Anda di halaman 1dari 90

PERSALINAN

Pengertian
Beberapa pengertian persalinan
 Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
 Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali
dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai
dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung
selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
 Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
 Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002).
 Persalinan merupakan proses hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
 Persalinan Buatan atau persalinan abnormal atau Distocia, bila persalinan
berlangsung dengan bantuan dari luar sehingga bayi dapat dilahirkan
pervaginam, dan perabdomen
 Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir
 Parturient adalah pasien yang dalam proses persalinan
PERSALINAN BERDASARKAN MASA GESTASI

 Persalinan preterm : bila ibu melahirkan bayi dengan perkiraan masa gestasi 28 -
37 minggu
 Persalinan aterm : bila ibu melahirkan bayi dengan perkiraan masa gestasi 37 – 42
minggu ( 266 – 280 hari )
 Persalinan post term : bila ibu melahirkan bayi dengan perkiraan masa gestasi > 42
minggu atau > 280 hari
TAHAPAN PERSALINAN

 KALA I (kala Pembukaan)


Dimulai dari timbulnya kontraksi uterus atau his persalinan yang ditandai dengan
adanya pengaruh terhadap serviks uteri sampai dengan serviks uteri membuka
seluruhnya atau pembukaan lengkap (full dilatation) kira- kira sebesar 10 cm
a. Primigravida : 6 – 18 jam ( rata-rata 13 jam )
b. Multigravida : 2- 10 jam ( rata-rata 7 jam )
KALA I
 Fase Laten : Pembukaan servik < 4 cm
 Fase Aktif : Pembukaan servik 4 – 10 cm
1) Fase akselerasi : Pembukaan 4 – 9 cm
2) Fase Deselarasi : Pembukaan 9 – 10cm
 Kala II (kala Pengeluaran bayi)
Dimulai sejak pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya bayi
a. Primipara : 30 mnt - 3 jam ( rata-rata 1,5 jam )
b. Multipara : 5 – 30 menit ( rata-rata 20 menit )
Tanda dan gejala kala II
 His makin kuat, setiap 2-3 menit
 Lama kontraksi 50-70 detik
 Ketuban pecah
 Ibu mengejan
 Akhir kala II Kepala membuka pintu Kepala ke luar pintu
 KALA III (PELEPASAN DAN PENGELUARAN PLASENTA)
Dimulai dari sejak bayi lahir sampai dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban komplit/lengkap
a. Primipara : 5 – 30 menit ( rata-rata 15 menit )
b. Multipara : 5 – 30 menit ( rata-rata 15 menit )
Tanda pelepasan plasenta
 Uterus membundar
 Perdarahan secara tiba-tiba
 Tali pusat memanjang
 KALA IV (PENGAWASAN)
Dimulai sejak lahirnya plasenta dan selaput ketuban lengkap sampai keadaan
ibu kembali stabil, di observasi selama 2 jam
 1 jam pertama setiap 15’
 1 jam kedua setiap 30’
Yang diObservasi
• TTV
• Tinggi Fundus Uteri
• Kontraksi uterus
• Kandung Kemih
• Perdarahan
Pokok penting pada kala IV
 Kontraksi uterus harus baik
 Tidak ada perdarahan pervaginam
 Plasenta dan ketuban sudah lengkap
 Kandung kencing harus kosong
 Luka- luka di perineum harus dirawat
 Resume keadaan ibu
Faktor Esensial dalam Persalinan

