Anda di halaman 1dari 20

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PASCA PANEN
(Kesetimbangan Massa)

Oleh :
Nama : Amorita Iqradiella Edytiananda
NPM : 240110150082
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 14 Maret 2017
Waktu/Shift : 10.00-12.00 WIB/B1
Co.Ass : 1. Adryani Tresna W.
2. Eki Dwiyan Saputra
3. Mizanul Hakam
4. Umaya Nur Uswah

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam bidang industri pengolahan pertanian konsep kesetimbangan massa
sangatlah penting, karena konsep kesetimbangan merupakan parameter pengendali
dalam proses penanganan yang khususnya mengendalikan hasil yang diperoleh
dari suatu proses. Pada bidang pertanian sendiri, kesetimbangan massa merupakan
proses dari suatu bahan dimana nilai atau jumlah bahan yang masuk akan sama
dengan penjumlahan massa yang keluar dengan massa yang tersimpan. Konsep
tersebut merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengolah bahan-
bahan pangan atau dalam menjalankan suatu sistem operasi industri lainnya.
Dengan demikian, massa bahan yang melewati operasi pengolahan dapat
dijelaskan melalui kesetimbangan massanya. Selain itu kesetimbangan massa juga
digunakan untuk menetapkan jumlah atau kuantitas berbagai bahan dalam setiap
aliran proses.
Dalam kehidupan sehari-hari, kesetimbangan massa sering dijumpai.
Kesetimbangan massa digunakan untuk mengetahui atau mengecek keluar
masuknya suatu bahan dalam suatu proses. Dengan melakukan praktikum ini,
praktikan diharapkan mampu memahami teori dari kesetimbangan massa dan
mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan. Untuk lebih memahami hal
tersebut, dilakukan percobaan melalui proses pengentalan dan pengenceran agar
menghasilkan kondisi (massa) yang setimbang.
Kesetimbangan massa juga mencangkup dari suatu sistem opresi industri
yang mempunyai klasifikasi sistem steady state dan unsteady state, dimana kedua
sistem tersebut dibedakan berdasarkan perubahan sifat-sifat sistem terhadap
lamanya waktu. Pada praktikum kali ini, praktikan akan membahas mengenai
sistem kesetimbangan massa dengan menggunakan suatu proses pengentalan dan
pengenceran bahan dengan larutan gula. Dengan diadakannya praktikum ini,
diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menerapkan ilmunya dalam bidang
pertanian.
1.2 Tujuan Instruksional
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mempelajari kestimbangan massa secara umum.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Mempelajari keadaan sistem steady dan unsteady state dengan larutan
gula
b. Menentukan model nerasa massa steady state pada alir massa dan
unsteady state pada komponen gula
c. Mahasiswa dapat mempelajari dan menerapkan analisis
kesetimbangan massa dalam teknik unit operasi dalam penanganan
hasil pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesetimbangan Massa


