Anda di halaman 1dari 19

Nilai :

LAPORAN PAPER
ENERGI DAN KELISTRIKAN
(02. Pengukuran Efisiensi Tungku dan Nilai Kalor Bahan Bakar )

Oleh :
Shift :2
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 04 Oktober 2018
Nama (NPM) : Adit Djati P (240110170026)
Asisten Praktikum : 1. Agnes Klarasitadewi
2. Albert Afandi
3. Dannisa Fathiya
4. Dennys Alvanius
5. Fiorent Rizky
6. Sarah Fitri Soerya

LABORATORIUM SISTEM INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
1. Mengetahui salah satu metode pengkuran efisiensi tungku dan nilai kalor bahan
bakar.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan nilai kalor pada beberapa jenis
bahan bakar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tungku
Menurut Astuti (1997), bahwa tungku adalah suatu tempat atau ruangan yang
dapat disusun atau dibuat dari batu bata atau batubata tahan api, yang dapat
dipanaskan dengan bahan bakar yang digunakan. Tungku merupakan alat untuk
memasak dengan bahan bakar padat, seperti ibu-ibu memasak didapur atau di
industi kecil / menengah. Tungku juga dapat menggunakan briket batubara sebagai
bahan bakar. Menggunakan briket batubara sebaiknya dengan disiapkan tungku
atau kompor, jenis dan ukuran tungku harus disesuaikan dengan kebutuhan volume
bahan bakar, Pada prinsipnya tungku terdiri dari 2 jenis:
a. Tungku permanen, memuat lebih dari 8 kg briket. Tungku dibuat secara
permanen. Jenis ini digunakan untuk industri kecil/menengah.
b. Tungku Portabel, jenis ini pada umunya memuat briket antara 1-8 kg serta
dapat dipindah-pindahkan. Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga.

Gambar 1. Tungku
(sumber : Dokumen pribadi, 2018 )
2.2 Briket
Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu,
yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih mudah
ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatan. Syarat briket yang
baik adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam
di tangan. Briket adalah teknologi yang menggunakan proses basah atau kering
untuk mengkompresi bahan baku ke dalam beberapa bentuk. Proses briket kering
memerlukan tekanan tinggi dan tidak memerlukan pengikat. Proses tersebut mahal
dan direkomendasi hanya untuk produksi level tinggi. Sedangkan proses basah
hanya memerlukan tekanan rendah tetapi memerlukan binder Beberapa tipe/bentuk
briket yang umum dikenal adalah, antara lain : bantal (oval), sarang tawon (honey
comb), silinder (cylinder), telur (egg), dan lain-lain. Kemudian adapun faktor-faktor
yang mempengarhui sifat briket adalah berat jenis bahan bakar atau berat jenis
bahan baku, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan tekanan pada saat dilakukan
pencetakan, selain itu, pencampuran formula dengan briket juga mempengaruhi
sifat briket ( Islamiati, 2016 ).

Gambar 2. Bentuk-bentuk Briket : (a) Sarang Tawon Bulat (b) Sarang Tawon
Kotak (c) Silinder Pejal (d) Tablet (e) Hexagonal (f) Silinder Berlubang
(sumber : Islamiati, 2016 )
2.3 Arang
Arang merupakan residu hitam berbentuk padatan berpori yang mengandung
85-95% karbon, dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen
volatile dari bahan-bahan yang mengandung karbon melalui pemanasan pada suhu
tinggi, selain itu arang adalah residu berwarna hitam hasil pembakaran pada
keadaan tanpa oksigen yang mengandung karbon yang berbentuk padat dan berpori,
seperti kayu atau bahan biomaterial lainnya. Pori – pori masih tetap tertutup dengan
hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain. Komponennya terdiri dari karbon terikat
( fixed carbon), abu, air, nitrogen dan sulfur. Arang dibedakan atas bahan baku yang
digunakan ( Fauziah, 2009 ) :
A. Arang tumbuhan.
B. Arang tempurung kelapa.
C. Arang gula.
D. Arang kayu.
E. Arang tulang.
F. Arang batubara.
G. Arang minyak bumi.