1. Passenger (janin atau bayi)


2. Passage (jalan lahir)
3. Power (kekuatan kontraksi rahim)
4. Position (posisi ibu)
5. Psychologic Respon (psikologis)
1. Passenger (Janin atau Bayi)
a. Ukuran Kepala janin
b. Presentasi
c. Letak janin
d. Sikap janin (hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yg lain)
e. Posisi janin (oksiput,sakrum,dagu,puncak kepala)
2. Passage ( Jalan lahir)
 Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi
panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan, janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai
(Sumarah et al, 2009)
3. Power ( kekuatan kontraksi rahim )
 Istilah Power mengacu kepada kekuatan kontraksi uterus
 Kontraksi uterus akhirnya akan menghasilkan penipisan (effacement)
dan dilatasi serviks yang lengkap
 Kontraksi otot abdomen seperti saat pasien mengejan untuk
mendorong bayi bergerak ke bawah menjadi sumber kekuatan
sekunder
4. Position (Posisi Ibu )
 Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Menurut
Melzack,dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi membuat rasa
letih hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik
dalam persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri,
berjalan,duduk dan jongkok.
Keuntungan posisi tegak :
 Membantu penurunan janin
 Mengurangi insiden penekanan tali pusat
 Mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh
darah
 Membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan
rahim saat ibu mengedan
5. Psychologic Respon (Psikologis)

 Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan


positif,persiapan persalinan,pengalaman yang lalu, dan strategi
adaptasi/coping (Sukarni & wahyu, 2013)
 Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas
atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri
persalinan.Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu
dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi
uterus dan aliran darah plasenta (manurung, 2011)

 Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut : melibatkan


psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual : pengalaman melahirkan bayi
sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan
ibu (Rohani et al, 2011)
MANAJEMEN NYERI PERSALINAN

1. Definisi nyeri persalinan :


Nyeri persalinan adalah pengalaman subyektif tentang sensasi fisik yang terkait
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan janin selama
persalinan dan kelahiran.
2. Mekanisme nyeri persalinan :
Nyeri persalinan pada kala 1 persalinan disebabkan oleh dua hal yaitu kontraksi
rahim yang menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskhemia rahim
(penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi
myometrium. Impuls rasa nyeri pada kala I persalinan ditransmisi melalui segmen
saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar
atas, saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks, nyeri ini mulai dari bawah
abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha.
3. Komponen rasa nyeri persalinan
Ada 3 komponen rasa nyeri
1. Stimulus (penyebab nyeri)
2. Ambang nyeri (tingkat dimana intensitas nyeri terasa)
3. Reaksi ( bagaimana seseorang menginterpretasikan nyeri dan berespon
terhadap nyeri tersebut
4. Pengukuran Intensitas Nyeri
 Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan
oleh individu.
 nyeri merupakan masalah yang sangat subyektif yang di pengaruhi oleh
psikologis,kebudayaan dan hal lainnya.
Beberapa metode yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri:
 VRS (Verbal Rating Scale)
 NRS (Numerical Rating Scale)
 VAS (Visual Analogue Scale)
Penatalaksanaa nyeri Persalinan
1. Penatalaksanaan nyeri farmakologi
2. Penatalaksanaan nyeri non farmakologi
PENGKAJIAN JANIN
PENGKAJIAN JANIN

 GERAKAN JANIN
 Dapat secara subjektif (ditanyakan kepada ibu), atau objektif (palpasi atau
dengan USG)
 Janin normal, tidak ada hipoksia, akan aktif bergerak
 Normal gerakan janin dirasakan oleh ibu sebanyak lebih dari 10 kali per hari
(pada usia di atas 32 minggu)
 Dalam kehidupan janin intrauterin, sebagian besar oksigen hanya dibutuhkan
oleh otak dan jantung (refleks redistribusi)
 Minggu ke-16 sampai 20
Di minggu ke-16 mulai dapat merasakan gerakan janin seperti tendangan dan
tonjokan. Disebut sebagi fase quickening
 Minggu ke-21 sampai 24
Aktivitas bayi makin meningkat, banyak menendang dan jungkir balik,
karena volume air ketuban masih sering memungkinkan untuk bergerak leluasa
 Minggu ke-25 sampai 28.
Bayi mulai cegukan,inilah yang menyebabkan ibu hamil merasakan sensasi seperti
tersentak- sentak. Dia juga akan bergerak merespon suara dari luar karena
pendengarannya makin baik. Kadang-kadang janin ‘kaget’ mendengar suara keras
 Jika janin tidak bergerak, pikirkan kemungkinan diagnosis banding : “tidur”, atau
hipoksia.
 Waktu terbaik untuk mengamati gerakan janin adalah pada malam hari saat ibu
hamil berbaring santai, atau pagi hari ketika bangun tidur bila usia kandungannya
sudah masuk trisemester ketiga
 Minggu ke-29 sampai 31
Gerakan bayi makin kuat, teratur dan terkendali. Kadang ibu hamil sampai
merasakan rahim kontraksi
 Minggu ke-32 sampai 34
Inilah masa puncak aktivitas bayi. Dalam minggu-minggu ini, ibu hamil akan
merasakan peningkatan frekuensi dan tipe gerakan bayi, karena dia semakin
besar dan kuat
 Minggu ke-35 sampai 37
Gerakan janin makin kuat dan sering bahkan lebih kompleks, tdk hanya
gerakan menendang , memukul dan menggeliat, boleh jadi janin sedang
berusaha meregangkan tubuhnya, berputar-putar serta semakin suka
mengisap jempolnya
 Minggu ke-38 dan seterusnya
Gerakan janin berkurang meski tidak signifikan menurun drastis, ini
disebabkan organ-organ tubuhnya makin besar sehingga ruang geraknya di
dalam rahimpun terasa sempit baginya, gerakan janin di minggu-minggu
terakhir ini mulai terasa sakit oleh ibu hamil
Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin

 Kapan gerakan muncul


 Usia kandungan
 Kadar glukosa
 Stimulus suara
 Status perilaku janin
 Penggunaan obat-obatan&kebiasaan merokok
 Hipoksia
 Polihidramnion
 Oligohidramnion
DENYUT JANTUNG JANIN

 Dengan menggunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetric) untuk


mendengar DJJ dapat terdengar pada bulan ke 4-5
 Walaupun dengan ultrasound (doptone) sudah dapat didengar pada akhir
bulan ke-3
 Normal DJJ 120-160x/mnt
Yang dapat diketahui dari bunyi jantung janin adalah :
A. Dari adanya detak jantung janin:
1. tanda pasti kehamilan
2. anak hidup
B. Dari tempat bunyi jantung janin terdengar:
1. presentasi anak
2. positio anak (kedudukan punggung)
3. sikap anak (habitus)
4. adanya anak kembar
Frekuensi Denyut Jantung
1. Bradikardi Frekuensi denyut jantung janin yang kurang dari 110
denyut/menit, Keadaan ini dianggap sebagai tanda akhir hipoksia janin.
2. Takikardia Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160 denyut/menit,
Keadaan ini dianggap sebagai tanda awal hipoksia janin.
3. Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai ketidakteraturan irama
jantung normal. Variabilitas denyut demi denyut normal dianggap antara 6
dan 25 denyut/menit.
Frekuensi Denyut Periodik

1. Akselerasi Adalah peningkatan sementara denyut jantung janin di atas nilai


normal, Akselerasi denyut jantung janin yang timbul saat gerakan janin
terjadi merupakan indikasi janin sehat.
2. Deselerasi Adalah penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai
normal. Disebabkan oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk benigna
atau bentuk yang tidak menyenangkan
Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin
 Desir tali pusat , Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini
terdengar seperti siulan nyaring yang singkron dengan denyut jantung janin. Suara ini
tidak konstan, kadang-kadang terdengar jelas ketika diperiksa pada suatu waktu namun
pada pemeriksaan di lain tidak terdengar
 Desir uterus, Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang sinkron dengan denyut
ibu.Bunyi ini biasanya paling jelas terdengar saat auskultasi segmen bawah uterus.Suara
ini dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluh- pembuluh uterus yang berdilatasi
dan dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap keadaan yang
menyebabkan alirah darah ke uterus meningkat, hingga pengaliran darah menjadi luas
NST ( NON STRESS TEST )

 Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hubungan gambaran DJJ dan


aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini dikenal juga dengan nama
aktokardiografi, atau fetal activity acceleration determination (FAD; FAAD).
Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas, dan timbulnya
akselerasi yang menyertai gerakan janin
NST (NON STRESS TEST)
NST ( NON STRESS TEST )
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai
hubungan gambaran DJJ dan aktivitas janin.
Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar
DJJ, variabilitas, dan timbulnya akselerasi
yang menyertai gerakan janin
Tehnik pemeriksaan NST :

