Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI
ACARA I
PRINSIP KEKEKALAN MASSA DAN ENERGI

Disusun oleh :

Nama : Rakha Haykal Alfaridzi


NIM : 19/446812/TP/12615
Golongan : 2A
Co. Ass : Hilbram Yanuarta

LABORATORIUM TEKNIK PANGAN DAN PASCAPANEN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengolahan pangan dapat melibatkan berbagai jenis bahan, baik


tunggal maupun kombinasi yang masuk maupun keluar dari suatu tahapan proses.
Sesuai dengan teori konservatif kekekalan massa, maka banyak yang masuk ke
dalam dan keluar dari proses akan tetap, hanya berubah bentuk dari wujud yang
satu kewujud yang lain. Namun dalam praktiknya, kita mungkin tidak menemukan
total input yang sama dengan total bahan output, karena terjadi akumulasi bahan
pad alat yang sering kali tidak bisa dihindarkan selama proses atau kehilangan
bahan yang tidak terkontrol. Dalam proses pengolahan pangan tersebut, terdapat
prinsip kekekalan energi dan massa.

Neraca massa merupakan perincian banyaknya bahan-bahan yang masuk,


keluar dan menumpuk dalam suatu alat pemroses. Perhitungan dan perincian
banyaknya bahan-bahan ini diperlukan untuk pembuatan neraca energi, perhitungan
rancangan dan evaluasi kinerja suatu alat atau satuan pemroses. Dalam semua
pengolahan, massa dan energi tidak berubah-ubah. Hukum konversi energi
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Jumlah
energi di dalam bahan masuk instalasi pengolahan, ditambah dengan energi yang
ditambahkan ke dalam instalasi harus sama dengan jumlah energi yang
meninggalkan instalasi. Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini agar dapat
memahami pengaplikasian prinsip kekekalan massa dan energi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Mempelajari prinsip kekekalan massa
2. Mempelajari prinsip kekekalan energi
3. Melakukan analisis neraca massa
4. Melakukan analisis neraca energi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Proses pengolahan pangan bahan pertanian memiliki keterkaitan dengan


prinsip kekekalan massa dan energi. Massa tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip
kekekalan massa menyatakan massa dari suatu sistem tertutup adalah konstan
meskipun di dalam sistem tersebut terjadi berbagai macam proses. Sehingga dalam
setiap reaksi yang terjadi pada sistem, jumlah massa zat-zat baik sebelum dan
sesudah reaksi erjadi adalah tetap (Hariyadi, 2019).

Prinsip kesetimbangan massa/materi biasanya banyak diaplikasikan dalam


mendesain suatu proses pengolahan pangan (pengupasan, sortasi, ekstraksi,
pengeringan, evaporasi) atau formulasi produk baru. Prinsip dari kesetimbangan
massa adalah total berat yang masuk (input) ke dalam suatu tahap proses atau proses
keseluruhan akan sama dengan total berat dari outputnya. Perubahan yang terjadi
adalah perubahan wujud dari input menjadi bentuk lainnya pada saat output. Bahan
yang masuk ke dalam suatu tahap proses dapat berupa satu jenis bahan atau lebih,
begitu juga bahan yang keluar dapat berupa satu atau lebih produk yang
dikehendaki, limbah (waste) ataupun kehilangan yang tidak terkontrol (Hariyadi
and Kusnandar, 2018).
Semua sifat pada sistem kekekalan massa dan energi tidak berubah menurut
waktu pada keadaan tunak atau steady state keadaan ini biasanya disebut juga
dengan keadaan yang mantap. Identitas dari zat di dalam volume terus menerus
berubah, tetapi jumlah total yang ada pada setiap saat tetap konstan. Sehingga laju
aliran massa keluar sama dengan laju aliran massa masuk. Meskipun jumlah massa
pada sistem konstan, namun sifat-sifat lainnya seperti temperature dan tekanan
dapat berubah seiring dengan perubahan waktu (Moran dan Howard, 2004).