2.4 Kalor
Kalor merupakan energi termal yang dimiliki suatu zat yang berpindah dari
suhu tinggi ke suhu rendah dikarenakan adanya perbedaan suhu. Ketika dua benda
yang memiliki perbedaan suhu bertemu maka kalor akan mengalir (berpindah) dari
benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Contohnya ketika kita
mencampurkan air dingin dengan air panas, maka kita akan mendapatkan air
hangat. Banyak yang tidak tahu perbedaan antara suhu dan kalor, Suhu adalah nilai
yang terukur pada termometer, sedangkan kalor adalah energi yang mengalir dari
satu benda ke benda lainnya. Adapula ilmuan dari Amerika bernama Benjamin
Thompson mengatakan bahwa kalor bukanlah zat alir, melainkan energi yang
terjadi karena adanya proses mekanik, seperti gesekan ( Wirantana, 2013 ).
2.5 Efisiensi Pembakaran
Proses pembakaran adalah reaksi kimiaantara bahan bakar ( C, dan H ) dengan
udara ( O2 ) serta sumber panas sehingga terbentuk api yang hanya menghasilkan
kalor dan gas pembakaran. Melakukan pembakaran bahan bakar dibutuhkan
oksigen. Oksigen yang digunakan disuplai dari udara, komposisi udara selain
oksigen and nitrogen. Kenyataanya terdapat partikel lain sebagai inert yang akan
ikut keluar dengan membawa panas. Komposisi kimia dari bahan bakar merupakan
ikatan hidrokarbon yang terdiri dari karbon ( C ) dan Hidrogen ( H ), maka reaksi
yang terjadi dalam proses pembakaran adalah sebagai berikut :
Karbon = C + O2 → CO2 + 32840 Kj / Kg
Hidrogen = 2 H2 + O2 → 2 H2O + 119440 Kj / Kg
Efisiensi adalah tingkat penggunaan sumber daya suatu proses semakin hemat
penggunaan sumber daya maka prosesnya semakin efisien, begitu juga sebaliknya.
Efisiensi dilambangkan dalam bentuk persen ( Pinontoan, 2012 ).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Gas Torch;
2. Korek Api;
3. Kipas;
4. Meteran;
5. Penggaris;
6. Panci;
7. Stopwatch;
8. Termokopel;
9. Termometer Batang;
10. Timbangan;
11. Tungku.

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Air;
2. Arang Kayu;
3. Briket Batubara.
4. Sabun Colek;
5. Minyak Tanah;
3.3 Metode Pelaksanaan
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah :
1. Menyiapkan alat dan bahan;
2. Mengukur dimensi tungku dan panci;
3. Mengoleskan sabun colek pada bagian bawah panci agar panci tidak
menghitam;
4. Mengisi air kedalam panci dengan takaran setengah penuh dari panci;
5. Mengukur suhu awal panci, tutup panci, selimut tabung panci dan tungku,
lubang alas dan suhu lingkungan;
6. Memasukan briket kedalam tungku;
7. Menyalakan briket dengan gas torch dan minyak tanah hingga nyala api pada
briket stabil;
8. Menghitung suhu pada tungku ketika nyala api pada briket stabil;
9. Menyimpan panci yang telah berisi air diatas tungku dengan api yang sudah
menyala;
10. Menghitung suhu pada tungku ketika suhu dalam keadaan stabil;
11. Menghitung dan mencatat suhu yang dibutuhkan hingga suhu air mencapai
titik didih;
12. Mencatat waktu ketika bahan bakar tersebut padam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil Pengukuran Shift A1
Suhu
Waktu
Air T1 T2 T3 T4 T5
0 Menit 27 27,5 27,4 27,4 27,5 27,1
Baru menyala 9 menit 27 27,9 28 29 29,5 29,6
Suhu Stabil 14 menit 21 detik 70 71,3 72,3 74 74,7 74,9
Air mendidih 30 m 100 24,7 25,9 49,83 22,61 12,8
Waktu arang padam : -