1. Pasien berbaring dalam posisi semi-Fowler, atau sedikit miring ke kiri. Hal ini
berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah
terjadinya hipotensi.
2. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan
frekuensi pernafasan ibu
Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara:
a) Menanyakan kepada pasien.
b) Melakukan palpasi abdomen.
c) Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas KTG).
Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan
perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin
lainnya, atau dengan memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel,
atau dengan menggunakan alat khusus untuk keperluan tersebut)
Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 – 160 dpm)
Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG. Perhatikan apakah
terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm).
Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5 – 25 dpm).
Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.
Interpretasi NST
1.Reaktif:
a) Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi
sedikitnya 15 dpm.
b) Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara120 – 160 dpm.
c) Variabilitas djj antara 5 – 25 dpm
2.Non-reaktif:
d) Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada
gerakan janin.
e) Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).
f) Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
3.Meragukan
g) Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang kurang
dari 15 dpm.
h) Frekuensi dasar djj abnormal.
i) Variabilitas djj antara 2 – 5 dpm
 Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1
minggu kemudian (spesifisitas 95% – 99%).
 Hasil NST yang non-reaktif disertai dengan keadaan janin yang jelek (kematian
perinatal, nilai Apgar rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum), dengan
sensitivitas sebesar 20%.
 Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam.
 Oleh karena rendahnya nilai sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-
reaktif sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan contraction stress test (CST),
selama tidak ada kontra indikasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
INTRANATAL
Kala I ( kala pembukaan)
 Diagnosis
 Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4
cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama
40 detik. 
 Penanganan
1. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan 
2. Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan
perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll. 
3. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
Pemeriksaan Dalam 
1. Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I
pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah.
2. Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut :
 Warna cairan amnion 
 Dilatasi serviks 
 Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan
pemeriksaan luar). Jika serviks belum membuka pada
pemeriksaan dalam pertama mungkin diagnosis in partu
belum dapat ditegakkan .
Kala II (kala pengeluaran bayi)
 Diagnosis
 Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6 cm.
 Penanganan 
1. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu
agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu 
2. Menjaga kebersihan diri 
3. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu 
4. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan
ibu 
5. Mengatur posisi ibu 
Posisi saat meneran 
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman 
Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas
Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak
mengalami bradikardi ( < 120 )
 
Kemajuan persalinan dalam Kala II 
1. Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala II
2. Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir 
3. Dimulainya fase pengeluaran 
KALA III (kala pengeluaran plasenta)
Manajemen Aktif Kala III
  Pemberian oksitosin dengan segera 
 Pengendalian tarikan tali pusat 
 Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
Penanganan
1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta Oksitosin dapat diberikan dalam satu menit
setelah kelahiran bayi (Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu
atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah)
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara : 
  Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis. Selama
kontraksi tangan mendorong korpus uteri
 dengan gerakan dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
KALA IV (kala pengawasan)
Diagnosis 
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, ibu melahirkan bayi
dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. 
Penanganan 
 Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras.
Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan .
 Periksa tanda-tanda vital,Tinggi fundus uteri, kontraksi,kantung kemih, dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II 
 Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya. 
Diagnosa yg muncul