Neraca massa merupakan perhitungan semua bahan yang ada dalam proses.
Ada kalanya bahan yang dikenakan proses berubah bentuk menjadi senyawa lain
atau menjadi konsumsi dalam sistem itu, tetapi jumlah massanya tidak berubah.
Massa yang tumbuh dan massa yang terambil diartikan bila terjadi reaksi kimia,
maka bahan yang satu bisa terambil dan membentuk senyawa lain (Brown et al.,
1978). Terdapat tiga kategori pada neraca massa yang dapat dilihat, diantaranya
adalah massa masuk (massa yang terakumulasi atau massa yang tersimpan dan
massa yang keluar atau meninggalkan sistem). Apabila massa yang terakumulasi
sama dengan nol atau keadaan steady state, maka massa masuk sama dengan massa
keluar. Apabila massa yang terakumulasi tidak sama dengan nol, kemudian
konsentrasi komponen dalam sistem dapat berubah dengan waktu, proses yang
demikian dikatakan proses yang belum seimbang (unsteady state) (Yuliani, 2019).

Suatu sistem apapun, jumlah materi akan tetap walaupun terjadi perubahan
bentuk ataupun keadaan fisik. oleh sebab itu dalam suatu proses pengolahan akan
terjadi jumlah bahan yang masuk akan sama dengan jumlah bahan yang keluar
sebagai produk yang dikehendaki ditambah dengan jumlah yang hilang atau produk
samping (Wirakartakusumah et al., 1989).

Neraca energi adalah persamaan matematis yang menyatakan hubungan


antara energy masuk dan energi keluar suatu system yang berdasarkan pada satuan
waktu operasi. Ada dua macam proses dalam perhitungan neraca energi yaitu
proses alir yang merupakan bahan masuk dan keluar system secara kontinyu dan
proses batch yang merupakan bahan masuk dan keluar pada waktu tertentu
(Wuryanti, 2019).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:

1. Bak air
2. Stopwatch
3. Gelas ukur atau ember sudah ditera
4. Busur
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Air
2. Minyak
3. Susu

3.2 Cara Kerja


3.2.1. Pengukuran lama pengisian dan laju aliran massa ke bak air
Langkah pertama yang dilakukan pada pengukuran ini adalah
disiapkan bak air dan tera volume atau diisi berdasarkan tinggi isinya.
Kemudian, bukaan kran pemasok (bak 1) divariasikan menjadi 45o dan
90o. Kran pengatus bak air (bak 2) ditutup dan disiapkan stopwatch.
Diamati perubahan volume atau tinggi air dalam bak. Setelah itu,
dilakukan pencatatan waktu setiap ketinggian 2 cm hingga mencapai 20
cm (split). Ketinggian bak 1 dijaga agar tetap konstan yaitu setinggi 4
cm. Start pada stopwatch ditekan ketika air keluar dari kran menuju
gelas ukur. Langkah-langkah tersebut diulang kembali dengan variasi
bukaan kran yang berbeda.
3.2.2. Pengukuran pasokan dan pengatusan massa tanpa ada
perubahan volume akumulasi
Langkah kedua yang dilakukan pada pengukuran ini adalah diisi
gelas ukur (pemasok dan pengatus) dengan air secara penuh setinggi
20cm. Kemudian, secara bersamaan kran pemasok dan kran pengatus
dibuka (stopwatch dimulai ketika air mulai mengalir). Dalam kondisi
ini, kran pemasok divariasikan sebanyak 2 kali yaitu 45o dan 90o. Setiap
interval waktu 5 detik, ketinggian air diamati dan dicatat hingga
ketinggian air konstan.
3.2.3. Pengukuran aliran pengatusan massa dan perubahan volume
akumulasi
Langkah ketiga yang dilakukan pada pengukuran ini yaitu
penyiapan bak air seperti percobaan (3.2.1) untuk bak 2. Kemudian
divariasikan bukaan kran pengatus (bak 2) yaitu 45o dan 90o. Disiapkan
stopwatch yang berfungsi untuk mengukur waktu air keluar dari kran.
Perubahan volume atau tinggi ait dalam bak diamati, kemudian
waktunya dicatat setiap penurunan ketinggian 2 cm (split). Ketika air
keluar dari kran menuju bak 3, stopwatch ditekan. Kemudian, langkah
ini diulangi dengan variasi bukaan kran yang berbeda.
3.2.4. Pengukuran kecepatan pasokan dan pengatusan dengan tinggi
permukaan berubah
Langkah keempat yang dilakukan pada pengukuran ini yaitu
gelas ukur atau bak 2 dikosongkan (hingga batas 0 cm yang telah
ditentukan) dan bak 1 diisi air pada ketinggian tertentu, kemudian
dijaga agar konstan pada ketinggian tersebut. Setelah itu, secara
bersamaan kran pemasok dan kran pengatus dibuka (stopwatch mulai
saat air mulai mengalir). Pada langkah ini, kran pemasok dibuka penuh
sedangkan kran pengatus divariasikan dua kali yaitu 45o dan 90o. Setiap
interval waktu 5 detik diamati dan dicatat ketinggian air dalam bak 2
hingga air dalam gelas ukur tersebut konstan (sama tiga kali berturut-
turut).