Kesetimbangan massa adalah analisa terhadap proses pengolahan yang
dilakukan mulai dari input bahan, proses pengolahan dan hasil yang dihasilkan.
Istilah kesetimbangan massa berasal dari kata “mass balance” atau “kesetimbangan
materi”. Dalam suatu proses pengolahan tidak ada yang hilang atau bertambah
namun terjadi perubahan bentuk. Perhitungan kesetimbangan massa
dikembangkan menurut jumlah bahan yang masuk (inflow) dan jumlah bahan yang
keluar (outflow) dari suatu proses. Prosedur perhitungan kesetimbangan massa
sangat berguna antara lain untuk mengetahui formulasi bahan, mengetahui
komposisi produk yang dihasilkan dari suatu proses pencampuran, mengetahui
besarnya rendemen dari suatu hasil produksi, dan atau untuk mengetahui efisiensi
pemisahan dalam suatu sistem pemisah mekanik. (Tomara, 2013)
Kesetimbangan massa didasarkan pada prinsip dari hukum kekekalan massa
yaitu “Massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan”. Maka, didalam
suatu instalasi pengolahan tersebut jumlah massa bahan yang memasuki instalasi
harus sama dengan jumlah massa bahan yang meninggalkan instalasi. Konsekuensi
logis hukum kekekalan massa ini memberikan persamaan dasar neraca massa :
[massa masuk] = [massa keluar] + [akumulasi massa]
Akumulasi (accumulation) merupakan jumlah massa bahan yang mungkin
tertinggal dalam instalasi berupa penumpukan. Inflow dapat berupa pembentukan
produk oleh reaksi kimia atau sebagai akibat dari pertumbuhan mikroba, dan
outflow dapat saja berupa kehilangan massa atau zat gizi tertentu akibat reaksi
biokimia atau oleh proses mekanik selama pengolahan.
Jika akumulasi = 0, inflow = outflow, maka proses tersebut disebut berada
pada kondisi “Steady State”. Jika akumulasi  0 dan jumlah serta konsentrasi
komponen dalam sistem dapat berubah seiring dengan pertambahan waktu, maka
proses tersebut disebut berada pada kondisi “Unsteady State”. Jadi, kesetimbangan
massa merupakan dasar perhitungan untuk proses pencampuran (blending) bahan
pangan selama pengolahan dan juga sebagai dasar perhitungan untuk proses-proses
pemisahan (separations process) seperti evaporasi, dehidrasi, destilasi, absorpsi,
dan ekstraksi. (Tomara, 2013)

2.2 Keadaan Steady State


Steady state merupakan kondisi sistem dengan sifat-sifat yang konstan (tidak
berubah) seiring dengan berjalannya waktu. Yang dimaksud yaitu suatu sistem
berada dalam kondisi tunak (steady state) apabila tidak ada satu pun sifatnya yang
mengalami perubahan terhadap waktu tertentu, atau mengalami perubahan
terhadap waktu namun sangatlah kecil, sehingga dapat diabaikan. Kondisi tersebut
dapat berakibat pada setiap properti pada sistem turunan parsial terhadap waktu
adalah nol (0). Untuk suatu volume atur dalam keadaan tunak, identitas dari zat di
dalam volume atur terus menerus mengalami perubahan, namun jumlah totalnya
selalu konstan pada setiap waktu dan tidak terjadi penumpukkan massa. Suatu
proses dikatakan steady state adalah jika aliran umpan yang masuk kedalam suatu
sistem operasi sama dengan laju aliran produk tanpa terjadi akumulasi. (Umkeketo,
2015).
Dengan kata lain suatu operasi dikatakan dalam keadaan steady state ketika
laju alir unpan yang masuk kedalam suatu sistem operasi sama dengan laju alir
produk sehingga mengakibatkan akumulasi dalam sistem. Konstannya sifat-sifat
pada suatu sistem biasa terjadi setelah sistem itu dijalankan atau diinisiasi, keadaan
ini biasa disebut dengan keadaa transien. Contok pada keadaan tunak (steady state)
dalam kehidupan sehari-hari adalah pengisian pemanas air pada steady state,
setrika listrik yang telah mencapai suhu konstan akan berada dalam keadaan tunak.

2.3 Unsteady State


Unsteady state (keadaan tak tunak) merupakan kebalikan dari kondisi steady
state. Dalam kondisi unsteady state (keadaan tak tunak) sistem akan mengalami
perubahan sifat seiring dengan berjalannya waktu yang juga dipengaruhi terhadap
perlakuan yang diberikan. Pada keadaan tersebut menyatakan bahwa perubahan
jumlah massa yang berada dalam volume atur sama dengan perbedaan antara
jumlah total massa yang masuk dengan jumlah total massa yang keluar.
(Wulandari, 2013)
Unsteady state (keadaan tak tunak) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu
sistem berubah dengan berjalannya waktu. Suatu sistem berada dalam keadaan tak
tunak apabila keadaannya mengalami perubahan terhadap waktu tertentu.
Contohnya adalah saat menghidupkan (startup) atau mematikan (shutdown) turbin,
kompresor, dan motor. Selain itu bejana yang sedang diisi atau dikosongkan juga
termasuk dalam keadaan tak tunak. Dan juga contoh lainnya adalah pada proses
pemanasan air, perubahan air menjadi uap dikarenakan adanya kalor yang masuk,
banyaknya uap air yang keluar dipengaruhi terhadap energi yang diberikan dan
lamanya waktu pemanasan.

