Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Instrumentasi merupakan device atau peralatan yang digunakan untuk menunjang sebuah
sistem dalam menjalankan proses tertentu untuk tujuan tertentu pula. Setiap kegiatan proses
dalam sebuah system di industri senantiasa membutuhkan peralatanperalatan otomatis untuk
mengendalikan parameterparameter prosesnya. Otomatisasi tidak saja diperlukan demi
kelancaran operasi, keamanan, ekonomi, maupun mutu produk, tetapi lebih mengutamakan pada
kepentingan penggunaan manusia (user) sebagai kontrol manual, kecepatan, kualitas, serta
kuantitas yang dihasilkan dibandingkan dengan menggunakan kontrol manual, dalam hal ini
manusia sebagai pengendali dan pelaku keputusan.
Hampir semua proses industri dalam menjalankan proses produksinya membutuhkan
bantuan sistem pengendali, contohnya pengendalian di suatu proses pengilangan minyak. Proses
di suatu pengilangan minyak tidak mungkin dapat dijalankan tanpa bantuan fungsi sistem
pengendalian. Ada banyak pengendalian yang harus dikendalikan di dalam suatu proses.
Diantaranya yang paling umum, adalah tekanan (pressure) didalam sebuah vessel atau pipa,
aliran (flow) didalam pipa, suhu (temperature) di unit proses seperti heat exchanger, atau
permukaan zat cair (level) disebuah tangki. Ada beberapa parameter lain diluar keempat elemen
diatas yang cukup penting juga dan juga perlu dikendalikan karena kebutuhan spesifik proses,
diantaranya : pH, Velocity, berat, dan lain sebagainya.
Pengendalian pada umumnya menghendaki proses berjalan dengan stabil. Proses yang
stabil merupakan sebuah proses dimana besarnya setpoint sama dengan besarnya meassurment
variabel, sehingga error sama dengan nol. Error yang sama dengan nol ini dapat mengakibatkan
tidak adanya manipulated variabel untuk membuka atau menutup valve yang menjadikan sebuah
proses yang berjalan secara kontinyu tanpa gangguan. Namun pada kenyatannya perubahan load,
kinerja mekanik instrument, perubahan setpoint dan faktor faktor lain yang dapat
mengakibatkan suatu proses tidak stabil. Hal ini lazim terjadi pada suatu sistem pengendalian,
sehingga perlu sebuah controller untuk mengendalikan suatu proses agar dapat kembali ke posisi
stabil.
LATAR BELAKANG

Sensor didefinisikan sebagai sebuah komponen atau sistem yang mendeteksi nilai
kuantitas fisik obyek ukur, baik absolut maupun relative, dan mengubahnya menjadi sebuah
signal yang dapat dinyatakan sebagai sebuah kuantitas maupun sebagai sebuah masukan bagi
perangkat lain. Praktis di dalam setiap peralatan yang bersifat otomatis akan ditemukan sensor.
Apakah itu di bak penampung air dari tempat buang air, mainan anak-anak, sampai dengan misi
pathfinder di mars. Dengan demikian pangsa pasar dari tehnogi sensor menyebar sangat luas,
dari keperluan medik sampai dengan militer. Di mana pertumbuhan produksi sensor masih terus
melesat cepat dan belum sampai dengan titik jenuhnya.
Sensor yang dikembangkan sampai dengan saat ini mampu mendeteksi kuantitas fisik,
kimia maupun biologi. Temperatur, tekanan, kelembaban, pH, kandungan kimia, sampai dengan
gen chip merupakan contoh-contoh riil yang ditemui. Tehnologi yang dimanfaatkan tidak selalu
merupakan sebuah hi-tech dengan high capital.
Setiap benda yang bergerak relatif terhadap benda lain selalu mengalami gesekan (gaya
gesek). Sebuah benda yang bergerak di dalam fluida juga mengalami gesekan. Hal ini
disebabkan oleh sifat kekentalan (viskositas) fluida tersebut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas
yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas (kekentalan)
sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.
Viskositas juga merupakan gesekan internal fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu
fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan
dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Vikositas merupakan gesekan internal tertentu pada fluida. Baik fluida itu berupa cairan
maupun gas, dan pada dasrnya adalah gaya gesek antar lapisan fluida yang berdekatan ketika
bergerak melintasi satu sama lain. Dalam cairan, kekentalan disbabkan oleh gaya kohesif antara
moleku-molekul. Dalam gas, berasal dari tumbuka-tumbukan diantara molekul-molekul tersebut.
Jika sebuah benda dijatuhkan pada fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam
renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelerang bergerak dipercepat.
PEMBAHASAN