3.3 Cara Analisa Data


3.3.1. Pengukuran Lama Pengisian dan Laju Aliran Massa ke Bak Air
Pada pengukuran lama pengisian dan laju aliran massa ke bak air,
dibutuhkan perhitungan mengenai keseimbangan massa yang dapat dirumuskan
dengan :

𝑚̇ 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 − 𝑚̇ 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 = 𝑚̇ 𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 ……..........(3.1)


dimana,
𝑚̇𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = ∑𝑛𝑖= 1 ṁ𝑖 ……..........(3.2)

𝑚̇𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢t = ∑𝑛𝑖= 1 ṁ𝑜 ……..........(3.3)

𝑚̇akumulasi =
dṁ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 ……..........(3.4)
dt

Selanjutnya, perhitungan yang wajib diketahui adalah perubahan


volume air yang tertampung yang telah diketahui perubahan ketinggian
airnya. Berikut merupakan persamaan yang digunakan.
𝑉𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 = ℎ𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐴𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎n ……..........(3.5)

𝐴𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎n = ¼ 𝜋 𝐷2𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 ……..........(3.6)

Pengukuran debit dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Q=
𝑉𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ……..........(3.7)
𝑡

Laju massa cairan dihitung dengan persamaan sebagai berikut.


𝑚̇𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = Q x 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟an ……..........(3.8)

3.3.2. Pengukuran pasokan dan pengatusan massa tanpa ada perubahan


volume akumulasi
Pada pengukuran pasokan dan pengatusan massa tanpa ada perubahan
volume akumulasi dapat digunakan persamaan Bernoulli berdasarkan sistem
kecepatan fluida keluar nozel dan tekanannya pada ujung nozel dengan besar 0.
Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut.

Z1g + v12/2 + P1/𝜌1 = Z2g + v22/2 + P2/𝜌2 ……..........(3.9)


Dimana, Z1g + v12/2 + P1/𝜌1 adalah aliran yang masuk ke nozel,
sedangkan Z2g + v22/2 + P2/𝜌2 adalah aliran yang keluar ke nozel. Untuk
mengetahui besarnya v2 , dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut.
0 + 0 + P1/𝜌1 = 0 + v22/2 + 0
v22 = 2 P1/𝜌1 , maka dapat diperoleh v2 :
V2 = √(2 P1/ρ1) ……..........(3.10)

Persamaan tersebut dapat diperoleh karena :


Z1 = Z2 = 0, karena tidak ada beda tinggi (posisi nozel horizontal)
V1 = 0, karena tangki sangat besar dibandingkan nozel
P2 = 0, karena datumnya adalah tekanan atmosfer
Karena P1/ρ1 = gZ , maka kecepatan aliran fluida yang melalui nozzle
dapat dituliskan menjadi :
V2 = √2 g Z ……..........(3.11)

Persamaan untuk menghitung Debit fluida adalah :


Q = V2 x A2 ……..........(3.12)
Laju aliran massa fluida dapat dituliskan menjadi :
𝑚̇ = Q x ρ ……..........(3.13)
Kecepatan keluarnya cairan dari bak 1 digunakan persamaan (3.11),
dengan Z merupakan ketinggian cairan (h) yang terukur pada bak 2.
Debit cairan yang keluar dari bak 2 menggunakan persamaan (3.12),
dan diperoleh persamaan sebagai berikut.
Akran45o = ¼ x ½ 𝜋(𝐷𝑘𝑟𝑎𝑛)2 ……..........(3.14)