Tabel 2. Hasil Pengukuran Shift A2


Suhu
Waktu
Air T1 T2 T3 T4 T5
0 Menit 26,9 28 27,8 27,9 27,2 27,2
Baru menyala 86 32 52 62,4 31,8 29,2
Suhu Stabil 97 34,9 60 66,1 34,8 34,3
Air mendidih 98 - - - - -
Waktu arang padam : -

Tabel 3. Hasil Pengukuran Shift B1


Suhu (˚C)
Waktu
Air T1 T2 T3 T4 T5
0 Menit 25 26,4 26,5 26,6 26,4 26,3
Baru menyala 26 44,6 151,5 240,5 57,5 40,2
Suhu Stabil 94 50,5 212 360 100,3 62,5
Air mendidih 44 30,6 83,5 79,6 44,1 41,1
Mendidih = 97˚ C
Tabel 4. Hasil Pengukuran Shift B2
Suhu (˚C)
Waktu
Air T1 T2 T3 T4 T5
Sebelum Nyala 26 27,8 27,7 28,5 28,9 29
Nyala 26 26,6 27,5 30,3 31 29,2
Nyala Stabil 39 97,7 219,9 181,3 52 42,3
Air mendidih 98 170,4 246,36 476,3 79,2 50,4
Waktu Arang Padam = 2.17.08.15

4.1.1 Perhitungan Shift A1


a. Data Luasan dan Kalor
- Selimut Tungku
A1 = π.d.h = π.29.32cm = 2915 cm2 = 0,2915 m2
QL1 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,2915 m2. (247-25)k = 3199,215 J
- Luasan Lubang Tungku
A2 = 8 cm .8cm = 64 cm2 = 6,4 x 10-4 m2
QL2 = h.A.∆T = 50 J/m2.k.6,4.10-4m2. (259 – 27,4)k = 74,112 J
- Atas Tungku
A3 = 13 cm . 13 cm = 169 cm2 = 0,0169 m2
QL3 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,0169 m2 (498,5-27)k = 397,91 J
- Selimut Panci
A4 = π.d.h = π.25 cm .14,5 cm = 1138,827 cm2 =0,1138827 m2
QL4 = h.A.∆T = 50 J/m2.k.
- Tutup Panci
A5 = ¼. π.d2 =¼. π.(25 cm2)2 = 490,8 cm2 = 0,049 m2
QL5 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,138827 m2. (226,1-27,5)k = 1130,85 J
b. Kalor Masuk
Qin = 1 Kg. 1,49 x 107 J/Kg.k = 1,49 x 107 J
c. Efisiensi Tungku
Qef1 = Qin – (QL1 + QL2 + QL3 )
= 1,49 x 107 J – (3199,215 + 74,112 + 397,91) J = 14896328,77 J
Qef1 14896328,77
ɳ1 = Qin = 𝑥 100% = 99,975 %
1,49 x 107

d.Efisiensi Panci
Qef2 = Qef1- (QL4 + QL5) = 14896328,77 – (1130,85 + 247,64) J
= 14894950,28
Qef2 14894950,28
ɳ2 =Qef1 = 𝑥 100% = 99,9 %
14896328,77

