
sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Standar Operasional Prosedur untuk Memenuhi Kebutuhan Eliminasi
(Fekal dan Urin)
C. Tujuan
a. Menjelaskan Standar Operasional Prosedur untuk Memenuhi Kebutuhan
Eliminasi (Fekal dan Urin)
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. ELIMINASI URINE
Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa prosedur keperawatan yang dapat
dilakukan, diantaranya pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi dengan pispot pada pasien yang
tidak mampu melakukannya secara mandiri, melakukan huknah rendah, huknah tinggi,
pemberian gliserin per-rektal, evaluasi feses manual, memenuhi kebutuhan eliminasi urine
manual dengan urinal, pada pasien yang tidak mampu melakukan secara mandiri dan
pemasangan kateter kondom.
a. Pengertian
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan eliminasi alvi secara mandiri ke kamar kecil, dilakukan dengan
menggunakan pispot (penampung).
2. Huknah Rendah
a. Pengertian
b. Tujuan
1. Mengosongkan pada pra pembedahan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB
2. Merangsang buang air besar atau merangsang peristaltic usus untuk mengeluarkan
feses karena kesulitan untuk defekasi (pada pasien sembelit)
3
2. Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3. Cairan hangat (700-1000 ml dengan suhu 40,5-43˚C)
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tisu
d. Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum
4. Atur pasien dengan posisi sims kiri
5. Pasang pengalas dibawah area gluteal
6. Siapkan bengkok di dekat pasien
7. Irigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rektal, kemudian periksa
alirannya dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan berikan
jeli pada kanula
8. Gunakan sarung tangan
9. Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rectum ke arah kolon desendens
sambil pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 50 cm
dari tempat tidur dan buka klemnya
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot
atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah
sekitar anus hingga bersih dan keringkan dengan tisu
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
12. Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respons pasien
3. Huknah Tinggi
a. Pengertian
b. Tujuan
4
2. Irigator lengkap dengan kanula usus
3. Cairan hangat (700-1000 ml dengan suhu 40,5˚ - 43˚C)
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tisu
d. Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan meletakkan sampiran bila pasien berada dalam bangsal
umum atau bila pasien dirawat di ruang privat, cukup dengan menutup pintu
kamar
4. Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan
5. Pasang pengalas dibawah daerah anus
6. Siapkan bengkok dekat pasien
7. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus,
kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan mengeluarkan air ke
bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula tersebut
8. Gunakan sarung tangan
9. Masukan kanula ke dalam rectum ke arah kolon asendens (15-20cm) sambil
pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari
tempat tidur dan buka klem sampai air mengalir dan menimbulkan rasa ingin
defekasi
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi dan pasang
pispot atau anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet bersihkan dengan
menyiram daerah perineum hingga bersih dan keringkan dengan tisu
11. Cuci tangan
12. Catat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien terhadap tindakan
5
a. Pengertian
b. Tujuan
1. Merangsang buang air besar dengan merangsang peristaltik usus
2. Mengosongkan usus yang digunakan sebelum tindakan pembedahan
d. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan, tutup pintu bila pasien dalam ruang rawat pribadi dan pasang
sampiran bila pasien dirawat dalam bangsal umum
4. Atur posisi pasien (miring ke kiri)
5. Pasang pengalas di area glutea
6. Siapkan bengkok didekat pasien
7. Spuit diisi gliserin 10-20 cc
8. Gunakan sarung tangan
9. Masukkan gliserin perlahan ke dalam anus dengan cara tangan kiri meregangkan
daerah anus, tangan kanan memasukkan spuit ke dalam anus sampai pangkal
kanula dengan ujung spuit diarahkan ke depan dan anjurkan pasien bernapas
dalam
10. Setelah selesai, cabut dan masukkan spuit ke dalam bengkok. Anjurkan pasien
untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot bila pasien tidak
mampu ke toilet. Kemudian bersihkan daerah perineum dengan air hingga bersih
lalu keringkan tisu
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
6
a. Pengertian
Tindakan ini adalah membantu klien yang tidak mampu berkemih secara mandiri
di kamar kecil sehingga harus memenuhi kebutuhan berkemih dengan menggunakan
urinal
b. Tujuan
d. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Pasang alas urinal dibawah glutea
4. Lepas pakaian bawah pasien
5. Letakkan urinal di bawah bokong (untuk wanita) atau diantara kedua paha dengan
ujung penis masuk ke lubang urinal (untuk pria)
6. Anjurkan pasien untuk berkemih
7. Setelah selesai, bersihkan dengan tisu kamar mandi
8. Rapikan alat
9. Cuci tangan, catat prosedur, warna, dan jumlah urine
6. KATETERISASI PERKEMIHAN
a. Pengertian
7
b. Tujuan
1. Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih.