KALA I
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/regangan, tegangan emosional
2. Cemas b.d. Krisis situasional: Kemajuan persalinan, nyeri persalinan
3. Resiko infeksi b.d. Ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang.
KALA II
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi,
dialatasi/peregangan jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi semakin
intensif 
2.  Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan
persalinan, pola kontraksi hipertonik, pemakaian forcep. 
Kala III :
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan
cairan secara tidak disadari, atonia uteri,laserasi jalan lahir,tertahannya
fragmen plasenta 
4.  Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah
melahirkan 
5. Risiko infeksi b.d. Trauma jalan lahir (luka episiotomi). 
d. Edukasi : proses nyeri
 Berikan penjelasan tentang penyebab timbulnya nyeri 
 Berikan penjelasan tentang proses/waktu
penyembuhan/rencana/intervensi 
e. Manajemen medikasi (jika sangat dibutuhkan)
 Berikan analgetik sesuai program 
 Evaluasi keefektifan analgetik 
 Evaluasi tindakan perencanaan sesuai kebutuhan 
Kala IV : 
1. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan efek2 obat-obatan , trauma mekanis/
jaringan, edema jaringan, kelemahan fisik dan psikologis, ansietas. 
2. Fatigue b.d. Proses persalinan. 
3. Perdarahan 
4. Resiko infeksi b.d. Trauma jaringan, prosedur invasive. 
5. Kurang perawatan diri: makan/minum/mandi/hygiene, toileting,
berpakaian b.d kelemahanfisik 
RENCANA KEPERAWATAN
KALA I
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/regangan, tegangan emosional.
Setelah 15 menit tindakan keperawatan ibu mampu beradaptasi dengan nyerinya.
Kriteria:
-Ibu mampu melakukan pursed lip breathing. 
-Tidak mengejan sebelum waktunya.
a.  Managemen nyeri 
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, awitan, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau berat dan faktor presipitasi 
  Ekspresikan penerimaan tentang nyeri 
  Kurangi rasa takut dengan meluruskan setiap misinformasi 
b. Manajemen lingkungan 
Implementasikan tindakan untuk kenyamanan fisik seperti menciptakan suasana yang nyaman, meminimalkan stimulasi
lingkungan  
c. Edukasi: prosedur/perawatan 
Demonstrasikan pereda nyeri non invasif/ non farmakologis : massage, distraksi/imajinasi, relaksasi, pengaturan posisi
yang nyaman 
2. Cemas b.d. Krisis situasional: Kemajuan persalinan, nyeri persalinan.Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama 1 jam kecemasan ibu berkurang
Kriteria: 
-Ibu tampak rileks
-Menyatakan kecemasan berkurang 
1. Lakukan pengkajian cemas ibu 
2. Tentukan derajat cemas ibu 
3. Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan 
4. Jaga hak privasi ibu dalam persalina.
5. Jelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan
dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaa. 
6. Ajarkan teknik reduksi cemas: Distraksi/relaksas 
7. Motivasi keluarga untuk mendampingi ibu selama proses melahirkan 
8. Evaluasi keefektifan tindakan yang telah diberikan 
3. Resiko infeksi b.d. Ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang.
Setelah tindakan 3 jam ibu menunjukkan kontrol terhadap infeksi
dengan
kriteria hasil:
 Ibu bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Ibu mampu menjelaskan tanda dan gejala infeksi.
a. Kontrol infeksi 
1.Terapkan pencegahan universal 
2.Berikan hygiene yang baik. 
b. Proteksi infeksi 
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik 
  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. 
 Gunakan sarung tangan steril dalam tindakan pemeriksaan dalam
 Pertahankan kesterilan selama melakukan tindakan
 
c. Monitor tanda vital
Pantau suhu tubuh dan denyut nadi tiap 8 jam
d. Managemen lingkungan
 Batasi pengunjung yang sedang demam
 Jaga kebersihan tempat tidur, lingkungan 
f. Managemen eliminasi urine
Monitor potensi kateter, pantau karakteristik urine, jaga hygiene genetalia. 
g. Pendidikan kesehatan 
 Berikan penjelasan tentang mengapa klien menghadapi risiko infeksi, tanda
dan gejala infeksi 
 Administrasi medikasi 
 Berikan antibiotik sesuai program
KALA II 
 Nyeri b.d. Fisiologis: Proses persalinan.
Setelah 15 menit tindakan keperawatan ibu mampu beradaptasi dengan nyerinya
Kriteria: 
 Ibu mampu mengatur pola nafas ketika meneran. 
 Ibu mampu meneran dengan tepat dan benar.
 Tidak terjadi ruptur di perineum.
 Managemen nyeri 
Lakukan pengkajian nyeri PQRST. 
 Ekspresikan penerimaan tentang nyeri 
 Kurangi rasa takut dengan meluruskan setiap misinformasi 
 Ketika ibu meneran berdiri di belakang ibu untuk mensupport ibu meneran. 
 Berikan bantal pada bawah punggung dan Bantu support kedua tungkai ibu. 
KALA III
1. Nyeri b.d. Fisiologis: proses melahirkan 
Setelah tindakan 15 menit ibu mampu beradaptasi dengan nyerinya. Dengan Kriteria :
-Tampak tenang.
- Menyatakan dapat menahan nyeri.
a. Managemen nyeri 
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, awitan, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau berat dan faktor presipitasi 
2. Ekspresikan penerimaan tentang nyeri 
3. Kurangi rasa takut dengan meluruskan setiap misinformasi  

