Anda di halaman 1dari 17

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEBUTUHAN ELIMINASI URINE DAN

FEKAL

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 4

dosen pengampu Nunung Nurhayati,M.Kep

Oleh :

Anisa Nur Fitriana ( 219051 )

Annisa Putri Pramono ( 219052 )

Cica Rosita Sari ( 219055 )

Dina Herliana ( 219058 )

Indah Rahayu Aprila( 219066 )

Muhammad Syadam ( 219071 )

Shinta Nurjanah ( 219083 )

Siti Nur Hafsanah Adeliani ( 219085 )

Yukifanie Nurdyani ( 219092 )

S1 – 2B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat
dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Ilmu Keprawatan Dasar 4
(IKD 4) ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami
berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap Tugas Ilmu Keprawatan Dasar 4 (IKD 4) ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Klasifikasi kebutuhan keselamatan dan keamanan , kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami harap adanya kritik dan saran demi
perbaikan di masa depan yang akan datang, meningat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan masa depan .

Bandung,9 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB 1 .................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..............................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB 2 .................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................2
A. Standar Operasional Prosedur ( SOP )............................................................................2
BAB 3 .................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................13
A. Kesimpulan ....................................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eliminasi merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk sampah
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer
mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme
pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena
dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan
cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin secara normal
bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ; jika salah satunya
menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada
seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan
produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari
tubuh. Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi
sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Standar Operasional Prosedur untuk Memenuhi Kebutuhan Eliminasi
(Fekal dan Urin)
C. Tujuan
a. Menjelaskan Standar Operasional Prosedur untuk Memenuhi Kebutuhan
Eliminasi (Fekal dan Urin)

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. ELIMINASI URINE

BAK / MIKSI adalah suatu proses pengosongan kandung kencing.Gangguan


pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK adalah Suatu keadaan dimana terganggunya proses
mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan eliminasi BAK atau pengosongan kandung
kencing secara normal.(referensi dari: http://prasetyoadaaskep.blogspot.com/2012/05/v-
behaviorurldefaultvmlo.html)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMENUHAN ELIMINASI

Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi (berhubungan


dengan defekasi) dan kebutuhan eliminasi uri (berhubungan dengan berkemih). Dalam
memenuhi kebutuhan eliminasi, sangat diperlukan pengawasan terhadap masalah yang
berhubungan dengan gangguan kebutuhan eliminasi, seperti: obstipasi, inkontinensia, retensi
urine, dan lain-lain. Gangguan tersebut dapat mengganggu pola aktivitas sehari-hari.

Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa prosedur keperawatan yang dapat
dilakukan, diantaranya pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi dengan pispot pada pasien yang
tidak mampu melakukannya secara mandiri, melakukan huknah rendah, huknah tinggi,
pemberian gliserin per-rektal, evaluasi feses manual, memenuhi kebutuhan eliminasi urine
manual dengan urinal, pada pasien yang tidak mampu melakukan secara mandiri dan
pemasangan kateter kondom.

1. Menggunakan pispot untuk Defekasi

a. Pengertian

Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan eliminasi alvi secara mandiri ke kamar kecil, dilakukan dengan
menggunakan pispot (penampung).

b. Tujuan Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi


2
Memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.

c. Alat dan Bahan Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Elimiasi


1. Alas/perlak
2. Pispot
3. Air bersih
4. Tissue
5. Skrin (sampiran) bila pasien dirawat di bangsal umum
6. Sarung tangan

d. Prosedur Kerja Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien, lalu pasang sampiran bila
pasien dirawat di bangsal umum.
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Pasang pengalas di bawah glutea
5. Tempatkan pispot diatas pengalas tepat dibawah glutea dengan posisi bagian
lubang pispot tepat dibawah anus. Pada saat meletakkan pispot, anjurkan pasien
untuk mengangkat daerah glutea (bila pasien tidak mampu) untuk memudahkan
meletakkan pispot
6. Setelah posisi pispot tepat dibawah glutea, tanyakan pada pasien tentang
kenyamanan posisi tersebut. Jaga privasi pasien selama prosedur.
7. Anjurkan pasien untuk defekasi pada tempatnya/pispot yang telah dipasang
8. Setelah selesai, siram daerah anus dan sekitarnya dengan air sampai bersih dengan
bantuan tangan yang bersarung tangan, kemudian keringkan dengan tissue
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
10. qqCatat tanggal defekasi, karakteristik seperti : jumlah, konsistensi, warna, bau,
dan respons pasien selama prosedur