Saat ini terdapat beberapa model pengukuran Viskositas dan secara garis besar dapat
digolongkan sbb. :
1. Falling ball viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh suatu bola jatuh melalui sample pada jarak tertentu.
2. Cup-type Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur waktu yang
diperlukan oleh suatu sample untuk mengalir pada suatu celah sempit (orifice).
3. Vibro Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara mengendalikan amplitudo
sebuah pelat sensor yang dicelupkan ke dalam sample dan mengukur arus listrik yang
diperlukan untuk menggerakkan sensor tersebut.
4. Capillary Tube Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara membiarkan
sample mengalir di dalam sebuah pipa kapiler dan mengukur beda tekanan di kedua
ujung kapiler tersebut.
5. Rotational Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur gaya puntir
sebuah rotor silinder (spindle) yang dicelupkan ke dalam sample.
Dalam kesempatan ini akan kita pelajari dasar-dasar pengukuran viskositas dengan methode
Rotational. Pada methode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur
viskositasnya. Gaya gesek antara permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat
viskositas cairan.
Seperti tampak pada gambar di atas, sebuah spindle dimasukkan ke dalam cairan dan diputar
dengan kecepatan tertentu. Bentuk dari spindle dan kecepatan putarnya inilah yang menentukan
Shear Rate, yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya. Sebagai contoh Viscometer yang
menggunakan prinsip ini adalah : Viscometer Model : LVDV-II Pro salah satu viscometer
keluaran dari Brookfield Engineering Laboratories, USA. Saat ini viscometer model rotational
keluaran Brookfield ini paling banyak dipakai di pasaran.

Viscometer LVDV-II Pro (Brookfield)

Kita ketahui sebelumnya bahwa untuk cairan-cairan yang tergolong dalam kategori Non
Newtonian hasil pembacaan Viskositas dipengaruhi oleh Shear Rate, dalam hal ini dinyatakan
oleh bentuk geometri spindle serta kecepatan putarnya. Oleh karena itu untuk membuat sebuah
report Viskositas dengan methode pengukuran Rotational harus dipenuhi beberapa hal sbb. :
Jenis Spindle
Kecepatan putar Spindle
Type Viscometer
Suhu sample
Shear Rate (bila diketahui)
Lama waktu pengukuran (bila jenis sample-nya Time Dependent)
Alat Ukur Viskositas Digital
Dalam menentukan viskositas atau kemampuan alir suatu suatu zat cair dapat dilakukan
dengan percobaan stokes. Percobaan stokes mempunyai prinsip kerja dengan mengukur berapa
lama peluru bola bergerak sejauh jarak tertentu dalam suatu zat cair uji. Percobaan stokes
konvensional seperti yang masih dilakukan pada praktikum Fisika Dasar mempunyai banyak
kekurangan sehingga faktor human error masih sering terjadi, misalnya :
a. Menentukan titik awal dan titik akhir peluru bola dalam suatu zat cair uji, hal ini
disebabkan karena keterbatasan mata praktikan dalam identifikasi.
b. Menentukan waktu awal dan akhir dalam percobaan stokes konvensional, karena
keterbatasan reflek praktikan saat menggunakan stopwatch.