b. Manajemen lingkungan 
Implementasikan tindakan untuk kenyamanan fisik seperti menciptakan suasana yang nyaman,
meminimalkan stimulasi lingkungan 
c.  Edukasi : prosedur/perawatan 
KALA IV
 Fatigue b.d. Proses persalinan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam, ibu mampu melakukan
konservasi energy
Kriteria:
- Ibu menyatakan rasa lelahnya berkurang. 
- Ibu mampu mengatur pola istirahat
 Konservasi energi 
1. Monitor tingkat kelemahan ibu. 
2. Monitor tanda-tanda vital ibu. 
3. Berikan periode istirahat yang cukup. 
4. Fasilitasi ibu untuk istirahat. 
5. Berikan makanan/nutrisi pada ibu. 
Pemeriksaan Dalam

 Pada kala satu persalinan keperluan pemeriksaan dalam selanjutnya untuk


mengetahui status serviks dan dilatasi serta posisi bagian presentasi.
 Bila selaput ketuban sudah pecah, pemeriksaan hendaknya diulang segera
kalau kepala tidak pasti engaged pada pemeriksaan vagina sebelumnya.
 Pemeriksaan vagina yang berulang dan sering dapat menginduksi terjadinya
infeksi terutama pada kala I persalinan.
 Depkes merekomendasikan periksa dalam pada keadaan normal cukup dilakukan empat
jam dan selalu dilakukan secara asepsis.
 Frekuensi periksa dalam harus dibatasi sesedikit mungkin (WHO,1996).
 Periksa dalam yang dilakukan lebih sering dari 4 jam sekali tidak bermanfaat, kecuali bila
ada indikasi :
• Ketuban pecah dini dengan letak bagian bawah janin masih tinggi untuk menyingkirkan
kemungkinan prolaps tali pusat.
• Untuk memantau kemajuan persalinan dan mencatat pembukaan serviks pada
partograf
 Alasan untuk melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam didasari pada
penggunaan partograf dan garis waspada. Biasanya terdapat waktu sekitar 4
jam antara garis waspada dan garis tindakan.
 Bila pemeriksaan dalam dilakukan kurang dari 4 jam, mungkin masih
diperlukan pemeriksaan lagi sebelum mencapai garis tindakan.
PERIKSA DALAM
Pengisian kemajuan persalinan (Partograf)

 Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian


pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001)
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian
dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir ( JNPK-KR, 2008).
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
1) Mencatat kemajuan persalinan
2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu (JNPK-KR, 2008).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :
a) Denyut jantung janin : setiap 30 menit
b) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit
c) Nadi : setiap 30 menit
d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
g) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam
h) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan (JNPK-KR,2008)
PARTOGRAF
a. Informasi tentang ibu
b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Kontraksi uterus
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
g. Kondisi ibu
h. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
PENCATATAN DAN
EVALUASI KALA I-IV
DITULIS DALAM
PARTOGRAF SEBAGAI
BUKTI DOKUMENTASI
PERSALINAN
Menghitung dan observasi kontraksi