2. Mendapatkan urine steril untuk spesimen.
3. Pengkajian residu urine.
4. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis, gangguan
neuromuskular, atau inkompeten kandung kemih, serta pasca operasi besar.
5. Mengatasi obstruksi aliran urine.
6. Mengatasi retensi perkemihan.
d. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur.
2. Cuci tangan.
3. Pasang sampiran.
4. Pasang perlak.
5. Gunakan sarung tangan steril.
6. Pasang duk steril.
8
7. Tangan kiri memegang penis lalu prepusium ditarik sedikit ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kapas sublimat.
8. Kateter diberi minyak pelumas atau jeli pada ujungnya (kurang lebih 12,5-17,5
cm) lalu masukkan perlahan (kurang lebih 17,5-20 cm) dan sambil anjurkan
pasien menarik napas dalam.
9. Jika tertahan jangan di paksa.
10. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk
kateter menetap, dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien diminta
menarik napas dalam.
11. Sambung kateter dengan kantung penampung dan fiksasi ke arah atas
paha/abdomen.
12. Rapikan alat.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
14. Catat prosedur dan respons pasien.
1. Jelaskan prosedur.
2. Cuci tangan.
3. Pasang sampiran.
4. Pasang perlak.
9
5. Gunakan sarung tangan steril.
6. Pasang duk steril di sekitar alat genital.
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dengan arah dari atas ke bawah
(kurang lebih 3 kali hingga bersih).
8. Buka labia mayora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan bersihkan
bagian dalam.
9. Kateter diberi minyak pelumas atau jeli pada ujungnya (kurang lebih 2,5-5 cm)
lalu masukkan perlahan dan minta pasien menarik napas dalam, masukkan
(2,5-5 cm) atau hingga urine keluar.
10. Setelah selesai isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk kateter menetap dan bila intermiten tarik kembali
sambil pasien menarik napas dalam.
11. Sambung kateter dengan kantong penampung urine dan fiksasi ke arah
samping.
12. Rapikan alat.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
14. Catat prosedur dan respons pasien.
a. Pengertian
Tindakan ini dilakukan dengan memasang kateter kondom pada pasien yang
inkontinensia atau pasien koma yang masih mempunyai fungsi pengosongan kandung
kemih utuh.
b. Tujuan
1. Mempertahankan higiene perineal pasien inkontinensia.
2. Mempertahankan eliminasi perkemihan.
10
4. Kateter kondom
5. Kantong penampung urine
6. Sampiran
d. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur.
2. Cuci tangan.
3. Pasang sampiran.
4. Pasang perlak.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Atur posisi pasien telentang.
7. Bersihkan daerah genitalia dengan air sabun, bilas dengan air hingga bersih,
kemudian keringkan.
8. Lakukan pemasangan kondom dengan disisakan 2,5-5 cm ruang antara glans penis
dengan ujung kondom.
9. Lekatkan pangkal kateter pada batang penis dengan perekat elastis dan jangan
terlalu ketat.
10. Hubungkan ujung kondom kateter dengan kantung penampung urine.
11. Rapikan alat
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13. Catat prosedur dan respons pasien.
B. ELIMINASI FEKAL
Defekasi adalah proses atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus
yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
a. Pengertian
b. Tujuan
Mengatasi impaksi fekal (pengerasan feses) yang tidak dapat dilakukan dengan
enema
11
2. Minyak pelumas/jeli
3. Alat penampung atau pispot
4. Pengalas
b. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur kerja
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas atau jeli pada jari telunjuk. Atur
posisi miring dengan lutut fleksi
4. Masukan jari ke dalam rectum dan dorong dengan perlahan sepanjang dinding
rectum kea rah massa feses yang impaksi
5. Secara perlahan lunakan massa dengan massase daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras)
6. Berikan pispot bila terasa ingin defekasi atau bantu ke toilet
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan (impaksi), serta respons pasien
terhadap prosedur
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Jaga kesehatan ginjal anda dengan meminum air putih minimal 8 gelas sehari
agar tidak terjadi masalah gangguan eliminasi urine,dan makanlah makann yang
tinggi serat dan sehat agar tidak terjadi konstipasi.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
iii