Akran 90o = ¼ x 𝜋(𝐷𝑘𝑟𝑎𝑛)2 ……..........(3.15)

3.3.3. Pengukuran aliran pengatusan massa dan perubahan volume


akumulasi
Pada proses ini dilakukan perhitungan perubahan ketinggian air untuk
menghitung perubahan volume air yang tertampung. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut.
𝑉𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 = ℎ𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐴𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟an ……..........(3.16)

Apermukaan cairan = ¼ x 𝜋(𝐷tabung)2 ……..........(3.17)

Debit cairan yang tertampng dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Q=
V cairan ……..........(3.18)
𝑡
Laju massa cairan dapat dihitung dengan persamaan berikut.
𝑚̇input = Q x ρcairan ……..........(3.17)

3.3.4. Pengukuran kecepatan pasokan dan pengatusan dengan tinggi


permukaan berubah
a) Kecepatan keluarnya cairan dari bak 1 digunakan persamaan
sebagai berikut.
V1 = √2 g Z ……..........(3.18)

Dimana Z adalah ketinggian cairan (h) yang terukur pada bak 2.


b) Debit cairan yang keluar dari bak 2 digunakan persamaan sebagai
berikut.
Q = V1 x Akran ……..........(3.19)
dengan Akran45o dan Akran90o menggunakan persamaan (3.14) dan
(3.15). Debit cairan juga bisa dicari dengan persamaan berikut.
Q = V1 / t ……..........(3.20)
c) Laju aliran massa cairan yang keluar dari bak 2 menggunakan
persamaan sebagai berikut.
𝑚̇ = Q x ρ ……..........(3.21)
3.4 Skema Alat

Gambar 3.4.1 Pengukuran lama pengisian dan laju aliran massa ke bak
air

Gambar 3.4.2 Pengukuran pasokan dan pengatusan massa tanpa ada


perubahan volume akumulasi
Gambar 3.4.3 Pengukuran aliran pengatusan massa dan perubahan
volume akumulasi

Gambar 3.4.4 Pengukuran kecepatan pasokan dan pengatusan dengan


tinggi permukaan berubah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Prinsip kekekalan massa merupakan massa yang dapat diubah menjadi


energi. Prinsip kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-
Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup
akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut
(dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama
(tetap/konstan). Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum
kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup,
massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. Berdasarkan ilmu relativitas
spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi (Rahmadani,
2017).

Gambar 4.1.1 Grafik laju massa tertampung vs waktu

Grafik pada gambar 4.1.1 di atas merupakan grafik laju massa terapung vs
waktu. Dihasilkan bahwa bukaan 90° memiliki kelerengan yang lebih tinggi
dibandingkan bukaan 45°. Hal ini dapat disebabkan karena semakin besar bukaan
kran akan menyebabkan semakin besar debit air yang mengalir. Semakin besar laju
aliran massa ke bak air maka waktu pengisian menjadi semakin kecil yang
berdampak pada waktu pengisian yang semakin cepat.

Gambar 4.1.2 Grafik hubungan antara laju aliran massa (m) dan waktu (s)

Grafik pada gambar 4.1.2 di atas merupakan Grafik hubungan antara laju
aliran massa (m) dan waktu (s). Fenomena yang terjadi pada percobaan 1 terjadi
juga pada percobaan ke-2, yaitu pengukuran pasokan dan pengatusan massa tanpa
ada perubahan volume akumulasi, dimana bukaan 90° kelerengannya lebih tinggi
daripada bukaan 45°.

Gambar 4.1.3 Grafik hubungan antara laju aliran massa (m) dan waktu (s)
Grafik pada gambar 4.1.3 di atas merupakan grafik hubungan antara laju
aliran massa (m) dan waktu (s). dihasilkan bahwa bukaan 90° memiliki kelerangan
yang lebih tingi dibandingkan dengan bukaan 45°. Hal tersebut terjadi karena
semakin besar bukaan akan berdampak pada semakin besarnya debit keluar dan
semakin cepatnya laju aliran massa keluar dari bak air. Sehingga, semakin cepatnya
penurunan tingkat air dan waktu pengutusan menjadi semakin singkat.