e. Qin Air = m air. C air = 2 Kg (Asumsi) x 4200 J/Kg


= 8400 J
∆T = 8400 J (100-27 ) = 613200 (Tidak sama karena massa air prakiraan)
4.1.2 Perhitungan Shift A2
a. Data Luasan dan Kalor
- Selimut Tungku
A1 = π.d.h = π.0,25.0,24 = 0,189 m2
QL1 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,189 m2. (34,9 - 28)k = 65,205 J
- Luasan Lubang Tungku
A2 = 0,06 .0,04 = 64 cm2 = 2,4 x 10-3 m2
QL2 = h.A.∆T = 50 J/m2.k.2,4.10-3m2. (60-27,8)k = 10,536 J
- Luas Dalam Tungku
A3 = ¼. π.d2 =¼. π.(0,16)2 = 0,020 m2
QL3 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,02 m2 (66,1 – 27,9)k = 38,2 J
- Selimut Panci
A4 = π.d.h = π.0,265 .0,155 cm = 1= 0,129 m2
QL4 = h.A.∆T = 50 J/m2.k.
- Tutup Panci
A5 = ¼. π.d2 =¼. π.(0,265)2 = 0,055 m2
QL5 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,055 m2. (34,3 – 26,8)k = 20,625 J
b. Kalor Masuk
Qin = 1 Kg. 2,5347 x 106 J/Kg.k = 2,5347 x 106 J
c. Efisiensi Tungku
Qef1 = Qin – (QL1 + QL2 + QL3 )
= 2,5347 x 103 J – (65,205 + 10,536 + 38,2) J = 2420,759 J
Qef1 2420,759
ɳ1 = Qin = 2,5347 x 103
𝑥 100% = 0,955
d.Efisiensi Panci
Qef2 = Qef1- (QL4 + QL5) = 14896328,77 – (1130,85 + 247,64) J
= 14894950,28
Qef2 2351,114
ɳ2 =Qef1 = 𝑥 100% = 97,12 %
2420,759

e. Qin Air = m air. C air = 2 Kg (Asumsi) x 4200 J/Kg


= 8400 J
∆T = 8400 J (97-26 ) = 596400 (Tidak sama karena massa air prakiraan)
4.1.3 Perhitungan Shift B1
a. Data Luasan dan Kalor
- Selimut Tungku
A1 = 2πrt + 2πr2 = 2603,595 cm2
QL1 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 2603,595 cm2. (50,5 – 26,4)k = 313,733 J
- Luasan Lubang Tungku
A2 = πr2 = 6,361725124 cm2
QL2 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 6,361725124.10-3. (185,5)k = 59,00499 J
- Atas Tungku
A3 = πr2 = 1604,428 cm2
QL3 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 1604,428 (333,6)k = 2676,184236 J
- Selimut Panci
A4 = 2πrt + 2πr2= 0,15221016 m2
QL4 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,15221016. 79,9 = 608,0795892 J
- Tutup Panci
A5 = πr2 = 637,9396 m2
QL5 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 637,9396. (62,5 – 26,3)k = 115,4670676 J
b. Kalor Masuk
Qin = 1 Kg. 2,5347 x 107 J/Kg.k = 2,5347 x 107 J
c. Efisiensi Tungku
Qef1 = Qin – (QL1 + QL2 + QL3 )
= 2,5347 x 107 J – (3048,922426) J = 25343951,08 J
Qef1 25343951,08
ɳ1 = Qin = 𝑥 100% = 99,9879%
2,5347 x 107
d. Efisiensi Panci
Qef2 = Qef1- (QL4 + QL5) = 25343951,08 – (723,5466568) J
= 25343227,53 J
Qef2 25343227,53
ɳ2 =Qef1 = 𝑥 100% = 99,9971 %
25343951,08

e. Efisiensi Total
ɳtotal = ɳ2 x ɳ1 = 0,227366006 x 1,8128911 x 1013 = 0,412189808 x 1013
f. Qin Air = m air. C air = 2 Kg (Asumsi) x 4200 J/Kg
= 8400 J
∆T = 8400 J (44-15) =243600 (Tidak sama karena massa air prakiraan)
4.1.4 Perhitungan Shift B2
a. Data Luasan dan Kalor
- Selimut Tungku
A1 = 2πrt + 2πr2 = 0,285156028 m2
TL1 = 443,55
QL1 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,285156028 cm2. (415,75)k = 5927,68093 J
- Luasan Lubang Tungku
A2 = πr2 = 0,0045364 m2
TL2 = 246,36 + 273,15 = 519,51
QL2 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,0045364. (491,81)k = 111,554 J
- Atas Tungku
A3 = πr2 = 0,05147185 m2
TL3 = 476,3 +273,15 = 749,45
QL3 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 1604,428 (333,6)k = 2676,184236 J
- Selimut Panci
A4 = 2πrt + 2πr2= 0,15221016 m2
TL4 = 76,2 +273,15 = 352,35
QL4 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,15221016. 352,35 = 2508,615 J
- Tutup Panci
A5 = πr2 = 0,193220514 m2
TL1 = 50,4 + 273,15 = 323,55
QL5 = h.A.∆T = 50 J/m2.k. 0,193220514. (294,55)k = 2845,649 J
b. Kalor Masuk
Qin = 1 Kg. 1,49 x 107 J/Kg.k = 1,49 x 107 J
c. Efisiensi Tungku
Qef1 = Qin – (QL1 + QL2 + QL3 )
= 1,49 x 107 J – (7895,18116) J = 1,489210482 x 107 J
Qef1 1,489210482 x 107
ɳ1 = Qin = 𝑥 100% = 0,99947
1,49 x 107