2. Huknah Rendah
a. Pengertian

Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan


hangat ke dalam kolon desendrens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus.
Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi (persiapan pembedahan) dan pasien
yang mengalami obstipasi.

b. Tujuan
1. Mengosongkan pada pra pembedahan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB
2. Merangsang buang air besar atau merangsang peristaltic usus untuk mengeluarkan
feses karena kesulitan untuk defekasi (pada pasien sembelit)

c. Alat dan Bahan


1. Pengalas

3
2. Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3. Cairan hangat (700-1000 ml dengan suhu 40,5-43˚C)
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tisu

d. Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum
4. Atur pasien dengan posisi sims kiri
5. Pasang pengalas dibawah area gluteal
6. Siapkan bengkok di dekat pasien
7. Irigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rektal, kemudian periksa
alirannya dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan berikan
jeli pada kanula
8. Gunakan sarung tangan
9. Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rectum ke arah kolon desendens
sambil pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 50 cm
dari tempat tidur dan buka klemnya
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot
atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah
sekitar anus hingga bersih dan keringkan dengan tisu
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
12. Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respons pasien

3. Huknah Tinggi

a. Pengertian

Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon


asendens dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada
pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.

b. Tujuan

Mengosongkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti


buang air besar selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan sebagai tindak
diagnostik/pembedahan.

c. Alat dan bahan


1. Pengalas

4
2. Irigator lengkap dengan kanula usus
3. Cairan hangat (700-1000 ml dengan suhu 40,5˚ - 43˚C)
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tisu

d. Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan meletakkan sampiran bila pasien berada dalam bangsal
umum atau bila pasien dirawat di ruang privat, cukup dengan menutup pintu
kamar
4. Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan
5. Pasang pengalas dibawah daerah anus
6. Siapkan bengkok dekat pasien
7. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus,
kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan mengeluarkan air ke
bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula tersebut
8. Gunakan sarung tangan
9. Masukan kanula ke dalam rectum ke arah kolon asendens (15-20cm) sambil
pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari
tempat tidur dan buka klem sampai air mengalir dan menimbulkan rasa ingin
defekasi
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi dan pasang
pispot atau anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet bersihkan dengan
menyiram daerah perineum hingga bersih dan keringkan dengan tisu
11. Cuci tangan
12. Catat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien terhadap tindakan

4. Pemberian Gliserin Per Rektal

5
a. Pengertian

Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros


usus dengan menggunakan spuit gliserin. Tindakan ini dapat dilakukan untuk
merangsang peristaltik usus sehingga pasien dapat defekasi (khususnya pada pasien
yang mengalami sembelit) dan juga dapat dilakukan untuk persiapan operasi.

b. Tujuan
1. Merangsang buang air besar dengan merangsang peristaltik usus
2. Mengosongkan usus yang digunakan sebelum tindakan pembedahan