Gambar 4.1.4 Grafik hubungan antara laju aliran massa (m) dan waktu (s)

Grafik pada gambar 4.1.4 di atas merupakan grafik hubungan antara laju
aliran massa (m) dan waktu (s). Dihasilkan bahwa bukaan 90° memiliki kelerengan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukaan 45°. Sehingga, semakin besar nilai
tinggi maksimal yang didapatkan pada bukaan 90° daripada bukaan 45° dengan
waktu yang didapatkan juga lebih cepat. Dari hasil yang didapatkan pada percobaan
1-4 dihasilkan kesimpulan jumlah massa diawal tidak sama persis dengan jumlah
massa diakhir. Hal tersebut dapat terjadi karena selama proses, ada massa yang
dikonsumsi oleh sistem, ataupun juga kaitannya dengan waktu.

Prinsip dari neraca massa dan energi menyatakan bahwa jumlah massa
bahan atau energi yang masuk ke dalam suatu sistem sama dengan yang keluar
dalam keadaan steady state. Persamaan atau ketepatan prinsip kekekalan neraca
massa dan energi dengan percobaan yang telah dilakukan adalah massa dan energi
dalam sistem tersebut kuantitasnya (jumlah) adalah konstan. Praktikum ini juga
dapat dihasilkan data yang menunjukan bahwa laju massa yang tertampung pada
bukaan penuh (90°) lebih besar dibandingkan dengan bukaan setengah (45°).

Berdasarkan jurnal “Aliran Tertutup Massa dan Potensi Mandiri Energi


pada Produksi CPO” menggunakan prinsip kekekalan massa dan energi. Energi
yang dapat diperoleh dari optimalisasi dan pemanfaatan hasil samping sama dengan
energi yang diperlukan, sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

Permanfaat prinsip kekekalan massa dan energi dalam bidang Energi dan
Mesin Pertanian adalah mahasiswa dapat mengetahui input energi yang dapat
diberikan kepada sebuah mesin, dan mengharapkan output yang diinginkan serta
memprediksi kemungkinan yang terjadi.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. Prinsip kekekalan massa menyatakan massa dari suatu sistem tertutup


akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem
tersebut (dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama (tetap/konstan).
2. Hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di
dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan
massa produk.
3. Neraca massa merupakan perhitungan semua bahan yang ada dalam
proses. Ada kalanya bahan yang dikenakan proses berubah bentuk
menjadi senyawa lain atau menjadi konsumsi dalam sistem itu, tetapi
jumlah massanya tidak berubah.
4. Jika bukaan kran yang pengisian besar dan kran bukaan kran pengatusan
kecil berdampak pada penurunan ketinggian yang akan semakin lama
sehingga menyebabkan debit keluarnya semakin turun.
5. Semakin besar luas kran, berdampak pada semakin besarnya laju dan
massa yang masuk untuk tiap satuan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Bantacut, T. and Pasaribu, H., 2015. Aliran Tertutup Massa Dan Potensi Mandiri
Energi pada Produksi CPO. Journal of Agroindustrial Technology, 25(3).
Brown, G.G., Katz, D., Foust, A.S. and Schneidewind, R., 1978. Unit Operation,
Modern Asia Edition. John Willey and Sons, inc. New York.
Hariyadi, P., 2019. Landasan Teknik Pangan. PT Penerbit IPB Press.
Hariyadi, I.P. and Kusnandar, I.F., 2018. Satuan, Dimensi, dan Kesetimbangan
Massa. PT Penerbit IPB Press.
Moran, J. dan Howard, N. 2004. Termodinamika Teknik Jilid I Edisi Keempat.
Jakarta : Erlangga.
Rahmadani, R.F.I., 2017. BUKU AJAR–DASAR KIMIA I. Syiah Kuala University
Press.
Wirakartakusumah, M.A., Hermanianto, D. and Andarwulan, N., 1989. Prinsip
Teknik Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Wuryanti, S., 2019. Neraca Massa dan Neraca Energi. Politeknik Negeri Bandung
Yuliani, H.R., 2019. Neraca Massa dan Neraca Panas. Deepublish.
LAMPIRAN
waktu Ketinggian air, Volume tertampung, Debit cairan, Laju massa tertampung,
alir, t (s) h (m) V (m³) Q (m³/s) ṁ (kg/s)
21 0,02 0,00043 2,0364E-05 0,0163
40 0,04 0,00086 2,1382E-05 0,0171
64 0,06 0,00128 2,0046E-05 0,0160
85 0,08 0,00171 2,0125E-05 0,0161
104 0,1 0,00214 2,056E-05 0,0164
135 0,12 0,00257 1,9007E-05 0,0152
159 0,14 0,00299 1,8827E-05 0,0151
170 0,16 0,00342 2,0125E-05 0,0161
183 0,2 0,00428 2,3369E-05 0,0187
JUMLAH 0,019672 0,000184 0,147044
Tabel 1. Hasil perhitungan laju massa cairan pada bukaan kran 45˚