2.4 Derajat Brix


Brix merupakan satuan yang umum digunakan untuk mengukur kandungan
padatan terlarut dalam suatu larutan. Brix juga dapat diartikan sebagai jumlah zat
padat semu yang larut (dalam gr) dalam setiap 100 gram larutan. Jadi jika memiliki
zat padat terlarut dengan kadar BRIX = 20, maka berarti dalam 100 gram tersebut
20 gram merupakan zat padat terlarut dan 80 gram adalah air. Semakin tinggi
derajat brix pada larutan tersebut maka akan semakin manis. (Sukoyo, 2014)
Untuk mengetahui seberapa banyak zat padat yang terlarut dalam larutan
(brix) maka diperlukan suatu alat ukur. Nilai indeks bias suatu larutan gula
memiliki kaitan yang sangat erat dengan kadar brix. Jadi kesimpulannya yaitu jika
indeks bias larutan gula tersebut dapat diukur, maka brix pada larutan gula dapat
kita ketahui berdasarkan indeks bias tersebut. Alat yang digunakan untuk
mengukur kadar brix yaitu refraktometer brix. Dengan menggunakan alat ini
sampel nira yang dibutuhkan sangat sedikit dan alatnya juga tidak mudah rusak
untuk pemakaian jangka panjang.

2.5 Refraktometer
Refraktometer adalah sebuah alat alat ukur untuk menentukan indeks cairan
atau padat. Refraktometer juga dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan
untuk mengetahui indeks refraksi, kerapatan jenis dan konsentrasi dari suatu zat
terlarut. Misalnya mengukur kadar gula, kadar urine, garam, protein, dan
sebagainya di dalam tubuh. Prinsip kerja dari refraktometer adalah dengan cara
memanfaatkan refraksi cahaya polikromatis dari sinar lampu yang menyinari day
light plate.(Tissa, 2013)
Terdapat beberapa jenis-jenis refraktometer diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Refraktometer Abbe
Digunakan untuk mengukur bermacam-macam indeks bias suatu larutan
dan juga digunakan untuk mengukur kadar dengan cara membuat kurva
standar terlebih dahulu
2. Refraktometer Brix
Digunakan untuk mengukur konsentrasi padatan terlarut dari gula, garam,
protein dan lebih spesifiknya untuk makanan dan cairan ideal untuk
kontrol kualitas.
3. Refraktometer Salt
Digunakan untuk mengukur kadar garam pada baguan perseribu atau ppt
dan berat jenis atau persen salinitas (kadar garam) tergantung pada model.
Dan juga dapat digunakan untuk konsentrasi garam dari air atau air garam.
Refraktometer merupakan alat optic atau intrumen analisis yang harus dijaga
baik-baik agar pada saat pembacaan yang dilakukan pada alat tersebut lebih akurat.
Membutuhkan penanganan dan penyimpanan yang harus berhati-hati karena
apabila mengalami kegagalan dalam melakukannya akan dapat mengakibatkan
kerusakan pada komponen optik dan struktur dasar.