KONTRAKSI UTERUS ATAU HIS


 His adalah kontraksi rahim pada persalinan
 His pendahuluan atau his palsu Merupakan peningkatan kontraksi dari Braxton
Hicks yaitu kontraksi uterus yang tidak memberi pengaruh terhadap
membukanya servik uteri
 His persalinan atau his sebenarnya Adalah kontraksi otot-otot polos uterus
pada persalinan yang bersifat fisiologis tetapi disertai rasa nyeri yang
berpengaruh terhadap proses membukanya servik uteri dan penurunan bagian
terendah janin kedalam rongga panggul
SIFAT ATAU CIRI-CIRI HIS YANG NORMAL
 Kontraksi dimulai pada salah satu cornue uterus kiri atau kanan yang menjalar
ke seluruh myometrium sehingga menghasilkan kontraksi yang simetris
 Fundus uteri berkontraksi terlebih dahulu, kontraksi lebih kuat dan lebih lama
dari bagian- bagian yang lain dari uterus
HIS PERSALINAN MENURUT FAAL
 His pembukaan
 His pengeluaran
 His pelepasan uri
 His pengiring / his Royan
Prinsip melakukan episiotomi
A. Pengertian
 Episiotomi merupakan istilah untuk suatu insisi perineum (Obstetri
Williams,2005)
 Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum
(Sarwono, 2007, hal. 171)
 Episiotomi adalah insisi pudendum / perineum untuk melebarkan orifisium
( lubang / muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi (Benson
dan Pernoll, 2009, hal 176).
B. Prinsip tindakan episiotomi
 Pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya
regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut
(Sumarah, 2008).
 Episiotomi dilakukan atas indikasi janin atau adanya ancaman robekan
perineum total, saat melakukan episiotomi yaitu kepala atau bokong
membuka vulva 3-4 cm.
C. Indikasi episiotomi
1. Persalinan pervaginam dengan tindakan atau menggunakan instrumen
2. Mencegah robekan perineum yang kaku atau diperkirakan tidak mampu
beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan
3. Mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan janin saat persalinan pada
letak/presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil dibelakang)
dengan menyediakan tempat lebih luas untuk persalinan aman
Menghitung APGAR bayi