waktu alir, Ketinggian air, Volume tertampung, Debit cairan, Laju massa tertampung,
t (s) h (m) V (m³) Q (m³/s) ṁ (kg/s)
12 0,02 0,00043 3,56374E-05 0,0285
20 0,04 0,00086 4,27649E-05 0,0342
26 0,06 0,00128 4,93441E-05 0,0395
32 0,08 0,00171 5,34562E-05 0,0428
40 0,1 0,00214 5,34562E-05 0,0428
48 0,12 0,00257 5,34562E-05 0,0428
53 0,14 0,00299 5,6482E-05 0,0452
60 0,16 0,00342 5,70199E-05 0,0456
77 0,2 0,00428 5,55389E-05 0,0444
JUMLAH 0,019672 0,000457 0,365725
Tabel 2. Hasil perhitungan laju massa cairan pada bukaan kran 90˚
Laju massa tertampung, ṁ Kecepatan fluida keluar nozel
t (s) t (s) ketinggian air, h(m) Volume tertampung, V (mᶾ) Debit cairan, Q (mᶾ/sekon)
h out bukaan (cm) (kg/sekon) (v2)
5 0,19 1,92 5 0,0019 4,06061E-05 7,57433E-06 0,006059468 0,192976683
10 0,26 2,04 10 0,0026 5,55662E-05 8,86042E-06 0,007088337 0,225743217
15 0,3 2,51 15 0,003 6,41149E-05 9,51762E-06 0,007614095 0,242487113
20 0,35 2,71 20 0,0035 7,48007E-05 1,02802E-05 0,008224163 0,261916017
25 0,43 2,86 25 0,0043 9,1898E-05 1,13947E-05 0,00911574 0,290310179
30 0,51 3,04 30 0,0051 0,000108995 1,24095E-05 0,009927566 0,316164514
35 0,55 3,11 35 0,0055 0,000117544 1,28869E-05 0,010309534 0,328329103
40 0,63 3,28 40 0,0063 0,000134641 1,37923E-05 0,011033872 0,351397211
45 0,7 3,35 45 0,007 0,000149601 1,45384E-05 0,011630723 0,370405184
50 0,75 3,62 50 0,0075 0,000160287 1,50487E-05 0,012038942 0,38340579
55 0,82 3,74 55 0,0082 0,000175247 1,57353E-05 0,012588228 0,40089899
60 0,9 3,87 60 0,009 0,000192345 0,000016485 0,013188 0,42
65 0,95 3,94 65 0,0095 0,00020303 1,69367E-05 0,013549382 0,43150898
70 1,09 4 70 0,0109 0,000232951 1,81418E-05 0,014513459 0,462212073
75 1,19 4,2 75 0,0119 0,000254322 1,89558E-05 0,015164607 0,482949273
80 1,2 4,4 80 0,012 0,00025646 1,90352E-05 0,015228191 0,484974226
85 1,21 4,64 85 0,0121 0,000258597 1,91144E-05 0,01529151 0,48699076
90 4,89 90 0 0 0 0 0
95 5,07 95 0 0 0 0 0
100 5,16 100 0 0 0 0 0
105 5,3 105 0 0 0 0 0
110 5,55 110 0 0 0 0 0
115 5,58 115 0 0 0 0 0
120 5,61 120 0 0 0 0 0