2.6 Pengentalan dan Pengenceran Bahan Hasil Pertanian


Pengentalan merupakan proses meningkatnya konsentrasi pada suatu larutan
yang terjadi akibat adanya pencampuran bahan terlarut. Pengentalan juga dapat
diartikan sebagai proses pengurangan kadar air pada suatu larutan dengan cara
melakukan penguapan air yang terkandung dalam larutan tersebut atau dengan
menambah terus konsentrasinya. Dengan menggunakan suhu yang tinggi maka
hasil akhir produk tersebut adalah berupa kumpulan-kumpulan gula, dengan kadar
air yang diatur (sesuai dengan kebutuhan). Aplikasi pengentalan itu sendiri adalah
untuk pengawetan makanan dengan cara mengurangi aktivitas mikroba dengan
menekan kandungan air dalam suatu bahan. (Yodhabrata, 2010).
Pengenceran adalah proses menurunnya konsentrasi suatu larutan akibat
adanya pencampuran bahan pelarut (air). Pengenceran sendiri merupakan
campuran larutan pekat yang memiliki konsentrasi tinggi dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan maka kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat
pekat. Agar panas dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus
ditambahkan ke dalam air. Jika air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, panas
yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. (Yodhabrata, 2010). Semakin
tinggi konsentrasi maka ikatan antar partikelnya semakin kuat, sebaliknya semakin
rendah konsentrasi maka ikatan antar partikelnya semakin lemah.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Peralatan proses kontinu berpengaduk
b. Gelas ukur
c. Stopwatch
d. Refractometer
e. Timbangan

3.1.2 Bahan
a. Air
b. Gula Pasir
c. Kertas Tissue

3.2 Prosedur Praktikum


1. Menyiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan pada
praktikum.
2. Memasangkan peralatan tangki kontinu
3. Mempelajari dan menguji terlebih dahulu peralatan-peralatan sebelum
digunakan dengan menggunakan air sebagai bahan
4. Menguji coba bahan tersebut dengan menentukan volume maksimum
tangka (V) ketika dalam keadaan mengaduk, kemudian juga menentukan
laju alir input (QF : ml/s) dan output (QR : ml/s) sehingga tercapai kondisi
steady state (QF : QR)
5. Membagi percobaan praktikum dalam dua kelompok
6. Melakukan masing-masing operasi sesuai dengan perlakuan diatas dan
memeriksa konsentrasi gula (°Brix) setiap 30 detik pada pengeluaran
tangki atau interval yang pada pemeriksaan gula dapat disesuaikan
dengan laju alir.
7. Membuat grafik konsentrasi gula (ln (Xf-X)) terhadap waktu (t)
berdasarkan hasil percobaan dan menentukan model persamaan dari
grafik tersebut (y = ax +b)
8. Membandingkan antara proses pemekatan dan proses pengenceran
dengan menggunakan refrensi yang sesuai untuk keseimbangan massa
dalam pembahasan.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Hasil Pengukuran / Pengamatan


Tabel 1. Pengentalan Larutan Gula
Waktu Pengentalan
ln (Xf-Xt)
(menit) (Brix)
0 Xf = 1,4 -
5 Xt = 1 -0,916
10 Xt = 2,9 0,4054
15 Xt = 4 0,95555
20 Xt = 4,5 1,1314
30 Xt = 4,2 1,0296
35 Xt = 4,2 1,0296
45 Xt = 4,5 1,1314

Tabel 2. Pengenceran Larutan Gula


Waktu Pengentalan
ln (Xf-Xt)
(menit) (Brix)
0 Xf = 9 -
5 Xt = 17 0,693
10 Xt = 18,8 -1,6094
15 Xt = 18,5 -0,6931
20 Xt = 16,1 1,0647
30 Xt = 16 1,0986
35 Xt = 15,8 1,1631
45 Xt = 15,5 1,2527

4.2 Perhitungan
- Volume awal air = 510 ml
- Volume awal gula = 500 ml
4.2.1 Setelah dibuka katup selama 1 menit :
𝛥𝑉
 Q input Pengentalan = 𝑡
530−500
= 60