c. Alat dan bahan


1. Spuit gliserin
2. Gliserin dalam tempatnya
3. Bengkok
4. Pengalas
5. Sampiran
6. Sarung tangan
7. Tisu

d. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan, tutup pintu bila pasien dalam ruang rawat pribadi dan pasang
sampiran bila pasien dirawat dalam bangsal umum
4. Atur posisi pasien (miring ke kiri)
5. Pasang pengalas di area glutea
6. Siapkan bengkok didekat pasien
7. Spuit diisi gliserin 10-20 cc
8. Gunakan sarung tangan
9. Masukkan gliserin perlahan ke dalam anus dengan cara tangan kiri meregangkan
daerah anus, tangan kanan memasukkan spuit ke dalam anus sampai pangkal
kanula dengan ujung spuit diarahkan ke depan dan anjurkan pasien bernapas
dalam
10. Setelah selesai, cabut dan masukkan spuit ke dalam bengkok. Anjurkan pasien
untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot bila pasien tidak
mampu ke toilet. Kemudian bersihkan daerah perineum dengan air hingga bersih
lalu keringkan tisu
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

5. Menggunakan Urinal Untuk Berkemih

6
a. Pengertian

Tindakan ini adalah membantu klien yang tidak mampu berkemih secara mandiri
di kamar kecil sehingga harus memenuhi kebutuhan berkemih dengan menggunakan
urinal

b. Tujuan

Memenuhi kebutuhan eliminasi perkemihan

c. Alat dan bahan


1. Urinal
2. Pengalas
3. Tisu

d. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Pasang alas urinal dibawah glutea
4. Lepas pakaian bawah pasien
5. Letakkan urinal di bawah bokong (untuk wanita) atau diantara kedua paha dengan
ujung penis masuk ke lubang urinal (untuk pria)
6. Anjurkan pasien untuk berkemih
7. Setelah selesai, bersihkan dengan tisu kamar mandi
8. Rapikan alat
9. Cuci tangan, catat prosedur, warna, dan jumlah urine

6. KATETERISASI PERKEMIHAN

a. Pengertian

Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan slang karet atau plastik


melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih. Terdapat dua jenis kateterisasi
perkemihan, yaitu menetap dan intermiten.

7
b. Tujuan
1. Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih.
2. Mendapatkan urine steril untuk spesimen.
3. Pengkajian residu urine.
4. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis, gangguan
neuromuskular, atau inkompeten kandung kemih, serta pasca operasi besar.
5. Mengatasi obstruksi aliran urine.
6. Mengatasi retensi perkemihan.

c. Alat dan bahan


1. Sarung tangan steril.
2. Kateter steril (sesuai ukuran dan jenis).
3. Duk steril.
4. Minyak pelumas/jeli.
5. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat).
6. Spuit yang berisi cairan atau udara.
7. Perlak.
8. Pinset anatomi
9. Bengkok.
10. Kantung penampung urine.
11. Sampiran.

d. Prosedur kerja

 Pemasangan kateter perkemihan pria

1. Jelaskan prosedur.
2. Cuci tangan.
3. Pasang sampiran.
4. Pasang perlak.
5. Gunakan sarung tangan steril.
6. Pasang duk steril.

8
7. Tangan kiri memegang penis lalu prepusium ditarik sedikit ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kapas sublimat.
8. Kateter diberi  minyak pelumas atau jeli pada ujungnya (kurang lebih 12,5-17,5
cm) lalu masukkan perlahan (kurang lebih 17,5-20 cm) dan sambil anjurkan
pasien menarik napas dalam.
9. Jika tertahan jangan di paksa.
10. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk
kateter menetap, dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien diminta
menarik napas dalam.
11. Sambung kateter dengan kantung penampung dan fiksasi ke arah atas
paha/abdomen.
12. Rapikan alat.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
14. Catat prosedur dan respons pasien.

 Pemasangan kateter perkemihan wanita

1. Jelaskan prosedur.
2. Cuci tangan.
3. Pasang sampiran.
4. Pasang perlak.

9
5. Gunakan sarung tangan steril.
6. Pasang duk steril di sekitar  alat genital.
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dengan arah dari atas ke bawah
(kurang lebih 3 kali hingga bersih).
8. Buka labia mayora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan bersihkan
bagian dalam.
9. Kateter diberi minyak pelumas atau jeli pada ujungnya (kurang lebih 2,5-5 cm)
lalu masukkan perlahan dan minta pasien menarik napas dalam, masukkan
(2,5-5 cm) atau hingga urine keluar.
10. Setelah selesai isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk kateter menetap dan bila intermiten tarik kembali
sambil pasien menarik napas dalam.
11. Sambung kateter dengan kantong penampung urine dan fiksasi ke arah
samping.
12. Rapikan alat.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
14. Catat prosedur dan respons pasien.