Tabel 3. Hasil perhitungan laju massa cairan pada bukaan kran 45˚
Laju keran tertampung, ṁ Kecepatan fluida keluar nozel
t (s) ketinggian air, h(m) Volume tertampung, V (mᶾ) Debit cairan, Q (mᶾ/sekon)
(kg/sekon) (v2)
5 0,0192 0,000410335 4,81558E-05 0,038524614 0,613449264
10 0,0204 0,000435981 4,96378E-05 0,039710263 0,632329028
15 0,0251 0,000536428 5,50598E-05 0,044047832 0,701398603
20 0,0271 0,000579171 5,72114E-05 0,045769095 0,728807245
25 0,0286 0,000611228 5,87734E-05 0,047018709 0,74870555
30 0,0304 0,000649697 6,05947E-05 0,048475743 0,77190673
35 0,0311 0,000664658 6,12883E-05 0,049030675 0,780743236
40 0,0328 0,000700989 6,29411E-05 0,050352913 0,80179798
45 0,0335 0,000715949 6,36092E-05 0,050887379 0,810308583
50 0,0362 0,000773653 6,61229E-05 0,05289833 0,842330102
55 0,0374 0,000799299 6,72099E-05 0,05376795 0,856177552
60 0,0387 0,000827082 6,8368E-05 0,054694438 0,870930537
65 0,0394 0,000842042 6,89836E-05 0,055186873 0,87877187
70 0,04 0,000854865 6,95069E-05 0,05560549 0,885437745
75 0,042 0,000897608 7,12233E-05 0,056978672 0,907303698
80 0,044 0,000940352 7,28994E-05 0,05831953 0,928654941
85 0,0464 0,000991643 7,48612E-05 0,059888946 0,953645636
90 0,0489 0,001045072 7,68515E-05 0,061481168 0,978999489
95 0,0507 0,001083541 7,82531E-05 0,062602497 0,996855055
100 0,0516 0,001102776 7,89446E-05 0,063155697 1,00566396
105 0,053 0,001132696 8,00084E-05 0,064006726 1,019215384
110 0,0555 0,001186125 8,18737E-05 0,065498925 1,04297651
115 0,0558 0,001192537 8,20946E-05 0,06567571 1,045791566
120 0,0561 0,001198948 8,2315E-05 0,065852021 1,048599065
1,270905584

Tabel 4. Hasil perhitungan laju massa cairan pada bukaan kran 90˚

ketinggian Volume tertampung, Debit cairan, Q Laju massa tertampung , m


air , h (m) V (m3) (m3/sekon) (kg/sekon)
0,18 3,85,E-03 2,26,E-04 0,181030235
0,16 3,42,E-03 9,77,E-05 0,078159086
0,14 2,99,E-03 5,44,E-05 0,0435204
0,12 2,56,E-03 3,47,E-05 0,027725351
0,1 2,14,E-03 2,32,E-05 0,018584022
0,08 1,71,E-03 1,53,E-05 0,012212357
0,06 1,28,E-03 9,86,E-06 0,007891062
0,04 8,55,E-04 5,74,E-06 0,004589879
0,02 4,27,E-04 2,53,E-06 0,002023349
0,375735741
Tabel 5. Hasil perhitungan laju massa cairan pada bukaan kran 45o