= 0,5 ml/s
𝛥𝑉
 Q input Pengenceran = 𝑡
500−490
= 60

= 0,16666666 ml/s

4.2.2 Setelah dibuka katup selama 2 menit :


𝛥𝑉
 Q input Pengentalan = 𝑡
510−500
= 120

= 0,083333333 ml/s
𝛥𝑉
 Q input Pengenceran = 𝑡
505−500
= 120

= 0,041666666 ml/s

4.2.3 Setelah dibuka katup selama 3 menit :


𝛥𝑉
 Q input Pengentalan = 𝑡
520−500
= 180

= 0,11111111 ml/s
𝛥𝑉
 Q input Pengenceran = 𝑡
500−480
= 180

= 0,11111111 ml/s

4.2.4 Setelah dibuka katup selama 4 menit :


𝛥𝑉
 Q input Pengentalan = 𝑡
540−500
= 240

= 0,16666666 ml/s
𝛥𝑉
 Q input Pengenceran = 𝑡
540−460
= 240

= 0,16666666 ml/s

4.2.5 Setelah dibuka katup selama 5 menit :


𝛥𝑉
 Q input Pengentalan = 𝑡
550−500
= 300

= 0,16666666 ml/s
𝛥𝑉
 Q input Pengenceran = 𝑡
500−450
= 300

= 0,16666666 ml/s

4.3 Grafik

Pengentalan Larutan Gula


2

1.5
1.1314
0.95555 1.0296
1
1.1314 1.0296
0.4054
ln (Xf-Xt)

0.5

0
0 10 20 30 40 50
-0.5
-0.916
-1

-1.5
Waktu (Menit)

Gambar 1. Grafik Pengentalan Larutan Gula


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Pengenceran Larutan Gula
2

1.5 1.2527
1.0647 1.0986
1 0.693
1.1631
0.5
ln (Xf-Xt)

0
0 10 -0.6931 20 30 40 50
-0.5

-1
-1.6094
-1.5

-2
Waktu (Menit)

Gambar 2. Grafik Pengenceran Larutan Gula


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum teknik pasca panen kali ini membahas mengenai


kesetimbangan massa. Kesetimbangan massa sendiri menurut teori yang diberikan
bahwa massa itu tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Pada
praktikum ini dilakukan dengan membuat sebuah larutan dengan melakukan
pengujian dalam proses pengentalan dan proses pengenceran pada larutan gula
Berhubung keterbatasan alat praktikum, pada pelaksanaan praktikum dibagi
menjadi dua kelompok yang pertama melakukan pengujian dalam proses
pengentalan sedangkan yang kedua melakukan pengujian proses pengenceran. P
Pengentalan dan pengenceran pada kesetimbangan massa ini pada intinya
merupakan salah satu contoh untuk menerapkan prinsip kesetimbangan massa.
Hasil percobaan yang dilakukan ini ternyata sangat menyimpang dari keterangan
literatur yang ada. Bahwa pada percobaan pengukuran pengentalan reaksi
pengentalan sangat menyimpang dari literatur yaitu nilai kadar konsentrasi larutan
gula cenderung fluktuatif. Menurut keterangan literatur bahwa pengentalan terjadi
apabila nilai kadar konsentrasi pada larutan gula terus meningkat seiring dengan
lamanya waktu pengadukan, karena pada proses pengentalan ini akan terjadi
penurunan kadar air bahan larutan tersebut. Akantetapi data hasil percobaan nilai
pengentalan baik pada larutan gula mengalami penyimpangan, dimana nilainya
mengalami penurunan dan peningkatan kadar gula yang diukur dibandingkan
dengan data pengukuran sebelumnya. Begitu pula pada percobaan pengukuran
pengenceran yaitu menurut literatur seharusnya yang nilai dihasilkan terus menurun
karena adanya proses penambahan kadar air pada campuran larutan air dan gula,
akantetapi data hasil percobaan ada yang menyimpang pada waktu pengukuran 10
menit yaitu adanya peningkatan kadar yang dihasilkan pada pengukuran
sebelumnya.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurang akuratnya data yang
diperoleh praktikan yaitu dapat terjadi akibat kesalahan pembacaan praktikan dan
alat yang digunakan atau prosedur yang salah sehingga didapatkan data yang
mengalami penyimpangan jika dibandingkan dengan literatur. Kemudian dapat
terjadi pula karena keterbatasan alat praktikum, seperti refraktometer yang cuma
ada 1, sehingga membuat praktikan bergantian untuk menggunakannya dan
refraktometer tidak dibersihkan secara benar sehingga menghasilkan nilai yang
kurang akurat. Selang yang menghubungkan 2 gelas ukur pun mengalami sedikit
kebocoran, sehingga menyebabkan nilai kadar gula pada larutan air mengalami
beberapa kali kenaikan dan penurunan sehingga data yang dihasilkan kurang jelas
(tidak akurat). Selain itu juga penyimpangan data hasil praktikum yang diakibatkan
oleh kesalahan prosedur adalah pada proses pengadukan yang tidak sama (tidak
konstan) antara gelas ukur yang satu dengan gelas ukur yang kedua sehingga
mengakibatkan aliran massa dari keduanya tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut
yang menyebabkan hasil pengukuran kadar air gula yang kurang tepat (fluktuatif).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Kesetimbangan massa menurut teori, bahwa massa tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
2. Pengentalan terjadi apabila nilai kadar konsentrasi pada larutan gula terus
meningkat seiring dengan lamanya waktu pengadukan
3. Pada proses pengentalan ini akan terjadi penurunan kadar air bahan
larutan tersebut.
4. Pada pengenceran yaitu menurut literatur nilai dihasilkan terus menurun
karena adanya proses penambahan kadar air pada campuran larutan air
dan gula.
5. Data hasil percobaan pada proses pengenceran terjadi penyimpangan
yaitu adanya peningkatan kadar yang dihasilkan pada pengukuran
sebelumnya.