d.Efisiensi Panci
Qef2 = Qef1- (QL4 + QL5) = 1,489 x 107 – (5354,264) J
= 1,489464574 x 107 J
Qef2 1,489464574 x 107
ɳ2 =Qef1 = 𝑥 100% = 1,000170622
1,489464574 x 107

e. Efisiensi Total
Qef2 1,489464574 x 107
ɳtotal = = = 0,99964
Qin 1,49 x 107

f. Qin Air = m air. C air = 2 Kg (Asumsi) x 4200 J/Kg


= 8400 J
∆T = 8400 J (98-26) =604800 (Tidak sama karena massa air prakiraan)
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini, membahas tentang pengukuran efisiensi tungku dan nilai
kalor bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
briket dan arang kayu. Berdasarkan pengamatan praktikum didapatkan A1 dengan
menggunakan arang kayu dan B1 menggunakan bricket didapatkan hasil
pengukuran suhu air , TI, T2, T3, T4, dan T5 dengan keaadaan api mendidih selama
berturut - turut dengan hasil A1 sebesar 100 oC; 24,7 oC; 25,9 oC; 49,83 oC; 22,61
o
C; 12,8 oC. Hasil akhir B1 dengan keadaan api mendidih sebesar 30,6 oC; 83,5 oC;
79,6 oC; 44,1 oC; 41,1 oC.
Berdasarkan data pengamatan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing – masing jenis bahan bakar, arang
memiliki bentuk yang tidak seragam dikarenakan proses pembuatannya tidak
melalui proses pencetakan sehingga kerapatan pori – pori pada arang menjadi besar
yang menyebabkan panas pada api tidak seragam sehingga api lebih cepat menyala
namun durasi api menyala lebih cepat habis dibandingkan dengan briket.
Dibuktikan dengan hasil pengukuran lama waktu bahan bakar menyala A1 dengan
menggunakan arang kayu sebesar sembilan menit dengan berat arang sekitar 1 kg.
Briket memiliki ukuran yang seragam menjadikan briket mempunyai panas
pada api yang seragam dengan kerapatan pori – pori yang besar, sehingga dalam
menyalakan briket hingga api menyala secara stabil memerlukan waktu yang lama
namun durasi api menyala dalam keaadaan stabil lebih tahan lama dibandingkan
dengan arang kayu. Suhu panas air ketika mendidih yang lebih rendah
dibandingkan dengan briket yaitu sebesar 100 oC sedangkan suhu air dalam
keadaan mendidih menggunakan briket sebesar 41 oC. Menurut literatur yang saya
baca menjadikan briket sebagai pilihan utama sebagai bahan bakar dibandingkan
dengan arang kayu dikarenakan suhu panas yang dihasilkan lebih tinggi, stabil dan
tahan lama. Hasil error yang disebabkan dalam pengukuran disebabkan baik karena
praktikan yang kurang teliti dalam mengukur hasil pada termometer dan
sebagainya.
Hasil pada efisiensi tungku A1 dengan menggunakan bahan bakar arang
menunjukkan hasil 99,9 % dan juga efisiensi dengan menggunakan bahan bakar
briket menujukan nilai sebesar 99,99 %. Nilai tersebut menujukkan efisiensi
mendekati 100 % sehingga tidak ada panas yang terbuang. Nilai efisiensi briket
menujukkan angka yang lebih besar dibandingkan dengan arang kayu menurut
literatur ( Islamiati, 2016 ) briket memiliki nilai efisiensi yang lebih besar
dibandingkan dengan arang karena memiliki kerapatan pori yang lebih kecil dan
panas api yang seragam. Faktor kesalahan dalam pengukuran efisiensi tungku baik