 Skor APGAR adalah suatu metode yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi
yang baru lahir. Skor APGAR ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar pada tahun
1952 untuk menilai status klinis bayi yang baru lahir pada usia 1 menit dan
menilai kebutuhan intervensi segera untuk merangsang pernapasan.
Pada tahun 1961, Dr. Joseph Butterfield memperkenalkan mnemonic dari APGAR
untuk memudahkan sejawat mengingat komponen skor APGAR. Komponen dari skor
APGAR adalah:
A = Appearance (warna kulit)
P = Pulse (denyut jantung)
G = Grimace (refleks)
A = Activity (tonus otot)
R = Respiration (pernapasan)
Skor APGAR dihitung pada menit ke-1 dan ke-5 untuk semua bayi, kemudian
dilanjutkan setiap 5 menit sampai menit ke-20 untuk bayi dengan skor APGAR
kurang dari 7.
Skor APGAR menghitung kuantitas dari tanda-tanda klinis depresi neonatal
seperti sianosis atau muka pucat, bradikardia, depresi refleks terhadap stimulus
taktil, hipotonus, dan apnea atau respirasi yang terganggu
CARA PENILAIAN SKOR APGAR
Penilaian skor APGAR dilakukan dengan cara memeriksa warna kulit, denyut
jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernapasan. Masing-
masing aspek akan diberikan poin yang bervariasi antara 0-2 poin tergantung kondisi
bayi.
A - Appearance atau Warna Kulit
Mengamati warna kulit pada tubuh dan ekstremitas bayi dan memberikan poin
sesuai hasil pemeriksaan. Poin yang diberikan adalah:
2 poin = Warna kulit pink pada tubuh dan ekstremitas
1 poin = Warna kulit biru pada ekstremitas, warna kulit pink pada tubuh
0 poin = Warna kulit seluruh tubuh dan ekstremitas biru
P - Pulse atau Denyut Jantung
Denyut jantung dihitung dengan menggunakan stetoskop atau dengan menggunakan
dua jari. Denyut jantung dihitung selama 15 detik, kemudian dikalikan 4 sehingga
didapatkan denyut jantung selama 60 detik (1 menit).
 2 poin = >100 kali/menit
 1 poin = <100 kali/menit
 0 poin = Tidak ada denyut jantung
G - Grimace atau Refleks Terhadap Stimulus Taktil
Mengamati respons bayi terhadap stimulus taktil dan memberikan poin sesuai hasil
pemeriksaan. Poin yang diberikan adalah:
 2 poin = Bayi menangis, batuk atau bersin
 1 poin = Bayi meringis atau menangis lemah saat distimulasi
 0 poin = Bayi tidak merespons stimulasi
A - Activity atau Tonus Otot
Mengamati tonus otot bayi dan memberikan poin sesuai hasil pemeriksaan. Poin yang
diberikan adalah:
 2 poin = Bergerak aktif
 1 poin = Sedikit gerakan
 0 poin = Lemah atau tidak ada gerakan
R - Respiration atau Pernapasan
Mengamati pernapasan bayi dan memberikan poin sesuai hasil pemeriksaan. Poin
yang diberikan adalah:
 2 poin = Pernapasan baik dan teratur, menangis kuat
 1 poin = Pernapasan lemah, tidak teratur
 0 poin = Tidak ada napas
INTERPRETASI SKOR APGAR
Skor APGAR dihitung dengan menjumlahkan skor setiap komponen. Beberapa hal
yang perlu diketahui saat melakukan perhitungan skor APGAR adalah:
 Skor terbaik adalah 10, namun skor 7, 8 dan 9 adalah normal dan bayi dapat
dikatakan sehat
 Skor 10 sangat jarang didapat karena sebagian besar bayi yang baru lahir akan
kehilangan 1 poin dari komponen warna kulit
 Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai warna kulit kebiruan
pada tangan dan kaki
Skor APGAR yang rendah biasanya disebabkan oleh:
 Proses kelahiran yang sulit
 Sectio caesarea
 Cairan pada saluran pernapasan bayi
Bayi dengan Skor APGAR yang rendah mungkin membutuhkan:
 Oksigen dan pembersihan saluran napas. Pembersihan saluran napas dapat
dilakukan dengan menggunakan bulb syringe. Penyedotan dilakukan melalui
mulut terlebih dahulu, kemudian melalui hidung. Urutan ini bertujuan
mencegah bayi menghirup cairan sekresi
 Stimulasi fisik untuk membantu mendapatkan detak jantung yang normal
Mencegah perdarahan pada kala IV
KALA IV (PENGAWASAN)
Dimulai sejak lahirnya plasenta dan selaput ketuban lengkap sampai keadaan ibu kembali stabil,
di observasi selama 2 jam
 1 jam pertama setiap 15’
 1 jam kedua setiap 30’
Observasi
• TTV
• Tinggi Fundus Uteri
• Kontraksi
• Kandung Kemih
• Perdarahan
Bonding attachment

 Bonding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan


keterikatan batin antara orang tua dan bayi, hal ini merupakan proses dimana
sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang
bersifat saling mencintai
 Bounding Attachment adalah hubungan yang unik antara dua orang yang sifatnya
spesifik dan bertahan seiring berjalannya waktu. Mereka juga menambahkan
bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan
selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan
secara fisik tidak terlihat (Kennel dan Klaus dalam Rochmawati, 2012).
Cara Untuk Melakukan Bounding
Attachment (Pembentukan Ikatan Kasih Sayang)

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), proses pembentukan ikatan kasih sayang
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif
Dengan pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung akan
mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan
diperlakukan rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2. Rawat Gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan
bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan
antara ibu dan bayinya.
3. Kontak Mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka merasa
lebih dekat dengan bayinya
4. Suara
Mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat
5. Aroma (Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma
susu ibunya
6. Gaya Bahasa
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan
struktur pembicaraan orang dewasa
7. Irama Kehidupan (Bioritme)
salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif
8. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas perut ibu. Ia akan
merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat
melakukan refleck sucking dengan segera. Inisiasi Menyusu Dini adalah proses
membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran. Hal ini merupakan
kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya
juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam.
9. Sentuhan (Touch)
10. Kehangatan Tubuh (Body Warm)
HATUR
NUHUN

Anda mungkin juga menyukai