6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan pada praktikum kali ini adalah:
1. Praktikan diharapkan membaca materi terlebih dahulu sebelum
praktikum sehingga praktikan memahami materi yang akan
dipraktikumkan
2. Ketelitian praktikan dalam pelaksaan praktikum sangat berpengaruh
terhadap nilai yang diperoleh dalam praktikum dan juga dalam
perhitungan yang didapat.
3. Mengecek alat-alat yang akan digunakan sebelum dilaksanakannya
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Sukoyo, Agung. 2014. Analisis Pengaruh Suhu Pengolahan dan Derajat Brix
terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Gula Kelapa Cair dengan
Metode Pengolahan Vakum. Malang. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya. Terdapat pada :
jbkt.ub.ac.id/index.php/jbkt/article/download/152/144 (Diakses pada tanggal
18 Maret 2017, pada pukul 14.12 WIB)

Tissa, Zahra. 2013. Pemeliharaan dan Perawatan Instrumen Refraktometer.


Chemical Research Center of Hungarian Academy of Sciences,
Instrumentation Chamical Analysis, Alumna. Terdapat pada :
https://www.academia.edu/5578524/Pemeliharaan_dan_Perawatan_Instrum
en_Refraktometer (Diakses pada tanggal 18 Maret 2017, pada pukul 13.33
WIB)

Tomara, Angel. 2013. Kesetimbangan Massa. Jambi. Fakultas Teknologi Pertanian.


Universitas Jambi. Terdapat pada : https://www.academia.edu/8947419/III._
KESETIMBANGAN_MASSA (Diakses pada tanggal 18 Maret 2017, pada
pukul 12.51 WIB)

Umkeketo, Theresia. 2015. Definisi Steady State. Makasar. Jurusan Kimia.


Politeknik Kesehatan Makasar. Terdapat pada :
https://www.academia.edu/11991210/Definisi_steady_state (Diakses pada
tanggal 18 Maret 2017, pada pukul 13.12 WIB)

Wulandari, Pangiastika Putri. 2013. Steady State dan Unsteady State. Malang.
Teknik Kimia. Universitas Muhammadiyah Malang. Terdapat pada:
http://dokumen.tips/documents/steady-dan-unsteady-state-pangiastika-putri-
w.html (Diakses pada tanggal 18 Maret 2017, pada pukul 13.56 WIB)

Yodhabrata, Mahesa. 2010. Pengaruh Penambahan Bahan Pengental dan


Pengencer Terhadap Kualitas Susu Sapi dengan Starter. Bogor. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Terdapat pada :
repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62269/1/F10myo.pdf
(Diakses pada tanggal 18 Maret 2017, pada pukul 15.03 WIB)
LAMPIRAN

Gambar 3. Alat ukur refractometer


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)

Gambar 4. Larutan gula


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Gambar 5. Stopwatch
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)

Gambar 5. Proses pengadukan larutan gula


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)

Anda mungkin juga menyukai