7. MEMASANG KONDOM KATETER

a. Pengertian

Tindakan ini dilakukan dengan memasang kateter kondom pada pasien yang
inkontinensia atau pasien koma yang masih mempunyai fungsi pengosongan kandung
kemih utuh.

b. Tujuan
1. Mempertahankan higiene perineal pasien inkontinensia.
2. Mempertahankan eliminasi perkemihan.

c. Alat dan bahan


1. Sarung tangan
2. Air sabun
3. Pengalas

10
4. Kateter kondom
5. Kantong penampung urine
6. Sampiran

d. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur.
2. Cuci tangan.
3. Pasang sampiran.
4. Pasang perlak.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Atur posisi pasien telentang.
7. Bersihkan daerah genitalia dengan air sabun, bilas dengan air hingga bersih,
kemudian keringkan.
8. Lakukan pemasangan kondom dengan disisakan 2,5-5 cm ruang antara glans penis
dengan ujung kondom.
9. Lekatkan pangkal kateter pada batang penis dengan perekat elastis dan jangan
terlalu ketat.
10. Hubungkan ujung kondom kateter dengan kantung penampung urine.
11. Rapikan alat
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13. Catat prosedur dan respons pasien.

B. ELIMINASI FEKAL

Defekasi adalah proses atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus
yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ELIMINASI FEKAL

1. Evakuasi Feses Secara Manual

a. Pengertian

Prosedur ini merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rectum pasien.


Tindakan ini digunakan untuk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus
mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah bila massa feses terlalu besar dan
pemberian enema tidak berhasil, konstipasi pada lansia

b. Tujuan

Mengatasi impaksi fekal (pengerasan feses) yang tidak dapat dilakukan dengan
enema

a. Alat dan bahan


1. Sarung tangan

11
2. Minyak pelumas/jeli
3. Alat penampung atau pispot
4. Pengalas

b. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur kerja
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas atau jeli pada jari telunjuk. Atur
posisi miring dengan lutut fleksi
4. Masukan jari ke dalam rectum dan dorong dengan perlahan sepanjang dinding
rectum kea rah massa feses yang impaksi
5. Secara perlahan lunakan massa dengan massase daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras)
6. Berikan pispot bila terasa ingin defekasi atau bantu ke toilet
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan (impaksi), serta respons pasien
terhadap prosedur

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat beberapa prosedur tindakan untuk memenuhi kebutuhan eliminasi


urine dan fekal, diantaranya yaitu menggunakan pisvot untuk defekasi yaitu
dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan eliminasi alvi
secara mandiri ke kamar kecil, dilakukan dengan menggunakan pispot
(penampung).Huknah rendah,tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan hangat ke dalam kolon desendrens dengan menggunakan kanula rektal
melalui anus. Huknah tinggi yaitu tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon asendens dengan menggunakan kanula usus. Pemberian gliseril per rektal
yaitu memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit
gliserin. Menggunkan urinal untuk berkemih yaitu membantu klien yang tidak
mampu berkemih secara mandiri di kamar kecil sehingga harus memenuhi
kebutuhan berkemih dengan menggunakan urinal. Pemasangan kateterisasi dan
evakuasi feses secara manual.

3.2 Saran
Jaga kesehatan ginjal anda dengan meminum air putih minimal 8 gelas sehari
agar tidak terjadi masalah gangguan eliminasi urine,dan makanlah makann yang
tinggi serat dan sehat agar tidak terjadi konstipasi.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

iii

Anda mungkin juga menyukai