dari kesalahan praktikan sendiri seperti kesalahan dalam membaca hasil
pengukuran, mengukur suhu menggunakan termokopel dengan mengukur pada
tempat yang bukan seharusnya, kesalahan dalam menimbang bahan yang kurang
atau lebih dari jumlah bahan yang telah ditentukan yaitu seberat 1 satu kilogram,
menggunakan gas torch dan minyak tanah yang kurang merata serta kesalahan
praktikan dalam mencatat data hasil pengukuran. Faktor lingkungan mempengaruhi
hasil akhir pengukuran karena praktikum dilakukan di lahan terbuka dan dilakukan
pada malam hari sehingga angin berhembus dengan kencang yang menyebabkan
bahan bakar sulit untuk menyala sehingga mempengaruhi hasil akhir pengukuran.
Kondisi alat juga mempengaruhi hasil akhir pengukuran, setiap alat seharusnya di
kalibrasi terlebih dahulu sehingga alat bekerja dengan optimal, selain itu bahan
pada tungku berbeda – beda terdapat tungku berbahan dasar alumunium dan yang
lainnya sehingga hasil akhir pengukuran berbeda. Briket dan arang memiliki
efisiensi yang sama sehingga cocok untuk dijadikan bahan bakar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
Kalor akan mengalir dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah.
Briket mempunyai suhu yang stabil dikarenakan memiliki kerapatan pori yang kecil
menjadikan suhu yang dihasilkan lebih seragam karena melalui tahap pencetakan
terlebih dahulu yang menjadikan briket memiliki bara api yang tahan lama. Arang
memiliki suhu yang kurang stabil dikarenakan memiliki kerapatan pori yang lebih
besar menjadikan suhu yang dihasilkan kurang seragam karena bentuk dari arang
yang berbeda – beda yang menjadikan bara api pada arang kurang tahan lama.
Faktor yang menyebabkan pengukuran berbeda seperti kesalahan dalam membaca
hasil pengukuran, alat yang kurang optimal, serta kondisi lahan praktikum yang
dilakukan di lahan terbuka dengan angin yang berhembus kencang mempengaruhi
hasil akhir pengukuran. Efisiensi pada arang sebesar 99,9 % sedangkan pada briket
sebesar 99,99 %.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 1997. Pengetahuan Keramik, Gajah Mada University press.

Fauziah, Nailul. 2009. Pembuatan Arang Aktif Secara Langsung Dari Kulit
Acacia Mangium Wild dengan Aktivasi Fisika dan Aplikasinya
Sebagai Adsorben. Departemen Hasil Hutan FAHUTAN –IPB.

Islamiati, Lubis. 2016. Rancang Bangun Alat Pencetak Briket Hidrolik Dan
Kompor Briket ( Menganalisa Pengaruh Variasi Tekanan Pencetakan
Terhadap Karakteristik Thermal Biobriket Yang Dihasilkan).
Program Studi Teknik Energi FT – POLSRI.

Pinontoan, Victor. 2012. Efisiensi Pembakaran Bensin pada Mesin Genset


dengan Penambahan Gas Hidrogen – Oksigen dari Hasil Elektrolisis
Plasma. Program Studi Teknik Kimia FT – UI.

Wirantana, Mohamad. 2013. Rancang Bangun Alat Ukur Konduktivitas


Termal Bahan Logam Berbasis Mikrokontroler. Program Studi
Pendidikan Fisika FMIPA – UPI.
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 3. Mengukur Suhu Air

Gambar 4. Api Menyala

Anda mungkin juga menyukai