Selain hal di atas keterbatasan pada alat pengukur waktu yang digunakan mempunyai andil juga
dalam memperbesar faktor kesalahan. Alat pengukur waktu (stopwatch) yang dipakai sampai
saat ini dalam percobaan stokes hanya mempunyai ketelitian sampai 0,05 detik. Pembuatan alat
ini mencoba mengatasi kendala-kendala yang timbul seperti human error dan mempertinggi
akurasi pengukur waktu dalam percobaan stokes ini hingga mempunyai ketelitian sampai dengan
0,001 detik. Human error yang sering dilakukan dalam percobaan stokes dapat dihilangkan
dengan menggunakan sistem sensor laser merah. Hal ini dapat terjadi karena sistem sensor laser
merah bekerja secara serentak dalam menentukan titik awal dan waktu awal peluru bola dalam
suatu zat cair. Dengan teknik yang sama sensor laser merah yang lainnya juga secara serentak
bekerja untuk menentukan titik akhir dan waktu akhir gerakan peluru bola dalam suatu zat cair
uji. Selama ini tabung yang digunakan dalam percoaan stokes konvensional sangat besar
(kapastas 2 liter). Hal ini dilakukan untuk memperkecil human error yang sering dilakukan oleh
praktikan. Akan tetapi apabila alat ukur viskositas dengan menggunakan sensor laser merah dan
pengukur waktu berpresisi tinggi dipakai dalam percobaan stokes, maka tabung untuk menguji
zat cair uji tersebut tidak perlu sebesar itu (kapasitas 1 liter).
Di zaman teknologi yang berkembang pesat ini, pengukuran sudah banyak yang
menggunakan sistem pengukuran otomatis dengan sensor. Salah satu sistem sensor yang sering
digunakan adalah sensor infra merah. Sistem sensor infra merah pada dasarnya menggunakan
infra merah sebagai media sebagai media untuk komunikasi data antara transmitter dan receiver.
Sistem akan bekerja jika sinar infra merah yang dipancarkan terhalang oleh suatu benda yang
mengakibatkan sinar infra merah tersebut tidak dapat terdeteksi oleh penerima. Keuntungan atau
manfaat dari sistem ini dalam penerapannya antara lain sebagai pengendali jarak jauh, alarm
keamanan, otomatisasi pada sistem.Pemancar pada sistem ini tediri atas sebuah LED infra merah
yang dilengkapi dengan rangkaian yang mampu membangkitkan data untuk dikirimkan melalui
sinar infra merah, sedangkan pada bagian penerima biasanya terdapat foto transistor, fotodioda,
atau inframerah module yang berfungsi untuk menerima sinar inframerah yang dikirimkan oleh
pemancar ( Nugroho, 2008 ).

5. Kesimpulan.
Untuk mendapatkan pengukuran pelumas yang
lebih akurat, harus didukung dengan sensor
yang dibuat dengan tingkat keakuratan yang
tinggi.
Faktor lain yang turut mempengaruhi unjuk
kerja pelumas seperti bahan pengotor yang
dihasilkan dari proses pembakaran, sistem
distribusi pelumas (tekanan) harus juga
diperhatikan dalam penentuan tingkat
kelayakan pelumas.
Agar dapat diaplikasikan secara langsung pada
mesin kendaran, perlu diusahakan struktur
mekanik yang tepat sehingga sensor dapat
terpasang dengan baik.

5. Daftar Pustaka.
[1] ---, Competing technologies for Measuring
Viscosity, http://www.cambridge-
applied.com/tech/viscometers.html
.
[2] ---, Engine Oil Viscosity Clasivication
SAE J300, revised June 2001,
http://www.chevron.com/

[3] ---, Flow & Suspension Properties,


http://www.pharma.noveonic.com

[4] ---, Motors, http://www.srl.gatech.edu/

[5] ---, Oil Guide, http://www.api.com

[6] ---, Viscosity dependent temperatur &


preasure,
http://www..nd.edu/~ed/lubricants.htm

[7] ---, Z80 Controlled Viscometer Project,


http://www.hanssummers.com/visc.htm

[8] David E. Vande Bout, Pragmatic Logic


Design with Xilinx Foundation 2.1i, XESS
Corp.
[9] James F. Steve Ph.D P.E, Rheological
Method in Food Process Engineering,
1996, second edition,
http://www.egr.msu.edu/~steffe/

[10] Kevin Skahill, March, 1996, VHDL for


Programable Logic. Cypress
Semiconductor, Sunnyvale, California
Addison Wesley Publishing Inc.

Anda mungkin juga menyukai