waktu alir, t ketinggian Volume tertampung, Debit cairan, Q Laju massa tertampung , m
(detik) air , h (m) V (m3) (m3/sekon) (kg/sekon)
9 0,18 0,003846893 0,000427433 0,341946
16 0,16 0,00341946 0,000213716 0,170973
22 0,14 0,002992028 0,000136001 0,108801
29 0,12 0,002564595 8,84343E-05 0,070747448
35 0,1 0,002137163 6,10618E-05 0,048849429
41 0,08 0,00170973 4,17007E-05 0,033360585
48 0,06 0,001282298 2,67145E-05 0,021371625
54 0,04 0,000854865 1,58308E-05 0,012664667
61 0,02 0,000427433 7,00709E-06 0,005605672
Tabel 6. Hasil perhitungan laju massa cairan pada bukaan kran 90o
Laju massa tertampung, ṁ
t (s) ketinggian air, h(m) Debit cairan, Q (mᶾ/sekon)
Kecepatan , v (m/s) (kg/sekon)
5 0,003 0,242610799 9,52247E-06 0,007617979
10 0,006 0,343103483 1,34668E-05 0,010773449
15 0,011 0,464564312 1,82341E-05 0,014587319
20 0,015 0,54249424 2,12929E-05 0,017034319
25 0,018 0,594272665 2,33252E-05 0,018660162
30 0,022 0,656993151 2,5787E-05 0,020629585
35 0,026 0,714226855 2,80334E-05 0,022426723
40 0,029 0,75430763 2,96066E-05 0,02368526
45 0,033 0,804648992 3,15825E-05 0,025265978
50 0,036 0,840428462 3,29868E-05 0,026389454
55 0,041 0,896894643 3,52031E-05 0,028162492
60 0,044 0,929128624 3,64683E-05 0,029174639
65 0,046 0,950010526 3,72879E-05 0,029830331
70 0,049 0,980499873 3,84846E-05 0,030787696
75 0,053 1,01973526 4,00246E-05 0,032019687
80 0,056 1,048198454 4,11418E-05 0,032913431
85 0,057 1,057515957 4,15075E-05 0,033206001
90 0,06 1,084988479 4,25858E-05 0,034068638
95 0,064 1,120571283 4,39824E-05 0,035185938
100 0,066 1,137945517 4,46644E-05 0,035731489
105 0,068 1,15505844 4,5336E-05 0,036268835
110 0,071 1,180262683 4,63253E-05 0,037060248
115 0,074 1,204939833 4,72939E-05 0,037835111
120 0,075 1,213053997 4,76124E-05 0,038089896
125 0,077 1,229121638 4,8243E-05 0,038594419
130 0,079 1,244981928 4,88655E-05 0,039092433
135 0,081 1,260642693 4,94802E-05 0,039584181
140 0,084 1,283775681 5,03882E-05 0,040310556
145 0,085 1,291394595 5,06872E-05 0,04054979
150 0,086 1,298968822 5,09845E-05 0,040787621
0,896323661
Tabel 7. Hasil perhitungan laju massa cairan pada bukaan kran 45˚
Debit cairan, Q Laju massa tertampung, ṁ
t (s) ketinggian air, h(m)
Kecepatan , v (m/s) (mᶾ/sekon) (kg/sekon)
5 0,002 0,198090888 1,55501E-05 0,012440108
10 0,005 0,313209195 2,45869E-05 0,019669537
15 0,008 0,396181776 3,11003E-05 0,024880216
20 0,011 0,464564312 3,64683E-05 0,029174639
25 0,014 0,524099227 4,11418E-05 0,032913431
30 0,017 0,57752922 4,5336E-05 0,036268835
35 0,02 0,626418391 4,91738E-05 0,039339075
40 0,023 0,671758885 5,27331E-05 0,042186458
45 0,025 0,700357052 5,4978E-05 0,043982423
50 0,028 0,741188235 5,81833E-05 0,046546621
55 0,03 0,767202711 6,02254E-05 0,04818033
60 0,033 0,804648992 6,31649E-05 0,050531957
65 0,035 0,828673639 6,50509E-05 0,052040705
70 0,036 0,840428462 6,59736E-05 0,052778907
75 0,039 0,874745677 6,86675E-05 0,054934029
80 0,041 0,896894643 7,04062E-05 0,056324984
85 0,043 0,918509662 7,2103E-05 0,057682407
90 0,045 0,939627586 7,37608E-05 0,059008612
95 0,046 0,950010526 7,45758E-05 0,059660661
100 0,048 0,970443198 7,61798E-05 0,060943833
105 0,05 0,990454441 7,77507E-05 0,062200539
110 0,051 1,000309952 7,85243E-05 0,062819465
115 0,052 1,010069305 7,92904E-05 0,063432352
120 0,053 1,01973526 8,00492E-05 0,064039374
125
130
135
140
145
150
1,131979498
Tabel 8. Hasil perhitungan laju massa cairan pada bukaan kran 90˚

Anda mungkin juga menyukai